Anda di halaman 1dari 22

LANDASAN TEORI

1. Pengertian Petir

Petir adalah proses gejala alam yang selalu terjadi di muka bumi,

terjadinya seringkali pada bersamaan dengan terjadi hujan air seperti di

Indonesia atau hujan es seperti di negara eropa. Seringkali petir ini dimulai

dengan munculnya lidah api listrik yang bercahaya terang yang terus

memanjang kearah permukaan bumi dan kemudian diikuti suara yang

menggelegar dan efeknya akan fatal bila mengenai semua benda fisik dan

mahluk hidup dimuka bumi. Oleh karena itu efeknya dari bahaya petir

cendrung menghancurkan, maka sudah tidak ada pilihan lain selain

menangkal bahaya petir tersebut dengan alat penangkal petir yang sering

dipasang diseluruh dunia, baik dengan sistim instalasi penangkal petir

konvensional maupun sistim instalasi penangkal petir radius, dan akan jauh

lebih baik lagi jika dipasang juga alat pendeteksi datangnya petir seperti

lightning counter.

Petir dapat menyebabkan kerusakan harta benda terutama benda-benda yang

terbuat dari logam (metal), kematian makhluk hidup dan gangguan yang

mungkin sekali terjadi bagi kehidupan dan benda lainnya. Karena sifat fisis

petir yang terjadi antara awan dengan awan, dan awan dengan bumi yang

sukar dikendalikan maka kondisi fisik dipermukaan bumi yang lebih tinggi

dari bangunan fisik lainnya akan tersambar terlebih dahulu oleh petir yang

1
berada di areal tersebut. Dalam hal ini bangunan bertingkat secara rata-rata

lebih tinggi fisiknya, dan mempunyai kemungkinan yang lebih besar terkena

sambaran petir.

Mekanisme Terjadi Sambaran Petir

Peristiwa pelepasan muatan listrik (discharge) di udara yang berasal

dari awan. Awan bermuatan ini terbentuk karena adanya gerakan angin keatas

yang membawa udara lembab. Semakin tinggi dari permukaan bumi maka

akan semakin rendah tekanan dan suhunya. Uap air tersebut akan

mengkondensasi menjadi titik air, karena tetesan air mengalami pergeseran

horizontal maupun vertikal maka akan terjadi pemisahan muatan listrik.

Dengan adanya awan yang bermuatan maka akan timbul muatan induksi pada

muka bumi, sehingga timbul medan listrik. Jika medan listrik yang terjadi

melebihi medan tembus udara maka akan terjadi pelepasan muatan yang

dikenal sebagai sambaran petir (Sirait dan Zorro 1987: I-3).

Badai guruh merupakan fenomena alam yang dahsyat, dan sambaran petir

merupakan pelepasan muatan listrik yang sangat berbahaya. Bergerak dengan

kecepatan cahaya, arus puncak petir dapat mencapai amplitude 200.000

Amper dan menghasilkan tegangan sampai beberapa puluh juta volt

2
Besaran Sambaran Petir

Jalan yang ditempuh petir tidak lurus, tetapi berkelok-kelok, di mana

mata petir benar-benar berpindah-pindah sehingga merupakan cabang

beranting yang indah seperti layaknya sebuah pohon tetapi membahayakan.

Arus petir terjadi berkisar dari 5 kA - 220 kA (Dept PU, 1987: 8) yang

nyalanya terang dengan frekuensi kecepatan pergerakan dari ujung sambaran

antara 105 dan 2 x 105 m/s (Golde, R.H, 1973: 10), yang berarti lebih kecil

seribu kali dari kecepatan cahaya (3 x 108 m/s). PLN menyatakan bahwa

bentuk sambaran petir (bahaya tegangan lebih yang dapat terjadi) ada dua

macam, yakni:

a. Sambaran langsung

Gangguan sambaran ini menyebabkan tegangan lebih (over voltage) sangat

tinggi dan dapat membahayakan benda-benda yang ada di permukaan bumi

ini.

b. Sambaran tak langsung

Gangguan inilah yang paling banyak terjadi. Sambaran ini terbagi dua yaitu:

1) Sambaran induksi, yang besarnya antara 100-200 kV (PLN, 1985:1-4).

2) Sambaran dekat adalah sambaran petir yang terjadi dekat dengan sistem

(hanya beberapa kilometer).

