Anda di halaman 1dari 12

Lex Crimen Vol. VIII/No.

1/Jan/2018

TINDAK PIDANA MEMASUKI RUMAH, perampokan bukan hal yang tidak mungkin
RUANGAN, PEKARANGAN BERDASARKAN terjadi. Selain itu, dalam masyarakat kita
PASAL 167 AYAT (1) KITAB UNDANG-UNDANG merupakan kebiasaan ada sebagian salesman
HUKUM PIDANA1 untuk memasuki rumah orang guna
Oleh : Haezer M. M. Tumilaar2 menawarkan barang yang akan dijualnya. Ada
salesman yang sekalipun pintu pekarangan
ABSTRAK tertutup, akan membuka pagar, kemudian
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk sekalipun pintu rumah tertutup, akan membuka
mengetahui bagaimana cakupan Pasal 167 pintu rumah jika tidak dikunci. Pada akhirnya
KUHPidana tentang pelanggaran ketenteraman salesman yang bersangkutan telah berada di
rumah dan bagaimana relavansi Pasal 167 depan pintu kamar sehingga membuat
KUHPidana dengan tingkat kriminalitas penghuni rumah kaget. Perilaku salesman
sekarang ini di mana dengan metode sedemikian, walaupun menjengkelkan dan
penelitianhukum normatif disimpulkan: 1. malahan mungkin menimbulkan kemarahan
Cakupan tindak pidana pelanggaran penghuni rumah, tetapi sampai saat ini bukan
ketenteraman rumah (huisvredebreuk) dalam merupakan tindak pidana karena tidak
Pasal 167 ayat (1) KUHPidana adalah melanggar Pasal 167 ayat (1) KUHPidana.
melindungi hak bertempat tinggal, sehingga Hanya apabila salesman itu diminta keluar oleh
merupakan tindak pidana jika seseorang yang penghuni rumah dan tidak segera pergi barulah
memasuki pekarangan dan atau rumah orang kemungkinan terjadi suatu tindak pidana.
lain tidak segera meninggalkan tempat itu atas Perilaku salesman yang sedemikian berani itu
permintaan yang berhak, dengan demikian sendiri, sebenarnya tidak membahayakan
diperlukan adanya permintaan dari orang yang penghuni rumah melainkan hanya merupakan
berhak agar orang yang memasuki pekarangan gangguan saja. Tetapi, ada kemungkinan
dan atau rumah orang lain itu segera bahwa ada orang-orang yang menyamar
meninggalkan tempat itu. Sekalipun orang sebagai salesman dan apabila penghuni rumah
telah memasuki pekarangan atau rumah orang lengah maka ia segera kembali ke tujuannya,
lain, tetapi sebelum ada permintaan agar yaitu melakukan tindak pidana, baik pencurian
segera meninggalkan tempat, maka peristiwa ataupun perampokan.
itu belum merupakan tindak pidana. 2. Tingkat kriminalitas dalam rumah yang
Perlindungan ketenteraman rumah (huisvrede) cukup tinggi ini menimbulkan pertanyaan,
sebagaimana terdapat dalam Pasal 167 apakah orang asing dapat saja secara bebas
KUHPidana, khususnya untuk masyarakat- masuk ke rumah orang yang tidak dikenal, yang
masyarakat perkotaan, sekarang ini sudah tidak nanti wajib keluar jika telah diminta keluar oleh
lagi memadai dilihat dari sudut pertimbangan tuan rumah. Apakah pasal ini masih cocok
keamanan (security), kepemilikan pribadi dengan keadaan sekarang, yaitu apakah dengan
(private property) dan kerahasian pribadi makin meningkatkannya frekuensi
(privacy). kejahatan/tingkat kriminalitas di Indonesia,
Kata kunci: memasuki rumah; tindak pidana; khususnya kejahatan terhadap rumah tangga,
rumusan Pasal 167 ayat (1) KUHPidana masih
PENDAHULUAN sesuai dengan keadaan sekarang ini.
A. Latar Belakang Penulisan
Sebagaimana diketahui, frekuensi kejahatan B. Rumusan Masalah
(kriminalitas) dewasa ini sudah makin 1. Bagaimana cakupan Pasal 167
meningkat. Hal ini menimbulkan perasaan KUHPidana tentang pelanggaran
tidak aman bagi penghuni rumah, jika ada ketenteraman rumah?
orang yang tidak dikenal secara tiba-tiba 2. Bagaimana relavansi Pasal 167
memasuki rumahnya. Kemungkinan KUHPidana dengan tingkat kriminalitas
sekarang ini?
1 C. Metode Penelitian
Artikel Skripsi. Dosen Pembimbing: Michael Barama,
SH., MH; Dr. Anna S. Wahongan, SH., MH Jenis penelitian yang dilakukan untuk
2
Mahasiswa pada Fakultas Hukum Unsrat, NIM. penulisan ini yaitu penelitian hukum normatif.
15071101093

