Anda di halaman 1dari 11

148

EKSISTENSI PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL


(PPNS) DALAM STRUKTUR PEMERINTAHAN DAERAH
Firdaus
Fakultas Hukum Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Banten
E-mail: dauslaw07@yahoo.com

Abstract

The implementation of widest autonomi be implication to the among increase local government
business. Government business with transferred and afterward become task and authority of local
government, not sparse to require the provisions of criminal sanctions in order to enforce value and
interest of law who want to be protected by a local legal product commonly mentioned with Local
Regulation. One of institutions instrumen in order to enforce Local Regulation by be contain cri-
minal sanction is establishment of officer investigators specifically placed in the local and given the
task of detection and investigation to the possibility of the offenses happen such as rugulated in the
local regulation. The officer investigator task in the local regulation enforce, be coincide doubt Of-
ficer investigator position in the local government structure, whether as local officer or central
offi-cer in the local? The appear mentioned question with remember of officer investigator task and
au-thority include of central government business category at the judicial area.

Key words: local regulations and civil investigator.

Abstrak

Pelaksanaan otonomi seluas-luasnya berimplikasi terhadap meningkatnya jumlah urusan


pemerintahan daerah. Urusan-urusan Pemerintah yang diserahkan dan kemudian menjadi tugas dan
wewenang pemerintahan daerah, tidak jarang membutuhkan ketentuan-ketentuan sanksi pidana
dalam rangka menegakkan nilai dan kepentingan hukum yang hendak dilindungi oleh suatu produk
hukum daerah yang lazim disebut dengan Peraturan Daerah. Salah satu perangkat kelembagaan
dalam rangka menegakkan peraturan daerah yang memuat sanksi pidana adalah dibentuknya PPNS
yang secara khusus di tempatkan di daerah dan diberi tugas melakukan penyelidikan dan penyidikan
terhadap kemungkinan terjadinya tindak pidana sebagaimana diatur dalam suatu peraturan daerah.
Tugas PPNS dalam rangka penegakan peraturan daerah, secara bersamaan mempertanyakan
kedudukan PPNS dalam struktur pemerintahan daerah apakah sebagai pejabat daerah atau pejabat
pusat di daerah? Pertanyaan tersebut muncul dengan mengingat tugas dan wewenang PPNS termasuk
dalam kategori urusan Pemerintah Pusat di bidang yustisi.

Kata kunci: Peraturan Daerah dan Penyidik Pegawai Negeri Sipil.

Pendahuluan Pemerintah Pusat mendesentralisasikan bebera-


Otonomi sebagai konsekuensi demokrati- pa urusan pemerintahan kepada pemerintahan
sasi pemerintahan yang bergulir sejak reformasi daerah untuk dikelolah secara mandiri berdasar-
1998 menyebabkan pemerintah daerah menga- kan prakarsa sendiri sesuai dengan kondisi ma-
lami peningkatan jumlah urusan yang harus di- sing-masing daerah.2 Penyelenggaraan urusan
tangani dan dipertanggungjawabkan bagi terwu- pemerintahan berdasarkan prakarsa sendiri ber-
judnya masyarakat adil dan makmur.1 Mening- arti penyelenggaraan urusan mulai dari tingkat
katnya jumlah urusan pemerintahan daerah tid- perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan
ak lain karena tuntutan otonomi yang memaksa
2
H.M. Laica Marzuki, “Hakikat Desentralisasi Dalam Sis-
tem Ketatanegaraan Indonesia”, Jurnal Konstitusi, Vol.
1
Syarif Hidayat, 2007, Too Much Too Soon; Local State 4 No. 1, Maret 2007, Jakarta: MKRI, hlm. 7-14; Syarif Hi-
Elite’s Perspective on and The Puzzle of Contemporary dayat, “Desentralisasi dan Otonomi Dalam Perspektif
Indonesian Regional Autonomy Policy, Jakarta: Rajawali State-Society Relation”, Jurnal Poelitik, Vol. 1 No. 1,
Press, hlm. 38. Tahun 2008, Jakarta: UNAS, hlm. 1-25.
Eksistensi Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) dalam Struktur Pemerintahan Daerah 149

sampai dengan pengawasan dilakukan oleh pe- telah membentuk perda tentang PPNS di ling-
rangkat pemerintahan daerah itu sendiri guna kungan pemerintahan daerah. Permasalahan
mengakomodasi keanekaragaman nilai dari ke- yang muncul kemudian adalah bagaimana kedu-
pentingan lokal masing-masing daerah.3 Penye- dukan PPNS dalam struktur pemerintahan dae-
lenggaraan urusan pemerintahan daerah tidak rah? Permasalahan tentang kedudukan PPNS da-
lantas bermakna pemerintahan daerah dapat lam struktur pemerintahan daerah berkaitan de-
bertindak sebebas-bebasnya tetapi tetap senan- ngan keberadaan PPNS itu sendiri sebagai ba-
tiasa dalam batas-batas pembagian kewenangan gian dari sistem peradilan pidana. Ketentuan
antara pemerintah pusat dan daerah dalam Ne- Pasal 1 angka 1 UU No. 8 Tahun 1981 tentang
gara Kesatuan Republik Indonesia4. Hukum Acara Pidana Bab I Ketentuan Umum
Besarnya urusan pemerintahan daerah da- mengatur bahwa penyidik adalah pejabat polisi
lam penyelenggaraan otonomi melahirkan ber- negara Republik Indonesia atau pejabat pegawai
bagai peraturan daerah (Perda) dan peraturan negeri sipil tertentu yang diberi wewenang khu-
kepala daerah sebagai sarana hukum dalam me- sus oleh undang-undang untuk melakukan penyi-
nyelenggarakan pemerintahan di daerah. Tidak dikan. Ketentuan lebih lanjut mengenai hal ter-
jarang di antara Perda tersebut menciptakan sebut diatur dalam Pasal 6 ayat (1) UU No. 8 Ta-
berbagai ketentuan yang membebankan, sanksi, hun 1981 yang membedakan penyidik menjadi
baik yang bersifat administrasi maupun pidana. dua, yaitu pejabat polisi negara Republik Indo-
Pembebanan sanksi dalam lapangan hukum ad- nesia dan pejabat pegawai negeri sipil tertentu
ministrasi mungkin tidak terlalu menjadi soal, yang diberi wewenang khusus oleh undang-un-
sebab penegakan dalam lapangan hukum admi- dang. Pasal 7 ayat (2) memberikan kewenangan
nistrasi senantiasa berdiri di atas praduga recht- kepada PPNS, di mana PPNS mempunyai wewe-
matigheid yang mana seluruh tindakan pejabat nang sesuai undang-undang yang menjadi dasar
tata usaha negara dianggap berdasarkan hukum hukumnya masing-masing dan dalam pelaksana-
(onrechtmatige) sampai terdapat keputusan hu- an tugasnya berada di bawah koordinasi dan
kum lain yang membatalkan seperti keputusan pengawasan penyidik sebagaimana diatur da-
pejabat yang mengeluarkan keputusan atau pe- lam Pasal 6 ayat (1) huruf a.
jabat yang lebih tinggi atau keputusan pengadil- Berdasarkan ketentuan Pasal 6 ayat (1)
an, baik peradilan administrasi maupun dalam huruf b UU 8 Tahun 1981, dapat disimpulkan
peradilan umum. Berbeda halnya dengan pem- bahwa PPNS adalah pejabat pegawai negeri sipil
bebanan sanksi pidana oleh suatu perda dimana yang diberi wewenang khusus oleh undang-un-
proses penegakannya membutuhkan keahlian dang. Wewenang khusus yang dimaksud adalah
khusus dalam lapangan penyidikan untuk mem- wewenang penyidikan sesuai dengan undang-
buktikan terjadinya perbuatan melawan hukum undang sebagai dasar hukum dalam pelaksanaan
pidana yang secara umum bersifat pelanggaran tugasnya masing-masing. Hal tersebut menegas-
yang dapat mengganggu ketentraman dan keter- kan bahwa fungsi, tugas dan wewenang penyi-
tiban umum. dikan sesungguhnya melekat pada pejabat Ke-
Keberadaan Perda yang membebankan polisian Negara Republik Indonesia, sedangkan
sanksi pidana, mendorong munculnya gagasan PPNS adalah pegawai negeri sipil yang diberi tu-
untuk membentuk Penyidik Pegawai Negeri Sipil gas dan wewenang khusus untuk melaksanakan
(PPNS) di lingkungan pemerintahan daerah, bah- penyidikan sesuai dengan undang-undang yang
kan faktanya, menunjukkan beberapa daerah menjadi dasar hukum dalam melaksanakan tu-
gasnya. Pengangkatan PPNS secara fungsional
3
Johan Erwin Isharyanto, “Upaya Pemberlakuan Hukum ditujukan khusus untuk melakukan penyidikan
Negara Dalam Komunitas Lokal”, Jurnal Media Hukum,
Vol. 13 No. 1, Juni 2006, Yogyakarta: FH UMY, hlm. 61- pada bidang-bidang tertentu sesuai dengan un-
73.
4
Wasisto Raharjo Jati, “Inkonsistensi Paradigma Otonomi
dang-undang yang menjadi dasar hukum pelak-
Daerah di Indonesia: Dilema Sentralisasi atau Desentra- sanaan tugasnya.
lisasi”, Jurnal Konstitusi, Vol. 9 No. 4, Desember 2012,
Jakarta: MKRI, hlm. 743-770.
150 Jurnal Dinamika Hukum
Vol. 13 No. 1 Januari 2013

