Disusun oleh
2. ADIZHA ABRILLA
4. FINISIA ANGGIYANTI
5. INDAH VERONICA
8. ROSDIANA MANALU
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah menciptakan manusia sebagai makhluk yang
paling sempurna. Shalawat dan Salam senantiasa tercurah kepada Rasulullah Muhammad SAW
beserta keluarga dan para sahabatnya.
Syukur Alhamdulillah, Penyusun panjatkan kehadirat iIlahi Rabbi atas segala Rahmat dan
Hidayah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan tugas mata kuliah ETIKA
KEPERAWATAN ini.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan,
dikarenakan keterbatasan kemampuan dan pengetahuan. Akhirnya Kami hanya dapat
mengembalikan segala sesuatunya kepada Allah SWT. Semoga makalah ini dapat memberikan
manfaat bagi semua pihak yang menggunakannya. Amin.
Kelompok
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.......................................................................................... i
Daftar Isi.................................................................................................... ii
Bab I Pendahuluan
Bab II Pembahasan
2.1Pengertian Etika............................................................................... 2
BAB I
PENDAHULUAN
Proses sosial merupakan aspek dinamis dari kehidupan masyarakat. Dimana di dalamnya
terdapat suatu proses hubungan antara manusia dengan yang lainnya. Proses hubungan tersebut
berupa antar aksi sosial yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari secara terus menerus. Antar
aksi (interaksi) sosial, dimaksudkan sebagai pengaruh timbal balik antara dua belah pihak, yaitu
antara individu satu dengan individu atau kelompok lainnya dalam rangka mencapai tujuan
tertentu. Proses sosial pada dasarnya merupakan siklus perkembangan dari struktur sosial yang
merupakan aspek dinamis dalam kehidupan masyarakat. Perkembangan inilah yang merupakan
dinamika yang tumbuh dari pola-pola perilaku manusia yang berbeda menurut situasi dan
kepentingannya masing-masing, yang diwujudkan dalam proses hubungan sosial. Hubungan-
hubungan sosial itu pada awalnya merupakan proses penyesuaian nilai-nilai sosial dalam
kehidupan masyarakat. Kemudian meningkat menjadi semacam pergaulan yang tidak hanya
sekedar pertemuan secara fisik, melainkan merupakan pergaulan yang ditandai adanya saling
mengerti tentang maksud dan tujuan masing-masing pihak dalam hubungan tersebut. Misalnya
saling berbicara (komunikasi), bekerja sama dalam memecahkan suatu masalah, atau mungkin
pertemuan dalam suatu pertikaian dan lain sebagainya. Secara singkat, dapat dikatakan bahwa
proses sosial itu adalah hubungan-hubungan sosial yang dinamis dalam kehidupan masyarakat.
1
BAB II
PEMBAHASAN
1. Nilai adalah sesuatu yang berharga, keyakinan yang dipegang sedemikian rupa oleh
seseorang sesuai denagn tututan hati nuraninya (pengertian secara umum)
2
2. Nilai adalahseperangkat keyakinan dan sikap-sikap pribadi seseorang tentang kebenaran,
keindahan, dan penghargaan dari suatu pemikiran, objek atau prilaku yang berorientasi pada
tindakan dan pemberian arah serta makna pada kehidupan seseorang (simon,1973).
3. Nilai adalah keyakinan seseorang tentang sesuatu yang berharga, kebenaran atau keinginan
mengenai ide-ide, objek, atau prilaku khusu (Znowski, 1974)
3
4. Bersifat formal
Nilai moral tidak merupakan sutau jenis nilai yang bisa ditempatkan begitu saja
disamping nilai-nilai jenis lainnya. Nilai-nilai moral tidak membentuk suatu kawasan khusus
yang terpisah dari nilai-nilai lain. Nilai- nilai moral tidak memiliki “isi” tersendiri, terpisah
dari nilai-nilai lain. Tidak ada nilai-nilai moral yang “murni”, terlepas dari nilai-nilai lain.
Hal itulah yamg kita maksudakan dengan mengatakan bahwa nilai moral bersifat formal.
