1/Jan/2018
TINDAK PIDANA MEMASUKI RUMAH, perampokan bukan hal yang tidak mungkin
RUANGAN, PEKARANGAN BERDASARKAN terjadi. Selain itu, dalam masyarakat kita
PASAL 167 AYAT (1) KITAB UNDANG-UNDANG merupakan kebiasaan ada sebagian salesman
HUKUM PIDANA1 untuk memasuki rumah orang guna
Oleh : Haezer M. M. Tumilaar2 menawarkan barang yang akan dijualnya. Ada
salesman yang sekalipun pintu pekarangan
ABSTRAK tertutup, akan membuka pagar, kemudian
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk sekalipun pintu rumah tertutup, akan membuka
mengetahui bagaimana cakupan Pasal 167 pintu rumah jika tidak dikunci. Pada akhirnya
KUHPidana tentang pelanggaran ketenteraman salesman yang bersangkutan telah berada di
rumah dan bagaimana relavansi Pasal 167 depan pintu kamar sehingga membuat
KUHPidana dengan tingkat kriminalitas penghuni rumah kaget. Perilaku salesman
sekarang ini di mana dengan metode sedemikian, walaupun menjengkelkan dan
penelitianhukum normatif disimpulkan: 1. malahan mungkin menimbulkan kemarahan
Cakupan tindak pidana pelanggaran penghuni rumah, tetapi sampai saat ini bukan
ketenteraman rumah (huisvredebreuk) dalam merupakan tindak pidana karena tidak
Pasal 167 ayat (1) KUHPidana adalah melanggar Pasal 167 ayat (1) KUHPidana.
melindungi hak bertempat tinggal, sehingga Hanya apabila salesman itu diminta keluar oleh
merupakan tindak pidana jika seseorang yang penghuni rumah dan tidak segera pergi barulah
memasuki pekarangan dan atau rumah orang kemungkinan terjadi suatu tindak pidana.
lain tidak segera meninggalkan tempat itu atas Perilaku salesman yang sedemikian berani itu
permintaan yang berhak, dengan demikian sendiri, sebenarnya tidak membahayakan
diperlukan adanya permintaan dari orang yang penghuni rumah melainkan hanya merupakan
berhak agar orang yang memasuki pekarangan gangguan saja. Tetapi, ada kemungkinan
dan atau rumah orang lain itu segera bahwa ada orang-orang yang menyamar
meninggalkan tempat itu. Sekalipun orang sebagai salesman dan apabila penghuni rumah
telah memasuki pekarangan atau rumah orang lengah maka ia segera kembali ke tujuannya,
lain, tetapi sebelum ada permintaan agar yaitu melakukan tindak pidana, baik pencurian
segera meninggalkan tempat, maka peristiwa ataupun perampokan.
itu belum merupakan tindak pidana. 2. Tingkat kriminalitas dalam rumah yang
Perlindungan ketenteraman rumah (huisvrede) cukup tinggi ini menimbulkan pertanyaan,
sebagaimana terdapat dalam Pasal 167 apakah orang asing dapat saja secara bebas
KUHPidana, khususnya untuk masyarakat- masuk ke rumah orang yang tidak dikenal, yang
masyarakat perkotaan, sekarang ini sudah tidak nanti wajib keluar jika telah diminta keluar oleh
lagi memadai dilihat dari sudut pertimbangan tuan rumah. Apakah pasal ini masih cocok
keamanan (security), kepemilikan pribadi dengan keadaan sekarang, yaitu apakah dengan
(private property) dan kerahasian pribadi makin meningkatkannya frekuensi
(privacy). kejahatan/tingkat kriminalitas di Indonesia,
Kata kunci: memasuki rumah; tindak pidana; khususnya kejahatan terhadap rumah tangga,
rumusan Pasal 167 ayat (1) KUHPidana masih
PENDAHULUAN sesuai dengan keadaan sekarang ini.
A. Latar Belakang Penulisan
Sebagaimana diketahui, frekuensi kejahatan B. Rumusan Masalah
(kriminalitas) dewasa ini sudah makin 1. Bagaimana cakupan Pasal 167
meningkat. Hal ini menimbulkan perasaan KUHPidana tentang pelanggaran
tidak aman bagi penghuni rumah, jika ada ketenteraman rumah?
orang yang tidak dikenal secara tiba-tiba 2. Bagaimana relavansi Pasal 167
memasuki rumahnya. Kemungkinan KUHPidana dengan tingkat kriminalitas
sekarang ini?