Perdabatannya kemudian tertuju pada tugas pembantuan berisi ketentuan yang ber-
Pasal 149 ayat (3) UU No. 32 Tahun 2004 ten- sifat aturan pelaksana dari ketentuan perun-
tang Pemerintahan Daerah yang mengatur bah- dang-undangan yang derajatnya lebih tinggi, na-
wa melalui Perda dapat juga ditunjuk pejabat mun ketentuan tersebut secara teknis tetap di-
lain yang diberi tugas untuk melakukan penyi- sesuaikan dengan kondisi masyarakat daerah se-
dikan terhadap pelanggaran atas ketentuan Per- tempat.6 Pemilahan materi muatan Perda ber-
da. Ketentuan tersebut secara tidak langsung dasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan
memberi wewenang kepada daerah melalui Per- sekedar memudahkan dalam menganalisis, se-
da untuk menunjuk pejabat penyidik yang diberi bab bagaimanapun keberadaan Perda merupa-
tugas melakukan penyidikan terhadap pelang- kan subsistem peraturan-perundangan secara
garan Perda. Pasal tersebut tampak berada pa- nasional.
da posisi diametral dengan Pasal 10 ayat (3) hu- Ketentuan Pasal 18 ayat (2) UUD 1945
ruf d UU No. 32 Tahun 2004, hal mana pejabat mengatur bahwa pemerintahan daerah provinsi,
penyidik termasuk dalam lingkup urusan peme- kabupaten dan kota mengatur dan mengurus
rintah pusat di bidang yustisi. Posisi diametral sendiri urusan pemerintahan menurut asas oto-
dua pasal tersebut menimbul pertanyaan antara nomi dan tugas pembantuan, selanjutnya ayat
lain: pertama, bagaimana ruang lingkup kewe- (5) mengatur bahwa pemerintah daerah menja-
nangan daerah dalam menunjuk pejabat lain un- lankan otonomi seluas-luasnya, kecuali urusan
tuk diberi tugas melakukan penyidikan terhadap pemerintahan yang oleh undang-undang diten-
pelanggaran Perda; dan kedua, bagaimana ke- tukan sebagai urusan pusat. Dalam rangka me-
dudukan PPNS yang ditunjuk melalui Perda un- laksanakan otonomi dan tugas pembantuan, pe-
tuk melakukan penyidikan terhadap pelanggaran merintahan daerah diberi hak oleh Pasal 18 ayat
Perda dalam struktur pemerintahan daerah? (6) UUD 1945 untuk menetapkan Perda dan per-
aturan-peraturan lainnya. Wewenang untuk me-
Pembahasan netapkan Perda diatur lebih lanjut dalam Bab VI
Perda dan Penegakannya dalam Era Otonomi Peraturan Daerah dan Peraturan Kepala Daerah
Peraturan daerah adalah suatu bentuk Pasal 136 dan Pasal 146 UU No. 32 Tahun 2004.
produk hukum pemerintahan daerah dalam Dalam rangka penegakan Perda, Pasal 143 UU
rangka penyelenggaraan urusan pemerintahan No. 32 Tahun 2004 mengatur bahwa: pertama,
daerah berlandaskan pada asas otonomi dan tu- Perda dapat memuat ketentuan tentang pembe-
gas pembantuan. Suatu Perda, secara substansi banan biaya paksaan penegakan hukum, selu-
dapat memuat ketentuan antara lain: pertama, ruhnya atau sebagian kepada pelanggar sesuai
menyangkut hal-hal yang terkait dengan asas o- dengan peraturan perundangan; kedua, Perda
tonomi; dan kedua, hal-hal yang terkait dengan dapat memuat ancaman pidana kurungan paling
tugas pembantuan. Hal-hal yang terkait dengan lama 6 (enam) bulan atau denda paling banyak
asas otonomi merujuk pada seluruh urusan pe- Rp.50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah); keti-
merintahan yang telah didesentralisasikan, se- ga, Perda dapat memuat ancaman pidana atau
hingga penyelenggaraan suatu urusan pemerin- denda selain sebagaimana dimaksud pada ayat
tahan memiliki derajat kemandirian yang cukup (2), sesuai dengan yang diatur dalam peraturan
tinggi berdasarkan prakarsa sendiri sesuai de- perundangan lainnya.
ngan aspirasi masyarakat daerah.5 Perda sebagai Berdasarkan ketentuan tersebut Perda di-
manifestasi otonomi lebih tampak sebagai sis- mungkinkan memuat suatu ancaman pidana ku-
tem yang mandiri. Hal-hal yang terkait dengan rungan maksimum enam bulan dan denda paling
banyak Rp.50.000.000,00 (lima puluh juta rupi-
5
Suryanto, “Penggambaran Permasalahan Penyelenggara- ah). Tidak heran jika dalam prakteknya terda-
an Otonomi Daerah Dalam Media Cetak; Studi Analisis
Wacana Kritis Terhadap Berita-Berita Otonomi Daerah”,
6
Jurnal Desentralisasi, Vol. 6 No. 4, Tahun 2005, Jakar- Sunarno Danusastro, Penyusunan Program Legislasi Dae-
ta: Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah Lembaga Ad- rah, Jurnal Konstitusi, Vol. 9 No. 4, Desember 2012, Ja-
ministrasi Negara hlm. 36-46. karta: MKRI, hlm. 643-660.
Eksistensi Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) dalam Struktur Pemerintahan Daerah 151