2.3 Norma Moral
Dalam bahasa latin arti yang pertama adalah Carpenters square: siku-siku yang dipakai
tukang kayu untuk mengcek apakah benda yang dikerjakan sungguh-sungguh lurus. Asal-usul
ini membantu kita untuk mengerti maksudnya. Dengan norma kita maksudkan aturan atau
kaidah yang kita pakai sebagai tolak ukur untuk mengukur sesuatu. Ada tiga macam norma
umum, yaitu norma kesopanan atau etiket, norma hukum dan norma moral. Etiket misalnya
benar-benar mengandung norma yang mengatakan apa yang harus kita lakukan. Norma hukum
juga merupakan norma penting yang menjadi kenyataan dalam setiap masyarakat. Norma moral
menentukan apakah prilaku kita baik atau buruk dari sudut etis. Karena itu norma moral
merupakan norma tertinggi, yang tidak bisa ditaklukan pada norma lain. Masalah-masalah yang
bias
a disebut “relativisme moral’
1. Relativisme moral tidak Tahan uji
Norma-norma moral tidak pernah mengawang-awang diudara, tapi tercantum dalam
suatu sistem etis yang menjadi bagian suatu kebudayaan. Dengan relativisme moral
dimaksudkan pendapat bahwa moralitas sama saja dengan adat kebiasaan, sehingga suatu
etika tidak lebih baik daripada etika lain. Relativisme moral tidak tahan uji, jika diperiksa
secara kritis. Kritik ini bisa dijalankan dengan memperlihatkan konsekuensi-konsekuensi
yang mustahil.
2. Norma moral bersifat obyektif dan universal
Norma moral pada dasarnya absolut, maka mudah diterima juga bahwa norma itu
bersifat obyektif dan universal a. Obyektifitas norma moral b. Universalitas Norma Moral
4
3. Menguji norma moral
Tes yang paling penting yang kita miliki untuk menguji benar tidaknya norma moral
adalah generalisasi norma. Norma moral adalah benar jik bisa digeneralisasikan dan tidak
benar jika tidak bisa digeneralisasikan . Menggeneralisasikan norma berarti memperlihatkan
bahwa norma itu berlaku untuk semua orang. Bila bisa ditujukan bahwa suatu norma
bersifat umum, maka norma itu sah sebagai norma moral.
4. Norma dasar terpenting: Martabat manusia
Dalam mengusahakan refleksi tentang martabat manusia ini sekali lagi kita mengikuti
filsuf jerman, Imanuel Kant. Menurut kant, kita harus menghargai martabta manusia, karena
manusia adalah satu-satunya makhluk yang merupakan tujuan pada dirinya.
Untuk memahami pengertian nilai secara lebih dalam, berikut ini akan disajikan sejumlah
definisi nilai dari beberapa ahli seperti Rokeach yang menyatakan bahwa, value is an enduring
belief that a specific mode of conduct or end-state of existence is personally or socially
preferable to an opposite or converse mode of conduct or end-state of existence (973: 5).
Menegaskan pendapat tersebut, Feather mengatakan bahwa, Value is a general beliefs about
desirable or undesireable ways of behaving and about desirable or undesireable goals or
end- states (1994: 184).
5
tertentu. Jadi dapat disimpulkan bahwa nilai adalah suatu keyakinan mengenai cara bertingkah
laku dan tujuan akhir yang diinginkan individu, dan digunakan sebagai prinsip atau standar
dalam hidupnya.
Ketiga hal tersebut membawa implikasi terhadap nilai sebagai sesuatu yang diinginkan.
Schwartz menambahkan bahwa sesuatu yang diinginkan itu dapat timbul dari minat kolektif
(tipe nilai benevolence, tradition, conformity) atau berdasarkan prioritas pribadi/individual
(power, achievement, hedonism, stimulation, self-direction), atau kedua-duanya (universalism,
security).