3
Bahaya Sambaran Petir

a. Terhadap Manusia

Apabila aliran listrik akibat sambaran petir mengalir melalui tubuh

manusia maka organ-organ tubuh yang oleh aliran tersebut akan mengalami

kejutan (shock). Arus tersebut dapat menyebabkan berhentinya kerja jantung.

Selain itu efek rangsangan dan panas akibat arus petir pada organ-organ tubuh

dapat melumpuhkan jaringan-jaringan (otot-otot) bahkan bila energinya besar

dapat menghanguskan tubuh manusia.

Perlu diketahui yang menyebabkan kematian bukan saja karena sambaran

langsung tetapi juga sambaran tidak langsung, karena disekitar titik atau

tempat yang terkena sambaran akan terdapat muatan listrik dengan kerapatan

muatan yang besar dimana muatan itu akan menyebar didalam tanah dengan

arah radial. Penyebaran muatan ini akan menyebabkan adanya tegangan

langkah pada manusia yang ada disekitar titik sambaran serta membahayakan.

Tegangan langkah adalah tegangan yang timbul antara dua tubuh manusia

yang berada pada satu gradient tegangan, sehingga antara kedua bagian tubuh

tersebut timbul beda tegangan menyebabkan arus listrik mengalir didalam

tubuh.

4
TABEL I.I

PENGARUH ARUS LISTRIK PADA TUBUH MANUSIA

Kuat arus Pengaruh pada tubuh Waktu tahan Tegangan pada

yang manusia bagian-bagian yang

mengalir ditanahkan, jika R

melalui pentanahan =5000

badan ohm

(1) (2) (3) (4)

0,5 mA Terasa mulai keget Tidak tentu 2,5 V

1 mA Terasa jelas Tidak tentu 5V

2 mA Mulai kejang Tidak tentu 10 V

5mA Kejang keras Tidak tentu 25 V

10 mA Sulit untuk melepaskan Tidak tentu 50 V

pegangan

15 mA Kejang dengan rasa 15 detik 75 V

nyeri, tidak mungkin

melepaskan pegangan

20 mA Nyeri berat 5 detik 100 V

30 mA Nyeri yang tidak 1 detik 150 V

tertahan

5
40 mA Mulai tak sadar, bahaya 0,2 detik 200 V

maut

(E. Setiawan dan Van Harten, 1983 : 223)

b. Terhadap Benda-Benda Dipermukaan Bumi

Seperti diketahui petir dapat membahayakan objek di permukaan

bumi, karena jalan yang ditempuh petir tidak lurus, tetapi biasanya merupakan

cabang beranting. Oleh karena itu, petir dapat menyebabkan kerusakan harta

benda terutama benda-benda yang terbuat dari logam (metal).

Pelepasan muatan antara awan dengan bumi (tanah)  25% dari seluruh

pelepasan muatan yang terjadi di alam cukup banyak menimbulkan kerusakan

pada harta benda yang ada di permukaan bumi. Sehingga kondisi fisik di

permukaan bumi yang lebih tinggi dari bangunan fisik lainnya akan tersambar

lebih dahulu oleh petir yang berada di areal tersebut. Jadi dapat dikatakan

bahwa petir biasanya menyambar pada objek-objek tertentu, misalnya

bangunan-bangunan tinggi, menara-menara, pohon-pohon yang tinggi, bukit-

bukit dan juga objek-objek yang bersifat magnetik.

Perlu diingat bahwa tidak hanya benda-benda yang menjulang tinggi saja

yang terkena sambaran petir, tetapi mungkin juga di tempat mendatar bahkan

mungkin pula pada lembah-lembah di antara pegunungan. Karena dari hasil

pengamatan, ternyata pada tanah-tanah yang mengandung magnet maupun zat

6
radio aktif di daerah terbuka, paling sering terkena sambaran petir (Antonov,

1994).

c. Terhadap Bangunan

Penyebab dari kerusakan bangunan yang diakibatkan oleh sambaran

petir terutama karena besarnya arus petir dan kecuraman arus petir, yang

mana besarnya dapat mencapai 200 kA. Kerusakan tersebut berupa kerusakan

thermis, seperti terbakar pada gedung yang tersambar, bisa juga berupa

mekanis seperti runtuh, bangunan retak dan lain-lain. Bahan bangunn yang

paling parah bila terkena sambaran petir adalah bersifat kering, isolasi,

maupun semi isolasi.