pat banyak Perda yang memuat ancaman pidana lalui Perda untuk menunjuk pejabat yang diberi
sebagaimana ketentuan tersebut di atas, seperti tugas melakukan penyidikan terhadap pelang-
Perda tentang ketertiban umum, perda tentang garan atas ketentuan Perda. Apakah ketentuan
larang pelacuran, perda tentang larangan perju- tersebut sebagai suatu pengecualian dari Pasal
dian, perda tentang kesusilaan perda tentang 10 ayat (3) huruf d UU No. 32 Tahun 2004?.
larangan minuman keras dan lain-lain sebagai- Pemberian kewenangan kepada daerah untuk
nya. Aspek-aspek tersebut, secara umum se- menunjuk pejabat yang diberi tugas menyidik a-
sungguhnya telah diatur dalam buku ketiga Ki- tas pelanggaran Perda, apabila ditelaah secara
tab Undang-undang Hukum Pidana Tentang Pe- cermat, maka tampak sebagai satu pengecu-
langgaran, tetapi secara umum ketentuan yang alian. Namun demikian, kategori pejabat yang
terdapat didalamnya sudah cukup tertinggal de- ditunjuk tidak cukup jelas dalam konstruksi pa-
ngan perkembangan saat ini. Selain itu, otonomi sal tersebut maupun dalam penjelasannya. Apa-
daerah sebagaimana diatur dalam UU No. 32 Ta- kah kategori pejabat yang dimaksud adalah pe-
hun 2004, mewajibkan daerah baik provinsi jabat penyidik yang telah diangkat sebagai pe-
maupun kabubaten dan kota untuk menyeleng- nyidik oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Ma-
garakan ketertiban umum dan ketentraman ma- nusia atau pejabat birokrasi biasa yang ditunjuk
syarakat. oleh Perda untuk diberi tugas penyidikan dalam
Penyelenggaraan ketertiban umum dan penegakan perda? Hal ini tampaknya tidak ada
ketentraman masyarakat sesungguhnya meru- penjelasan lengkap atas Pasal 149 ayat (3) UU
pakan urusan pemerintah. Urusan tersebut ke- No. 32 Tahun 2004, tetapi apabila diperhatikan
mudian didesentralisasi kepada daerah otonom. konstruksi kalimat dan istilah yang digunakan,
Sebagai urusan yang didesentralisasikan, me- tidak ditemukan satu kata yang mengisyaratkan
nyebabkan daerah dimungkinkan untuk secara adanya kewenangan daerah untuk membentuk
mandiri mengatur teknis pelasanaan urusan ter- dan mengangkat PPNS. Daerah melalui perda
sebut. Bentuk hukum penyelenggaraan urusan hanya dimungkinkan menunjuk pejabat untuk
yang disentralisasikan diatur lebih lanjut dalam melaksanakan tugas penyidikan terhadap pe-
Peraturan Daerah. Dalam rangka menegakkan langgaran perda. Tugas penyidikan membutuh-
ketertiban umum dan ketentraman masyarakat, kan keterampilan dan keahlian tertentu dan o-
tidak jarang Perda membebankan sanksi baik leh sebab itu, pengangkatan PPNS diperlukan
sangsi administrasi maupun sanksi pidana. Pem- syarat tertentu dan dilakukan oleh Menteri Hu-
bebanan sanksi pidana atas perda membutuhkan kum dan HAM. Kata “menunjuk pejabat” yang
tenaga-tenaga profesional sebagai penegak hu- dimungkinkan kepada daerah melalui perda se-
kum dan secara taktis menjadi bagian dari bagaimana dimaksud Pasal 149 ayat (3) adalah
struktur pemerintahan daerah.7 Hal tersebut bukan pejabat pada umumnya, tetapi pegawai
menimbulkan dilema tersendiri antara wewe- negeri sipil di lingkungan pemerinatah daerah
nang penyelenggaraan ketertiban umum dan ke- yang telah diangkat dan dilantik menjadi PPNS
tentraman masyarakat yang menjadi urusan pe- oleh pemerintah yang dilaksanakan oleh Menteri
merintahan daerah pada satu sisi tetapi pada si- Hukum dan HAM. Pemberian wewenang kepada
si lainnya pengankatan dan pembentukan penyi- daerah untuk menunjuk pejabat penyidik, di-
dik termasuk dalam lingkup urusan Pemerintah maksudkan sebagai satu perangkat pendukung
pusat di bidang yustisi. Dalam ikhtiar menjawab dalam peningkatan kapasitas (capacity building)
dilema tersebut, Pasal 149 ayat (3) UU No. 32 pemerintah daerah dalam penyelenggaraan pe-
Tahun 2004 memberi ruang kepada daerah me- merintahan, khususnya penegakan Perda yang
memuat sanksi pidana8.
7
Zudan Arif Fakrulloh, “Penegakan Hukum Sebagai Pelu-
ang Menciptakan Keadilan”, Jurnal Jurisprudence, Vol.
2 No. 1, Maret 2005, Surakarta: MIH UMS, hlm. 22-34;
8
Nurul Qamar, “Supremasi Hukum dan Penegakan Hu- Alex Nunn, “The Capacity Building Programme for En-
kum”, Jurnal Ilmiah Ishlah, Vol. 13 No. 2, Mei-Agustus glish Local Government: Evaluating Mechanisms for Deli-
2011, hlm. 151-162. vering Improvement Support to Local Authorities”, Local
152 Jurnal Dinamika Hukum
Vol. 13 No. 1 Januari 2013