5
Lex Crimen Vol. VIII/No. 1/Jan/2018

meninggalkan tempat itu atas


PEMBAHASAN permintaan orang yang berhak atau
A. Cakupan Pasal 167 ayat (1) KUHPidana atas nama orang yang berhak, dihukum
tentang Pelanggaran Ketenteraman Rumah dengan hukuman penjara selama-
Pasal 167 KUHPidana, yang terletak dalam lamanya sembilan bulan atau dengan
Buku II: Kejahatan, pada Bab V tentang hukuman denda setinggi-tingginya
Kejahatan terhadap Ketertiban Umum, empat ribu lima ratus rupiah.
menurut terjemahan Tim Penerjemah BPHN (2) Barangsiapa telah masuk dengan jalan
(Badan Pembinaan Hukum Nasional), berbunyi membongkar, memanjat,
sebagai berikut, mempergunakan kunci-kunci palsu,
(1) Barangsiapa memaksa masuk ke dalam dengan mempergunakan perintah atau
rumah, ruangan atau pekarangan seragam palsu, atau yang telah
tertutup yang dipakai orang lain dengan memasuki tanpa sepengetahuan orang
melawan hukum atau berada di situ yang berhak bukan karena kekeliruan,
dengan melawan hukum, dan atas atau dijumpai di sana pada waktu
permintaan yang berhak atau malam, dianggap sebagai telah
suruhannya tidak pergi dengan segera, memasuki dengan paksa.
diancam dengan pidana penjara paling (3) Apabila ia mengucapkan ancaman-
lama sembilan bulan atau pidana denda ancaman atau mempergunakan alat-
paling banyak empat ribu lima ratus alat yang dapat menimbulkan
rupiah. ketakutan, maka ia dihukum dengan
(2) Barangsiapa masuk dengan merusak hukuman penjara selama-lamanya satu
atau memanjat, dengan menggunakan tahun dan empat bulan.
anak kunci palsu, perintah palsu atau (4) Hukuman-hukuman sepeti yang
pakaian jahatan palsu, atau barang ditentukan di dalam ayat pertama dan
siapa tidak setahu yang berhak lebih ketiga dapat diperberat dengan
dahulu serta bukan karena kekhilafan sepertiganya, apabila kejahatan itu
masuk dan kedapatan di situ pada dilakukan oleh dua orang atau lebih
waktu malam, dianggap memaksa secara bersama-sama.4
masuk. Dari kedua terjemahan di atas tampak delik
(3) Jika mengeluarkan ancaman atau (tindak pidana) pokok diatur dalam Pasal 167
menggunakan sarana yang dapat ayat (1) KUHPidana. Pasal 167 ayat (2) berisi
menakutkan orang, diancam dengan tafsiran yang diperluas terhadap unsur
pidana penjara paling lama satu tahun “memaksa masuk” dalam Pasal 167 ayat (1)
empat bulan. KUHPidana. Selanjutnya Pasal 167 ayat (3) dan
(4) Pidana tersebut dalam ayat 1 dan 3 (4) merupakan alasan-alasan untuk
dapat ditambah sepertiga jika yang memberatkan pidana.
melakukan kejahatan dua orang atau Pasal 167 ayat (1) KUHPidana sendiri tidak
lebih dengan bersekutu.3 memberi kualifikasi (nama) terhadap tindak
pidana yang dirumuskan di dalamnya. Dalam
Sebagai perbandingan, terjemahan Pasal pustaka hukum pidana, tindak pidana ini dalam
167 KUHPidana menurut P.A. Lamintang dan peristilahan hukum Bahasa Belanda biasanya
C.D. Samosir, yaitu: disebut huisvredebreuk, yang oleh S.R. Sianturi
(1) Barangsiapa secara melawan hak diterjemahkan sebagai “peresahan ketenangan
memasuki atau secara melawan hak rumah”,5 sedangkan oleh Wirjono Prodjodikoro
berada di sebuah rumah atau sebuah diterjemahkan sebagai “merusak keamanan di
ruangan yang tertutup atau sebuah rumah”.6
halaman yang tertutup, yang dipakai
oleh orang lain, tidak segera 4
P.A.F. Lamintang dan C.D. Samosir, Hukum Pidana
Indonesia, Sinar Baru, Bandung, 1983, h. 80.
3 5
Tim Penerjemah Badan Pembinaan Hukum Nasional, S.R. Sianturi, Tindak Pidana di KUHP Berikut Uraiannya,
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, Sinar Harapan, Alumni AHM-PTHM, Jakarta, 1983, h. 314.
6
Jakarta, 1983, h. 70-71. Wirjono Prodjodikoro, op.cit., h. 157.

6
Lex Crimen Vol. VIII/No. 1/Jan/2018

Istilah huisvredebreuk tersebut dapat juga dalam praktek hukum tidak dipandang
diterjemahkan sebagai pelanggaran sebagai memaksa memasuki. Jika pintu
ketenteraman rumah. Hal yang penting adalah itu tertutup tetapi tidak dikunci, lalu ada
bahwa suatu terjemahan terhadap suatu istilah orang lain membuka dan memasukinya
hukum dapat menggambarkan tujuan dari pasal tanpa mengucapkan “kulo nuwun”,
ini, sebagaimana yang dikemukakan oleh “assalamualaikum” atau “spada”, maka
Sianturi yang menulis keterangan sebagai pada umumnya dipandang sebagai
berikut, Salah satu hak asasi manusia adalah memaksa masuk, terutama jika penghuni
terjaminnya ketenangan di suatu tempat rumah itu sedang tidak berada di rumah,
tinggal (woning) yang dalam bahasa sehari-hari misalnya bertandang di rumah tetangga.
disebut rumah, yang dia pakai/gunakan. Namun apabila si pehak itu setelah ia
Tempat tinggal tersebut diperluas dengan pulang dan melihat kehadiran orang lain
ruangan tertutup dan pekarangan tertutup itu di rumahnya, dan ia tidak meminta
untuk memberikan ketenangan yang lebih supaya orang lain itu segera pergi, maka
mantap. Untuk melindungai ketenangan itulah berarti secara diam-diam telah disetujui
pasal 167 ini ditujukan yang sering diberi nama kehadiran tersebut dengan demikian
dengan delik “peresahan ketenangan rumah” bersifat melawan hukum dari tindakan
(huisvredebreuk).7 orang lain tersebut terhapus.8
Unsur-unsur dari tindak pidana Pasal 167 Pengertian yang diberikan oleh S.R.
ayat (1) KUHPidana, yaitu: Sianturi terhadap kata-kata “memaksa
1. Barangsiapa. Barangsiapa adalah subjek masuk”, yaitu memasuki bertentangan
tindak pidana, di mana dalam sitem dengan kehendak dari si pemakai yang
KUHPidana sekarang ini yang dapat sekaligus merupakan yang berhak.
menjadi subjek tindak pidana hanyalah Dalam putusan Hoge Raad, 14-12-1914,
manusia saja, sedangkan korporasi tidak dipertimbangkan bahwa, “ketentuan ini
dapat menjadi subjek tindak pidana. melindungi hak bertempat tinggal yang
Berbeda halnya dengan tindak pidana didasarkan pada kenyataan bertempat
yang terdapat dalam undang-undang di tinggal di sebuah rumah. Apakah
luar KUHPidana, di mana ada yang sudah penempatan rumah itu didasarkan pada
mengakui korporasi sebagai subjek sesuatu hak, adalah tidak menjadi soal”.9
tindak pidana, misalnya dalam tindak Dari putusan Hoge Raad (Mahkamah
pidana korupsi. Agung Negeri Belanda) di atas, tampak
2. Memaksa masuk. Mengenai pengertian bahwa pengertian orang yang berhak
dari kata-kata “memaksa masuk” adalah pengertian menurut kenyataan.
diberikan uraian penjelasan oleh S.R. Orang yang bertempat tinggal di suatu
Sianturi bahwa, rumah dipandang sebagai yang berhak,
Yang dimaksud dengan memaksa masuk sehingga orang tidak boleh memasuki
ialah memasuki (suatu rumah dan rumah itu bertentangan dengan
sebagainya) bertentangan dengan kehendak orang yang nyatanya
kehendak dari orang lain sipemakai yang bertempat tinggal di rumah tersebut.
sekaligus merupakan sipehak (yang Apa yang menjadi dasar hak dari yang
berhak). Kehendak itu dapat bersangkutan untuk bertempat tinggal di
diutarakan/diucapkan dengan lisan situ, tidak menjadi persoalan. Ini karena
ataupun dengan tulisan bahkan dengan tujuan dari Pasal 167 KUHPidana adalah
isyarat atau tanda yang sudah lazim melindungi hak bertempat tinggal.
dapat dimengerti bahkan juga secara Dalam Pasal 167 ayat (2) KUHPidana
diam-diam. Dalam hal ini apabila pintu disebutkan beberapa hal yang termasuk
dari suatu rumah ternganga (terbuka cakupan pengertian memaksa masuk,
lebar), tidak berarti bahwa siapa saja yaitu:
dapat memasuki rumah tersebut, namun
apabila ada orang lain memasukinya,
8
Ibid., hal.315.
7 9
Ibid. Lamintang dan Samosir, op.cit., h.81.