Lebih lanjut Departemen PU (1987: 17) menyatakan, bahwa instalasi-instalasi

bangunan yang dianggap mudah terkena sambaran petir dan perlu diberi

penangkal petir adalah sebagai berikut:

1) Bangunan-bangunan tinggi, seperti gedung-gedung bertingkat

(termasuk di dalamnya rumah tinggal), menara-menara, cerobong-

cerobong pabrik.

2) Bangunan-bangunan penyimpanan bahan mudah terbakar atau

meledak, misalnya seperti pabrik amunisi, gudang-gudang penyimpan

bahan peledak, gudang-gudang penyimpanan cairan atau gas yang

mudah terbakar.

7
3) Bangunan-bangunan untuk umum, misalnya gedung-gedung

pertunjukan, gedung-gedung sekolah, perpustakaan, stasiun, dan lain-

lain.

4) Bangunan-bangunan berdasarkan fungsi khusus perlu dilindungi

secara baik, misalnya museum, perpustakaan, gedung arsip negara.

Faktor utama yang menentukan kebutuhan pengamanan terhadap sambaran

petir pada bangunan tergantung dari kemungkinan bangunan tersambar petir.

Untuk mengamankan suatu bangunan terhadap sambaran petir, maka pada

bagian paling atas dari bangunan yang diamankan ditempatkan benda yang

paling mudah terkena sambaran petir.

2. Pengertian Grounding

Dalam PUIL 2000 halaman 11 (PUIL : Persyaratan Umum Instalasi Listrik,

saat ini edisi terakhir adalah tahun 2000), dipakai istilah pembumian, dan

memiliki pengertian sebagai “penghubungan suatu titik sirkit listrik atau

suatu penghantar yang bukan bagian dari sirkit listrik, dengan bumi menurut

cara tertentu”

Fungsi Grounding

Sebagai bagian dari proteksi instalasi listrik gedung, grounding ini

mempunyai beberapa fungsi sebagai berikut :

8
 Untuk tujuan keselamatan, seperti yang dijelaskan sebelumnya, grounding

berfungsi sebagai penghantar arus listrik langsung ke bumi atau tanah saat

terjadi tegangan listrik yang timbul akibat kegagalan isolasi dari system

kelistrikan atau peralatan listrik. Contohnya, bila suatu saat kita menggunakan

setrika listrik dan terjadi tegangan yang bocor dari elemen pemanas di dalam

setrika tersebut, maka tegangan yang bocor tersebut akan mengalir langsung

ke bumi melalui penghantar grounding. Dan kita sebagai pengguna akan

aman dari bahaya kesetrum. Perlu diingat, peristiwa kesetrum terjadi bila ada

arus listrik yang mengalir dalam tubuh kita.

 Dalam instalasi penangkal petir, system grounding berfungsi sebagai

penghantar arus listrik yang besar langsung ke bumi. Dalam prakteknya,

pemasangan grounding untuk instalasi penangkal petir dan instalasi listrik

rumah harus dipisahkan.

 Sebagai proteksi peralatan elektronik atau instrumentasi sehingga dapat

mencegah kerusakan akibat adanya bocor tegangan.

Jenis Elektroda pentanahan

Pada dasarnya ada 3 (tiga) jenis elektroda yang digunakan pada sistem

pentanahan yaitu :

1. Elektroda Batang

2. Elektroda Pelat

9
3. Elektroda Pita

Elektroda – elektroda ini dapat digunakan secara tunggal maupun multiple dan

juga secara gabungan dari ketiga jenis dalam suatu sistem.

ELEKTRODA BATANG

Elektroda batang terbuat dari batang atau pipa logam yang ditanam vertical

didalam tanah. Biasanya dibuat dari bahan tembaga, stainless steel atau

galvanised steel. Perlu diperhatikan pula dalam pemilihan bahan agar

terhindardari galvanic couple yang dapat menyebabkan

korosi.UkuranElektroda:diameter 5/8 ”- 3/4 ”Panjang 4feet 8feet Elektroda

batang ini mampu menyalurkan arus discharge petir maupun untuk pemakaian

pentanahan yang lain.

10
ELEKTRODA PELAT

Bentuk elektroda pelat biasanya empat perseguí atau empat persegi panjang

yang tebuat dari tembaga, timah atau pelat baja yang ditanam didalam tanah.

