Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN KASUS

F23 Gangguan Psikotik Akut dan Sementara

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna mengikuti ujian akhir

Kepaniteraan Klinik Madya di SMF Psikiatri Rumah Sakit Jiwa Daerah Abepura

Disusun oleh:

Metty Sinthike Wonda, S.Ked

0100840098

Pembimbing :

dr. Manoe Bernd Paul, Sp.KJ, M.Kes

SMF PSIKIATRI

RUMAH SAKIT JIWA DAERAH ABEPURA

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS CENDERAWASIH

JAYAPURA

2019
LEMBAR PENGESAHAN

Telah disetujui dan diterima oleh Penguji Laporan Kasus dengan judul :

“F23 Gangguan Psikotik Akut dan Sementara”

Sebagai salah satu syarat Kepaniteraan Klinik Madya pada SMF Psikiatri RSJD

Abepura Fakultas Kedokteran Universitas Cenderawasih Jayapura

Yang dilaksanakan pada :

Hari/Tanggal :

Tempat :

Mengesahkan

Penguji Laporan Kasus Bagian Psikiatri

Fakultas Kedokteran Universitas Cenderawasih

dr. Manoe Bernd Paul, Sp.KJ, M.Kes

BAB I
DATA EPIDEMIOLOGI

Nama : Tn. B

Usia : 57 tahun

Jenis kelamin : Laki-Laki

Alamat : Koya Barat

Agama : Islam

Suku Bangsa : Jawa

Pendidikan :-

Status Pekerjaan :-

Status perkawinan : Sudah Menikah

Ruang perawatan : IGD RSJD Abepura

Tanggal MRSJ : 29 April 2019

Yang mengantar :Tetangga

Alamat pengantar : Koya Barat

Yang memberi informasi : Tetangga ( Tn.Wahyudi )


BAB II
LAPORAN PSIKIATRI

2.1. Riwayat Psikiatri


Berdasarkan: Heteroanamnesa
a. Keluhan Utama
Heteroanamnesis: Menurut tetangga pasien yang mengantar ,± jam 7:00 WIT
pasien berteriak-berteriak dan marah-marah serta bicara sendiri,pasien gelisah
dan selalu mengucapkan kata aku akan membunuhmu Giono (Bos pasien) dan
mencari alat tajam serta mengganggu warga yang beraktivitas ± sejak 10 hari
yang lalu.

b. Riwayat Penyakit Sekarang


Heteroanamnesis
Pasien diantar oleh tetangganya ke IGD RSJD Abepura membawa rujukan dari
Puskesmas Koya Barat, dengan keluhan pasien berteriak-berteriak dan marah-
marah serta bicara sendiri, pasien gelisah dan selalu mengucapkan kata” aku akan
membunuhmu Giono yang adalah bos pasien”, pasien juga jalan mondar mandir
dan kelihatan kebingungan serta membawa alat tajam untuk membunuh bos
pasien dan mengganggu aktivitas warga karena pasien menyangka siapapun yang
lewat adalah bos pasien. Keadaan ini dialami pasien ± sejak 10 hari yang lalu.
Dikatakan bahwa pasien mengejar dan mau membacok warga. Menurut tetangga
yang mengantar pasien 1 hari sebelumnya, pasien sempat bertengkar dengan bos
pasien karena dijanjikan dibelikan tiket dan memberi bonus agar pasien bisa
pulang ke Jawa untuk menjalani bulan puasa bersama keluarga pasien namun bos
pasien membeli tiket sendiri tanpa sepengetahuan pasien. Pasien juga sempat
dipukul di bagian wajah dan diludahi lalu bos pasien pergi meninggalkan pasien
dengan menggunakan mobil. Tetangganya juga menjelaskan bahwa bos pasien
adalah orang yang membawa pasien dari Jawa untuk bekerja sebagai kuli
bangunan 3 tahun yang lalu, bos pasien merupakan tetangga pasien di Jawa.
Pasien adalah orang yang ramah dan baik, mudah bergaul menurut tetangganya.
Pasien baru dapat dibawah ke rumah sakit setelah istri pasien datang dari jawa.
c. Riwayat Penyakit Medis Dan Psikiatri Dahulu
Psikiatrik

 Pasien merupakan pasien baru di Rumah Sakit Jiwa.

