Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Air merupakan salah satu tolak ukur atau sarana dalam meningkatkan status kesehatan

masyarakat, sebab di samping sebagai kebutuhan utama manusia, air juga menjadi salah

satu media penularan penyakit. Air yang digunakan masyarakat untuk keperluan sehari-

hari, terutama untuk kebutuhan air minum harus syarat kesehatan dalam mencegah

timbulnya berbagai penyakit khususnya water borne disease.1

Pada Millenium Development Goals (MDGs) pada goalnya yang ke-7 yakni menjamin

kelestarian lingkungan hidup target 10 yaitu menurunkan separuh proporsi penduduk

tanpa akses terhadap sumber air minum yang aman dan berkelanjutan serta fasilitas

sanitasi dasar pada tahun 2015, terdapat 2 indikator pemantau pencapaian target, yaitu

proporsi penduduk atau rumah tangga dengan akses terhadap sumber air minum yang

terlindungi dan berkelanjutan dan proporsi penduduk atau rumah tangga dengan akses

terhadap fasilitas sanitasi yang layak. Ada tiga pendekatan yang digunakan dalam

memantau akses air minum yakni akses terhadap air perpipaan, akses terhadap sumber air

minum terlindung, dan akses terhadap penyediaan air minum. Salah satu indikator akses

terhadap air minum adalah sumber air tidak terlindung, satu diantaranya adalah air isi

ulang.2

Seiring dengan meningkatnya aktivitas manusia menyebabkan kebutuhan akan air

minum juga meningkat sehingga berbagai sarana penyediaan air minum juga jumlahnya

semakin meningkat dengan pesat, baik air minum dalam kemasan maupun air minum isi

ulang karena dari segi kepraktisan kedua jenis sarana air minum ini memang begitu

menjanjikan. Depot air minum isi ulang menjadi pilihan kebanyakan masyarakat

perkotaan juga sudah mulai merambah ke daerah pedesaan karena harganya yang relatif
ekonomis dibanding air minum dalam kemasan. Hal ini mengakibatkan jumlah depot air

minum isi ulang semakin hari semakin menjamur, dan bagi pemilik usaha depot air minum

ini menjanjikan keuntungan.2

Air minum adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan

yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum. Pengadaan air bersih

untuk keperluan air minum, harus memenuhi persyaratan yang sudah ditetapkan oleh

pemerintah. Air minum aman bagi kesehatan apabila memenuhi persyaratan secara fisika,

mikrobiologi, kimia, dan radioaktif.3

Pada kenyataannya kualitas air minum yang diproduksi oleh depot air minum sering

bermasalah karena belum memenuhi standar air minum, hal ini didukung oleh beberapa

penelitian. Hasil analisis sampel air minum isi ulang di 10 kota besar di Indonesia (Jakarta,

Tangerang, Bekasi, Bogor, Cikampek, Medan, Denpasar, Yogyakarta, Semarang dan

Surabaya) menyatakan 34% sampel tidak memenuhi sedikitnya satu parameter kualitas air

minum berdasarkan Kepmenkes RI No. 907/Menkes/SK/VII/2002, 16% sampel tercemar

bakteri coliform.4

Banyaknya depot air minum yang memproduksi air minum yang belum memenuhi

standar kualitas, tentu akan berbahaya bagi kesehatan masyarakat yang mengkonsumsi air

minum dari depot, diantaranya terjadinya penyakit diare.4

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui pengolahan depot air minum isi ulang (DAMIU) yang memenuhi

standar kualitas air minum di wilayah kerja Puskesmas Pampang Kota Makassar tahun

2019.
2. Tujuan Khusus

a. Meningkatkan pengetahuan pengelola DAMIU dalam memenuhi standar kualitas

air minum.

b. Meningkatkan kesadaran pengelola tentang pentingnya hygiene sanitasi DAMIU.

C. Manfaat

1. Bagi Institusi

Dapat memperkaya khasanah dunia kerja melalui informasi yang diperoleh dari

lapangan sehingga dapat melakukan penyesuaian materi perkuliahan terhadap tuntutan

dunia kerja yang pada akhirnya dapat menghasilkan dokter-dokter yang lebih

kompetitif.