7
Lex Crimen Vol. VIII/No. 1/Jan/2018

a. masuk dengan merusak atau 3. Ke dalam rumah, ruangan atau


memanjat. pekarangan tertutup yang dipakai orang
Pada Pasal 99 KUHPidana ada tafsiran lain dengan melawan hukum atau berada
otentik (tafsiran yang berasal dari di situ dengan melawan hukum.
pembentuk undang-undang sendiri) Dari unsur ini terlihat bahwa ada dua
terhadap istilah memanjat. Pada macam tujuan dari memaksa masuk,
Pasal 99 KUHPidana ini dikatakan yaitu (a) ke dalam rumah, ruangan atau
bahwa yang disebut memanjat pekarangan tertutup yang dipakai
termasuk juga masuk melalui lubang oranglain dengan melawan hukum; atau
yang memang sudah ada, tetapi (b) berada di situ dengan melawan
bukan untuk masuk atau masuk hukum. Dua hal tersebut akan dibahas
melalui lubang di bawah tanah yang secara satu persatu berikut ini:
dengan sengaja digali; begitu juga a. ke dalam rumah, ruangan atau
menyeberangi selokan atau parit yang pekarangan tertutup yang dipakai
digunakan sebagai batas penutup. orang lain dengan melawan hukum.
b. masuk dengan menggunakan anak Mengenai apa yang dimaksudkan
kunci palsu, perintah palsu atau dengan rumah, diberikan keterangan
pakaian jabatan palsu. oleh Sianturi bahwa,
Pada Pasal 100 KUHPidana diberikan Yang dimaksud dengan rumah (istilah
tafsiran bahwa yang disebut anak umum) adalah suatu tempat yang
kunci palsu termasuk juga segala sengaja diadakam atau dibuat untuk
perkakas yang tidak dimaksud untuk digunakan sebagai tempat tinggal di
membuka kunci. mana lazimnya dilakukan istirahat
Mengenai masuk dengan malam (tidur), makan/minum dan
menggunakan perintah palsu, oleh bahkan juga di mana harta sebagian
Sianturi dikatakan bahwa, “si petindak atau seluruhnya dia taruh, di mana
menggunakan suatu perintah tertulis dia melakukan pekerjaan-
yang palsu ataiu dipalsukan yang pekerjaannya yang bersifat khusus, di
isinya seakan-akan memberi hak atau mana dia menyebutkan alamatnya
kewenangan baginya menurut untuk surat menyurat.12
perundangan untuk memasuki rumah Wirjono Prodjodikoro memberi
tersebut”.10 keterangan tentang istilah rumah
Mengenai pakaian jabatan palsu, oleh (woning) sebagai berikut, Rumah
Sianturi diberikan contoh, misalnya kediaman (woning) Istilah ini harus
pakaian seragam atau yang diartikan secara luas, yaitu tidak
menyerupai pakaian seragam militer, terbatas pada rumah (huis), tetapi
polisi, jaksa, jawatan lalu lintas meliputi juga misalnya suatu kapal
angkutan jalan raya, pekerjaan yang dipakai sebagai temnpat
perusahaan cleaning service, pegawai kediaman (woonschip) atau suatu
teknisi kelistrikan, pegawai teknisi gudang biasanya hanya dipakai untuk
elektronika, pegawai perusahaan air menyimpan barang-barang.13
minum, pegawai perusahaan gas yang Adami Chazawi memberiketerangan
dipakai oleh seseorang yang tidak tentang istilah rumah (woning) ini
berhak/berwenang untuk itu.11 bahwa, “Objek rumah (woning)
c. tidak setahu yang berhak lebih dahulu haruslah diartikan sebagai suatu
serta bukan karena kekhilafan masuk tempat yang digunakan oleh orang
dan kedapatan di situ pada waktu untuk berdiam/tinggal. Di dalam
malam. Hal yang penting dalam hal ini Memorie van
adalah bahwa perbuatan itu dilakukan Antwoord (MvT), woning dikatakan
pada waktu malam. ‘op een slaapgelegenheid aanwezig is’

10 12
Sianturi, op.cit., h. 316. Ibid., h. 316-317.
11 13
Ibid. Wirjono Prodjodikoro, op.cit., h. 158.

8
Lex Crimen Vol. VIII/No. 1/Jan/2018

atau ‘dimana terdapat suatu tanda yang dimaksudkan bahwa tidak


14
kesempatan tidur’”. setiap orang boleh memasuki
Mengenai istilah ruangan tertutup, pekarangan tersebut. Pekarangan ini
diberikan keterangan oleh Sianturi tidak harus selalu ada atau pernah
bahwa, ada suatu bangunan di atasnya.
Yang dimaksud dengan ruangan Untuk menyatakan ketertutupan dari
tertutup adalah setiap bangunan atau pekarangan tersebut, biasanya
ruangan yang tidak terbuka setiap dikelilingi dengan pagar atau selokan
waktu untuk umum atau yang tidak dan diberi tanda larangan untuk
sembarang waktu dapat dimasuki memasukinya.17
oleh siapa saja. Jadi suatu rumah Wirjono Prodjodikoro memberikan
yang tidak berpenghuni yang pintu- keterangan tentang pekarangan
pintunya ditutup terkunci (misalnya tertutup sebagai berikut, Pada
baru saja selesai dibangun atau telah hakekatnya, masalahnya sama
kosong untuk denganb ruangan tertutup. Akan
disewakan/dikontrakkan) adalah tetapi dalam hal pekarangan,
ruangan tertutup. Termasuk juga ukuranuntuk unsur tertutup harus
dalam golongan ruangan tertutup lebih longgar karena suatu
toko-toko, perusahaan, bengkel yang pekarangan bersifat terbuka.
tidak dihuni.15 Adakalanya juga terdapat tulisan
Istilah ruangan tertutup diberikan “dilarang masuk: tetapi biasanya ini
keterangan oleh Wirjono tidak ada. Tulisan “awas anjing” dapat
Prodjodikoro sebagai berikut, disamakan dengan tulisan “dilarang
Ruangan tertutp (besloten lokaal) masuk”.18
Dengan disebutkannya istilah ini di Hoge Raad, dalam putusan tanggal
samping rumah kediaman, maka yang 16-10-196, malahan memberikan
dimaksudkan adalah ruangan yang pertimbangan bahwa, “dengan
tidak didiami orang. Tertutup tidak ‘halaman’ itu tidak dimaksudkan
berarti bahwa ruangan sama sekali hanya sebuah halaman yang
tertutup tanpa ada pintu terbuka, merupakan bagian dari suatu tempat
tetapi bahwa tidak sembarang orang kediaman, melainkan juga sebuah
boleh masuk ke situ. Sering dipasang tempat pemakaman adalah sebuah
tulisan “dilarang masuk” (verboden halaman”.19
toegang). Akan tetapi, juga tanpa b. berada di situ dengan melawan
tulisan semacam itu, apabila hukum. Mengenai hal ini dikatakan
selayaknya bukan sembarang orang oleh Sianturi,
boleh masuk, maka ruangan sudah Dalam hal ini ada dua kemungkinan,
dapat dikatakan tertutup menurut seseorang berada di situ yaitu setelah
Pasal 167 itu.16 memasukinya baik dengan
Mengenai pekarangan tertutup, “memaksa” maupun tidak dengan
menurut keterangan Sianturi adalah mamaksa tetapi tanpa kulo-nuwun,
sebagai berikut, atau semula memasukinya dengan ijin
Sebidang tanah yang jelas terpisah dari si pehak. Kemudian tidak segera
dari sebidang tanah lainnya pergi atas permintaan si pehak.20
(sekelilingnya) dan jelas ada tanda- Hal yang penting, yaitu dalam kedua hal
tersebut di atas dengan tegas disebutkan
14
Adami Chazawi, “Tindak Pidana Memaksa Masuk bahwa perbuatan-perbuatan itu
Rumah Tanpa Hak” melawan hukum (wederrechtelijk).
http://www.kompasiana.com/adamichazawi/tindak-
pidana-memaksa-masuk-rumah-tanpa-
17
hak_55200991a333110844b65ad5, kunjungan tanggal 7 Sianturi, op.cit., h. 317-318.
18
Mei 2015. Wirjono Prodjodikoro, loc.cit.
15 19
Sianturi, op.cit., h. 317. Lamintang dan Samosir, op.cit., h. 81.
16 20
Wirjono Prododikoro, loc.cit. Sianturi, op.cit., h. 318.