tara; keempat, bertugas di bidang teknis opera-


Berbagai Ketentuan Tentang PPNS dan PPNS di sional penegakan hukum; kelima, sehat jasmani
Daerah dan rohani yang dibuktikan dengan surat kete-
PPNS adalah pejabat pegawai negeri sipil rangan dokter pada rumah sakit pemerintah;
yang diberi wewenang khusus oleh undang-un- keenam, setiap unsur penilaian pelaksanaan pe-
dang. Definisi tersebut ditemukan dalam Pasal 6 kerjaan dalam Daftar Penilaian Pelaksanaan Pe-
ayat (1) huruf b UU Nomor 8 Tahun 1981, selan- kerjaan pegawai negeri sipil paling sedikit ber-
jutnya pada Pasal 7 ayat (3) menentukan kewe- nilai baik dalam 2 (dua) tahun terakhir; dan ke-
nangan PPNS sesuai dengan peraturan perun- tujuh, mengikuti dan lulus pendidikan dan pe-
dang-undangan yang menjadi dasar hukum da- latihan di bidang penyidikan. Persyaratan per-
lam melaksanakan tugas masing-masing. Pelak- tama dampai dengan keenam diajukan kepada
sanaan tugas PPNS senantiasa berada di bawah Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia pimpinan
koordinasi dan pengawasan penyidik kepolisian. kementerian atau lembaga pemerintah nonke-
Ketentuan yang terdapat dalam UU No.8 Tahun menterian yang membawahi pegawai negeri si-
1981, kemudian diatur lebih dalam PP No. 27 pil yang bersangkutan, sedangkan persyaratan
Tahun 1983 Tentang Pelaksanaan Kitab Undang- ketujuh diselenggarakan oleh Kepolisian Negara
undang Hukum Acara Pidana. Pada Pasal 2 ayat Republik Indonesia bekerjasama dengan instansi
(1) huruf b menentukan bahwa untuk menjadi terkait (Pasal 3A ayat (3)). Persyaratan lainnya
PPNS minimal berpangkat Pengatur Muda Ting- adalah calon pejabat PPNS harus mendapat per-
kat I (Golongan II/b) atau disamakan dengan i- timbangan dari Kepala Kepolisian Negara Repub-
tu. Pengangkatan PPNS diangkat oleh Menteri lik Indonesia dan Jaksa Agung Republik Indone-
Kehakiman atas usul departemen yang memba- sia. Setelah seluruh persyaratan terpenuhi pe-
wahi pegawai negeri yang bersangkutan di mana ngangkatan pejabat PPNS dilakukan oleh Mente-
sebelum pengangkatan terlebih dahulu mende- ri Hukum dan Hak Asasi Manusia atas usul dari
ngar pertimbangan Jaksa Agung dan Kepala Ke- pimpinan kementerian atau lembaga pemerin-
polisian Republik Indonesia. Dalam rangka me- tah nonkementerian yang membawahi pegawai
nyesuaikan dengan perkembangan proses pene- negeri sipil tersebut.
gakan hukum, PP No. 27 Tahun 1983 diubah de- Perundang-undangan lainnya yang menga-
ngan PP No. 58 Tahun 2010. Secara khusus da- tur masalah PPNS adalah Pasal 1 angka 11 UU
lam perubahan tersebut menambahkan satu ke- No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara
tentuan pada Pasal 1 angka 6 mengenai PPNS yang merumuskan:
yang merumuskan: Penyidik Pegawai Negeri Sipil adalah pe-
Pejabat Penyidik Pegawai Negeri Sipil jabat pegawai negeri sipil tertentu yang
yang selanjutnya disebut pejabat PPNS a- berdasarkan peraturan perundang-unda-
dalah pegawai negeri sipil tertentu se- ngan ditunjuk selaku penyidik dan mem-
bagaimana dimaksud dalam KUHAP, baik punyai wewenang untuk melakukan pe-
yang berada di pusat maupun daerah yang nyidikan tindak pidana dalam lingkup un-
diberi wewenang khusus oleh undang-un- dang-undang yang menjadi dasar hukum-
dang. nya masing-masing.

Kriteria untuk diangkat PPNS diatur lebih leng- Undang-undang tersebut mengatur pula menge-
kap dalam Pasal 3A ayat (1) PP No. 85 Tahun nai koordinasi, pengawasan, dan pembinaan
2010 meliputi: pertama, masa kerja sebagai pe- teknis terhadap kepolisian khusus, PPNS dan
gawai negeri sipil paling singkat 2 (dua) tahun; bentuk-bentuk pengamanan swakarsa sebagai
kedua, berpangkat paling rendah Penata Mu- bagian dari upaya dalam melaksanakan tugas
da/golongan III/a; ketiga, berpendidikan paling pokok Kepolisian Negara Republik Indonesia.
rendah sarjana hukum atau sarjana lain yang se- Tindak lanjut atas ketentuan tersebut oleh Ke-
pala Kepolisian Negara Republik Indonesia me-
Government Studies, Vol. 33 No. 3, Juni 2007, Routled- ngeluarkan Peraturan Kepala Kepolisian No. 20
ge, hlm. 465-484.
Eksistensi Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) dalam Struktur Pemerintahan Daerah 153