1 C. Metode Penelitian
Artikel Skripsi. Dosen Pembimbing: Michael Barama,
SH., MH; Dr. Anna S. Wahongan, SH., MH Jenis penelitian yang dilakukan untuk
2
Mahasiswa pada Fakultas Hukum Unsrat, NIM. penulisan ini yaitu penelitian hukum normatif.
15071101093
5
Lex Crimen Vol. VIII/No. 1/Jan/2018
6
Lex Crimen Vol. VIII/No. 1/Jan/2018
Istilah huisvredebreuk tersebut dapat juga dalam praktek hukum tidak dipandang
diterjemahkan sebagai pelanggaran sebagai memaksa memasuki. Jika pintu
ketenteraman rumah. Hal yang penting adalah itu tertutup tetapi tidak dikunci, lalu ada
bahwa suatu terjemahan terhadap suatu istilah orang lain membuka dan memasukinya
hukum dapat menggambarkan tujuan dari pasal tanpa mengucapkan “kulo nuwun”,
ini, sebagaimana yang dikemukakan oleh “assalamualaikum” atau “spada”, maka
Sianturi yang menulis keterangan sebagai pada umumnya dipandang sebagai
berikut, Salah satu hak asasi manusia adalah memaksa masuk, terutama jika penghuni
terjaminnya ketenangan di suatu tempat rumah itu sedang tidak berada di rumah,
tinggal (woning) yang dalam bahasa sehari-hari misalnya bertandang di rumah tetangga.
disebut rumah, yang dia pakai/gunakan. Namun apabila si pehak itu setelah ia
Tempat tinggal tersebut diperluas dengan pulang dan melihat kehadiran orang lain
ruangan tertutup dan pekarangan tertutup itu di rumahnya, dan ia tidak meminta
untuk memberikan ketenangan yang lebih supaya orang lain itu segera pergi, maka
mantap. Untuk melindungai ketenangan itulah berarti secara diam-diam telah disetujui
pasal 167 ini ditujukan yang sering diberi nama kehadiran tersebut dengan demikian
dengan delik “peresahan ketenangan rumah” bersifat melawan hukum dari tindakan
(huisvredebreuk).7 orang lain tersebut terhapus.8
Unsur-unsur dari tindak pidana Pasal 167 Pengertian yang diberikan oleh S.R.
ayat (1) KUHPidana, yaitu: Sianturi terhadap kata-kata “memaksa
1. Barangsiapa. Barangsiapa adalah subjek masuk”, yaitu memasuki bertentangan
tindak pidana, di mana dalam sitem dengan kehendak dari si pemakai yang
KUHPidana sekarang ini yang dapat sekaligus merupakan yang berhak.
menjadi subjek tindak pidana hanyalah Dalam putusan Hoge Raad, 14-12-1914,
manusia saja, sedangkan korporasi tidak dipertimbangkan bahwa, “ketentuan ini
dapat menjadi subjek tindak pidana. melindungi hak bertempat tinggal yang
Berbeda halnya dengan tindak pidana didasarkan pada kenyataan bertempat
yang terdapat dalam undang-undang di tinggal di sebuah rumah. Apakah
luar KUHPidana, di mana ada yang sudah penempatan rumah itu didasarkan pada
mengakui korporasi sebagai subjek sesuatu hak, adalah tidak menjadi soal”.9
tindak pidana, misalnya dalam tindak Dari putusan Hoge Raad (Mahkamah
pidana korupsi. Agung Negeri Belanda) di atas, tampak
2. Memaksa masuk. Mengenai pengertian bahwa pengertian orang yang berhak
dari kata-kata “memaksa masuk” adalah pengertian menurut kenyataan.
diberikan uraian penjelasan oleh S.R. Orang yang bertempat tinggal di suatu
Sianturi bahwa, rumah dipandang sebagai yang berhak,
Yang dimaksud dengan memaksa masuk sehingga orang tidak boleh memasuki
ialah memasuki (suatu rumah dan rumah itu bertentangan dengan
sebagainya) bertentangan dengan kehendak orang yang nyatanya
kehendak dari orang lain sipemakai yang bertempat tinggal di rumah tersebut.