2. Bagi Puskesmas

Dapat mengetahui DAMIU yang tidak memenuhi standar baku mutu atau persyaratan

kualitas air minum di wilayah kerja Puskesmas Pampang serta dapat merencakan

tindak lanjut berupa edukasi terhadap pengelola DAMIU.

3. Bagi Dokter Muda

Dokter muda dapat menambah pelajaran praktis klinis lapangan dan membandingkan

ilmu yang diperoleh dengan dunia kerja yang sesungguhnya sehingga dapat

mempersiapkan diri dalam menghadapi kompetisi pasca pendidikan.


BAB III

GAMBARAN UMUM PUSKESMAS PAMPANG

A. Keadaan Geografi

Puskesmas Pampang terletak di Jl. Pampang 2 No.28A dan dipimpin oleh dr. H.

Sugiarti Buhani, DPDK. Puskesmas Pampang termasuk dalam wilayah Kecamatan

Panakukkang tepatnya di Kelurahan Pampang dengan luas wilayah ± 2,71 km2. Wilayah

kerja Puskesmas Pampang terdiri atas tiga kelurahan yaitu :

1. Kelurahan Pampang

2. Kelurahan Panaikang

3. Kelurahan Karampuang

Dengan batas-batas wilayah sebagai berikut :

a. Sebelah utara : Kelurahan Rappokalling

b. Sebelah Barat : Kecamatan Karuwisi

c. Sebelah Timur : Kelurahan Panaikang

d. Sebelah Selatan : Kelurahan Sinrijala

Wilayah kerja Puskesmas Pampang terdiri dari sejumlah RW dan RT sebagai

berikut:

No Kelurahan Luas Wilayah RW RT

1 Pampang 271 Ha 8 40

2 Panaikang 233 Ha 7 55

3 Karampuang 145 Ha 9 40

Jumlah 659 Ha 24 135

Tabel 1 Luas Wilayah Kerja dan Jumlah RW, RT Puskesmas


Pampang 2012.
Puskesmas Pampang memberikan pelayanan kepada pasien rawat jalan dengan

pegawai berjumlah 36 orang, yang terdiri dari 26 orang PNS dan 10 orang pegawai

magang dengan luas wilayah kerja Kelurahan Pampang 271 Ha, dengan 8 RW dan 40

RT serta jumlah penduduk 16.859 orang, Kelurahan Panaikang dengan luas 233 Ha,

dengan 7 RW dan 55 RT serta jumlah penduduk 15.883 orang dan Kelurahan

Karampuang 145 Ha, dengan 9 RT dan 40 RW serta jumlah penduduk 10.587 orang.

PETA WILAYAH KERJAPUSKESMAS PAMPANG

Gambar 1. Peta Wilayah Kerja Puskesmas

VISI

“Terwujudnya masyarakat yang sehat dan mandiri di wilayah kerja puskesmas pampang

melalui penyelenggaraan kesehatan yang optimal”

MISI

1. Memberikan pelayanan kesehatan tingkat pertama secara profesional yng bermutu,

merata dan terjangkau.

2. Menjalin kerjasama lintas program dan lintas sektor dalam pelayanan dan pengembangan

kesehatan masyarakat.
3. Meningkatkan pembinaan peran serta masyarakat dalam bidang kesehatan sehingga

masyarakat bisa mandiri.

MOTTO

“ Untuk anda kami ada, kesembuhan dan kepuasaan adalah kebahagiaan, dari niat ikhlas dan

hati yang tulus kami memberikan pelayanan kesehatan”.

B. Keadaan Demografi

1. Luas wilayah : 659 Ha

2. Jumlah KK : 9.934 KK

3. Jumlah penduduk : 43.329 orang (BPS, 2014)

4. Jumlah sarana ibadah : 25 , terdiri dari:

a. Mesjid : 14 buah

b. Gereja : 11 buah

5. Jumlah sarana pendidikan : 29, terdiri dari :

a. TK : 12 buah

b. SD/sederajat : 13 buah

c. SMP/Sederajat : 2 buah

d. SMA/Sederajat : 2 buah

6. Jumlah Posyandu : 23 buah

7. Jumlah ORW/ORT:

a. ORW : 24

b. ORT : 135

8. Jumlah DAMIU : 32 depot


BAB IV

ANALISIS KASUS / MASALAH

Puskesmas Pampang memberikan pelayanan kepada pasien rawat jalandengan luas

wilayah kerja Kelurahan Pampang 271 Ha, dengan 8 RW dan 40 RT serta jumlah penduduk

16.859 orang, Kelurahan Panaikang dengan luas 233 Ha, dengan 7 RW dan 55 RT serta

jumlah penduduk 15.883 orang dan Kelurahan Karampuang 145 Ha, dengan 9 RT dan 40

RW serta jumlah penduduk 10.587 orang.