Medik

 Kejang (-)
 Benturan kepala hingga terjadi penurunan kesadaran (-)

 Asma (-), Jantung (-), Hipertensi (-), DM (-), TB (-)

d. Riwayat Keluarga
Dalam keluarga pasien tidak ada yang mengalami kondisi seperti pasien.
Genogram :

Keterangan :

Pasien :

Perempuan :
Laki-laki :
Meninggal :

e. Riwayat Penggunaan Zat Psikoaktif/Alkohol


- Riwayat komsumsi rokok (+) sebanyak 3-4 batang rokok per hari
- Riwayat komsumsi minuman beralkohol (-)
- Riwayat penggunaan zat lain (-)

f. Riwayat Pribadi
 Riwayat prenatal dan perinatal
Pasien dilahirkan dengan usia kandungan yang cukup bulan dan dilahirkan

secara spontan, tanpa kecacatan maupun trauma lahir. Semasa bayi, pasien

mendapat ASI yang cukup dan tidak memiliki masalah makan.

 Masa kanak awal (0-3 tahun)

Tumbuh kembang pasien sama dengan teman- teman sebayanya.

 Masa kanak pertengahan (3-11 tahun)


Tumbuh kembang pasien sama dengan teman- teman sebayanya.
 Masa kanak akhir (pubertas-remaja)
Pasien tidak bersekolah. Pasien pernah masuk sekolah dasar namun karena

orang tua tidak mampu membeli peralatan sekolah akhirnya pasien berhenti

sekolah,tetapi pasien punya banyak teman bermain.


 Masa remaja
 Masa Dewasa
 Riwayat pekerjaan
Pasien tidak bekerja
 Riwayat pernikahan
Pasien sudah menikah
 Riwayat pendidikan
-
 Agama
Pasien beragama Islam.
 Situasi Kehidupan Sekarang
Pasien tinggal bersama keluarganya
 Riwayat Hukum
Pasien belum pernah bermasalah dengan hukum dan tidak ada riwayat

tindak kejahatan.

2.2 Status Generalis

a. Pemeriksaan Fisik
KU : Gelisah
Kesadaran : Compos Mentis
Vital sign:
 Tekanan Darah : 130/90 mmHg
 Nadi : 101 x/mnt
 Suhu : 36,60 C
 Respirasi : 24 x/mnt
 Sp02 : 98 %
Kulit : Warna kulit coklat, Anemis (-), Ikterus (-),

Kepala : Normocephal, rambut lurus, Jejas (-)

 Mata : Congjungtiva anemis (-), Sklera iketik (-), sekret mata (-)
 Hidung : Tidak Ada Kelainan
 Mulut dan tenggorokan : Tidak Ada Kelainan

Leher

 JVP : Tidak Ada Peningkatan


 Struma : Tidak Ada Pembesaran
 KGB : Pembesaran KGB (-)

Thorakrs

 Paru - Paru : Simetris, retraksi (-), ikut gerak nafas, Rhonki (-|-),

wheezing (-|-)
 Jantung : Tidak Ada Kelainan

Abdomen : Tidak Ada Kelainan

Genitalia : Tidak Dilakukan Pemeriksaan

Ekstremitas : Akral Hangat

Keadaan neurologis : Reflek Fisiologis (+), Reflek Patologis (-)

b. Pemeriksaan Laboratorium:
Dilakukan pemeriksaan laboratorium pada tanggal 30 April 2019
Hematologi
Hb 11.2gr%
Leukosit 6.900
Granulosit 72%
Limfosit 21%
Monosit 7%
Trombosit 129.000/mm3
Kimia Darah
GDS 403mg/dL
Kreatinin 1,5mg/dL
Ureum 30mg/dL
Asam urat 6.0mg/dL
SGOT 55
SGPT 31
Cholesterol 136
Imuno-Serologi
HbsAg Negatif
HbsAb Positif
Parasitologi
DDR Negatif

