Anda di halaman 1dari 14

SISTEM INSTRUMENTASI

SENSOR OPTIK

Disusun oleh :
Bima Maulana Prastya 065118288

PROGRAM STUDI ILMU KOMPUTER


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PAKUAN
BOGOR
2019
KATA PENGANTAR

i
DAFTAR ISI

Table of Contents
KATA PENGANTAR .................................................................................................................. i
DAFTAR ISI.................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................ 1
1.1. Latar Belakang ............................................................................................................ 1
1.2. Tujuan Percobaan ....................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................................. 3
2.1. Sensor ........................................................................................................................... 3
2.2. Sensor Optik / Cahaya ................................................................................................ 4
2.3. Jenis-jenis Sensor Optik serta Karakteristik dan Prinsip Kerjanya...................... 4
A. LDR (Light Dependent Resistor) ............................................................................... 4
B. Sel Surya ...................................................................................................................... 6
C. Photo Dioda ................................................................................................................. 7
D. Photo Transistor .......................................................................................................... 8
BAB III PENUTUP ................................................................................................................... 10
3.1. Kesimpulan ................................................................................................................ 10
3.2. Saran .......................................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................ 11

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Seiring dengan perkembangan zaman, perkembangan ilmu dan teknologi terus
ikut berkembang seiring dengan perkembangan zaman dan waktu.Perkembangan ini
terjadi karena kebutuhan manusia semakin beragam. Ilmu dan teknologi yang
dikembangkan untuk memudahkan pekerjaan mereka, agar lebih lebih mudah dan
efisien, semua barang – barang kebutuhan diciptakan semakin canggih, misalnya
dapat bekerja secara otomatis. Teknologi yang mendukung perkembangan alat – alat
yang dapat berfungsi secara otomatis adalah sensor.
Sensor adalah suatu peralatan yang berfungsi untuk mendeteksi gejala-gejala atau
sinyal-sinyal yang berasal dari perubahan suatu energi seperti energi listrik, energi
fisika, energi kimia, energi biologi, energi mekanik, dan sebagainya. Tansduser
adalah sebuah alat yang bila digerakan oleh suatu energi di dalam sebuah sistem
transmisi, akan menyalurkan energi tersebut dalam bentuk yang sama atau dalam
bentuk yang berlainan ke sistem transmisi berikutnya. Transmisi energi ini bisa
berupa listrik, mekanik, kimia, optik (radiasi) atau thermal (panas).
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dari masa ke masa berkembang cepat
terutama dibidang otomasi industri. Perkembangan ini tampak jelas di industri
pemabrikan, dimana sebelumnya banyak pekerjaan menggunakan tangan manusia,
kemudian beralih menggunakan mesin, berikutnya dengan electro-mechanic
(semiotomatis) dan sekarang sudah menggunakan robotic (full automatic) seperti
penggunaan Flexible Manufacturing Systems (FMS) dan Computerized Integrated
Manufacture (CIM). Ketepatan dan kesesuaian dalam memilih sebuah sensor akan
sangat menentukan kinerja dari sistem pengaturan secara otomatis. Besaran masukan
pada kebanyakan sistem kendali adalah bukan besaran listrik, seperti besaran fisika,
kimia, mekanis, dan sebagainya.
Sensor dapat diklasifikasikan menjadi beberapa jenis, yaitu sensor optik, sensor
temperatur, sensor magnetik, sensor sonik, dan sensor mekanik. Pada percobaan ini
yang digunakan adalah sensor optik. Elemen-elemen sensitif cahaya merupakan alat
terandalkan untuk mendeteksi energi cahaya. Alat ini melebihi sensitivitas mata

1
manusia terhadap semua spectrum warna dan juga bekerja dalam daerah-daerah
ultraviolet dan infra merah. Energi cahaya bila diolah dengan cara yang tepat akan
dapat dimanfaatkan secara maksimal untuk teknik pengukuran, teknik pengontrolan
dan teknik kompensasi.