9
Lex Crimen Vol. VIII/No. 1/Jan/2018

Perbedaan pendapat mengenai arti kata itulah ia “melawan hukum”, sehingga


melawan hukum apabila kata melawan diperlukan pengusiran kedua kali.23
hukum itu tercantum sebagai unsur Dalam pendapat Noyon, melawan hukum
tindak pidana, dapat membawa berarti “bertentangan dengan hak orang
kesimpulan yang berbeda mengenai lain”. Perbuatan pedagang klontong itu
suatu kasus. Perbedaan ini terlihat dalam nanti bertentangan dengan hukum, jadi
kasus, yaitu “seorang penjual barang bersifat melawan hukum, setelah
klontong masuk rumah orang lain untuk penghuni rumah memintanya untuk
menawarkan barangnya, kemudian ia segera pergi. Jadi, hak penghuni rumah
oleh yang punya rumah disuruh keluar, untuk tidak diganggu ketenteraman
akan tetapi ia tidak segera pergi, apakah rumahnya perlu ditegaskan berupa
si penjual itu melanggar pasal di atas?”.21 permintaan untuk segera meninggalkan
Dalam putusan Hoge Raad, 18-12-1911, rumahnya.
dipertimbangkan bahwa melawan hukum Dari sudut pandang Noyon, tidak sejak
berarti “tanpa hak atau wewenangnya” semula perbuatan pedagang klontong
(zonder eigen recht of eigen memasuki rumah orang lain sudah
bevoegheid).22 bersifat melawan hukum. Pedagang
Menurut Hoge Raad, seorang pedagang klontong dapat memasuki rumah orang
kelontong tidak memiliki hak untuk lain untuk menjajakan barang-barangnya
memasuki rumah orang lain, sehingga tanpa melawan hukum. Nanti apabila
dengan demikian, perbuatan pedagang ada permintaan yang tegas dari penghuni
kelontong yang memasuki rumah orang rumah agar ia segera meninggal rumah,
lain itu sudah sejak semula telah bersifat dan permintaan itu tidak dipatuhi, maka
melawan hukum. Dalam hal pedagang baru pada saat itu perbuatan pedagang
klontong itu tidak segera pergi ketika kolontong itu melawan hukum. Sifat
disuruh keluar oleh penghuni rumah, melawan hukum ini karena ia tidak
maka perbuatan pedagang klontong itu mematuhi permintaan dari penghuni
telah merupakan tindak pidana rumah untuk segera meninggalkan
sebagaimana dimaksudkan dalam Pasal rumah itu.
167 ayat (1) KUHPidana tentang tindak Putusan Hoge Raad dan pendapat T.J.
pidana pelanggaran ketenteraman rumah Noyon di atas adalah putusan dan
(huisvredebreuk). pendapat sebelum putusan Hoge Raad
T.J. Noyon tidak menyetujui tanggal 31-1-1919 yang dikenal sebagai
pertimbangan Hoge Raad tersebut. drukkers-arrest (arest percetakan) atau
Menurut pendapat Noyon, sebagaimana Cohen-Lindenbaum arrest. Dalam
yang dikutipkan oleh R. Tresna, drukkers-arrest, Hoge Raad memberikan
…, tidaklah sudah dari sejak mulanya penafsiran terhadap istilah perbuatan
timbul pelanggaran pasal 138 KUHP melawan hukum (onrechtmatige daad)
Belanda (= Pasal 167 KUHPidana dalam Pasal 1401 KUHPerdata Belanda (=
Indonesia), sebab si penjual itu berada di Pasal 1365 KUHPerdata Indonesia)
rumah itu tidak “bertentangan dengan sebagai perbuatan atau sikap tidak
hak orang lain”. Baru sesudah ia berbuat yang: (a) melanggar hak orang
diserukan buat meninggalkan rumah itu, lain, atau (b) bertentangan dengan
maka sejak itulah ia “bertentangan kewajiban hukum si pelaku, atau (c)
dengan hak orang lain”, jadi sejak saat bertentangan dengan baik kesusilaan
maupun kepatutan yang seharusnya
diperhatikan dalam pergaulan
masyarakat, terhadap diri dan barang
21
orang lain.
R. Tresna, Azas-azas Hukum Pidana, PT Tiara Ltd.,
Penafsiran yang diberikan oleh Hoge
Jakarta, 1959, h.71.
22
Satochid Kartanegara, Hukum Pidana. Kumpulan Kuliah Raad terhadap pengertian perbuatan
dan Pendapat Ahli Hukum Terkemuka, I, Balai Lektur
23
Mahasiswa, tanpa tahun, h.414. Tresna, Loc.cit.