2.2. Status Psikiatrikus

a. Kesadaran Compos Mentis Pasien sadar penuh dan dapat


menjawab setiap pertanyaan yang
Keadaan Umum
diberikan.
Tampak cemas

b. Orientasi Orang : Baik Pasien mampu mengenali orang


sekitarnya
Tempat :Baik Pasien mengatakan ini adalah Rumah
Sakit Jiwa .
Waktu : Baik Pasien dapat mengetahui waktu pagi,
siang, atau malam
c. Penampilan Bersih, Pasien dengan postur tegap, tidak
menggunakan gemuk ataupun kurus, berpakaian wajar
pakaian sesuai usia (menggunakan kemeja kotak-kotak,
pasien celana panjang hitam dan memakai
sandal).
d. Roman Sesuai Cemas (Ekspresi muka pasien terlihat
muka sesuai emosi pasien selama bercerita)
e. Perilaku Kontak : ada Pasien mengadakan kontak dengan
terhadap melihat mata
pemeriksa Rapport : adekuat Pasien mampu menjawab pertanyaan
yang ditanyakan dan sesuai dengan
pertanyaan
Sikap terhadap Pasien selalu menjawab pertanyaan
pemeriksa : yang di ajukan penanya.
kooperatif
f. Atensi Baik Perhatian pasien baik dimana pasien
selalu fokus kepada pertanyaan yang
diberikan dan menjawabnya dengan
baik
g. Bicara Artikulasi : Jelas Intonasi ucapan terdengar jelas
Kecepatan bicara : Pasien berbicara tidak cepat, tampak
normal tidak mengalami kesulitan menjelaskan
apa yang ia rasakan.
h. Emosi Mood : Pasien menjawab dengan emosi dan
Disforik/Labil mengelus dada apabila ditanya
mengenai “giono(Bos pasien)”,namun
jika di Tanya mengenai keluarga pasien
menjawab dengan santai.
Afek : Ekspresi pasien sesuai dengan mood
Appropriate,kecewa pasien.
dan sedih yang
meluap-luap.S
i. Persepsi Ilusi : tidak ada
Halusinasi : tidak Saat ditanya apakah ada mendengar suara
ada yang berbisik di telinga, pasien mengatakan
tidak ada.

j. Pikiran Bentuk : realistic Pasien bercerita sesuai dengan kejadian


yang pasien alami.

Isi :curiga Saat pasien ditanya kenapa gelisah dan suka


jalan mondar-mandir pasien mengatakan,
melihat bos pasien kadang-kadang muncul
dan memanggil pasien sehingga pasien jadi
emosi dan ingin mengejar.

k. Memori & Konsentrasi : baik Saat ditanya pasien mampu menjawab


fungsi pertanyaan dengan tepat
kognitif Memori : Baik Saat ditanya pasien dapat mengingat
kejadian saat ini maupun masa lalu
dengan baik
l. Tilikan Tilikan VI Pasien sadar jika dirinya sakit dan butuh
pengobatan
2.3. Formulasi Diagnosis
Berdasarkan data yang didapatkan dari hasil wawancara dari tetangga pasien, riwayat
psikiatri, dan pemeriksaan status mental pasien yang terangkum dalam iktisar
penemuan bermakna diatas, ditemukan tanda-tanda atau gejala gangguan mental. Dari
hasil heteroanamnesa dan hasil pemeriksaan status psikiatri, gejala dan tanda yang
dialami serta onset perjalanan penyakit pada saat ini memenuhi kriteria diagnostik
F23 Gangguan Psikotik Akut dan Sementara berdasarkan Pedoman Penggolongan
dan Gangguan Jiwa di Indonesia III (PPDGJ-III).