1.2. Tujuan Percobaan


1. Mengetahui karakteristik sensor optik.
2. Mengetahui jenis-jenis sensor optik.
3. Mengethaui prinsip kerja sensor optik.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Sensor
Sensor adalah alat untuk mendeteksi/mengukur sesuatu, yang digunakan untuk
mengubah variasi mekanis, magnetis, panas, sinar dan kimia menjadi tegangan dan
arus listrik. Dalam lingkungan sistem pengendali dan robotika, sensor memberikan
kesamaan yang menyerupai mata, pendengaran, hidung, lidah yang kemudian akan
diolah oleh kontroler sebagai otaknya (Petruzella, 2001).
Sensor dalam teknik pengukuran dan pengaturan secara elektronik berfungsi
mengubah besaran fisik (misalnya : temperatur, cahaya, gaya, kecepatan putaran)
menjadi besaran listrik yang proposional. Sensor dalam teknik pengukuran dan
pengaturan ini harus memenuhi persyaratanpersyaratan kualitas yakni :
1. Linieritas
Konversi harus benar-benar proposional, jadi karakteristik konversi harus
linier.
2. Tidak tergantung temperatur
Keluaran konverter tidak boleh tergantung pada temperatur di sekelilingnya,
kecuali sensor suhu.
3. Kepekaan
Kepekaan sensor harus dipilih sedemikian, sehingga pada nilai-nilai masukan
yang ada dapat diperoleh tegangan listrik keluaran yang cukup besar.
4. Waktu tanggapan
Waktu tanggapan adalah waktu yang diperlukan keluaran sensor untuk
mencapai nilai akhirnya pada nilai masukan yang berubah secara mendadak.
Sensor harus dapat berubah cepat bila nilai masukan pada sistem tempat
sensor tersebut berubah.
5. Histerisis
Gejala histerisis yang ada pada magnetisasi besi dapat pula dijumpai pada
sensor. Misalnya, pada suatu temperatur tertentu sebuah sensor dapat
memberikan keluaran yang berlainan.
6. Stabilitas waktu

3
Untuk nilai masukan (input) tertentu sensor harus dapat memberikan keluaran
(output) yang tetap nilainya dalam waktu yang lama.
Empat sifat diantara syarat-syarat dia atas, yaitu linieritas, ketergantungan pada
temperatur, stabilitas waktu dan histerisis menentukan ketelitian sensor (Link, 1993).

2.2. Sensor Optik / Cahaya


Sensor cahaya adalah alat yang digunakan untuk mengubah besaran cahaya
menjadi besaran listrik. Prinsip kerja dari alat ini adalah mengubah energi dari foton
menjadi elektron. Idealnya satu foton dapat membangkitkan satu elektron. Sensor
cahaya sangat luas penggunaannya, salah satu yang paling populer adalah kamera
digital. Pada saat ini sudah ada alat yang digunakan untuk mengukur cahaya yang
mempunyai satu buah foton saja.
Sensor cahaya berdasarkan perubahan elektrik yang dihasilkan dibagi
menjadi 2 jenis, yaitu :
 Photovoltaic, yaitu sensor cahaya yang dapat mengubah perubahan besaran
optik (cahaya) menjadi perubahan tegangan. Salah satu sensor cahaya jenis
photovoltaic adalah solar cell.
 Photoconductive, yaitu sensor cahaya yang dapat mengubah perubahan
besaran optik (cahay) menjadi perubahan nilai konduktansi (dalam hal ini
nilai resistansi). Contoh sensor cahaya jenis photoconductive adalah LDR,
Photo Diode,Photo Transistor.

2.3. Jenis-jenis Sensor Optik serta Karakteristik dan Prinsip Kerjanya


A. LDR (Light Dependent Resistor)
LDR (Light Dependent Resistor) merupakan suatu sensor yang apabila terkena
cahaya maka tahanannya akan berubah.