Untuk tahap analisis kasus/masalah, terdapat beberapa tahapan untuk mengetahui adanya

masalah atau hambatan pada Puskesmas Pampang mengenai masalah Depot Air Minum Isi

Ulang di wilayah kerja Puskesmas Pampang. Untuk penyelesaiannya yaitu

Kriteria

 Kriteria A : Besar masalah (nilai 0-10)

 Kriteria B : Kegawatan masalah (nilai 1-5)

 Kriteria C : Kemudahan penanggulangan (nilai 1-5)

 Kriteria D : PEARL factor (nilai 0 atau 1)


 Identifikasi Masalah

Masalah Depot Air Minum Isi Ulang (DAMIU) di Wilayah kerja Puskesmas

Pampang 2018:

No Masalah Depot Air Jumlah Sasaran Jumlah Cakupa Jumla Selisih

minum sasaran (%) cakupan n (%) hselisi (%)

1. Pengetahuan pengelola 32 100% 28 87,5% 4 12,5%

tentang standar sanitasi

DAMIU

2. Kesadaran karyawan 32 100% 30 93,75% 2 6,25%

terhadap lingkungan

sekitar DAMIU

 Besar Masalah

Penilaian besar masalah dengan menggunakan interval rumus sebagai berikut:

 Kelas N = 1 + 3,3 log n

= 1 + 3,3 log 2

= 1 + 3,3 (0,30)

= 1,9

=2

𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑇𝑒𝑟𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖−𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑡𝑒𝑟𝑒𝑛𝑑𝑎ℎ


 Interval =
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ𝐾𝑒𝑙𝑎𝑠

12,5−6,25
=
2

= 3,12
Kriteria A : Besar Masalah

No Masalah (Indikator) Besar Masalah terhadap angka kejadian Nilai

penyakit

Interval

6,25- 9,37 10,38 – 12,5

Nilai

5 10

1 Pengetahuan √ 10

pengelola tentang

standar sanitasi

DAMIU

2 Kesadaran √ 5

karyawan terhadap

lingkungan sekitar

DAMIU

\
A. Kegawatan Masalah

Merupakan hasil rata-rata pengambilan suara dari 5 anggota kelompok mengenai 3

faktor tingkat kegawatan dengan bobot nilai :

Keganasan Skor Urgensi Skor Biaya Skor

Sangat gawat 5 Sangat 5 Sangat 5

mendesak murah

Gawat 4 Mendesak 4 murah 4

Cukup 3 Cukup 3 Cukup 3

berpengaruh mendesak murah

Kurang gawat 2 Kurang 2 mahal 2

mendesak

Cukup gawat 1 Tidak 1 Sangat 1

mendesak mahal
Kegawatan Masalah (B)

No Masalah Keganasan Urgensi Biaya yang Nilai

dikeluarkan

1 Pengetahuan 4,5 3,6 1,3 9,4

pengelola tentang

standar sanitasi

DAMIU

2 Kesadaran 3,3 3,0 4,2 10,5

karyawan terhadap

lingkungan sekitar

DAMIU

Kemudahan Penanggulangan

No Masalah Kemudahan

Penanggulangan

1 Pengetahuan pengelola tentang standar sanitasi 1,1

DAMIU

2 Kesadaran karyawan terhadap lingkungan 2,3

sekitar DAMIU

B. PEARL Factor

Terdiri dari beberapa faktor yang saling menetukan yaitu :