Tahun 2010 tentang Koordinasi, Pengawasan Tahun 2010 dan Permendagri No. 41 Tahun 2010
dan Pembinaan Peniyidikan Bagi Penyidik Pega- sama sekali tidak ditemukan istilah PPNS Daerah
wai Negeri Sipil. sebagaimana dalam Keputusan Mendagri No. 7
Penyebutan PPNS di daerah,secara spesi- Tahun 2003. Hal yang sama juga tidak ditemu-
fik diatur pada Pasal 1 angka 6 PP No. 58 Tahun kan dalam UU No.32 Tahun 2004 Tentang Peme-
2010. Dalam ketentuan tersebut dsebutkan bah- rintahan Daerah. Pasal 149 ayat (1) mengatur
wa PPNS adalah pegawai negeri sipil tertentu bahwa Anggota Satuan Polisi Pamong Praja da-
sebagaimana dimaksud dalam KUHAP, baik yang pat diangkat sebagai PPNS sesuai dengan pera-
berada di pusat maupun daerah yang diberi we- turan perundang-undangan. Penggunaan istilah
wenang khusus oleh undang-undang. Landasan yang berbeda antara PPNS Daerah dan PPNS di
pengorganisasian PPNS di daerah sebagaimana Daerah dapat menimbulkan tafsir yang berbeda,
disebut dalam PP No. 58 Tahun 2010 lebih lan- sehingga dibutuhkan penjelasan khusus dalam
jut diatur dalam Peraturan Menteri Dalam Nege- ketentuan umum.
ri No. 41 Tahun 2010 tentang Organisasi dan Ta-
ta Kerja Kementerian Dalam Negeri. Kebera- Kedudukan PPNS dalam Struktur Pemerintah-
daan PPNS secara khusus disebutkan dalam Ba- an Daerah
gian Keenam Direktorat Polisi Pamong Praja dan Kemajuan peradaban yang terus berlang-
Perlindungan Masyarakat. Ketentuan Pasal 316 sung dari waktu ke waktu di kehidupan masya-
huruf d mengatur bahwa PPNS sebagai salah sa- rakat, menyebabkan modus tindak pidana keja-
tu subdirektorat di antara lima subdirektorat hatan dan pelanggaran juga terus mengalami
yang berada di bawah Direktorat Polisi Pamong perkembangan. Banyaknya modus tindak pidana
Praja dan Perlindungan Masyarakat, sebelumnya dengan beragam cara yang sangat rapih, siste-
Pasal 315 huruf e. menyebutkan bahwa salah sa- matis, terencana, rumit dan tidak jarang meng-
tu fungsi Direktorat Polisi Pamong Praja dan gunakan ilmu pengetahuan dan teknologi, me-
Perlindungan Masyarakat adalah penyiapan pe- nuntut profesi penyidik harus memiliki kemam-
rumusan kebijakan dan fasilitasi pembinaan puan dan keahlian tertentu guna mengungkap
PPNS. Subdirektorat PPNS menyelenggarakan terjadinya tindak pidana dengan rangkaian pem-
fungsi: pertama, penyiapan bahan perumusan buktian yang dapat dipertanggungjawabkan. Pe-
kebijakan, fasilitasi dan koordinasi serta moni- nyidikan dalam era modern yang berkembang
toring dan evaluasi penyelenggaraan pembinaan hingga saat ini, bermula dari aktifitas detektif
operasional penyidik pegawai negeri sipil; dan di sekitar antara abad XVIII dan IX yang dikenal
kedua, mempersiapkan bahan perumusan kebi- dengan istilah Thief Takers. Thief Takers terdiri
jakan, fasilitasi, koordinasi, monitoring dan eva- dari dua suku kata yakni thief berarti maling/
luasi, pembinaan dan administrasi aparatur pe- pencuri, sedangkan takers berarti pengambil,
nyidik pegawai negeri sipil. pembeli atau penerima taruhan. Oleh Stephen
Istilah yang menyebutkan secara langsung Tong mendefinisikan, “Thief-takers were indivi-
PPNS Daerah terdapat dalam Keputusan Menteri duals prepared to recover stolen property for a
Dalam Negeri No. 7 Tahun 2003 tentang Pedo- reward, announced by the town crier.9 Berda-
man Operasional Penyidik Pegawai Negeri Sipil sarkan penjelasan tersebut, dapat dipahami
Daerah Dalam Penegakan Peraturan Daerah. Pa- bahwa thief takers merupakan para individu-
da ketentuan Pasal 1 angka 1 mengatur bahwa individu penyedia jasa yang mempersi-apkan
PPNS Daerah adalah Pejabat Pegawai Negeri Si- diri untuk bekerja menerima tantangan mene-
pil tertentu di lingkungan pemerintahan daerah mukan kembali harta kekayaan yang dicuri de-
yang diberi wewenang khusus oleh undang-un- ngan mendapatkan uang sebagai hadiah. Beker-
dang untuk melakukan penyidikan terhadap pe- janya thief takers dimulai saat ada pengu-
langgarang peraturan daerah. Berdasarkan be-
berapa ketentuan, baik yang lama hingga ke- 9
Stephen Tong, Robin P. Bryant, Miranda A.H. Horvath,
2009, Understanding Criminal Investigation, Oxford:
tentuan terbaru, sebagaimana dalam PP No. 58
Wiley-Blackwell, hlm. 1.
154 Jurnal Dinamika Hukum
Vol. 13 No. 1 Januari 2013

muman dari petugas kota dengan pola seperti banding kerja professional dalam usaha me-
sayembara berhadiah. Oleh sebab itu, thief ta- nemukan dan mengembalikan harta kekayaan
kers sering pula diterjemahkan dengan orang yang dicuri.
penerima tantangan atau taruhan menemukan Gelombang ketidakpuasan masyarakat
pencuri serta mengembalikan harta kekayaan berujung pada protes terhadap thief takers, ba-
yang dicuri untuk mendapatkan hadiah berupa ik karena kinerja yang tidak profesional maupun
sejumlah uang. karena manopoli yang dilakukan oleh privat en-
Thief takers kemudian berkembang dalam terpreneur, serta manopoli yang dilakukan oleh
dua bentuk yang digambarkan oleh Osterburg para pengusaha. Protes tersebut mendorong di-
dan Ward sebagai berikut: bentuknya satu lembaga profesional, mandiri
“The rank and file of those recruits cons- dan terorganisir pada tahun 1744.12 Lembaga
tituted a distinct breed, but two clear- tersebut merupakan polisi profesional pertama
cut differences in motivation set some a- di Inggris yang dikenal dengan The Bow Street
part from others. One kind were hire-
lings; with mercenary motives, they wo- Runners dengan tugas menjalankan fungsi-fungsi
uld play both sides of the street. The ot- penyidikan.13 The Bow Street Runners merupa-
her kind were social climbers who, in or- kan julukan terhadap lembaga formal oleh kare-
der to move into respectable society, wo- na lingkup kerjanya berada di bawa otoritas
uld incriminate their confederates”10 pengadilan yang berkantor di Bow Street. Pem-
ayaran gaji diberikan oleh pengadilan dengan
Perkembangan thief takers mengarah pa-
dana yang bersumber dari pemerintah pusat.
da dua area kepetingan yakni: pertama, ber-
Jauh sebelum pelembagaan secara formal fungsi
kembang menjadi ruang bisnis (privat enterpre-
penyidikan di Inggris, praktek yang sama telah
neur) penyedia jasa penyidik pribadi (privat in-
berlangsung di Athena kuno dengan lingkup tu-
vetigator) terhadap siapa saja yang membutuh-
gas berada di bawa otoritas pengadilan.14 Narasi
kan untuk menemukan kembali harta kekayaan
tersebut memberi gambaran bahwa fungsi pe-
yang dicuri dengan pembayaran sejumlah uang
nyidikan dalam perkembangannya tidak identik
tertentu; kedua, berkembang sebagai institusi
dengan institusi kepolisian melainkan suatu tu-
sosial yang melaksanakan tugas penyidikan dan
gas tersendiri dibawa otoritas pengadilan.
berusaha mengungkapkan fakta-fakta terjadinya
Kepolisian dalam kesan sejarah yang di-
tindak bidana. Thief takers kemudian mendak-
gambarkan oleh Virginia J. Hunter terkait de-
wanya dengan motivasi untuk meraih prestasi
ngan penjagaan ketertiban, keamanan dan ke-
guna meningkatkan karir dan status sosialnya di
tentraman masyarakat kota.15 Rangkaian atas
tengah masyarakat. Keberadaan thief takers
tugas-tugas tersebut memposisikan kepolisian
baik berangkat dari motivasi bisnis maupun mo-
sebagai bagian dari tugas-tugas Pemerintah ter-
tivasi prestasi sosial, pada perkembangannya
utama menegakkan peraturan perundang-unda-
tidak menunjukkan kinerja yang baik dalam me-
ngan dan berbagai kebijakan pemerintah yang
ngatasi maupun menemukan berbagai rangkaian
menyangkut kesejahteraan rakyat, sedangkan
tindak pidana. Hasil penelitian Hobbs mengemu-
penyidikan atas pelanggaran peraturan perun-
kakan bahwa,
dang-undangan terutama hal-hal yang bersifat
“…that negotiation, exchanging favours,
deception and deals are done as part of tindak pidana tampaknya menjadi bagian dari
the process of convicting felons and the fungsi peradilan dan oleh karena itu, organ pe-
recovering of stolen property”.11 nyidikan menjadi organ yang ditempatkan di ba-
wah otoritas pengadilan. Tidak dapat dipungkiri
Simpulan tersebut mendeskripsikan cara kerja
thief takers yang tidak lebih dari rangkaian 12
Ibid.
konspirasi untuk memperoleh keuntungan di- 13
http://en.wikipedia.org/wiki/Bow_Street_Runners
14
Virginia J. Hunter, 1994, Policing Athens: Social Control
in the Attic Lawsuit 420-320 B.C., New Jersey: Prin-
10
Ibid., hlm. 2. ceton University Press, hlm. 2-3.
11 15
Ibid. Ibid, hlm. 1.
Eksistensi Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) dalam Struktur Pemerintahan Daerah 155