2.4. Diagnosis Banding


F06.2 Gangguan Waham Organik (Lir-Skizofrenia)

2.5. Formulasi Diagnosis

AKSIS I

Berdasarkan ikhtisar penemuan bermakna, maka kasus ini:


Didapatkan dari hasil wawancara dengan tetangga pasien, diketahui bahwa keadaan ini
dialami oleh pasien sejak ± 10 hari, didapatkan gejala psikotik dan menggangu
beberapa aspek kehidupan dan pekerjaan sehari-hari. Adanya gejala skizofrenik yang
khas, yaitu berupa waham curiga dan halusinasi auditorik maupun visual pada pasien.
Adanya kaitan erat karena janji dari bos pasien untuk membelikan tiket pesawat tidak
dipenuhi menjadi pencetus reaksi stress akut pada pasien memenuhi kriteria diagnostik
F23 Gangguan Psikotik Akut dan Sementara berdasarkan Pedoman Penggolongan dan
Gangguan Jiwa-III di Indonesia.

AKSIS II

Tidak ada gangguan kepribadian karena tidak terdapat ciri patologik dari kepribadian.

AKSIS III
Tidak ada kelainan fisik dan cacat bawaan yang ditemukan.

AKSIS IV
Masalah berkaitan dengan lingkungan sosial

AKSIS V

Global Assessment of Function (GAF) Scale


 20-11 : Bahaya mencederai diri/orang lain, disabilitas sangat berat dalam
komunikasi dan mengurus diri

2.6. Diagnosis multiaksial


AKSIS I : F23 Gangguan Psikotik Akut dan Sementara
AKSIS II : Tidak ada diagnosis
AKSIS III : Tidak ada diagnosis
AKSIS IV : Masalah berkaitan dengan lingkungan sosial
AKSIS V : Global Assessment of Function (GAF) Scale = 20 -11

2.7. Rencana Terapi


Pada pasien ini dilakukan rawatan inap di IGD Rumah Sakit Jiwa
Terapi di IGD:
- Haloperidol 5mg im / 12 jam
- Diazepam 10mg im/ 12 jam

2.8. Prognosis
 Prognosis ad vitam : dubia ad bonam
 Prognosis ad sanationam : dubia ad bonam
 Prognosis ad fungsionam : dubia ad bonam
BAB III
PEMBAHASAN