sekaligus merupakan sipehak (yang Apa yang menjadi dasar hak dari yang
berhak). Kehendak itu dapat bersangkutan untuk bertempat tinggal di
diutarakan/diucapkan dengan lisan situ, tidak menjadi persoalan. Ini karena
ataupun dengan tulisan bahkan dengan tujuan dari Pasal 167 KUHPidana adalah
isyarat atau tanda yang sudah lazim melindungi hak bertempat tinggal.
dapat dimengerti bahkan juga secara Dalam Pasal 167 ayat (2) KUHPidana
diam-diam. Dalam hal ini apabila pintu disebutkan beberapa hal yang termasuk
dari suatu rumah ternganga (terbuka cakupan pengertian memaksa masuk,
lebar), tidak berarti bahwa siapa saja yaitu:
dapat memasuki rumah tersebut, namun
apabila ada orang lain memasukinya,
8
Ibid., hal.315.
7 9
Ibid. Lamintang dan Samosir, op.cit., h.81.
7
Lex Crimen Vol. VIII/No. 1/Jan/2018
10 12
Sianturi, op.cit., h. 316. Ibid., h. 316-317.
11 13
Ibid. Wirjono Prodjodikoro, op.cit., h. 158.
8
Lex Crimen Vol. VIII/No. 1/Jan/2018
9
Lex Crimen Vol. VIII/No. 1/Jan/2018
10
Lex Crimen Vol. VIII/No. 1/Jan/2018
11
Lex Crimen Vol. VIII/No. 1/Jan/2018
rumah ataupun apabila telah ada rumah maka 3. Serangan itu terhadap diri, kehormatan
rumah itu biasanya tidak didiami. Untuk tanah- kesusilaan atau harta benda sendiri
tanah seperti ini, merupakan sesuatu yang maupun orang lain;
biasa jika pemiliknya menempatkan suatu 4. Pembelaan harus terpaksa.
tulisan untuk dilarang masuk. Dalam salah satu unsur dari rumusan Pasal
Pasal 167 KUHPidana ditujukan untuk tanah 49 ayat (1) KUHPidana ini telah ditentukan
dan rumah yang biasanya ada penghuninya. secara terbatas (limitatif) kepentingan-
Untuk tanah dan rumah yang ada penghuninya, kepentingan yang dapat dibela melalui
tidak lazim untuk meletakkan tulisan dilarang pembelaan terpaksa (noodweer), yaitu:
masuk. - diri (lijf) sendiri atau orang lain;
Jadi, dari sudut pandang pembentuk Pasal - kehormatan kesusilaan (eerbaarheid)
167 KUHPidana, dalam pergaulan hidup sehari- sendiri atau orang lain;
hari, orang boleh memasuki tanah dan rumah - hartabenda (goed) sendiri atau orang
orang lain yang ada penghuninya; yang lain.
lazimnya memang tidak mencantumkan tulisan Mengenai pengertian dari istilah harta
dilarang masuk. Orang yang memasuki tanah benda (goed) yang dapat dibela melalui suatu
dan rumah orang lain tersebut belum pembelaan terpaksa, diberikan keterangan oleh
melakukan suatu tindak pidana. Nanti apabila Utrecht bahwa,
oleh penghuni rumah ia diminta meninggalkan Yang dimaksud dengan ‘goed’ adalah
rumah atau tanahnya dan tidak dipatuhi ‘stoffelijk goed’. Ada pengarang yang juga
dengan segera, barulah hal tidak mematuhi memasukkan hak-hak atas kekayaan
permintaan tersebut merupakan tindak pidana. (vermogensrechten) ke dalam golongan ini.
Dengan demikian, hakekat (substansi) dari Van Hamel (hal.232) mempunyai suatu
Pasal 167 KUHPidana adalah melindungi hak pendapat yang agak luas. Menurut
bertempat tinggal, sehingga merupakan tindak pendapat Van Hamel, maka ‘goed’ itu
pidana jika seseorang yang memasuki meliputi juga ‘huisvrede’ (perdamaian
pekarangan dan atau rumah orang lain tidak rumah tangga), karena hukum sejak dahulu
segera meninggalkan tempat itu atas telah melindungi ‘huisrecht’. 31
permintaan yang berhak. Dari kutipan tulisan E. Utrecht terlihat
Salah permasalahan berkenaan dengan adanya dua pandangan mengenai apakah
pembelaan terpaksa (noodweer) yang diatur istilah harta benda (goed) dalam Pasal 49 ayat
dalam Pasal 49 ayat (1) KUHPidana, yaitu (1) KUHPidana mencakup ketenteraman rumah
apakah ketenteraman rumah (huisvrede) (huisvrede) atau tidak, yaitu:
merupakan sesuatu yang dapat dibela melalui 1. Harta benda (goed) dalam pasal pembelaan
pembelaan terpaksa atau tidak. terpaksa tidak mencakup ketenteraman
Bunyi Pasal 49 ayat (1) KUHPidana ini rumah.