Nilai individu biasanya mengacu pada kelompok sosial tertentu atau disosialisasikan oleh
suatu kelompok dominan yang memiliki nilai tertentu (misalnya pengasuhan orang tua, agama,
kelompok tempat kerja) atau melalui pengalaman pribadi yang unik (Feather, 1994, Grube,
Mayton II dan Ball-Rokeach, 1994, Rokeach, 1973, Schwartz, 1994). Nilai sebagai sesuatu
yang lebih diinginkan harus dibedakan dengan yang hanya diinginkan, di mana lebih diinginkan
mempengaruhi seleksi berbagai modus tingkah laku yang mungkin dilakukan individu atau
mempengaruhi pemilihan tujuan akhir tingkah laku (Kluckhohn dalam Rokeach, 1973).
Lebih diinginkan ini memiliki pengaruh lebih besar dalam mengarahkan tingkah laku.
Dengan demikian maka nilai menjadi tersusun berdasarkan derajat kepentingannya.
6
Sebagaimana terbentuknya, nilai juga mempunyai karakteristik tertentu untuk berubah.
Karena nilai diperoleh dengan cara terpisah, yaitu dihasilkan oleh pengalaman budaya,
masyarakat dan pribadi yang tertuang dalam struktur psikologis individu (Danandjaja, 1985),
maka nilai menjadi tahan lama dan stabil (Rokeach, 1973). Jadi nilai memiliki kecenderungan
untuk menetap, walaupun masih mungkin berubah oleh hal-hal tertentu. Salah satunya adalah
bila terjadi perubahan sistem nilai budaya di mana individu tersebut menetap (Danandjaja,
1985).
Tipe Nilai
Penelitian Schwartz mengenai nilai salah satunya bertujuan untuk memecahkan masalah
apakah nilai-nilai yang dianut oleh manusia dapat dikelompokkan menjadi beberapa tipe nilai
(value type). Lalu masing-masing tipe tersebut terdiri pula dari sejumlah nilai yang lebih khusus.
Setiap tipe nilai merupakan wilayah motivasi tersendiri yang berperan memotivasi seseorang
dalam bertingkah laku. Karena itu, Schwartz juga menyebut tipe nilai ini sebagai motivational
type of value. Dari hasil penelitiannya di 44 negara, Schwartz (1992, 1994) mengemukakan
adanya sepuluh tipe nilai (value types) yang dianut oleh manusia, yaitu sebagai berikut.
a. Power
Tipe nilai ini merupakan dasar pada lebih dari satu tipe kebutuhan yang universal, yaitu
transformasi kebutuhan individual akan dominasi dan kontrol yang diidentifikasi melalui analisa
terhadap motif sosial. Tujuan utama dari tipe nilai ini adalah pencapaian status sosial dan
prestise, serta kontrol atau dominasi terhadap orang lain atau sumberdaya tertentu. Nilai khusus
(spesific values) tipe nilai ini adalah: social power, authority, wealth, preserving my public image
dan social recognition.
b. Achievement
Tujuan dari tipe nilai ini adalah keberhasilan pribadi dengan menunjukkan kompetensi
sesuai standar sosial. Unjuk kerja yang kompeten menjadi kebutuhan bila seseorang merasa perlu
7
untuk mengembangkan dirinya, serta jika interaksi sosial dan institusi menuntutnya. Nilai khusus
yang terdapat pada tipe nilai ini adalah: succesful, capable, ambitious, influential.
c. Hedonism
Tipe nilai ini bersumber dari kebutuhan organismik dan kenikmatan yang diasosiasikan
dengan pemuasan kebutuhan tersebut. Tipe nilai ini mengutamakan kesenangan dan kepuasan
untuk diri sendiri. Nilai khusus yang termasuk tipe nilai ini adalah: pleasure, enjoying life.
d. Stimulation
Tipe nilai ini bersumber dari kebutuhan organismik akan variasi dan rangsangan untuk
menjaga agar aktivitas seseorang tetap pada tingkat yang optimal. Unsur biologis mempengaruhi
variasi dari kebutuhan ini, dan ditambah pengaruh pengalaman sosial, akan menghasilkan
perbedaan individual tentang pentingnya nilai ini. Tujuan motivasional dari tipe nilai ini adalah
kegairahan, tantangan dalam hidup. Nilai khusus yang termasuk tipe nilai ini adalah: daring,
varied life, exciting life.