Konsep gangguan jiwa dari PPDGJ III yang merujuk ke DSM-IV adalah
sindrom atau pola perilaku, atau psikologi seseorang, yang secara klinik cukup bermakna,
dan yang secara khas berkaitan dengan suatu gejala penderitaan (distress) atau hendaya
(impairment/disability) di dalam satu atau lebih fungsi yang penting dari manusia.
Pada pasien ini ditemukan adanya gangguan presepsi dan isi pikir yang bermakna
serta menimbulkan suatu distress (penderitaan) dan disability (hendaya) dalam pekerjaan
dan kehidupan sosial pasien sehingga dapat disimpulkan bahwa pasien mengidap gangguan
jiwa. Pada heteroanamnesis tidak didapatkan riwayat penggunaan zat-zat psikoaktif
(NAPZA) atau pun alkohol. Temuan ini membuat diagnosis gangguan mental dan perilaku
akibat penggunaan zat psikoaktif (F10-F19) dapat disingkirkan.
Pada pemeriksaan status mental, didapatkan adanya halusinasi auditorik dan
visual yang menetap namun belum terjadi lebih dari satu bulan dan tidak khas memenuhi
kriteria skizofrenia. Waham yang ditemukan adalah waham curiga. Tidak ditemukan
adanya gejala utama dan gejala tambahan skizofrenia yang khas baik waham yang
mengambang, ataupun ide-ide berlebihan (over-valued ideas) yang menetap, ataupun
gejala-gejala “negative” seperti sikap sangat apatis, dan respons emosional yang
menumpul atau tidak wajar yang mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan sosial dan
menurunnya kinerja sosial. Hal ini dapat menjadi dasar untuk menyingkirkan
diagnosis penderita sebagai skizofrenia (F20).
Penulis mendiagnosa penyakit pasien ini dengan (F23) gangguan psikotik akut dan
sementara. Dalam PPDGJ-III, gangguan psikotik akut dan sementara ditegakkan dengan
urutan: (a) onset yang akut (dalam masa 2 minggu atau kurang = jangka waktu gejala-gejala
psikotik menjadi nyata dan mengganggu sedikitnya beberapa aspek kehidupan dan pekerjaan
sehari-hari, tidak termasuk periode prodromal yang gejalanya sering tidak jelas) sebagai ciri
khas yang menentukan seluruh kelompok; (b) adanya sindrom yang khas (berupa
“polimorfiks”= beraneka ragam dan berubah cepat, atau “schizophrenia-like”= gejala
skizofrenik yang khas); (c) adanya stress akut yang berkaitan; (d) tanpa diketahui berapa
lama gangguan akan berlangsung.
Diketahui bahwa keluhan yang dialami oleh pasien ini berlangsung ±sejak 10 hari
yang lalu. Adanya waham curiga, halusinasi auditorik dan visual memenuhi gejala
skizofrenia yang khas, kemudian kekecewaan pasien akibat janji dari bos pasien yang tidak
membelikan tiket pesawat untuk pasien mencetuskan terjadinya suatu reaksi stress akut.
Maka berdasarkan keadaan tersebut, maka pasien didiagnosis dengan F23 Gangguan Psikotik
Akut dan Sementara.
Menurut sebuah studi epidemiologi internasional, berbeda dengan skizofrenia, kejadian
nonaffective timbul psikosis akut 10 kali lipat lebih tinggi di negara berkembang daripada di
negara-negara industri. Beberapa dokter percaya bahwa gangguan yang mungkin paling
sering terjadi pada pasien dengan sosioekonomi yang rendah, pasien dengan gangguan
kepribadian yang sudah ada sebelumnya ( paling sering adalah gangguan kepribadian
histrionik, narsistik, paranoid, skizotipal, dan ambang ), dan orang yang pernah mengalami
perubahan kultural yang besar ( misalnya imigran ).
Didalam DSM III faktor psikososial bermakna dianggap menyebabkan psikosis
reaktif singkat, tetapi kriteria tersebut telah dihilangkan dari DSM IV. Perubahan dalam DSM
IV menempatkan diagnosis gangguan psikotik singkat didalam kategori yang sama dengan
banyak diagnosis psikiatrik utama lainnya yang penyebabnya tidak diketahui dan diagnosis
kemungkinan termasuk gangguan yang heterogen.
Penyebabnya belum diketahui secara pasti, tapi sebagian besar di jumpai pada pasien
dengan gangguan kepribadian mungkin memiliki kerentanan biologis atau psikologis
terhadap perkembangan gejala psikotik. Satu atau lebih faktor stres berat, seperti peristiwa
traumatis, konflik keluarga, masalah pekerjaan, kecelakaan, sakit parah, kematian orang yang
dicintai, dan status imigrasi tidak pasti, dapat memicu psikosis reaktif singkat. Beberapa studi
mendukung kerentanan genetik untuk gangguan psikotik singkat.
Gambaran utama perilaku:
1. Mendengar suara-suara yang tidak ada sumbernya
2. Keyakinan atau ketakutan yang aneh/tidak masuk akal
3. Kebingungan atau disorientasi
Perubahan perilaku; menjadi aneh atau menakutkan seperti menyendiri, kecurigaan
berlebihan, mengancam diri sendiri, orang lain atau lingkungan, bicara dan tertawa serta
marah-marah atau memukul tanpa alasan. Hal ini juga bersesuaian dengan keadaan pasien,
dimana pasien berteriak-berteriak dan marah-marah serta bicara sendiri, pasien gelisah dan
selalu mengucapkan kata” aku akan membunuhmu Giono yang adalah bos pasien”, pasien
juga jalan mondar mandir dan kelihatan kebingungan serta membawa alat tajam untuk
membunuh bos pasien dan mengganggu aktivitas warga.
Seperti pada pasien psikiatrik akut, riwayat yang diperlukan untuk membuat diagnosis
mungkin tidak dapat diperoleh hanya dari pasien. Walaupun adanya gejala psikotik mungkin
jelas, informasi mengenai gejala prodromal, episode suatu gangguan mood sebelumnya, dan
riwayat ingesti zat psikotomimetik yang belum lama mungkin tidak dapat diperoleh dari
wawancara klinis saja. Disamping itu, klinis mungkin tidak mampu memperoleh informasi
yang akurat tentang ada atau tidaknya stressor pencetus.
Contoh yang paling jelas dari stresos pencetus adalah peristiwa kehidupan yang besar
yang dapat menyebabkan kemarahan emosional yang bermakna pada tiap orang. Peristiwa
tersebut adalah kematian anggota keluarga dekat dan kecelakaan kendaraan yang berat.
Beberapa klinis berpendapat bahwa keparahan peristiwa harus dipertimbangkan didalam
hubungan dengan kehidupan pasien. Walaupun pandangan tersebut memiliki alasan, tetapi
mungkin memperluas definisi stressor pencetus dengan memasukkan peristiwa yang tidak
berhubungan dengan episode psikotik. Klinisi lain berpendapat bahwa stressor mungkin
merupakan urutan peristiwa yang menimbulkan stress sedang, bukannya peristiwa tunggal
yang menimbulakan stress dengan jelas. Tetapi penjumlahan derajat stress yang disebabkan
oleh urutan peristiwa memerlukan suatu derajat pertimbangan klinis yang hampir tidak
mungkin.
Aksis II tidak dapat diagnosis dikarenakan tidak didapatkan data yang menunjang.
Pada pasien didapatkan tumbuh kembang saat masa kanak-kanak baik, pasien mampu
menyelesaikan pendidikan sampai tamat SMA. Hal ini menyingkirkan diagnosis retardasi
mental (F.70). Pada pasien ini tidak ditemukan, ada penyakit yang menyertai pada aksis III.
Pada akis IV adalah masalah berkaitan dengan lingkungan sosial. Stresor psikososial
diketahui dengan baik memainkan peranan penting dalam hal etiologi, pemeliharaan,
dan penatalaksanaan sejumlah gangguan jiwa. Penilaian terhadap kemampuan pasien untuk
berfungsi dalam kehidupannya menggunakan skala GAF (Global Assesment of
Function). Pada saat ke polik RSJ, skor GAF 20 - 11 : bahaya mencederai diri/orang lain,
disabilitas sangat berat dalam komunikasi dan mengurus diri.
Dalam penanganan gangguan psikotik akut dan sementara indikasi rawat inap di
RSJ dilakukan ketika pasien sudah dapat membahayakan orang lain disekitarnya atau pun
dirinya sendiri. Pada pasien diakui oleh tetangga pasien bahwa pasien membahayakan dan
mengancam orang-orang warga sekitar dengan membawa alat tajam, oleh karena itu,
tatalaksana pada pasien adalah sebagai berikut:
 Rawat Inap
Perawatan singkat di rumah sakit diperlukan untuk tujuan pemeriksaan
lebih lanjut, menstabilkan keadaan pasien dan perlindungan terhadap pasien.
Pemeriksaan pasien membutuhkan monitoring ketat terhadap gejala dan
pemeriksaan tingkat bahaya pasien terhadap dirinya sendiri dan orang lain. Di
samping itu, lingkungan rumah sakit yang nyaman, tenang dan terstruktur dapat
membantu pasien memperoleh kembali rasa realitasnya sambil menunggu
lingkungan dan obat menunjukkan efeknya. Lamanya perawatan di rumah sakit
tergantung pada tingkat keparahan penyakit pasien.

