Anda di halaman 1dari 20

ETIKA KEPERAWATAN

DEFINISI PERBEDAAN ANTARA ETIKA,NILAI,NORMA,MORAL,DAN


KARAKTER

Disusun oleh

1. ADINDA DWI PANGESTU

2. ADIZHA ABRILLA

3. AFIF IBNU ROSYID

4. FINISIA ANGGIYANTI

5. INDAH VERONICA

6. LITA DWIFIA NAHRUDIN

7. OKTAVIANI ELPA RESI

8. ROSDIANA MANALU

Kelas : IA-ILMU KEPERAWATAN

STIKes MEDISTRA INDONESIA


Jalan Cut Mutia Raya No. 88A Sepanjang Jaya Bekasi,
Jawa Barat Indonesia
2018-2019

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah menciptakan manusia sebagai makhluk yang
paling sempurna. Shalawat dan Salam senantiasa tercurah kepada Rasulullah Muhammad SAW
beserta keluarga dan para sahabatnya.
Syukur Alhamdulillah, Penyusun panjatkan kehadirat iIlahi Rabbi atas segala Rahmat dan
Hidayah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan tugas mata kuliah ETIKA
KEPERAWATAN ini.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan,
dikarenakan keterbatasan kemampuan dan pengetahuan. Akhirnya Kami hanya dapat
mengembalikan segala sesuatunya kepada Allah SWT. Semoga makalah ini dapat memberikan
manfaat bagi semua pihak yang menggunakannya. Amin.

Bekasi, Februari 2019

Kelompok
i

DAFTAR ISI

Kata Pengantar.......................................................................................... i

Daftar Isi.................................................................................................... ii

Bab I Pendahuluan

1.1 Latar Belakang ............................................................................... 1

1.2 Rumusan Makalah.......................................................................... 1

1.3 Tujuan Makalah.............................................................................. 1

Bab II Pembahasan

2.1Pengertian Etika............................................................................... 2

2.2 Pengertian Nilai Moral ........................................................................ 3

2.3 Pengertian Nilai Moral.................................................................... 4


2.4 Pengertian Nilai.............................................................................. 5
2.5 Pengertian Karakter secara umum.................................................. 10

Bab III Penutup


3.1 Kesimpulan..................................................................................... 15
3.2 Saran............................................................................................... 15

Daftar Pustaka........................................................................................... iii


ii

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Proses sosial merupakan aspek dinamis dari kehidupan masyarakat. Dimana di dalamnya
terdapat suatu proses hubungan antara manusia dengan yang lainnya. Proses hubungan tersebut
berupa antar aksi sosial yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari secara terus menerus. Antar
aksi (interaksi) sosial, dimaksudkan sebagai pengaruh timbal balik antara dua belah pihak, yaitu
antara individu satu dengan individu atau kelompok lainnya dalam rangka mencapai tujuan
tertentu. Proses sosial pada dasarnya merupakan siklus perkembangan dari struktur sosial yang
merupakan aspek dinamis dalam kehidupan masyarakat. Perkembangan inilah yang merupakan
dinamika yang tumbuh dari pola-pola perilaku manusia yang berbeda menurut situasi dan
kepentingannya masing-masing, yang diwujudkan dalam proses hubungan sosial. Hubungan-
hubungan sosial itu pada awalnya merupakan proses penyesuaian nilai-nilai sosial dalam
kehidupan masyarakat. Kemudian meningkat menjadi semacam pergaulan yang tidak hanya
sekedar pertemuan secara fisik, melainkan merupakan pergaulan yang ditandai adanya saling
mengerti tentang maksud dan tujuan masing-masing pihak dalam hubungan tersebut. Misalnya
saling berbicara (komunikasi), bekerja sama dalam memecahkan suatu masalah, atau mungkin
pertemuan dalam suatu pertikaian dan lain sebagainya. Secara singkat, dapat dikatakan bahwa
proses sosial itu adalah hubungan-hubungan sosial yang dinamis dalam kehidupan masyarakat.

1.2 Rumusan Masalah


1. Pengertian Etika
2. Pengertian Nilai Moral
3. Pengertian Norma Moral
4. Pengertian Nilai
5. Pengertian Karakter secara umum
1.3 Tujuan Makalah
Makalah ini disusun dengan tujuan untuk mengetahui hal yang berhubungan dengan
kebutuhan dan aktivitas latihan.