menurut terjemahan Tim Penerjemah BPHN, Hoge Raad (Mahkamah Agung Belanda),
yaitu, “Tidak dipidana, barangsiapa melakukan dalam putusannya tanggal 2-2-1965,
perbuatan pembelaan terpaksa untuk diri memberikan pertimbangan bahwa,
sendiri maupun untuk orang lain, kehormatan “menyelinap dalam rumah tangga orang lain
kesusilaan atau harta benda sendiri maupun menyebabkan gangguan terhadap
orang lain, karena ada serangan atau ancaman ketenteraman rumah tangga, tetapi bukan
serangan yang sangat dekat pada saat itu yang serangan yang membolehkan pembelaan
melawan hukum.30 terpaksa”.32
Dari rumusan Pasal 49 ayat (1) KUHPidana Putusan Hoge Raad tersebut memberikan
menurut Tim Penerjemah BPHN tersebut, penegasan bahwa ketenteraman rumah
tampak bahwa unsur-unsur pembelaan (huisvrede), bukan kepentingan yang dapat
terpaksa (noodweer), yaitu: dibela berdasarkan pembelaan terpaksa
1. Ada serangan atau ancaman serangan (noodweer). Pertimbangan dari Hoge Raad
yang sangat dekat pada saat itu.
2. Serangan itu melawan hukum; 31
E. Utrecht, Hukum Pidana I, cet. 2, Penerbitan
Universitas, Bandung, 1962, h. 368.
30 32
Tim Penerhemah BPHN, op.cit., h. 31. D. Schaffmeister, et al, Op.cit., hal.59.
12
Lex Crimen Vol. VIII/No. 1/Jan/2018
ini juga merupakan pandangan bagian kehormatan kesusilaan atau harta benda, tetapi
terbesar dari para penulis hukum pidana. juga suatu perbuatan yang menimbulkan
Dengan demikian, merupakan pandangan bahaya yang mengancam langsung terhadap
yang banyak dianut bahwa walaupun hal-hal tersebut di atas. 33
pelanggaran terhadap ketenteraman rumah Kutipan di atas menunjukkan terdapatnya
(huisvredebreuk) diancam dengan pidana perbedaan mengenai pokok tersebut antara
dalam Pasal 167 ayat (1) KUHPidana, tetapi hukum pidana negeri Belanda dengan hukum di
ketenteraman rumah tersebut bukanlah beberapa negara lain, seperti Jerman dan
merupakan suatu kepentingan yang dapat Amerika Serikat.
dibela berdasarkan alasan pembelaan Pembatasan seperti yang dianut di Negara
terpaksa (noodweer). Belanda tersebut, tidak dikenal di beberapa
2. Harta benda (goed) dalam pasal pembelaan negara lain, seperti di Jerman dan Amerika
terpaksa mencakup ketenteraman rumah. Serikat. Dengan kata lain, di Jerman dan
Sebagaimana dikutipkan dari tulisan E. Amerika Serikat, serangan terhadap
Utrecht di atas, G.A. Van Hamel mempunyai ketenteraman rumah sebagaimana diatur
suatu pendapat yang agak luas, yaitu dalam Pasal 167 ayat (1) KUHPidana, dapat
menurut pendapat Van Hamel, maka ‘goed’ dibela oleh penghuni rumah itu sendiri dan
itu meliputi juga ‘huisvrede’ (ketenteraman dipandang sebagai pembelaan terpaksa.
rumah), karena hukum sejak dahulu telah Hukum yang berlaku di negara-negara
melindungi ‘huisrecht’. Dengan demikian, seperti Jerman dan Amerika Serikat, yaitu
menurut G.A. van Hamel, ketenteraman adanya hak penghuni rumah untuk
rumah (huisvrede) dapat dibela dengan mempertahankan ketenteraman rumah,
berdasarkan alasan pembelaan terpaksa sehingga merupakan bagian dari pembelaan
(noodweer). terpaksa, merupakan hal yang dipertahankan
Pendapat seperti yang dikemukakan oleh oleh G.A. van Hamel agar juga diterima di
G.A. van Hamel tersebut, merupakan negara Belanda melalui penafsiran terhadap
pandangan yang jarang dianut di kalangan istilah harta benda (goed) dalam Pasal 49 ayat
para penulis hukum pidana di negeri (1) KUHPidana.