bahwa pengungkapan berbagai kasus tindak pi- Fungsi penyidik, secara kelembagaan dintegrasi
dana merupakan satu rangkaian tugas dalam dalam organ kepolisian. Pengitegrasian tersebut
menjaga ketertiban, keamanan dan ketentram- memposisikan institusi kepolisian sebagai penyi-
an masyarakat. Oleh sebab itu, pada perkem- dik utama, sekaligus menegaskan bahwa fungsi
bangannya fungsi penyidikan menjadi bagian da- penyidikan merupakan bagian integral dari tug-
ri tugas dan wewenang Pemerintah (executive) as-tugas dalam menjaga keamanan, ketertiban
dan secara kelembagaan diletakkan di bawa ke- dan ketentraman masyarakat.17 Keseluruhan tu-
polisian. Penyatuan fungsi penyidikan sebagai gas dan fungsi tersebut merupakan satu kesa-
bagian dari tugas-tugas kepolisian berlangsung tuan rangkaian dalam rangka penegakan pene-
di Inggris setelah dibentuknya Criminal Investi- gakan hukum. Selain penyidik utama, terdapat
gation Department (CID) yang memperkenalkan PPPNS yakni pegawai negeri sipil yang diangkat
detektif terhadap Kepolisian Metropolitan dan menjadi penyidik untuk melakukan penyidikan
kepolisian pada daerah lainnya di Inggris.16 Ber- pada lingkungan kerja masing-masing berdasar-
bagai metode penyidikan diperkenalkan, terma- kan undang-undang yang mengaturnya. Berda-
suk penggunaan ilmu pengetahuan dan tekno- sarkan penjelasan tersebut dapat disimpulkan
logi, seperti ilmu kedokteran forensik, teknologi bahwa penyidik atau investigation dalam bahasa
informasi dan lain sebagainya. Inggris dan opsporung dalam bahasa Belanda18
Dalam rangka memaksimal tugas-tugas adalah fungsi yang dapat diberikan baik kepada
penyidikan, penyidik diberi wewenang memerin- seorang polisi atau seorang pegawai negeri sipil
tahkan seseorang berhenti, melakukan penang- untuk melakukan tugas-tugas penyidikan terkait
kapan, penahanan, penyitaan dokumen dan ba- dengan terjadinya pelanggaran hukum. Penyidik
rang bukti lainnya yang dicurigai digunakan atau dapat ditempatkan pada semua tingkatan peme-
akan digunakan melakukan tindak pidana. We- rintahan baik di pusat maupun di daerah dengan
wenang tersebut merupakan kekuasaan yang cu- tugas melakukan penyidikan terhadap pelang-
kup besar dan oleh sebab itu, diperlukan peng- garan peraturan perundang-undangan.
awasan untuk menghindari terjadinya kesewe- Era otonomi daerah yang berlangsung se-
nang-wenangan atau penyalahgunaan wewenang telah reformasi 1998 menyebabkan daerah
yang berakibat terlanggarnya hak-hak asasi ma- mengalami peningkatan urusan untuk dikelola
nusia dan hak-hak warganegara. Prosedur stan- secara mandiri berdasarkan prakarsa sendiri. U-
dar pengawasan dalam pelaksanaan penyidikan rusan-urusan tersebut diatur lebih lanjut dalam
dilakukan melalui aturan hukum sebagaimana berbagai Perda. Tidak sedikit dari perda terse-
diatur dalam hukum acara pidana. Hal demikian but memuat ketentuan sanksi pidana. Oleh se-
dilakukan, mengingat proses penyidikan itu sen- bab itu, dalam penegakannya tidak jarang mem-
diri secara tidak langsung dalam rangka pene- butuhkan tenaga penyidik tersendiri yang secara
gakan hak-hak asasi manusia dalam pengertian personil maupun kelembagaan berada dalam
yang lebih luas. Kewenangan yang besar pada struktur Pemerintah daerah. Hal demikian tidak
satu sisi, serta aspek penegakan dan perlindung- berarti bahwa perda tidak termasuk dalam satu-
an hukum pada sisi lainnya menyebabkan peng- kesatuan tata hukum nasional dan seakan di
angkatan penyidik dilakukan dengan kriteria luar dari tugas dan wewenang kepolisian. Na-
khusus. Wewenang pengangkatan pejabat pe-
nyidik termasuk dalam lingkup urusan Pemerin- 17
Agus Raharjo dan Angkasa, Profesionalisme Polisi Dalam
tah di bidang yustisi. Penegakan Hukum, Jurnal Dinamika Hukum, Vol. 11 No.
3, September 2011, Purwokerto FH Unsoed, hlm. 381-
Penyidik adalah sebuah fungsi yang dile- 390; W.M. Herry Susilowati dan Noor Tri Hastuti, Kedu-
katkan oleh negara terhadap seseorang yang di- dukan Hirarki Prosedur Tetap Bagi Anggota Kepolisian
Negara Republik Indonesia Dalam Menangani Kerusuhan
anggap cakap dan memenuhi kualifikasi terten- Massa dan Hubungannya dengan HAM, Jurnal Perspektif,
Vol. 16 No. 1, Januari 2011, Surabaya: UWKS, hlm. 1-11.
tu untuk melaksanakan tugas-tugas tersebut. 18
Bambang Sukarjono, “Eksistensi Penyidik Pegawai Nege-
ri Sipil Dalam Penyidikan Tindak Pidana Keimigrasian”,
16
Stephen Tong, Robin P. Bryant, Miranda A.H. Horvath, Jurnal Sosial, Vol. 9 No. 2, September 2008, Malang: Po-
2009, Understanding Criminal…op.cit., hlm. 4. liteknik Negeri Malang, hlm. 1-17.
156 Jurnal Dinamika Hukum
Vol. 13 No. 1 Januari 2013