Cara penanaman biasanya secara vertical, sebab dengan menanam secara

horizontal hasilnya tidak berbeda jauh dengan vertical. Penanaman secara

vertical adalah lebih praktis dan ekonomis.

ELEKTRODA PITA

Elektroda pita jenis ini terbuat dari bahan metal berbentuk pita atau juga kawat

BCC yang di tanam di dalam tanah secara horizontal sedalam ± 2 feet.

Elektroda pita ini bisa dipasang pada struktur tanah yang mempunyai tahanan

jenis rendah pada permukaan dan pada daerah yang tidakmengalamikekeringan.

11
Hal ini cocok untuk daerah – daerah pegunungan dimana harga tahanan jenis

tanah makin tinggi dengan kedalaman.

PENGKONDISIAN TANAH

Bagi daerah – daerah yang mempunyai struktur tanah dengan tahanan jenis

tanah yang tinggi untuk memperoleh tahanan pentanahan yang diinginkan

seringkali sukar diperoleh. Ada tiga cara untuk mengkondisikan tanah agar

pada lokasi elektroda ditanam tahanan jenis tanah menjadi rendah, yaitu :

1. Dengan membuat lubang penanaman elektroda yang lebar dan dimasukkan

mengelilingi elektroda tersebut bahan – bahan seperti tanah liat atau cokas.

2. Mengelilingi elektroda pada statu jarak tertentu diberi zat-zat nimia yang mana

akan memperkecil tahanan jenis tanah di sekitarnya. Zat-zat nimia yang biasa di

pakai adalah sodium chloride, calsium chloride, magnesium sulfat, dan coper

sulfat.

3. Dengan Bentonite.Bubuk bentonita bersifat mengabsorb air, karena itu dengan

mencampur bubuk bentonite, garam dapur dan air maka campuran bentonite

tersebut dapat menghasilkan tahanan jenis tanah yang rendah. Dengan

menanamkan campuran bentonite tersebut disekeliling elektroda maka tahanan

pentanahandapat diperkecil 1/10 – 1/15 kali Komposisi campuran bentonite

menurut perbandingan :Bentonite : garam dapur : air = 1 : 0,2 :

12
A. Pemasangan Grounding sebagai Pengaman Instalasi Terhadap Petir

1. Pemasangan Penangkal Petir pada gedung

Instalasi penangkal petir adalah instalasi suatu sistem dengan komponen-komponen

dan peralatan yang secara keseluruhan berfungsi untuk menangkap petir,

menyalurkan ketanah secara aman. Sistem tersebut dipasang sedemikian rupa

sehingga semua bagian dari bangunan beserta isinya, atu benda-benda yang

dilindungi terhindar dari bahaya sambaran petir baik secara langsung ataupun secara

tidak langsung. Instalasi sistem tersebut dikelompokkan menjadi bagian penghantar

atas tanah dan bagian penghantar didalam tanah.

Instalasi bangunan yang menurut letak, bentuk, penggunaanya dianggap mudah

terkena sambaran petir dan perlu dipasang penangkal petir adalah :

a. Bangunan tinggi seperti gedung bertingkat, menara, dan cerobong pabrik.

b. Bangunan – banguna tempat penyimpanan bahan yang mudah terbakar

atau meledak seperti pabrik amunisi, atau gudang penyimpan bahan

peledak.

c. Bangunan – banguna sarana umum seperti gedung bertingkat pusat

perbelanjaan, instansi pemerintahan, sekolah dan sebagainya.

d. Bangunan yang berdasar fungsi khusus perlu dilindungi seperti gedung

arsip negara.

13
Prinsip Kerja Penangkal Petir

Pada medan listrik yang besar ada bagian yang berbentuk runcing dan

memiliki permungkaan yang licin, muatan yang terkonsentrasi pada bagian ini akan

lebih mudah terlepas (discharge). Prinsip inilah yang digunakan untuk membuat suatu

penagkal petir. Disaat terjadinya pengumpulan muatan petir pada awan diatas bumi,

maka akan terkonsentrasi muatan positif akibat terinduksi oleh muatan petir

diatasnya.