10
Lex Crimen Vol. VIII/No. 1/Jan/2018

melawan hukum (onrechtmatige daad) memaksa masuk itu agar meninggalkan


dalam hukum perdata ini, kemudian oleh atau keluar dari rumah.
para ahli hukum pidana diterima juga Untuk dapat lebih memahami lagi luas
sebagai penafsiran terhadap istilah cakupan dari Pasal 167 KUHPidana, perlu untuk
perbuatan melawan hukum membandingkan Pasal 167 KUHPidana ini
(wederrechtelijk) dalam hukum pidana. dengan Pasal 551 KUHPidana yang terletak
Berdasarkan pengertian istilah melawan dalam Buku III (Pelanggaran) pada Bab VII
hukum (wederrechtelijk) yang telah tetnang Pelanggaran mengenai Tanah,
mengikuti penafsiran yang diberikan Tanaman dan Pekarangan.
Hoge Raad dalam drukkers-arrest, maka Dalam Pasal 551 KUHPidana, menurut
oleh H.B. Vos dikatakan bahwa, terjemahan Tim Penerjemah BPHN, ditentukan
…, jikalau istilah “melawan hukum” itu bahwa, “Barangsiapa tanpa wenang, berjalan
diartikan sebagai “bertentangan dengan atau berkendaraan di atas tanah yang oleh
apa yang dibenarkan menurut hukum pemiliknya dengan cara jelas dilarang
atau anggapan masyarakat”, maka memasukinya, diancam dengan pidana denda
tidaklah akan timbul keganjilan seperti di paling banyak dua ratus dua puluh lima
dalam pengertian pengadilan tertinggi rupiah.”26
tersebut di atas, yaitu bahwa pedagang Bunyi Pasal 551 KUHPidana menurut
yang masuk rumah orang lain buat terjemahan Lamintang dan Samosir, yaitu,
menawarkan barangnya sudah harus “Barangsiapa yang tanpa mempunyai hak untuk
dianggap “melawan hukum”, yaitu itu, berjalan atau berkendaraan di atas tanah
“tanpa wewenang atau hak”.24 orang lain, yang oleh yang berhak secara nyata
Jadi, dari sudut pandang seperti yang dinyatakan sebagai terlarang untuk dimasuki,
dikemukakan oleh H.B. Vos, seorang dihukum dengan hukuman denda setinggi-
pedagang klontong yang memasuki tingginya dua ratus duapuluh lima rupiah.27
rumah orang untuk menawarkan barang- Mengenai perbedaan antara pasal ini
barang dagangannya, tidaklah dengan Pasal 167 KUHPidana, oleh Sianturi
bertentangan dengan kebiasaan dalam dikatakan bahwa, “dibandingkan dengan pasal
pergaulan masyarakat, sehingga dengan 167, maka untuk penerapan pasal 551 ini tidak
demikian juga tidak bersifat melawan mesti ada rumah di atas sebidang tanah
hukum. tersebut dan juga tidak mesti harus merupakan
4. Atas permintaan yang berhak atau suatu pekarangan yang tertutup”.28
suruhannya tidak pergi dengan segera. Perbedaan yang terpenting adalah pada
Berkenaan dengan unsur ini diberikan Pasal 551 KUHPidana terdapat unsur bahwa
keterangan oleh S.R. Sianturi bahwa, atas tanah itu “secara nyata dinyatakan sebagai
Yang dimaksud dengan atas permintaan terlarang untuk dimasuki”. Sehubungan
dari sipehak atau atas namanya ialah dengan ini oleh Sianturi dikatakan bahwa,
suatu perintah, suruhan, himbauan, Yang dimaksud dengan: untuk memasukinya
saran ataupun gerakan maupun dengan dilarang secara jelas, ialah bahwa yang berhak
tulisan (jika sipehak tidak bisa bicara) itu telah melalukan sesuatu, sehingga siapa saja
yang dapat dimengerti sipetindak dan yang akan memasukinya jelas
pada pokoknya menghendaki sipetindak memahamibahwa tidak boleh memasuki tanah
itu segera pergi. Dalam hal ini yang tersebut. Bagi yang melek huruf adalah lebih
penting ialah sipetindak mengerti ringkas jika pada suatu papan ditulisi
permintaan itu dan tidak harus diulang- “DILARANG MASUK TANAH INI”.29
ulang baru dipandang sempurna terjadi Kutipan-kutipan di atas menunjukkan bahwa
delik ini.25 Pasal 551 KUHPidana ini ditujukan untuk tanah-
Dengan unsur ini tampak bahwa tanah yang di atasnya belum didirikan suatu
senantiasa harus ada permintaan dari
penghuni rumah kepada orang yang 26
Tim Penerjemah BPHN, op.cit., h. 212.
27
Lamintang dan Samosir, op.cit., h. 225.
24 28
Ibid. Sianturi, op.cit., h. 692.
25 29
Sianturi, Op.cit., hal.319. Ibid., h. 691.