 Psikofarmaka
1. Haloperidol
– Sediaan:
Tersedia dalam bentuk tablet 2 – 5 mg, dalam bentuk ampul 5 mg/cc
– Indikasi:
Agitasi psikomotor pada kelainan tingkah laku.
– Kontraindikasi:
Depresi endogen tanpa agitasi, gangguan neurologis dengan gejala
piramidal atau ekstrapiramidal, koma, depresi, susunan saraf pusat,
hipersensitif, anak kurang lebih 3 tahun.
– Efek Samping:
Hipertonia otot dan gemetar, tidak bisa istirahat, gerakan mata tak
terkoordinasi, hipotesi ortostatik, galaktore.
– Pembahasan:
Dalam penggunaan obat anti-psikosis yang ingin dicapai adalah
“optimal response with minimal side effects”. Pemilihan jenis obat anti-
psikosis mempertimbangkan gejala psikosis yang dominan dan efek
samping obat. Karena gejala dominan yang ada pada pasien ini adalah
gejala positif terapi pilihan yang diberikan berupa anti-psikosis tipikal
potensi tinggi yaitu Haloperidol. Dosis haloperidol yang diberikan
yakni 2 x 5 mg per hari. Haloperidol memiliki efek sedatif yang lemah
dan digunakan pada sindrom psikosis dengan gejala dominan apatis,
menarik diri, perasaan tumpul, kehilangan minat dan inisiatif,
hipoaktif, waham, dan halusinasi.