e. Self-direction
Tujuan utama dari tipe nilai ini adalah pikiran dan tindakan yang tidak terikat
(independent), seperti memilih, mencipta, menyelidiki. Self direction bersumber dari kebutuhan
organismik akan kontrol dan penguasaan (mastery), serta interaksi dari tuntutan otonomi dan
ketidakterikatan. Nilai khusus yang termasuk tipe nilai ini adalah: creativity, curious, freedom,
choosing own goals, independent.
f. Universalism
Tipe nilai ini termasuk nilai-nilai kematangan dan tindakan prososial. Tipe nilai ini
mengutamakan penghargaan, toleransi, memahami orang lain, dan perlindungan terhadap
kesejahteraan umat manusia. Contoh nilai khusus yang termasuk tipe nilai ini adalah: broad
minded, social justice, equality, wisdom, inner harmony.
8
g. Benevolence
Tipe nilai ini lebih mendekati definisi sebelumnya tentang konsep prososial. Bila
prososial lebih pada kesejahteraan semua orang pada semua kondisi, tipe nilai benevolence lebih
kepada orang lain yang dekat dari interaksi sehari-hari. Tipe ini dapat berasal dari dua macam
kebutuhan, yaitu kebutuhan interaksi yang positif untuk mengembangkan kelompok, dan
kebutuhan organismik akan afiliasi. Tujuan motivasional dari tipe nilai ini adalah peningkatan
kesejahteraan individu yang terlibat dalam kontak personal yang intim. Nilai khusus yang
termasuk tipe nilai ini adalah: helpful, honest, forgiving, responsible, loyal, true friendship,
mature love.
h. Tradition
i. Conformity
Tujuan dari tipe nilai ini adalah pembatasan terhadap tingkah laku, dorongan-dorongan
individu yang dipandang tidak sejalan dengan harapan atau norma sosial. Ini diambil dari
kebutuhan individu untuk mengurangi perpecahan sosial saat interaksi dan fungsi kelompok
tidak berjalan dengan baik. Nilai khusus yang termasuk tipe nilai ini adalah: politeness, obedient,
honoring parents and elders, self discipline.
j. Security
Tujuan motivasional tipe nilai ini adalah mengutamakan keamanan, harmoni, dan
stabilitas masyarakat, hubungan antar manusia, dan diri sendiri.
9
Ini berasal dari kebutuhan dasar individu dan kelompok. Tipe nilai ini merupakan pencapaian
dari dua minat, yaitu individual dan kolektif. Nilai khusus yang termasuk tipe nilai ini adalah:
national security, social order, clean, healthy, reciprocation of favors, family security, sense of
belonging.
Definisi karakter atau watak adalah sifat batin yang memengaruhi segenap pikiran,
perilaku, budi pekerti, dan tabiat yang dimiliki manusia atau makhluk hidup lainnya.
Para ahli telah mendefinisikan karakter dalam beberapa pengertian antara lain
Alwisol
Definisi Karakter menurut Alwisol adalah penggambaran tingkah laku yang dilaksanakan
dengan menonjolkan nilai (benar-salah, baik-buruk) secara implisit atau pun ekspilisit. Karakter
berbeda dengan kepribadian yang sama sekali tidak menyangkut nilai-nilai.
Doni Kusuma
Definisi Karakter menurut Doni Kusuma adalah ciri, gaya, sifat, atau pun katakeristik diri
seseorang yang berasal dari bentukan atau pun tempaan yang didapatkan dari lingkungan
sekitarnya.
Gulo W.
Berdasarkan pandangan Gulo W, Karakter merupakan kepribadian yang dilihat dari titik
tolak etis atau pun moral (seperti contohnya kejujuran seseorang). Karakter biasanya memiliki
hubungan dengan sifat – sifat yang relatif tetap.
10
Kamisa
Definisi karakter adalah sifat – sifat kejiwaan, akhlak, dan budi pekerti yang dapat
membuat seseorang terlihat berbeda dari orang lain. Berkarakter dapat diartikan memiliki watak
dan juga kepribadian.
Maxwell
Maxwell berpendapat bahwa karakter jauh lebih baik dari sekedar perkataan. Lebih dari
itu, karakter merupakan sebuah pilihan yang menentukan tingkat kesuksesan.