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Etika


Etika merupakan kata yang berasal dari Yunani, yaitu Ethos, yang menurut Araskar dan
David (1978) berarti kebiasaan atau model prilaku, atau standar yang diharapkan dan kriteria
tertentu untuk sesuatu tindakan, dapat diartikan segala sesuatu yang berhubungan dengan
pertimbangan pembuatan keputusan, benar atau tidaknya suatu perbuatan. Dalam Oxford
Advanced Learner’s Dictionary of Curret English, AS Hornby mengartikan etika sebagai sistem
dari prinsip-prinsip moral atau aturan-aturan prilaku. Menurut definisi AARN (1996), etika
berfokus pada yang seharusnya baik salah atau benar, atau hal baik atau buruk.Sedangkan
menurut Rowson, (1992).etik adalah segala sesuatu yang berhubungan/alasan tentang isu
moral. Moral adalah suatu kegiatan/ prilaku yang mengarahkan manusia untuk memilih
tindakan baik dan buruk, dapat dikatakan etik merupakan kesadaran yang sistematis terhadap
prilaku yang dapat dipertanggung jawabkan (Degraf, 1988).Etika merupakan bagian dari
filosofi yang berhubungan dengan keputusan moral menyangkut manusia (Spike lee, 1994).
Menurut Webster’s “The discipline dealing with what is good and bad and with moral duty and
obligation, ethics offers conceptual tools to evaluate and guide moral decision making”
Beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa etika merupakan pengetahuan moral dan
susila, falsafah hidup, kekuatan moral, sistem nilai, kesepakatan, serta himpunan hal-hal yang
diwajibkan, larangan untuk suatu kelompok/masyarakat dan bukan merupakan hukum atau
undang-undang. Dan hal ini menegaskan bahwa moral merupakan bagian dari etik, dan etika
merupakan ilmu tentang moral sedangkan moral satu kesatuan nilai yang dipakai manusia
sebagai dasar prilakunnya.Maka etika keperawatan (nursing ethics) merupakan bentuk ekspresi
bagaimana perawat seharusnya mengatur diri sendiri, dan etika keperawatan diatur dalam kode
etik keperawatan. Nilai Secara Umum Ada beberapa pengertian tentang nilai, yitu sebagai
berikut:

1. Nilai adalah sesuatu yang berharga, keyakinan yang dipegang sedemikian rupa oleh
seseorang sesuai denagn tututan hati nuraninya (pengertian secara umum)

2
2. Nilai adalahseperangkat keyakinan dan sikap-sikap pribadi seseorang tentang kebenaran,
keindahan, dan penghargaan dari suatu pemikiran, objek atau prilaku yang berorientasi pada
tindakan dan pemberian arah serta makna pada kehidupan seseorang (simon,1973).
3. Nilai adalah keyakinan seseorang tentang sesuatu yang berharga, kebenaran atau keinginan
mengenai ide-ide, objek, atau prilaku khusu (Znowski, 1974)

2.2 NILAI MORAL


Nilai moral tidak terpisah dari jenis lainnya. Setiap nilai dapat memperoleh
suatu “bobot moral”, bola diikutsertakan dalam tingkah laku moral. Kejujuran misalnya,
merupakan suatu nilai moral, tetapi kejujuran itu sendiri kosong bila tidak diterapkan pada nilai
lain, seperti umpamanya nilai ekonomis Walaupun nilai moral biasanya menumpang pada nilai-
nilai lain, namun ia tampak seperti sebuah nilai baru, bahkan sebagai nilai yang paling tinggi.
Nilai moral memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Berakaitan dengan tanggung jawab kita
Nilai moral berkaitan dengan pribadi manusia. Yang khusus menandai nilai moral adalah
bahwa nilai ini berkaitan dengan pribadi manusia yang bertanggung jawab. Nilai-nilai moral
mengakibatkan bahwa seseotang bersalah atau tidak bersalah, karena ia bertanggung jawab.
Suatu nilai moral hanya dapat diwujudkan dalam perbuatan-perbuatan yang sepenuhnya
menjadi tanggung jawab orang yang bersangkutan
2. Berkaitan dengan hati nurani
Semua nilai minta untuk diakui dan diwujudkan. Nilai selalu mengandung semacam
undangan atau imbauan. Salah satu ciri khas nilai moral adalah bahwa hanya nilia ini
menimbulkan “suara” dari hati nurani yang menuduh kita bila mita meremehkan atau
menentang nilai-nilai moral dan memuji kita bila mewujudkan nilia-nilia moral.
3. Mewajibkan
Berhubungan erat dengan ciri bahwa nilai-nilai moral mewajibkan kita secara absolut
dan dengan tidak bisa ditawar-tawar. Dalam nilai moral terkandung suatu imperatif
kategoris, Sedangkan nilai-nilai lainnya hanya berkaitan dengan imperatif hipotesis. Artinya,
kalu kita ingin merealisasikan nili-nilai lain kita harus menempuh jalan tertentu.