11
Lex Crimen Vol. VIII/No. 1/Jan/2018

rumah ataupun apabila telah ada rumah maka 3. Serangan itu terhadap diri, kehormatan
rumah itu biasanya tidak didiami. Untuk tanah- kesusilaan atau harta benda sendiri
tanah seperti ini, merupakan sesuatu yang maupun orang lain;
biasa jika pemiliknya menempatkan suatu 4. Pembelaan harus terpaksa.
tulisan untuk dilarang masuk. Dalam salah satu unsur dari rumusan Pasal
Pasal 167 KUHPidana ditujukan untuk tanah 49 ayat (1) KUHPidana ini telah ditentukan
dan rumah yang biasanya ada penghuninya. secara terbatas (limitatif) kepentingan-
Untuk tanah dan rumah yang ada penghuninya, kepentingan yang dapat dibela melalui
tidak lazim untuk meletakkan tulisan dilarang pembelaan terpaksa (noodweer), yaitu:
masuk. - diri (lijf) sendiri atau orang lain;
Jadi, dari sudut pandang pembentuk Pasal - kehormatan kesusilaan (eerbaarheid)
167 KUHPidana, dalam pergaulan hidup sehari- sendiri atau orang lain;
hari, orang boleh memasuki tanah dan rumah - hartabenda (goed) sendiri atau orang
orang lain yang ada penghuninya; yang lain.
lazimnya memang tidak mencantumkan tulisan Mengenai pengertian dari istilah harta
dilarang masuk. Orang yang memasuki tanah benda (goed) yang dapat dibela melalui suatu
dan rumah orang lain tersebut belum pembelaan terpaksa, diberikan keterangan oleh
melakukan suatu tindak pidana. Nanti apabila Utrecht bahwa,
oleh penghuni rumah ia diminta meninggalkan Yang dimaksud dengan ‘goed’ adalah
rumah atau tanahnya dan tidak dipatuhi ‘stoffelijk goed’. Ada pengarang yang juga
dengan segera, barulah hal tidak mematuhi memasukkan hak-hak atas kekayaan
permintaan tersebut merupakan tindak pidana. (vermogensrechten) ke dalam golongan ini.
Dengan demikian, hakekat (substansi) dari Van Hamel (hal.232) mempunyai suatu
Pasal 167 KUHPidana adalah melindungi hak pendapat yang agak luas. Menurut
bertempat tinggal, sehingga merupakan tindak pendapat Van Hamel, maka ‘goed’ itu
pidana jika seseorang yang memasuki meliputi juga ‘huisvrede’ (perdamaian
pekarangan dan atau rumah orang lain tidak rumah tangga), karena hukum sejak dahulu
segera meninggalkan tempat itu atas telah melindungi ‘huisrecht’. 31
permintaan yang berhak. Dari kutipan tulisan E. Utrecht terlihat
Salah permasalahan berkenaan dengan adanya dua pandangan mengenai apakah
pembelaan terpaksa (noodweer) yang diatur istilah harta benda (goed) dalam Pasal 49 ayat
dalam Pasal 49 ayat (1) KUHPidana, yaitu (1) KUHPidana mencakup ketenteraman rumah
apakah ketenteraman rumah (huisvrede) (huisvrede) atau tidak, yaitu:
merupakan sesuatu yang dapat dibela melalui 1. Harta benda (goed) dalam pasal pembelaan
pembelaan terpaksa atau tidak. terpaksa tidak mencakup ketenteraman
Bunyi Pasal 49 ayat (1) KUHPidana ini rumah.
menurut terjemahan Tim Penerjemah BPHN, Hoge Raad (Mahkamah Agung Belanda),
yaitu, “Tidak dipidana, barangsiapa melakukan dalam putusannya tanggal 2-2-1965,
perbuatan pembelaan terpaksa untuk diri memberikan pertimbangan bahwa,
sendiri maupun untuk orang lain, kehormatan “menyelinap dalam rumah tangga orang lain
kesusilaan atau harta benda sendiri maupun menyebabkan gangguan terhadap
orang lain, karena ada serangan atau ancaman ketenteraman rumah tangga, tetapi bukan
serangan yang sangat dekat pada saat itu yang serangan yang membolehkan pembelaan
melawan hukum.30 terpaksa”.32
Dari rumusan Pasal 49 ayat (1) KUHPidana Putusan Hoge Raad tersebut memberikan
menurut Tim Penerjemah BPHN tersebut, penegasan bahwa ketenteraman rumah
tampak bahwa unsur-unsur pembelaan (huisvrede), bukan kepentingan yang dapat
terpaksa (noodweer), yaitu: dibela berdasarkan pembelaan terpaksa
1. Ada serangan atau ancaman serangan (noodweer). Pertimbangan dari Hoge Raad
yang sangat dekat pada saat itu.
2. Serangan itu melawan hukum; 31
E. Utrecht, Hukum Pidana I, cet. 2, Penerbitan
Universitas, Bandung, 1962, h. 368.
30 32
Tim Penerhemah BPHN, op.cit., h. 31. D. Schaffmeister, et al, Op.cit., hal.59.

12
Lex Crimen Vol. VIII/No. 1/Jan/2018

ini juga merupakan pandangan bagian kehormatan kesusilaan atau harta benda, tetapi
terbesar dari para penulis hukum pidana. juga suatu perbuatan yang menimbulkan
Dengan demikian, merupakan pandangan bahaya yang mengancam langsung terhadap
yang banyak dianut bahwa walaupun hal-hal tersebut di atas. 33
pelanggaran terhadap ketenteraman rumah Kutipan di atas menunjukkan terdapatnya
(huisvredebreuk) diancam dengan pidana perbedaan mengenai pokok tersebut antara
dalam Pasal 167 ayat (1) KUHPidana, tetapi hukum pidana negeri Belanda dengan hukum di
ketenteraman rumah tersebut bukanlah beberapa negara lain, seperti Jerman dan
merupakan suatu kepentingan yang dapat Amerika Serikat.
dibela berdasarkan alasan pembelaan Pembatasan seperti yang dianut di Negara
terpaksa (noodweer). Belanda tersebut, tidak dikenal di beberapa
2. Harta benda (goed) dalam pasal pembelaan negara lain, seperti di Jerman dan Amerika
terpaksa mencakup ketenteraman rumah. Serikat. Dengan kata lain, di Jerman dan
Sebagaimana dikutipkan dari tulisan E. Amerika Serikat, serangan terhadap
Utrecht di atas, G.A. Van Hamel mempunyai ketenteraman rumah sebagaimana diatur
suatu pendapat yang agak luas, yaitu dalam Pasal 167 ayat (1) KUHPidana, dapat
menurut pendapat Van Hamel, maka ‘goed’ dibela oleh penghuni rumah itu sendiri dan
itu meliputi juga ‘huisvrede’ (ketenteraman dipandang sebagai pembelaan terpaksa.
rumah), karena hukum sejak dahulu telah Hukum yang berlaku di negara-negara
melindungi ‘huisrecht’. Dengan demikian, seperti Jerman dan Amerika Serikat, yaitu
menurut G.A. van Hamel, ketenteraman adanya hak penghuni rumah untuk
rumah (huisvrede) dapat dibela dengan mempertahankan ketenteraman rumah,
berdasarkan alasan pembelaan terpaksa sehingga merupakan bagian dari pembelaan
(noodweer). terpaksa, merupakan hal yang dipertahankan
Pendapat seperti yang dikemukakan oleh oleh G.A. van Hamel agar juga diterima di
G.A. van Hamel tersebut, merupakan negara Belanda melalui penafsiran terhadap
pandangan yang jarang dianut di kalangan istilah harta benda (goed) dalam Pasal 49 ayat
para penulis hukum pidana di negeri (1) KUHPidana.
Belanda maupun di Indonesia. Dengan meningkatnya perhatian terhadap
Menjadi pertanyaan apakah ketenteraman masalah keamanan (security), kepemilikan
rumah (huisvrede) perlu ditegaskan sebagai pribadi (private property) dan kerahasiaan
salah satu kepentingan hukum yang dapat pribadi (privacy), terutama bagi masyarakat-
dibela melalui pembelaan terpaksa masyarakat perkotaan, maka menurut penulis
(noodweer) atau tidak perlu? Dengan kata skripsi ini, ketenteraman rumah seharusnya
lain, apakah perlu diikuti pendapat seperti dipandang sebagai suatu hak yang dapat dibela
yang dikemukakan oleh G.A. van Hamel melalui pembelaan terpaksa. Hal ini dapat
ataukah tidak. dilakukan melalui penafsiran terhadap istilah
Di atas telah dikutipkan putusan Hoge Raad, harta benda (goed) dalam Pasal 49 ayat (1)
2-2-1965, yang menyatakan bahwa KUHPidana.
ketenteraman rumah bukan kepentingan yang
dapat dibela melalui pembelaan terpaksa. B. Relevansi Pasal 167 ayat (1) KUHPidana
Tetapi, perlu pertimbangan tersebut perlu Dengan Tingkat Kriminalitas Sekarang Ini
dilihat keseluruhannya, yaitu yang menyatakan Masalah yang dibahas dalam bagian ini yaitu
bahwa, apakah perlindungan terhadap ketenteraman
Menyelinap dalam rumah tangga orang lain rumah melalui adanya tindak pidana
menyebabkan gangguan terhadap pelanggaran ketenteraman rumah
ketenteraman rumah tangga, tetapi bukan (huisvredebreuk) sebagaimana yang
serangan yang membolehkan pembelaan dirumuskan dalam Pasal 167 ayat (1)
terpaksa. Dalam beberapa negara (Jerman, KUHPidana, masih relevan dengan keadaan
Amerika Serikat) pembatasan demikian tidak sekarang, dengan kata lain apakah masih
dikenal. Dalam hubungan ini serangan harus memadai untuk keadaan sekarang ini.
diartikan serangan nyata terhadap raga,
33
Ibid.