Belanda maupun di Indonesia. Dengan meningkatnya perhatian terhadap
Menjadi pertanyaan apakah ketenteraman masalah keamanan (security), kepemilikan
rumah (huisvrede) perlu ditegaskan sebagai pribadi (private property) dan kerahasiaan
salah satu kepentingan hukum yang dapat pribadi (privacy), terutama bagi masyarakat-
dibela melalui pembelaan terpaksa masyarakat perkotaan, maka menurut penulis
(noodweer) atau tidak perlu? Dengan kata skripsi ini, ketenteraman rumah seharusnya
lain, apakah perlu diikuti pendapat seperti dipandang sebagai suatu hak yang dapat dibela
yang dikemukakan oleh G.A. van Hamel melalui pembelaan terpaksa. Hal ini dapat
ataukah tidak. dilakukan melalui penafsiran terhadap istilah
Di atas telah dikutipkan putusan Hoge Raad, harta benda (goed) dalam Pasal 49 ayat (1)
2-2-1965, yang menyatakan bahwa KUHPidana.
ketenteraman rumah bukan kepentingan yang
dapat dibela melalui pembelaan terpaksa. B. Relevansi Pasal 167 ayat (1) KUHPidana
Tetapi, perlu pertimbangan tersebut perlu Dengan Tingkat Kriminalitas Sekarang Ini
dilihat keseluruhannya, yaitu yang menyatakan Masalah yang dibahas dalam bagian ini yaitu
bahwa, apakah perlindungan terhadap ketenteraman
Menyelinap dalam rumah tangga orang lain rumah melalui adanya tindak pidana
menyebabkan gangguan terhadap pelanggaran ketenteraman rumah
ketenteraman rumah tangga, tetapi bukan (huisvredebreuk) sebagaimana yang
serangan yang membolehkan pembelaan dirumuskan dalam Pasal 167 ayat (1)
terpaksa. Dalam beberapa negara (Jerman, KUHPidana, masih relevan dengan keadaan
Amerika Serikat) pembatasan demikian tidak sekarang, dengan kata lain apakah masih
dikenal. Dalam hubungan ini serangan harus memadai untuk keadaan sekarang ini.
diartikan serangan nyata terhadap raga,
33
Ibid.
13
Lex Crimen Vol. VIII/No. 1/Jan/2018
14
Lex Crimen Vol. VIII/No. 1/Jan/2018
15
Lex Crimen Vol. VIII/No. 1/Jan/2018
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Mahrus, Dasar-dasar Hukum Pidana, cet. 2,
Sinar Grafika, Jakarta, 2012.
Kartanegara, Satochid, Hukum Pidana.
Kumpulan Kuliah dan Pendapat Ahli
Hukum Terkemuka, I, Balai Lektur
Mahasiswa, tanpa tahun.
------, Hukum Pidana. Kumpulan Kuliah dan
Pendapat Ahli Hukum Terkemuka, II, Balai
Lektur Mahasiswa, tanpa tahun.
Lamintang, P.A.F. dan C.D. Samosir, Hukum
Pidana Indonesia, Sinar Baru, Bandung,
1983.
Lamintang, P.A.F. dan F.T. Lamintang, Dasar-
dasar Hukum Pidana di Indonesia, Sinar
Grafika, Jakarta, 2014.
Moeljatno, Azas-azas Hukum Pidana, cet. 2,
Bina Aksara, Jakarta, 1984.
------, Perbuatan Pidana dan
Pertanggungjawaban dalam Hukum
Pidana, Bina Aksara, Jakarta, 1983.
Poernomo, Bambang, Azas-azas Hukum Pidana,
Ghalia Indonesia, Jakarta, cetakan ke-4,
1983.
Prodjodikoro, Wirjono, Tindak-tindak Pidana
Tertentu di Indonesia, ed. 3 cet. 4, Refika
Aditama, Bandung, 2012.
Schaffmeister, D., et al, Hukum Pidana, editor
penerjemah J.E. Sahetapy, Liberty,
Yogyakarta, 1995.
16