3
4. Bersifat formal
Nilai moral tidak merupakan sutau jenis nilai yang bisa ditempatkan begitu saja
disamping nilai-nilai jenis lainnya. Nilai-nilai moral tidak membentuk suatu kawasan khusus
yang terpisah dari nilai-nilai lain. Nilai- nilai moral tidak memiliki “isi” tersendiri, terpisah
dari nilai-nilai lain. Tidak ada nilai-nilai moral yang “murni”, terlepas dari nilai-nilai lain.
Hal itulah yamg kita maksudakan dengan mengatakan bahwa nilai moral bersifat formal.
2.3 Norma Moral
Dalam bahasa latin arti yang pertama adalah Carpenters square: siku-siku yang dipakai
tukang kayu untuk mengcek apakah benda yang dikerjakan sungguh-sungguh lurus. Asal-usul
ini membantu kita untuk mengerti maksudnya. Dengan norma kita maksudkan aturan atau
kaidah yang kita pakai sebagai tolak ukur untuk mengukur sesuatu. Ada tiga macam norma
umum, yaitu norma kesopanan atau etiket, norma hukum dan norma moral. Etiket misalnya
benar-benar mengandung norma yang mengatakan apa yang harus kita lakukan. Norma hukum
juga merupakan norma penting yang menjadi kenyataan dalam setiap masyarakat. Norma moral
menentukan apakah prilaku kita baik atau buruk dari sudut etis. Karena itu norma moral
merupakan norma tertinggi, yang tidak bisa ditaklukan pada norma lain. Masalah-masalah yang
bias
a disebut “relativisme moral’
1. Relativisme moral tidak Tahan uji
Norma-norma moral tidak pernah mengawang-awang diudara, tapi tercantum dalam
suatu sistem etis yang menjadi bagian suatu kebudayaan. Dengan relativisme moral
dimaksudkan pendapat bahwa moralitas sama saja dengan adat kebiasaan, sehingga suatu
etika tidak lebih baik daripada etika lain. Relativisme moral tidak tahan uji, jika diperiksa
secara kritis. Kritik ini bisa dijalankan dengan memperlihatkan konsekuensi-konsekuensi
yang mustahil.
2. Norma moral bersifat obyektif dan universal
Norma moral pada dasarnya absolut, maka mudah diterima juga bahwa norma itu
bersifat obyektif dan universal a. Obyektifitas norma moral b. Universalitas Norma Moral

4
3. Menguji norma moral
Tes yang paling penting yang kita miliki untuk menguji benar tidaknya norma moral
adalah generalisasi norma. Norma moral adalah benar jik bisa digeneralisasikan dan tidak
benar jika tidak bisa digeneralisasikan . Menggeneralisasikan norma berarti memperlihatkan
bahwa norma itu berlaku untuk semua orang. Bila bisa ditujukan bahwa suatu norma
bersifat umum, maka norma itu sah sebagai norma moral.
4. Norma dasar terpenting: Martabat manusia
Dalam mengusahakan refleksi tentang martabat manusia ini sekali lagi kita mengikuti
filsuf jerman, Imanuel Kant. Menurut kant, kita harus menghargai martabta manusia, karena
manusia adalah satu-satunya makhluk yang merupakan tujuan pada dirinya.