2. Diazepam
- Sediaan : Tablet 2 – 5 mg; Ampul 10 mg/2 cc
- Mekanisme Kerja :
Bekerja pada sistem GABA, yaitu dengan memperkuat fungsi
hambatan neuron GABA
- Indikasi :
Gejala sasaran (target syndrome) : sindrom ansietas
- Kontraindikasi :
Pasien dengan hipersensitifitas terhadap benzodiazepine, glaukoma,
myasthenia gravis, chronic pulmonary insufficiency, chronic renal or
hepatic disease.
- Efek Samping :
□ Sedasi (rasa mengantuk, kewaspadaan berkurang, kinerja
psikomotormenurun, kemampuan kognitif melemah)
□ Relaksasi otot (rasa lemas, cepat lelah, dll).
– Pembahasan:
Pasein mendapat terapi diazepam bertujuan sebagai anti ansietas.
Selain itu pasien juga mengalami keadaan sulit tidur, dimana efek
samping dari obat ini pasien akan merasa mengantuk, oleh karena itu
dosis dari obat ini diberikan pada siang dan malam hari agar pasien
bisa tidur dengan baik.

 Psikoterapi
1. Mendengar dengan baik keluhan pasien
2. Psikoterapi untuk memperkuat fungsi ego dengan psikoterapi suportif
dan agar pasien dapat bersosialisasi.
3. Konseling untuk membantu pasien mengerti dirinya lebih baik agar
dapat mengatasi masalahnya menyesuaikan diri.

 Sosioterapi
1. Memberi penjelasan tentang penyakit pasien kepada keluarga, agar
keluarga dapat memahami dan menerima keadaan pasien
2. Edukasi keluarga untuk mendengar curahan hati pasien dan membantu
pasien menyelesaikan masalahnya.
DAFTAR PUSTAKA

Badan POM RI. Informatorium Obat Nasional Indonesia. 2008. Jakarta : Segung Seto.

Departemen Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Indonesia. Farmakologi dan

Terapi Edisi 5. 2008. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.

Kaplan, H.I., Sadock, B.J. Sinopsis Psikiatri Klinis Edisi 7 Jilid Satu. 2010. Jakarta : EGC.

Maslim, R. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas dari PPDGJ III. 2003.

Jakarta : Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika Atmajaya.

Maslim, R. Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik Edisi Ketiga.2007. Jakarta:
Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika Atmajaya

Anda mungkin juga menyukai