1. Cara kerja LDR


Biasanya LDR (atau lebih dikenal dengan fotoresistor) dibuat berdasarkan
kenyataan bahwa film kadmium sulfida mempunyai tahanan yang besar jika

4
tidak terkena cahaya dan tahanannya akan menurun jika permukaan film itu
terkena sinar. Resistor peka cahaya atau fotoresistor adalah komponen
elektronik yang resistansinya akan menurun jika ada penambahan intensitas
cahaya yang mengenainya. Fotoresistor dapat merujuk pula pada light
dependent resistor (LDR), atau fotokonduktor.
Fotoresistor dibuat dari semikonduktor beresistansi tinggi. Jika cahaya
yang mengenainya memiliki frekuensi yang cukup tinggi, foton yang diserap
oleh semikonduktor akan menyebabkan elektron memiliki energi yang cukup
untuk meloncat ke pita konduksi. Elektron bebas yang dihasilkan (dan
pasangan lubangnya/hole) akan mengalirkan listrik, sehingga menurunkan
resistansinya.
Besarnya tahanan LDR/fotoresistor dalam kegelapan mencapai jutaan
ohm dan turun sampai beberapa ratus ohm dalam keadaan terang. LDR dapat
digunakan dalam suatu jaringan kerja (network) pembagi potensial yang
menyebabkan terjadinya perubahan tegangan kalau sinar yang datang
berubah.
LDR atau Light Dependent Resistor adalah jenis resistor yang memiliki
nilai resistansi yang tidak tetap. Artinya nilai tahanan/resistansi komponen ini
dapat berubah-ubah. Perubahan nilai resistansinya tergantung dari kuat
lemahnya cahaya yang dia terima. Resistansi LDR akan berubah seiring
dengan perubahan intensitas cahaya yang mengenainya atau yang ada
disekitarnya. Dari sifat itulah LDR dapat digunakan sebgai sensor warna.
Supaya cahaya yang diterima LDR lebih fokus maka disekeliling LDR diberi
cahaya LED, sehingga LDR dapat mengenali warna-warna yang
mengenainya, yang diterjemahkan dalam bentuk tegangan (Volt). Dalam
keadaan gelap resistansi LDR sekitar 10MΩ dan dalam keadaan terang
sebesar 1KΩ atau kurang. LDR terbuat dari bahan semikonduktor seperti
kadmium sulfida. Dengan bahan ini energi dari cahaya yang jatuh
menyebabkan lebih banyak muatan yang dilepas atau arus listrik meningkat.
Artinya resistansi bahan telah mengalami penurunan.
Komponen yang dapat menerima ini merupakan komponen yang peka
cahaya. Komponen ini akan berjalan apabila berada ditempat akan menjadi

5
pulsa-pulsa sinyal listrik. Pada keadaan gelap tanpa cahaya sama sekali, LDR
memiliki nilai resistansi yang besar (sekitar beberapa Mega ohm). Nilai
resistansinya ini akan semakin kecil jika cahaya yang jatuh ke permukaannya
semakin terang. Pada keadaan terang benderang (siang hari) nilai
resistansinya dapat mengecil hingga beberapa ohm saja (hampir seperti
konduktor).

2. Karakteristik LDR
Karakteristik LDR terdiri dari dua macam yaitu Laju Recovery dan Respon
Spektral.
a. Laju Recovery
Bila sebuah LDR dibawa dari suatu ruangan dengan level kekuatan
cahaya tertentu kedalam suatu ruangan yang gelap, maka bisa kita amati
bahwa nilai resistansi dari LDR tidak akan segera berubah resistansinya
pada keadaan ruangan gelap tersebut. Namun LDR tersebut hanya akan
bisa mencapai harga di kegelapan setelah mengalami selang waktu
tertentu. Laju recovery merupakan suatu ukuaran praktis dan suatu
kenaikan nilai resistansi dalam waktu tertentu.
Harga ini ditulis dalam K /detik, untuk LDR type arus harganya
lebih besar dari 200 K /detik (selama 20 menit pertama mulai dari level
cahaya 100 lux), kecepatan tersebut akan lebih tinggi pada arah
sebaliknya, yaitu pindah dari tempat gelap ke tempat terang yang
memerlukan waktu kurang dari 10 ms untuk mencapai resistansi yang
sesuai dengan level cahaya 400 lux.
b. Respon Spektral
LDR tidak mempunyai sensitivitas yang sama untuk setiap panjang
gelombang cahaya yang jatuh padanya (yaitu warna). Bahan yang biasa
digunakan sebagai penghantar arus listrik yaitu tembaga, alumunium,
baja, emas, dan perak. Dari kelima bahan tersebut tembaga merupakan
penghantar yang paling banyak digunakan karena mempunyai daya
hantar yang baik.
B. Sel Surya