2.4 Pengertian Nilai

Untuk memahami pengertian nilai secara lebih dalam, berikut ini akan disajikan sejumlah
definisi nilai dari beberapa ahli seperti Rokeach yang menyatakan bahwa, value is an enduring
belief that a specific mode of conduct or end-state of existence is personally or socially
preferable to an opposite or converse mode of conduct or end-state of existence (973: 5).
Menegaskan pendapat tersebut, Feather mengatakan bahwa, Value is a general beliefs about
desirable or undesireable ways of behaving and about desirable or undesireable goals or
end- states (1994: 184).

Sementara itu, Schwartz berpandangan bahwa, Value as desireable transsituatioanal


goal, varying in importance, that serve as guiding principles in the life of a person or other
social entity (1994: 21). Lebih lanjut Schwartz (1994) juga menjelaskan bahwa nilai adalah (1)
suatu keyakinan, (2) berkaitan dengan cara bertingkah laku atau tujuan akhir tertentu, (3)
melampaui situasi spesifik, (4) mengarahkan seleksi atau evaluasi terhadap tingkah laku,
individu, dan kejadian-kejadian, serta (5) tersusun berdasarkan derajat kepentingannya.

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, terlihat kesamaan pemahaman tentang nilai,


yaitu (1) suatu keyakinan, (2) berhubungan dengan cara bertingkah laku dan tujuan akhir

5
tertentu. Jadi dapat disimpulkan bahwa nilai adalah suatu keyakinan mengenai cara bertingkah
laku dan tujuan akhir yang diinginkan individu, dan digunakan sebagai prinsip atau standar
dalam hidupnya.

Pemahaman tentang nilai tidak terlepas dari pemahaman tentang bagaimana


sesungguhnya nilai-nilai itu terbentuk. Schwartz berpandangan bahwa nilai merupakan
representasi kognitif dari tiga tipe persyaratan hidup manusia yang universal, yaitu:
(1) kebutuhan individu sebagai organisme biologis, (2) persyaratan interaksi sosial yang
membutuhkan koordinasi interpersonal, (3) tuntutan institusi sosial untuk mencapai
kesejahteraan kelompok dan kelangsungan hidup kelompok (Schwartz dan Bilsky, 1987,
Schwartz, 1992, 1994). Jadi, dalam membentuk tipologi dari nilai-nilai, Schwartz
mengemukakan teori bahwa nilai berasal dari tuntutan manusia yang universal sifatnya yang
direfleksikan dalam kebutuhan organisme, motif sosial (interaksi), dan tuntutan institusi sosial
(Schwartz dan Bilsky, 1987).

Ketiga hal tersebut membawa implikasi terhadap nilai sebagai sesuatu yang diinginkan.
Schwartz menambahkan bahwa sesuatu yang diinginkan itu dapat timbul dari minat kolektif
(tipe nilai benevolence, tradition, conformity) atau berdasarkan prioritas pribadi/individual
(power, achievement, hedonism, stimulation, self-direction), atau kedua-duanya (universalism,
security).

Nilai individu biasanya mengacu pada kelompok sosial tertentu atau disosialisasikan oleh
suatu kelompok dominan yang memiliki nilai tertentu (misalnya pengasuhan orang tua, agama,
kelompok tempat kerja) atau melalui pengalaman pribadi yang unik (Feather, 1994, Grube,
Mayton II dan Ball-Rokeach, 1994, Rokeach, 1973, Schwartz, 1994). Nilai sebagai sesuatu
yang lebih diinginkan harus dibedakan dengan yang hanya diinginkan, di mana lebih diinginkan
mempengaruhi seleksi berbagai modus tingkah laku yang mungkin dilakukan individu atau
mempengaruhi pemilihan tujuan akhir tingkah laku (Kluckhohn dalam Rokeach, 1973).

Lebih diinginkan ini memiliki pengaruh lebih besar dalam mengarahkan tingkah laku.
Dengan demikian maka nilai menjadi tersusun berdasarkan derajat kepentingannya.