mun demikian, hal tersebut lebih memanifes- wenangnya; dan Kedua, sebagai PPNS berkedu-
tasikan adanya pembagian urusan pemerintahan dukan sebagai pejabat pusat di daerah dan oleh
antara Pemerintah pusat dan Pemerintah Da- sebab itu pelaksanaan tugas-tugas secara ke-
erah. Pembagian urusan secara tidak langsung lembagaan bertanggungjawab dan berkoordinasi
memetakan produk hukum antara pemerintah kepada kepolisian maupun kejaksaan sebagai
pusat dan pemerintahan daerah. Demikian pula pejabat pemerintah pusat. Penegakan hukum a-
dengan proses penegakannya, di mana kepoli- tas pelanggaran perda yang memuat sanksi pi-
sian secara struktur berada di bawah dan meru- dana termasuk dalam sistem peradilan pidana20.
pakan aparat pemerintah pusat. Oleh sebab itu, Kedudukan PPNS sebagai pejabat pusat di
lingkup tugas dan wewenang kepolisian lebih daerah dapat dilihat dalam Pasal 1 angka 1 jo
pada penegakan peraturan perundang-undangan Pasal 6 huruf b UU No. 8 Tahun 1981 yang men-
dan kebijakan pemerintah di seluruh wilayah difinisikan penyidik sebagai pejabat polisi ne-
NKRI dibanding dengan penegakan perda. Pene- gara Republik Indonesia atau pejabat pegawai
gakan Perda umumnya laksanakan oleh satuan negeri sipil tertentu yang diberi wewenang khu-
polisi pamong praja yang dibentuk oleh peme- sus oleh undang-undang untuk melakukan penyi-
rintah daerah dan secara struktural berada di dikan. Penyidikan adalah serangkaian tindakan
bawah pemerintah daerah, akan tetapi dalam penyidik dalam hal dan menurut cara yang di-
kondisi tertentu keduanya dapat saling berkoor- atur dalam undang-undang ini untuk mencari
dinasi terkait dengan pelaksanaan tugas-tugas serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti i-
dalam menjaga ketertiban, keamanan dan ke- tu membuat terang tentang tindak pidana yang
tentraman masyarakat.19 terjadi guna menemukan tersangkanya. Berda-
Keberadaan Satuan Polisi Pamong Praja sarkan ketentuan tersebut, maka secara perso-
(SATPOL PP) sebagai aparat penegak hukum, nal untuk disebut penyidik apakah pejabat ke-
khususnya penegakan Perda dan berbagai kebi- polisian atau pejabat pegawai negeri sipil yang
jakan pemerintah daerah lainnya, mereposisi telah memenuhi syarat sesuai dengan peraturan
fungsi-fungsinya tidak hanya sebagai penjaga perundang-undangan yang berlaku. Persyaratan
keamanan, ketertiban dan ketentraman masya- untuk menjadi penyidik yang ditetapkan dalam
rakat, tetapi termasuk menjalankan fungsi dan peraturan perundang-undangan menunjukkan
tugas penyidikan terhadap terjadinya pelanggar- bahwa untuk menjadi penyidik, seseorang polisi
an Perda. Penyidik adalah fungsi jabatan negara atau pegawai negeri sipil harus memenuhi
yang dapat diberikan kepada polisi dan/atau pe- kualifikasi tertentu. Wewenang untuk mengang-
gawai negeri sipil yang memenuhi syarat untuk kat PPNS dilakukan oleh Menteri Hukum dan Hak
itu. Pengangkatan penyidik termasuk dalam u- Asasi Manusia atas usul pimpinan kementerian
rusan pemerintah pusat di bidang yustisi dan a- atau lembaga pemerintah nonkementerian. We-
tas dasar itu, penyidik termasuk pejabat pusat wenang Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia
di daerah. Namun demikian, pegawai negeri si- yang ditunjuk oleh peraturan perundang-unda-
pil daerah yang memenuhi syarat tidak menutup ngan sebagai instansi pemerintah yang berwe-
kemungkinan diangkat oleh Pemerintah menjadi nang mengangkat pejabat PPNS menunjukkan
PPNS. Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil Dae- bahwa kedudukan PPNS merupakan pejabat pe-
rah (PNSD) menjadi PPNS menyebabkan PNSD merintah pusat, terlebih lagi bahwa fungsi, tu-
dalam dua kedudukan, yaitu: Pertama, PNSD gas dan wewenang PPNS termasuk urusan peme-
berkedudukan sebagai pegawai daerah dan rintah dalam bidang yustisi sebagaimana diatur
secara kelembagaan bertanggungjawab kepada pada ketentuan Pasal 10 ayat (3) huruf UU No.
Pemerintah Daerah dalam menyelenggarakan u- 32 Tahun 2004. Oleh karena itu, pengangkatan
rusan pemerintahan yang menjadi tugas dan we-
20
J Pajar Widodo, “Reformasi Sistem Peradilan Pidana Da-
19
Sanyoto, “Penegakan Hukum di Indonesia”, Jurnal Dina- lam Rangka Penanggulangan Mafia Peradilan”, Jurnal Di-
mika Hukum, Vol. 8 No. 3, September 2008, Purwoker- namika Hukum, Vol. 12 No. 1, Januari 2012, Purwoker-
to: FH Unsoed, hlm. 31-38. to: FH Unsoed, hlm. 108-119.
Eksistensi Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) dalam Struktur Pemerintahan Daerah 157