6
Teknologi fotovoltaik merupakan suatu teknologi konversi yang
mengubah cahaya (foto) menjadi listrik (volt) secara langsung (direct
conversion). Peristiwa ini dikenal sebagai efek fotolistrik (photovoltaic affect).
Didalam proses konversi cahaya-listrik tidak ada bagian yang bergerak, sehingga
produk teknologi fotovoltaik memiliki umur teknis yang panjang (>25 tahun).
Teknologi fotovoltaik dikenal sebagai teknologi bersih sehingga penerapannya
akan mendukung program pembangunan yang berkelanjutan dan berwawasan
lingkungan. Beberapa keuntungan dari pemanfaatan teknologi fotovoltaik, antara
lain:
a. Biaya operasional dan perawatan yang rendah (tidak diperlukan pembelian
bahan bakar dan keausan dalam proses konversi).
b. Tidak menimbulkan polusi udara karena tidak ada proses pembakaran
sehingga mengurangi pelepasan gas rumah kaca (greenhouse gas).
c. Tidak menimbulkan kebisingan karena tidak ada bagian yang bergerak.
Sel Fotovoltaik. Efek fotolistrik ini terjadi pada suatu sel yang terbuat dari
bahan semikonduktor. Karena sifatnya, sel ini kemudian disebut sebagai sel
fotovoltaik (photovoltaic cell) atau sering juga disebut sebagai sel surya (solar
cell). Sel fotovoltaik merupakan komponen terkecil didalam sistem energi surya
fotovoltaik (SESF).
Sinar matahari yang menimpa permukaan sel diubah secara langsung
menjadi listrik sebagai akibat terjadinya pergerakan pasangan electron-hole,
sebagaimana digambarkan pada skema dibawah ini. Teknologi sel fotovoltaik
yang tersedia dewasa ini masih didominasi oleh jenis sel dengan teknologi
kristal, baik mono- maupun poli-kristal, khususnya dari bahan dasar silikon.
Photovoltaic juga terbukti menjadi sumber daya yang diandalkan dalam
peningkatan jumlah aplikasi seperti memberikan penerangan jalan dan
pencahayaan untuk area rekreasi, serta menyediakan tenaga untuk tanda-tanda
jalan raya dan peringatan.
C. Photo Dioda
Photo Dioda adalah jenis dioda yang berfungsi mendeteksi cahaya. Photo
Dioda merupakan sensor cahaya semikonduktor yang dapat mengubah besaran
cahaya menjadi besaran listrik. Photo Dioda merupakan sebuah dioda dengan

7
sambungan p-n yang dipengaruhi cahaya dalam kerjanya. Cahaya yang dapat
dideteksi oleh Photo Dioda ini mulai dari cahaya infra merah, cahaya tampak,
ultra ungu sampai dengan sinar-X. Aplikasi Photo Dioda mulai dari penghitung
kendaraan di jalan umum secara otomatis, pengukur cahaya pada kamera serta
beberapa peralatan di bidang medis.

1. Prinsip kerja Photo Dioda


Prinsip kerja dari Photo Dioda jika sebuah sambungan p-n dibias maju dan
diberikan cahaya padanya maka pertambahan arus sangat kecil sedangkan
jika sambungan p-n dibias mundur, maka arus akan bertambah cukup besar.
Cahaya yang dikenakan pada Photo Dioda akan mengakibatkan terjadinya
pergeseran foton yang akan menghasilkan pasangan elektron-hole dikedua
sisi dari sambungan. Ketika elektronelektron yang dihasilkan itu masuk ke
pita konduksi maka elektronelektron itu akan mengalir ke arah positif sumber
tegangan sedangkan hole yang dihasilkan mengalir ke arah negatif sumber
tegangan sehingga arus akan mengalir di dalam rangkaian. Besarnya
pasangan elektron ataupun hole yang dihasilkan tergantung dari besarnya
intensitas cahaya yang dikenakan pada Photo Dioda.
2. Karakteristik Photo Dioda
Ada beberapa karakteristik Photo Dioda yang perlu diketahui antara lain :
a. Arus linier bergantung pada intensitas cahaya.
b. Respons frekuensi bergantung pada bahan (Si 900 nm, GaAs 1500 nm,
Ge 2000 nm).
c. Digunakan sebagai sumber arus.
d. Kapasitansi Junction turun menurut tegangan bias mundurnya.
e. Kapasitansi Junction menentukan respons frekuensi arus yang diperoleh.
D. Photo Transistor
Photo Transistor adalah sebuah benda padat pendeteksi cahaya yang
memiliki gain internal. Hal ini yang membuat foto transistor memiliki sensitivitas