6
Sebagaimana terbentuknya, nilai juga mempunyai karakteristik tertentu untuk berubah.
Karena nilai diperoleh dengan cara terpisah, yaitu dihasilkan oleh pengalaman budaya,
masyarakat dan pribadi yang tertuang dalam struktur psikologis individu (Danandjaja, 1985),
maka nilai menjadi tahan lama dan stabil (Rokeach, 1973). Jadi nilai memiliki kecenderungan
untuk menetap, walaupun masih mungkin berubah oleh hal-hal tertentu. Salah satunya adalah
bila terjadi perubahan sistem nilai budaya di mana individu tersebut menetap (Danandjaja,
1985).

Tipe Nilai

Penelitian Schwartz mengenai nilai salah satunya bertujuan untuk memecahkan masalah
apakah nilai-nilai yang dianut oleh manusia dapat dikelompokkan menjadi beberapa tipe nilai
(value type). Lalu masing-masing tipe tersebut terdiri pula dari sejumlah nilai yang lebih khusus.
Setiap tipe nilai merupakan wilayah motivasi tersendiri yang berperan memotivasi seseorang
dalam bertingkah laku. Karena itu, Schwartz juga menyebut tipe nilai ini sebagai motivational
type of value. Dari hasil penelitiannya di 44 negara, Schwartz (1992, 1994) mengemukakan
adanya sepuluh tipe nilai (value types) yang dianut oleh manusia, yaitu sebagai berikut.

a. Power

Tipe nilai ini merupakan dasar pada lebih dari satu tipe kebutuhan yang universal, yaitu
transformasi kebutuhan individual akan dominasi dan kontrol yang diidentifikasi melalui analisa
terhadap motif sosial. Tujuan utama dari tipe nilai ini adalah pencapaian status sosial dan
prestise, serta kontrol atau dominasi terhadap orang lain atau sumberdaya tertentu. Nilai khusus
(spesific values) tipe nilai ini adalah: social power, authority, wealth, preserving my public image
dan social recognition.

b. Achievement

Tujuan dari tipe nilai ini adalah keberhasilan pribadi dengan menunjukkan kompetensi
sesuai standar sosial. Unjuk kerja yang kompeten menjadi kebutuhan bila seseorang merasa perlu

7
untuk mengembangkan dirinya, serta jika interaksi sosial dan institusi menuntutnya. Nilai khusus
yang terdapat pada tipe nilai ini adalah: succesful, capable, ambitious, influential.

c. Hedonism

Tipe nilai ini bersumber dari kebutuhan organismik dan kenikmatan yang diasosiasikan
dengan pemuasan kebutuhan tersebut. Tipe nilai ini mengutamakan kesenangan dan kepuasan
untuk diri sendiri. Nilai khusus yang termasuk tipe nilai ini adalah: pleasure, enjoying life.

d. Stimulation

Tipe nilai ini bersumber dari kebutuhan organismik akan variasi dan rangsangan untuk
menjaga agar aktivitas seseorang tetap pada tingkat yang optimal. Unsur biologis mempengaruhi
variasi dari kebutuhan ini, dan ditambah pengaruh pengalaman sosial, akan menghasilkan
perbedaan individual tentang pentingnya nilai ini. Tujuan motivasional dari tipe nilai ini adalah
kegairahan, tantangan dalam hidup. Nilai khusus yang termasuk tipe nilai ini adalah: daring,
varied life, exciting life.

e. Self-direction

Tujuan utama dari tipe nilai ini adalah pikiran dan tindakan yang tidak terikat
(independent), seperti memilih, mencipta, menyelidiki. Self direction bersumber dari kebutuhan
organismik akan kontrol dan penguasaan (mastery), serta interaksi dari tuntutan otonomi dan
ketidakterikatan. Nilai khusus yang termasuk tipe nilai ini adalah: creativity, curious, freedom,
choosing own goals, independent.

f. Universalism

Tipe nilai ini termasuk nilai-nilai kematangan dan tindakan prososial. Tipe nilai ini
mengutamakan penghargaan, toleransi, memahami orang lain, dan perlindungan terhadap
kesejahteraan umat manusia. Contoh nilai khusus yang termasuk tipe nilai ini adalah: broad
minded, social justice, equality, wisdom, inner harmony.