13
Lex Crimen Vol. VIII/No. 1/Jan/2018

Bahasan dalam bagian sebelumnyam 1. Individu, yaitu seseorang yang


menunjukkan bahwa cakupan dari Pasal 167 mengalami kejadian kejahatan di luar
KUHPidana adalah melindungi hak bertempat rumah tangganya, korbannya adalah
tinggal, sehingga merupakan tindak pidana jika individu yang bersangkutan. Contoh,
seseorang yang memasuki pekarangan dan atau misalnya seseorang sedang pergi
rumah orang lain tidak segera meninggalkan berbelanja kemudian dianiaya di
tempat itu atas permintaan yang berhak. kawasan pertokoan.
Dengan demikian, perlu ada permintaan dari 2. Rumah tangga, seseorang yang
yang berhak agar orang yang memasuki mengalami kejadian kejahatan di rumah
pekarangan dan atau rumah orang lain agar tangganya, korbannya adalah individu
meninggalkan tempat itu. yang bersangkutan dan rumah
KUHPidana yang berlaku sekarang ini tangganya. Contohnya, satu keluarga
pertama kali diundangkan lebih 100 (seratus) sedang bersantai dalam rumah kemudian
tahun yang lalu dengan nama Wetboek van datang perampok melakukan
Strafrecht voor Nederlands Indie (Staatsblad perampokan dalam rumah mereka.
1915 No. 732), sehingga antara tahun 1915 dan Merupakan kenyataan bahwa sekarang ini,
2018 telah ada jarah sejauh 103 tahun. terutama di daerah-daerah perkotaan,
Walaupun telah mengalami sejumlah frekuensi kejahatan (kriminalitas) telah makin
pencabutan, perubahan dan penambahan, meningkat dibandingkan dengan masa-masa
antara lain melalui Undang-undang No.1 Tahun sebelumnya. Tingkat Kriminalitas Terhadap
1946 tentang Peraturan Hukum Pidana, tetapi Rumah Tangga di Indonesia, jumlah rumah
sebagian terbesar rumusan tindak pidana di tangga yang menjadi korban kejahatan dari
dalamnya tidak mengalami perubahan. Salah 1.722.703 rumah tangga (2,75 persen dari
satu rumusan tindak pidana yang tidak populasi rumah tangga Indonesia) pada tahun
mengalami perubahan adalah tindak pidana 2016 menurun menjadi 1.384.193 rumah
pelanggaran ketenteraman rumah tangga (2,19 persen) pada tahun 2012 dan
(huisvredebreuk) dalam Pasal 167 KUHPidana. meningkat menjadi 1.426.769 rumah tangga
Ini berarti rumusan pasal tersebut di Indonesia (2,22 persen) pada tahun 2017.35
juga telah berusia 103 (seratus) tahun. Frekuensi rumah tangga sebagai korban
Tingkat kriminalitas di Indonesia kejahatan, sekalipun di tahun 2017 (1.4326.769
diinformasikan antara lain dalam terbitan rumah tangga sebagai korban/2,22% dari
berkala oleh Badan Pusat Statistik, di mana populasi rumah tangga tahun bersangkutan)
yang digunakan sebagai acuan untuk tulisan ini lebih rendah dari tahun 2016 (1.722.703 rumah
yaitu Statistik Kriminal 2017. Data khusus tangga sebagai korban/2,75% dari populasi
tentang korban kejahatan dimuat dalam Bagian rumah tangga tahun bersangkutan), tetapi
4 yang berjudul Korban Kejahatan. Tentang persentase 2,22% dari populasi, yaitu berarti
pengertian korban kejahatan dijelaskan bahwa, 2,22 rumah tangga dari tiap 100 rumah tangga
Korban kejahatan yang dibahas mencakup merupakan korban kejahatan.
dua kategori, yaitu rumah tangga dan Latar belakang tingginya rumah tangga
individu/penduduk. Sesuai dengan konsep yang sebagai korban kejahatan menyebabkan orang-
digunakan dalam Susenas, seseorang yang orang di daerah-daerah perkotaan juga makin
mengalami kejadian kejahatan di luar rumah meningkatkan perlindungan diri terhadap
tangganya, korbannya adalah individu yang kemungkinan menjadi korban kejahatan, antara
bersangkutan. Sedangkan seseorang yang lain dengan memagari rumah mereka dan
mengalami kejadian kejahatan di rumah cenderung menutup pintu rumah. Peningkatan
tangganya, korbannya adalah individu yang kewaspadaan untuk perlindungan diri sendiri
bersangkutan dan rumah tangganya.34 seperti ini oleh karena orang-orang yang tinggal
Kutipan menunjukkan bahwa korban di daerah-daerah perkotaan menyadari bahwa
kejahatan dibagi atas 2 (dua) kategori, yaitu: sulit untuk mengharapkan bantuan dari para
tetangga. Ini berbeda dengan mereka yang
tinggal di daerah-daerah pedesaan, di mana jika
34
Sub Direktorat Statistik Politik dan Keamanan (ed.),
35
loc.cit. Ibid.