8
yang lebih tinggi dibandingkan Photo Dioda, dalam ukuran yang sama. Alat ini
(foto transistor) dapat menghasilkan sinyal analog maupun sinyal digital.
Photo Transistor memiliki kelebihan dibandinkan dengan komponen lain,
yaitu mampu mendeteksi gelombang cahaya sekaligus menguatkannya dengan
sebuah komponen tunggal.
1. Cara Kerja Photo Transistor
Cara kerja Photo Transistor atau Transistor Foto hampir sama dengan
Transistor normal pada umumnya, dimana arus pada Basis Transistor
dikalikan untuk memberikan arus pada Kolektor. Namun khusus untuk Photo
Transistor, arus Basis dikendalikan oleh jumlah cahaya atau inframerah yang
diterimanya.Oleh karena itu, pada umumnya secara fisik Photo Transistor
hanya memiliki dua kaki yaitu Kolektor dan Emitor sedangkan terminal
Basisnya berbentuk lensa yang berfungsi sebagai sensor pendeteksi cahaya.
Pada prinsipnya, apabila Terminal Basis pada Photo Transistor menerima
intensitas cahaya yang tinggi, maka arus yang mengalir dari Kolektor ke
Emitor akan semakin besar.
2. Karakteristik Photo Transistor
Photo Transistor memiliki karakteristik :
a. Pendeteksi jarak dekat Infra merah.
b. Bisa dikuatkan sampai 100 sampai 1500.
c. Respon waktu cukup cepat.
d. Bisa digunakan dalam jarak lebar.
e. Bisa dipasangkan dengan (hampir) semua penghasil cahaya atau cahaya
yang dekat dengan inframerah, seperti IRED (infrred led), Neon,
Fluorescent, lampu bohlam, cahaya laser dan api.
f. Mempunyai karakteristik seperti transistor, kecuali bagian basis
digantikan oleh besar cahaya yang diterima.

9
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari materi tentang Sensor Cahaya ini, yaitu :
 Sensor adalah alat untuk mendeteksi/mengukur sesuatu, yang digunakan untuk
mengubah variasi mekanis, magnetis, panas, sinar dan kimia menjadi tegangan
dan arus listrik.
 Persyaratan-persyaratan kualitas pada Sensor dalam teknik pengukuran dan
pengaturan ini harus memenuhi yakni : Linieritas, Tidak tergantung temperatur,
Kepekaan, Waktu tanggapan, Batas frekuensi terendah dan tertinggi, Stabilitas
waktu, dan Histerisis.
 Jenis-jenis sensor cahaya , di antaranya: Detektor kimiawi, Fotoresistor atau
Light Dependent Resistor (LDR), Sel fotovoltaik atau sel matahari, Photo Dioda,
Tabung fotomultiplier, Tabung cahaya yang mengandung fotokatoda, Photo
Transistor, Detektor optis, Detektor cryogenic dan sebagainya.
 Pada jenis-jenis sensor tersebut, memiliki prinsip kerja dan karakteristik yang
berbeda-beda.

3.2. Saran
Sensor cahaya memiliki banyak jenis dan aplikasi dalam kehidupan manusia. Dalam
makalah kami hanya membahas mengenai beberapa jenis dari sensor cahaya,
karakteristik serta prinsip kerja dari sensor cahaya tersebut. Semoga dalam penulisan
makalah berikutnya mengenai sensor cahaya dapat lebih baik lagi.

10
DAFTAR PUSTAKA

11

Anda mungkin juga menyukai