8
g. Benevolence

Tipe nilai ini lebih mendekati definisi sebelumnya tentang konsep prososial. Bila
prososial lebih pada kesejahteraan semua orang pada semua kondisi, tipe nilai benevolence lebih
kepada orang lain yang dekat dari interaksi sehari-hari. Tipe ini dapat berasal dari dua macam
kebutuhan, yaitu kebutuhan interaksi yang positif untuk mengembangkan kelompok, dan
kebutuhan organismik akan afiliasi. Tujuan motivasional dari tipe nilai ini adalah peningkatan
kesejahteraan individu yang terlibat dalam kontak personal yang intim. Nilai khusus yang
termasuk tipe nilai ini adalah: helpful, honest, forgiving, responsible, loyal, true friendship,
mature love.

h. Tradition

Kelompok dimana-mana mengembangkan simbol-simbol dan tingkah laku yang


merepresentasikan pengalaman dan nasib mereka bersama. Tradisi sebagian besar diambil dari
ritus agama, keyakinan, dan norma bertingkah laku. Tujuan motivasional dari tipe nilai ini adalah
penghargaan, komitmen, dan penerimaan terhadap kebiasaan, tradisi, adat istiadat, atau agama.
Nilai khusus yang termasuk tipe nilai ini adalah: humble, devout, accepting my portion in life,
moderate, respect for tradition.

i. Conformity

Tujuan dari tipe nilai ini adalah pembatasan terhadap tingkah laku, dorongan-dorongan
individu yang dipandang tidak sejalan dengan harapan atau norma sosial. Ini diambil dari
kebutuhan individu untuk mengurangi perpecahan sosial saat interaksi dan fungsi kelompok
tidak berjalan dengan baik. Nilai khusus yang termasuk tipe nilai ini adalah: politeness, obedient,
honoring parents and elders, self discipline.

j. Security

Tujuan motivasional tipe nilai ini adalah mengutamakan keamanan, harmoni, dan
stabilitas masyarakat, hubungan antar manusia, dan diri sendiri.

9
Ini berasal dari kebutuhan dasar individu dan kelompok. Tipe nilai ini merupakan pencapaian
dari dua minat, yaitu individual dan kolektif. Nilai khusus yang termasuk tipe nilai ini adalah:
national security, social order, clean, healthy, reciprocation of favors, family security, sense of
belonging.

2.5 Pengertian Karakter Secara Umum

Definisi karakter atau watak adalah sifat batin yang memengaruhi segenap pikiran,
perilaku, budi pekerti, dan tabiat yang dimiliki manusia atau makhluk hidup lainnya.

Pengertian Karakter Menurut Para Ahli

Para ahli telah mendefinisikan karakter dalam beberapa pengertian antara lain

Alwisol

Definisi Karakter menurut Alwisol adalah penggambaran tingkah laku yang dilaksanakan
dengan menonjolkan nilai (benar-salah, baik-buruk) secara implisit atau pun ekspilisit. Karakter
berbeda dengan kepribadian yang sama sekali tidak menyangkut nilai-nilai.

Doni Kusuma

Definisi Karakter menurut Doni Kusuma adalah ciri, gaya, sifat, atau pun katakeristik diri
seseorang yang berasal dari bentukan atau pun tempaan yang didapatkan dari lingkungan
sekitarnya.

Gulo W.

Berdasarkan pandangan Gulo W, Karakter merupakan kepribadian yang dilihat dari titik
tolak etis atau pun moral (seperti contohnya kejujuran seseorang). Karakter biasanya memiliki
hubungan dengan sifat – sifat yang relatif tetap.

10
Kamisa

Definisi karakter adalah sifat – sifat kejiwaan, akhlak, dan budi pekerti yang dapat
membuat seseorang terlihat berbeda dari orang lain. Berkarakter dapat diartikan memiliki watak
dan juga kepribadian.

Maxwell

Maxwell berpendapat bahwa karakter jauh lebih baik dari sekedar perkataan. Lebih dari
itu, karakter merupakan sebuah pilihan yang menentukan tingkat kesuksesan.

Wyne

Wyne beranggapan bahwa karakter menandai bagaimana cara atau pun teknis untuk
memfoukuskan penerapan nilai kebaikan ke dalam tindakan atau pun tingkah laku.

W. B. Saunders

Pengertian karakter adalah sifat nyata dan berbeda yang ditunjukkan oleh individu.
Karakter dapat dilihat dari berbagai macam atribut yang ada dalam pola tingkah laku individu.