Wyne
Wyne beranggapan bahwa karakter menandai bagaimana cara atau pun teknis untuk
memfoukuskan penerapan nilai kebaikan ke dalam tindakan atau pun tingkah laku.
W. B. Saunders
Pengertian karakter adalah sifat nyata dan berbeda yang ditunjukkan oleh individu.
Karakter dapat dilihat dari berbagai macam atribut yang ada dalam pola tingkah laku individu.
Jenis-jenis Karakter
Berikut ini adalah beberapa jenis karakter yang akan kita temui dalam kehidupan sehari-hari :
Bijaksana
Boros
Buas
Ceria
Cuek
Egois
Eksentrik
Hemat
11
Iri
Jinak
Jujur
Licik
Munafik
Pelit
Pemaaf
Pemalas
Pemarah
Pembenci
Penakut
Pendendam
Pendiam
Penghina
Pengkhianat
Penyabar
Penyayang
Rajin
Setia
Sombong
Tamak
Karakter bukan merupakan suatu hal yang dibawa sejak lahir sehingga dapat dibentuk
dan diperngaruhi oleh orang-orang dan lingkungan tempat tinggal. Karakter juga dibentuk dari
proses yang panjang dan lama.
12
Tak hanya di lingkungan tempat tinggal saja, di sekolah, di kampus dan ditempat-tempat
lainnya juga merupakan tempat terjadinya pemberntukan karakter.
Oleh karena itu lingkungan, teman dan pergaulan berperan sangat penting dalam proses
pembentukan karakter.
Unsur-unsur Karakter
Sikap
Sikap merupakan salah satu bagian dalam karakter yang menjadi dasar atau cerminan dari
karakter seseorang. Sehingga dapat dikatakan bahwa sikap seseorang selaras dengan karakter
yang ia miliki.
Emosi
Emosi merupakan suatu gejala dinamis yang dirasakan manusia yang ditimbulkan karena
efek perasaan yang sangat kuat.
Kepercayaan
Kepercayaan merupakan komponen yang yang didapat dari faktor sosio psikologis yang
juga kemudian mempengaruhi karakter seseorang. Kepercayaan ini menjadi pembangun dalam
watak dan karakter manusia.
13
Konsepsi diri merupakan sebuah tindakan bagaimana kita menempatkan diri dalam
kehidupan.
14
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Etika merupakan kata yang berasal dari Yunani, yaitu Ethos, yang menurut Araskar dan
David (1978) berarti kebiasaan atau model prilaku, atau standar yang diharapkan dan kriteria
tertentu untuk sesuatu tindakan, dapat diartikan segala sesuatu yang berhubungan dengan
pertimbangan pembuatan keputusan, benar atau tidaknya suatu perbuatan. Nilai moral tidak
terpisah dari jenis lainnya. Setiap nilai dapat memperoleh suatu “bobot moral”, bola
diikutsertakan dalam tingkah laku moral. Dengan norma kita maksudkan aturan atau kaidah
yang kita pakai sebagai tolak ukur untuk mengukur sesuatu. Nilai memiliki kecenderungan
untuk menetap, walaupun masih mungkin berubah oleh hal-hal tertentu. Salah satunya adalah
bila terjadi perubahan sistem nilai budaya di mana individu tersebut menetap (Danandjaja,
1985). Karakter atau watak adalah sifat batin yang memengaruhi segenap pikiran, perilaku, budi
pekerti, dan tabiat yang dimiliki manusia atau makhluk hidup lainnya.
3.2 Saran
Demikian makalah yang telah kami susun, semoga dengan makalah ini dapat menambah
pengetahuan serta lebih bisa memahami tentang pokok bahasan makalah ini bagi para
pembacanya dan khususnya bagi mahasiswa yang telah menyusun makalah ini. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi semua.
15
DAFTAR PUSTAKA
http://juandainginsukses.blogspot.com/2012/01/makalah-etika-dalam-keperawatan-konsep.html
https://www.academia.edu/28798274/MAKALAH_HUBUNGAN_ETIKA_DENGAN_MORAL
_NORMA_DAN_NILAI
iii