Saat terjadi medan petir antara awan dengan bumi, muatan positif dibumi akan

terinduksi dan menuju tempat yang terujung sebagai jalan terdekat untuk pelepasan

yaitu menuju ujung bantal penangkal petir. Jika kuat medan petir melebihi medan

tembus udara maka terjadi downward leader dari awan sedangkan pada penangkap

petir akan terjadi pelepasan muatan positif menuju downward leader yang disebut

sebagai upward leader. Upward leader akan mempelopori jalan pergerakan downward

leader menuju kebatang penangkap petir dimana terdapat konsentrasi muatan positif

yang lebih besar dan jalan terdekat menuju tanah. Jarak dari titik pertemuan antara

downward leader dan upward leader ke titik sambaran pada batang penagkal petir

disebut sebagai jarak sambaran awal (initiation distance). Muatan petir yang

menyambar batang penagkap petir akan menuju tanah melalui penghantar turun

(down conductor) dan disebarkan ke tanah oleh elektroda pentanahan (Hendri, 2000).

14
Bagian-bagian Instalasi Penangkal Petir

Pada dasarnya penangkap petir terdiri dari tiga bagian (needle, 1991) yaitu:

(1) terminal atas atau penangkap petir, (2) kawat tembaga (copper tape) dengan

alternative baja tergavanisir sebagai konduktor, (3) elektroda pembumian yang terdiri

dari batang-batang logam yang dimasukan ketanah atau bilah-bilah yang lebih pendek

yang dihubungkan secara paralel. Adapun bentuk penangkap petir dapat dilihat pada

gambar berikut:

2. Standard-standard Instalasi Penangkal Petir

Teori Pentanahan

Pentanahan suatu sistim adalah pembuatan hubungan ke tanah secara listrik

dari sistem tersebut, jadi agar petir dapat mengalir ke tanah tanpa menimbulkan

15
tegangan lebih yang berbahaya, bentuk dan ukuran dari sistem pentanahan merupakan

hal yang penting. Bagaimanapun juga tahanan pentanahan diusahakan agar tahanan

pentanahannya lebih kecil dari satu ohm (Pabla, 1991). karena sambaran langsung

maupun tidak langsung dari petir tidak hanya dapat merusak peralatan dan

membunuh makhluk hidup, tetapi juga dapat merusak komponen elektronika pada

instalasi penting yang menyebabkan terhentinya suatu kegiatan besar dengan

kerugian besar.

Agar pentanahan bekerja efektif ada beberapa persyaratan yang harus

dipenuhi (Pabla, 1994), yaitu:

a. Membuat jalur impedansi rendah ke tanah untuk pengaman personil dan

peralatan.

b. Dapat melawan dan menyebarkan arus gangguan secara berulang

c. Menggunakan bahan tahan korosi terhadap berbagai kondisi kimiawi ta-nah,

meyakinkan kontinuitas penampilan sepanjang umur peralatan yang

dilindungi.

d. Menggunakan sistem mekanik yang kuat namun mudah dalam pelayanan.

Konduktor Pentanahan (Down Conductor)

Kabel pentanahan adalah penghantar penyalur keelektroda pentanahan.

Penghantar pentanahan harus memiliki ukuran minimum sebesar 16 mm2 dengan

proteksi terhadap karat dan 25 mm2 jika terbuat dari tembaga (50 mm2 jika dibuat

dari baja) bilamana proteksi sedemikian tidak diturunkan (Neidle, 1991: 230), yang

berfungsi sebagai tempat kontak antara sistem penangkal petir dengan bumi

16
Fungsi dari konduktor/kabel pentanahan adalah sebagai jalan atau saluran arus

petir untuk mengalir ke bumi. Konduktor yang digunakan untuk penghantar turun

harus memenuhi beberapa persyaratan antara lain (Dept PU, 1987: 24):

a. Ketahanan mekanis

b. Ketahanan terhadap panas

c. Ketahanan terhadap pengaruh kimia terutama korosi

d. Ketahanan terhadap pengaruh lingkungan lain

Elektroda Pentanahan (Earth Electroda)

Elektroda pentanahan (elektroda bumi) sangat perlu diketahui dalam sistem

pentanahan. Menurut PUIL 1987 pasal 320.A.1, elektroda bumi adalah penghantar

yang ditanam dalam bumi dan membuat kontak langsung dengan bumi. Elektroda-

elektroda pentanahan tersebut di bagi atas:

a. Elektroda pelat

b. Elektroda batang

c. Elektroda pita

UKURAN MINIMUM ELEKTRODA PENTANAHAN

No Baja digalvanisasi Baja berlapis Tembaga

Bahan dengan proses tembaga

Jenis pemanasan

Elektroda

17
(1) (2) (3) (4)