Jenis-jenis Karakter

Berikut ini adalah beberapa jenis karakter yang akan kita temui dalam kehidupan sehari-hari :

 Bijaksana

 Boros

 Buas

 Ceria

 Cuek

 Egois
 Eksentrik

 Hemat

11

 Iri

 Jinak

 Jujur

 Licik

 Munafik

 Pelit

 Pemaaf

 Pemalas

 Pemarah

 Pembenci

 Penakut

 Pendendam

 Pendiam

 Penghina

 Pengkhianat
 Penyabar

 Penyayang

 Rajin

 Setia

 Sombong

 Tamak

 Tidak percaya diri

Proses Terbentuknya Karakter

Karakter bukan merupakan suatu hal yang dibawa sejak lahir sehingga dapat dibentuk
dan diperngaruhi oleh orang-orang dan lingkungan tempat tinggal. Karakter juga dibentuk dari
proses yang panjang dan lama.

12

Tak hanya di lingkungan tempat tinggal saja, di sekolah, di kampus dan ditempat-tempat
lainnya juga merupakan tempat terjadinya pemberntukan karakter.

Oleh karena itu lingkungan, teman dan pergaulan berperan sangat penting dalam proses
pembentukan karakter.

Unsur-unsur Karakter

Karakter terdiri dari beberapa unsur pembangun diantaranya :

Sikap
Sikap merupakan salah satu bagian dalam karakter yang menjadi dasar atau cerminan dari
karakter seseorang. Sehingga dapat dikatakan bahwa sikap seseorang selaras dengan karakter
yang ia miliki.

Emosi

Emosi merupakan suatu gejala dinamis yang dirasakan manusia yang ditimbulkan karena
efek perasaan yang sangat kuat.

Kepercayaan

Kepercayaan merupakan komponen yang yang didapat dari faktor sosio psikologis yang
juga kemudian mempengaruhi karakter seseorang. Kepercayaan ini menjadi pembangun dalam
watak dan karakter manusia.

Kebiasaan dan Kemauan

Kemauan yang kuat dan kebiasaan sangat mempengaruhi terbentuknya karakter


seseorang. Kebiasaan mencerminkan tindakan dan perilaku atau karakter dari seseorang.

13

Konsepsi Diri ( Self-Conception )

Konsepsi diri merupakan sebuah tindakan bagaimana kita menempatkan diri dalam
kehidupan.
14

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Etika merupakan kata yang berasal dari Yunani, yaitu Ethos, yang menurut Araskar dan
David (1978) berarti kebiasaan atau model prilaku, atau standar yang diharapkan dan kriteria
tertentu untuk sesuatu tindakan, dapat diartikan segala sesuatu yang berhubungan dengan
pertimbangan pembuatan keputusan, benar atau tidaknya suatu perbuatan. Nilai moral tidak
terpisah dari jenis lainnya. Setiap nilai dapat memperoleh suatu “bobot moral”, bola
diikutsertakan dalam tingkah laku moral. Dengan norma kita maksudkan aturan atau kaidah
yang kita pakai sebagai tolak ukur untuk mengukur sesuatu. Nilai memiliki kecenderungan
untuk menetap, walaupun masih mungkin berubah oleh hal-hal tertentu. Salah satunya adalah
bila terjadi perubahan sistem nilai budaya di mana individu tersebut menetap (Danandjaja,
1985). Karakter atau watak adalah sifat batin yang memengaruhi segenap pikiran, perilaku, budi
pekerti, dan tabiat yang dimiliki manusia atau makhluk hidup lainnya.

3.2 Saran

Demikian makalah yang telah kami susun, semoga dengan makalah ini dapat menambah
pengetahuan serta lebih bisa memahami tentang pokok bahasan makalah ini bagi para
pembacanya dan khususnya bagi mahasiswa yang telah menyusun makalah ini. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi semua.

15

DAFTAR PUSTAKA

http://juandainginsukses.blogspot.com/2012/01/makalah-etika-dalam-keperawatan-konsep.html

https://www.academia.edu/28798274/MAKALAH_HUBUNGAN_ETIKA_DENGAN_MORAL
_NORMA_DAN_NILAI
iii

Anda mungkin juga menyukai