pejabat PPNS yang di tempatkan di daerah dan


diberi tugas melakukan penyidikan terhadap pe- Penutup
langgaran Perda merupakan pejabat pusat di Simpulan
daerah (pejabat dekonsentrasi). Beberapa simpulan yang dapat diberikan
SATPOL PP, sekalipun secara kelembaga- adalah sebagai berikut. Pertama, keberadaan
an merupakan perangkat daerah otonom yang PPNS di daerah dimaksudkan dalam rangka me-
bertugas membantu kepala daerah dalam mene- negakkan Perda khususnya Perda yang memuat
gakkan Perda dan secara personil dapat diang- ancaman sanksi pidana; kedua, PPNS termasuk
kat menjadi PPNS sebagaimana diatur pada Pa- urusan pemerintah dalam bidang yustisi, oleh
sal 149 ayat (1), tidak serta merta secara fung- sebab itu pengangkatan dan penetapan dilaku-
sional jabatan penyidik dapat disebut sebagai kan oleh pemerintah pusat yang mana dalam hal
pejabat daerah, melainkan tetap sebagai pe- ini dilakukan oleh Menteri Hukum dan HAM, se-
jabat pusat di daerah. Tafsir yang sama juga hingga secara fungsional PPNS merupakan peja-
berlaku pada Pasal 149 ayat (3) yang memung- bat pemerintah pusat di daerah; dan ketiga, pe-
kinkan pemerintahan daerah menunjuk pejabat ngangkatan dan penetapan PPNS dari dan untuk
lain yang diberi tugas untuk melakukan penyi- ditempatkan di daerah secara kelembagaan da-
dikan atas pelanggaran ketentuan perda. Penun- pat ditempatkan pada salah satu perangkat dae-
jukan pejabat lain yang dimaksudkan bukan di- rah yang membantu kepala daerah dalam urusan
tujukan pada pejabat pada umumnya melainkan penegakan perda yang mana lembaga tersebut
pejabat penyidik lainnya yang berada di ling- adalah SATPOL PP.
kungan pemerintahan daerah, karena penyidik
adalah sebuah jabatan fungsional dengan otori- Daftar Pustaka
tas khusus yang diberikan oleh negara kepada o-
Danusastro, Sunarno. Penyusunan Program Le-
rang tertentu yang memenuhi kriteria berdasar- gislasi Daerah. Jurnal Konstitusi. Vol. 9
kan peraturan perundang-undangan, sehingga No. 4. Desember 2012. Jakarta: MKRI;
penunjukan pejabat melalui Perda bukan berar- Fakrulloh, Zudan Arif. “Penegakan Hukum Seba-
ti pengangkatan penyidik tetapi sekedar mem- gai Peluang Menciptakan Keadilan”. Jur-
beri tugas kepada pejabat penyidik lainnya yang nal Jurisprudence. Vol. 2 No. 1. Maret
ada di lingkungan pemerintahan daerah. 2005. Surakarta: MIH UMS;
Berdasarkan rangkaian uraian tersebut, Hidayat, Syarif. “Desentralisasi dan Otonomi Da-
hendak ditegaskan bahwa PPNS adalah aparat lam Perspektif State-Society Relation”.
Jurnal Poelitik. Vol. 1 No. 1. Tahun 2008.
yustisi yang secara fungsional merupakan peja- Jakar-ta: UNAS;
bat pemerintah pusat dan secara kelembagaan
-------. 2007. Too Much Too Soon; Local State
dapat ditempatkan di mana saja instansi peme- Elite’s Perspective on and The Puzzle of
rintah baik di pusat maupun di daerah sesuai Contemporary Indonesian Regional Auto-
dengan wewenang yang diberikan oleh undang- nomy Policy. Jakarta: Rajawali Press;
undang yang mendasarinya. Seorang PPNS, se- Hunter, Virginia J. 1994. Policing Athens: Social
cara kelembagaan, dapat saja di tempatkan di Control in the Attic Lawsuit 420-320 B.C.
bawah struktur organisasi pemerintah daerah New Jersey: Princeton University Press;
seperti di tempatkan dalam SATPOL PP, tetapi Isharyanto, Johan Erwin. “Upaya Pemberlakuan
secara fungsional sebagai pejabat penyidik te- Hukum Negara Dalam Komunitas Lokal”.
Jurnal Media Hukum. Vol. 13 No. 1. Juni
ap merupakan pejabat pusat yang di tempatkan 2006. Yogyakarta: FH UMY;
di daerah. Model pengorganisasian di tingkat da-
Jati, Wasisto Raharjo. “Inkonsistensi Paradigma
erah dapat diatur melalui Perda dengan meru- Otonomi Daerah di Indonesia: Dilema Sen-
juk kepada pola sebagaimana diatur dalam Per- tralisasi atau Desentralisasi”. Jurnal Kons-
mendagri No. 41 Tahun 2010 yang meletakkan titusi. Vol. 9 No. 4. Desember 2012. Ja-
PPNS sebagai salah satu subdirektorat yang ber- karta: MKRI;
ada di bawah Direktorat Satpol Pamong Praja.
158 Jurnal Dinamika Hukum
Vol. 13 No. 1 Januari 2013

Marzuki, H.M. Laica. “Hakikat Desentralisasi Da- Suryanto. “Penggambaran Permasalahan Penye-
lam Sistem Ketatanegaraan Indonesia”. lenggaraan Otonomi Daerah Dalam Media
Jurnal Konstitusi. Vol. 4 No. 1. Maret Cetak; Studi Analisis Wacana Kritis Ter-
2007. Ja-karta: MKRI; hadap Berita-Berita Otonomi Daerah”.
Nunn, Alex. “The Capacity Building Programme Jurnal Desentralisasi. Vol. 6 No. 4. Tahun
for English Local Government: Evaluating 2005. Jakarta: Pusat Kajian Kinerja Oto-
Mechanisms for Delivering Improvement nomi Daerah Lembaga Administrasi Nega-
Support to Local Authorities”. Local Go- ra;
vernment Studies. Vol. 33 No. 3. Juni Susilowati, W.M. Herry dan Noor Tri Hastuti.
2007. Routledge; “Kedudukan Hirarki Prosedur Tetap Bagi
Qamar, Nurul. “Supremasi Hukum dan Penegak- Anggota Kepolisian Negara Republik Indo-
an Hukum”. Jurnal Ilmiah Ishlah. Vol. 13 nesia Dalam Menangani Kerusuhan Massa
No. 2. Mei-Agustus 2011; dan Hubungannya dengan HAM”. Jurnal
Perspektif. Vol. 16 No. 1. Januari 2011.
Raharjo, Agus dan Angkasa. “Profesionalisme Surabaya: UWKS;
Polisi Dalam Penegakan Hukum”. Jurnal
Dinamika Hukum. Vol. 11 No. 3. Septem- Tong, Stephen. et all. 2009. Understanding Cri-
ber 2011. Purwokerto FH Unsoed; minal Investigation. Oxford: Wiley-Black-
well;
Sanyoto. “Penegakan Hukum di Indonesia”. Jur-
nal Dinamika Hukum. Vol. 8 No. 3. Sep- Widodo, J Pajar. “Reformasi Sistem Peradilan
tember 2008. Purwokerto: FH Unsoed; Pidana dalam Rangka Penanggulangan Ma-
fia Peradilan”. Jurnal Dinamika Hukum.
Sukarjono, Bambang. “Eksistensi Penyidik Pega- Vol. 12 No. 1. Januari 2012. Purwokerto:
wai Negeri Sipil Dalam Penyidikan Tindak FH Unsoed.
Pi-dana Keimigrasian”. Jurnal Sosial. Vol.
9 No. 2. September 2008. Malang: Politek-
nik Negeri Malang;

Anda mungkin juga menyukai