14
Lex Crimen Vol. VIII/No. 1/Jan/2018

penghuni suatu rumah menghadapi masalah, Dengan demikian, rumusannya dapat


maka bantuan tetangga lebih mudah dan cepat berbunyi barangsiapa barangsiapa secara
diperoleh. melawan hukum memasuki rumah, ruangan
Dengan demikian, pada umumnya pada atau pekarangan tertutup yang dipakai orang
masyarakat perkotaan telah terbentuk sikap lain, diancam dengan pidana penjara paling
untuk menegaskan suatu kepemilikan pribadi lama … tahun atau pidana denda paling banyak
(private property) dan kerahasiaan pribadi …
(privacy). Hal ini disebabkan oleh situasi di Ketentuan Pasal 167 ayat (1) yang ada
perkotaan yang menuntut agar orang bersikap sekarang ini, - yaitu barangsiapa memaksa
lebih berhati-hati. masuk ke dalam rumah, ruangan atau
Dengan latar belakang perkembangan dan pekarangan tertutup yang dipakai orang lain
perubahan sikap pandangan tersebut, maka dengan melawan hukum atau berada di situ
dapat dipahami bahwa masyarakat perkotaan dengan melawan hukum, dan atas permintaan
tidak lagi menghendaki pekarangan dan atau yang berhak atau suruhannya tidak pergi
rumahnya sembarangan dimasuki orang lain. dengan segera, diancam dengan pidana penjara
Sekalipun pekarangan dan atau rumahnya tidak paling lama sembilan bulan atau pidana denda
ditaruh peringatan “dilarang masuk”, tapi paling banyak empat ribu lima ratus rupiah - ,
dalam sikap pandangan masyarakat perkotaan, dapat dijadikan sebagai ayat (2) yang
“dilarang masuk” merupakan sesuatu yang kedudukannya adalah sebagai alasan pemberat
sudah seharusnya berdasarkan adanya pidana terhadap tindak pidana yang
kepemilikan pribadi (private property), dirumuskan di atas.
kerahasian pribadi (privacy) dan keamanan diri
(security) PENUTUP
Perbuatan memasuki rumah, ruangan atau A. Kesimpulan
pekarangan tertutup yang dipakai orang lain, 1. Cakupan tindak pidana pelanggaran
dalam pandangan masyarakat perkotaan ketenteraman rumah (huisvredebreuk)
sekarang ini sudah merupakan perbuatan yang dalam Pasal 167 ayat (1) KUHPidana
patut dipidana (strafwaardig), sehingga sudah adalah melindungi hak bertempat
perlu dijadikan sebagai suatu tindak pidana. tinggal, sehingga merupakan tindak
Dengan demikian, menurut penulis, pidana jika seseorang yang memasuki
perlindungan hak bertempat tinggal yang diatur pekarangan dan atau rumah orang lain
dalam Pasal 167 KUHPidana, terutama untuk tidak segera meninggalkan tempat itu
masyarakat perkotaan, sudah tidak lagi sesuai atas permintaan yang berhak, dengan
dengan keadaan kebutuhan sekarang ini. Pasal demikian diperlukan adanya permintaan
tersebut sudah memerlukan perubahan untuk dari orang yang berhak agar orang yang
disesuaikan dengan perkembangan yang terjadi memasuki pekarangan dan atau rumah
dewasa ini. orang lain itu segera meninggalkan
Oleh karenanya, ke dalam Pasal 167 tempat itu. Sekalipun orang telah
KUHPidana perlu ditambahkan ayat yang memasuki pekarangan atau rumah orang
mengancamkan pidana terhadap barangsiapa lain, tetapi sebelum ada permintaan agar
yang memasuki rumah, ruangan atau segera meninggalkan tempat, maka
pekarangan tertutup yang dipakai orang lain. peristiwa itu belum merupakan tindak
Dengan adanya perbedaan pandangan pidana.
antara masyarakat yang tinggal di daerah- 2. Perlindungan ketenteraman rumah
daerah perkotaan dengan masyarakat yang (huisvrede) sebagaimana terdapat dalam
tinggal di daerah-daerah pedesaan, juga Pasal 167 KUHPidana, khususnya untuk
masyarakat yang tinggal di dalam kota tetapi masyarakat-masyarakat perkotaan,
lingkungannya lebih mendekati masyarakat sekarang ini sudah tidak lagi memadai
pedesaan, maka unsur melawan hukum perlu dilihat dari sudut pertimbangan
dicantumkan dalam rumusan tindak pidana keamanan (security), kepemilikan pribadi
tersebut. (private property) dan kerahasian pribadi
(privacy).

15
Lex Crimen Vol. VIII/No. 1/Jan/2018

B. Saran Sianturi, S.R., Tindak Pidana di KUHP Berikut


1. Cakupan perlindungan ketenteraman Uraiannya, Alumni AHM-PTHM, Jakarta,
rumah (huisvrede), khususnya untuk 1983.
masyarakat perkotaan, sudah perlu Sub Direktorat Statistik Politik dan Keamanan
ditinjau kembali. (ed.), Statistik Kriminal 2014, Badan Pusat
2. Pasal 167 KUHPidana perlu dimulai Statistik, Jakarta.
dengan ayat yang mengancamkan pidana Tim Penerjemah Badan Pembinaan Hukum
terhadap setiap orang secara melawan Nasional, Kitab Undang-Undang Hukum
hukum memasuki rumah, ruangan atau Pidana, Sinar Harapan, Jakarta, 1983.
pekarangan tertutup yang dipakai orang Tresna, R., Azas-azas Hukum Pidana, PT Tiara
lain. Selanjutnya rumusan Pasal 167 ayat Ltd., Jakarta, 1959.
(1) yang ada sekarang ini, yaitu dimana ------, Komentar H.I.R., cet. 6, Pradnya Paramita,
ada permintaan meninggalkan tempat Jakarta, 1976.
tetapi yang diperingati tidak segera Utrecht, E., Hukum Pidana I, Penerbitan
mengindahkan, dapat dijadikan sebagai Universitas, Bandung, cetakan ke-2, 1960.
ayat (2) yang kedudukannya adalah Widnyana, I Made, Asas-asas Hukum Pidana.
sebagai alasan pemberat pidana Buku Panduan Mahasiswa, Fikahati
terhadap tindak pidana yang dirumuskan Aneska, Jakarta, 2010.
sebelumnya.

DAFTAR PUSTAKA
Ali, Mahrus, Dasar-dasar Hukum Pidana, cet. 2,
Sinar Grafika, Jakarta, 2012.
Kartanegara, Satochid, Hukum Pidana.
Kumpulan Kuliah dan Pendapat Ahli
Hukum Terkemuka, I, Balai Lektur
Mahasiswa, tanpa tahun.
------, Hukum Pidana. Kumpulan Kuliah dan
Pendapat Ahli Hukum Terkemuka, II, Balai
Lektur Mahasiswa, tanpa tahun.
Lamintang, P.A.F. dan C.D. Samosir, Hukum
Pidana Indonesia, Sinar Baru, Bandung,
1983.
Lamintang, P.A.F. dan F.T. Lamintang, Dasar-
dasar Hukum Pidana di Indonesia, Sinar
Grafika, Jakarta, 2014.
Moeljatno, Azas-azas Hukum Pidana, cet. 2,
Bina Aksara, Jakarta, 1984.
------, Perbuatan Pidana dan
Pertanggungjawaban dalam Hukum
Pidana, Bina Aksara, Jakarta, 1983.
Poernomo, Bambang, Azas-azas Hukum Pidana,
Ghalia Indonesia, Jakarta, cetakan ke-4,
1983.
Prodjodikoro, Wirjono, Tindak-tindak Pidana
Tertentu di Indonesia, ed. 3 cet. 4, Refika
Aditama, Bandung, 2012.
Schaffmeister, D., et al, Hukum Pidana, editor
penerjemah J.E. Sahetapy, Liberty,
Yogyakarta, 1995.

16

Anda mungkin juga menyukai