 Properti : Kesesuaian dengan program daerah/nasional/dunia

 Economy : Memenuhi syarat ekonomi untuk melaksanakannya


 Acceptability : Dapat diterima oleh petugas, masyarakat, dan lembaga terkait

 Resources : Tersedianya sumber daya

 Legality : Tidak melanggar hukum dan etika

Skor yang digunakan diambil melalui 5 voting anggota kelompok

1 = Setuju

0 = Tidak Setuju

No Masalah P E A R L

1 Pengetahuan pengelola tentang 1 1 1 1 1

standar sanitasi DAMIU

2 Kesadaran karyawan terhadap 1 1 1 1 1

kebersihan lingkungan sekitar

DAMIU
Penilaian Prioritas Masalah

Setelah Kriteria A,B,C dan D ditetapkan. Nilai tersebut dimasukkan ke dalam rumus:

 Nilai Prioritas Dasar (NPD) = ( A+B) X C

 Nilai Prioritas Total ( NPT) = (A+B) X C X D

Jadi, adapun Besar Prioritas Masalah

NPT =
NPD =
No Masalah (Indikator) A B C D ( A+B) X C X
( A+B) X C
D

Pengetahuan pengelola
(10+9,4) x 1,1 = (10+9,4) x 1,1 x
1 tentang standar sanitasi 10 9,4 1,1 1
21,34 1 =21,34
DAMIU

Kesadaran karyawan

terhadap kebersihan (5+10,5) x 2,3 = (5+10,5) x 2,3 x


2 5 10,5 2,3 1
lingkungan sekitar 35,65 1 = 35,65

DAMIU
IDENTIFIKASI PENYEBAB MASALAH

Identifikasi Penyebab Masalah masih adanya yang Depot Air Minum Isi Ulang (DAMIU)

yang tidak sesuai standar

KOMPONEN KEMUNGKINAN PENYEBAB

MASALAH

INPUT MAN Pengetahuan mengenai standar sanitasi

DAMIU yang kurang

MONEY Tidak ada masalah

MATERIAL Perawatan alat-alat pembersih DAMIU

yang tidak diperbaharui

METODE Penyuluhan mengenai hal yang berkaitan

dengan sanitasi DAMIU masih kurang

MARKETING Sosialisasi petugas kesehatan setiap bulan

belum optimal.

LINGKUNGAN 1. Tingkat pengetahuan pengelola dan

karyawan tentang standar sanitasi

DAMIU masih kurang.

2. Kesadaran karyawan terhadap

kebersihan lingkungan sekitar DAMIU

masih kurang.

PROSES P1 Tidak ada masalah

P2 Tidak ada masalah

P3 Tidak ada masalah


ANALISIS PENYEBAB MASALAH

A. pengetahuan pengelola dan karyawan tentang standar sanitasi DAMIU masih kurang.

B. Kesadaran karyawan terhadap kebersihan lingkungan sekitar DAMIU masih kurang.

A B C Total

A A A 2

B B 1

C 0

Total Vertikal 0 0 0 3

Total
2 1 0 3
Horizontal

Total 2 1 0 3

Tabel Kumulatif

A 2 2/3 x 100% 66,67% 66,67%

B 1 1/3 x 100% 33,33% 100%

C 0 0/3x 100% 0 100%

Jumlah 10 100%

RENCANA KEGIATAN :

A. Meningkatkan kegiatan penyuluhan tentang hal yang berkaitan dengan standar

sanitasi DAMIU dan manfaat sanitasi DAMIU yang baik di wilayah kerja Puskesmas

Pampang.
B. Meningkatkan kunjungan dan penyuluhan kepada karyawan DAMIU tentang

pentingnya sanitasi DAMIU dan kebersihan lingkungan sekitarnya di wilayah kerja

Puskesmas Pampang.

Input
Kegiatan Output Keterangan
Man Money Material Method Marketing

Dapat
A 1 1 1 1 1 1
dilakukan

Dapat
B 1 1 1 1 1 1
dilakukan
DAFTAR PUSTAKA

1. Atmodjo NS. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta: Rineka Cipta, 2007.

2. Depkes RI. Laporan Riset kesehatan dasar. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan, 2010.

3. Depkes RI. Peraturan Menteri Kesehatan No. 492 /MENKES/PER/IV/2010 tentang


Persyaratan Kualitas Air Minum, 2010.

4. Keman, S. Quality Of Refilled Drinking Water in Surabaya, Vol. 41 No.1 Surabaya: Folia
Medica Indonesiana, 2005.

Anda mungkin juga menyukai