1 Elektroda -Pita baja 50 mm2 Pita tembaga

pita 100 mm2 setebal 100 mm2

minimum 3 mm setebal mini-mum

2 mm

-penghantar pilin Penghantar pilin

95 mm2 (bukan 35 mm2 (bukan

kawat halus) kawat halus)

2 Elektroda -Pipa baja 25 Baja berdiame-

batang mm ter 15 mm di-

-Baja profil lapisi tembaga

(mm) setebal 2,5 mm

L 65 x 65x7

U 6,5

T6x 50 x 3

-Batang profil

lain yang setaraf

(1) (2) (3) (4)

Elektroda Pelat besi tebal 3 mm Pelat tembaga

3 pelat luas 0,5 m2 sampai 1m2 tebal 2 mm luas

18
0,5 m2 sampai

1m2

Sumber PUIL 2000: tabel 3.18-3

kedalaman batang-batang elektroda dapat ditentukan oleh jenis tanah (Neidle,

1991: 229), di mana nilai tahanan jenis tanah dapat beru-bah karena temperatur dan

musim. Untuk mengetahui besarnya tahanan jenis dari beberapa senyawa tanah dapat

dilihat tabel di bawah ini.

TABEL

TAHANAN JENIS TANAH

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

Jenis Tanah Tanah liat Pasir Kerikil Pasir dan Tanah

tanah rawa dan tanah basah basah kerikil berbatu

ladang kering

Resis-tans

jenis 30 100 200 500 1000 3000

(ohm-m)

Sumber PUIL 2000: tabel 3.18-1

19
Kemungkinan Suatu Bangunan Tersambar Petir

Dimensi bangunan sangat berpengaruh pada besar kecilnya kemungkinan bangunan

tersebut tersambar petir, karena luas daerah yang menarik sambaran petir (atractive

area) tergantung dari dimensi bangunan yang bersangkutan.

Luas daerah bangunan yang menarik sambaran petir menurut standar NFPA-

781 1994 seperti yang dikutip Hendri (2000: III-7) menggunakan persamaan:

Ca = (L x W) + (4L x H) + (4W x H) + 4 (H2) m2

Dimana: L = panjang bangunan (m)

W = lebar bangunan (m)

H = tinggi bangunan (m)

Ca = luas daerah yang menarik sambaran petir (m2)

Dari persamaan di atas dapat dihitung perkiraan kemungkinan bangunan

tersambar petir yang diperoleh dari hubungan:

Ps = Ca x NE x IKL x 10-6 x C1

Dimana:

Ps = kemungkinan bangunan tersambar petir

NE = jumlah sambaran petir per hari per km2

IKL = banyaknya hari guruh per tahun

C1 = faktor pengali untuk berbagai macam kondisi daerah.

20
Berdasarkan luas daerah yang menarik sambaran petir dan perkiraan

kemungkinan bangunan tersambar petir, maka tingkat kebutuhan pengamanan

terhadap sambaran petir pada bangunanpun dapat dihitung melalui rumus:

Pr = Ps x C2 x C3 x C4 x C5

Dimana:

Pr = tingkat kebutuhan pengamanan terhadap sambaran petir pada

bangunan atau tingkat bahaya

C2 = faktor pengali untuk berbagai macam konstruksi bangunan.

C3 = faktor pengali untuk berbagai macam isi dan kandungan bangunan

C4 = faktor pengali untuk berbagai macam kondisi penghunian bangunan.

C5 = faktor pengali untuk berbagai macam manfaat dan pengaruh bangunan

terhadap lingkungan

TABEL V.

TINGKAT KEBUTUHAN PENGAMANAN

Nilai Probable Of Strike (Ps) Tingkat Proteksi

(1) (2)

Pr  5 x 10-4 Proteksi optional (dapat memilih)

5 x 10-4  5 x 10-3 Proteksi tingkat I

5 x 10-3  5 x 10-2 Proteksi tingkat II

21
Pr  5 x 10-2 Proteksi tingkat III

(Menurut standar NFPA- 781 1994)

22

Anda mungkin juga menyukai