Anda di halaman 1dari 10

ALCHEMY, Vol. 3 No.

2 Oktober 2014, hal 194-203

UJI TOKSISITAS DAN FITOKIMIA EKSTRAK KASAR METANOL,


KLOROFORM DAN n-HEKSANA ALGA COKLAT SARGASSUM VULGARE
DARI PANTAI KAPONG PAMEKASAN MADURA

Miftahul Jannah, Ahmad Hanapi, A. Ghanaim Fasya

Jurusan Kimia UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

ABSTRACT

Sargassum vulgare is a brown algae (Phaeophyceae) specific in Kapong beach Pamekasan Madura,
suspected of secondary metabolic compound. This compound may be bioactive compounds that can be used in
the medical world pharmacology. This research aims to know the toxicity level and its active compound
Sargassum vulgare’s.
Extraction of active compound in Sargassum vulgare done by maceration method uses methanol,
chloroform, and n-hexane as solutions. Each extract was tested of its toxicity to shrimp larval Artemia salina L.
A. Salina mortality data analyzed by probit Minitab 16 analysis to know the LC50 value of each extract. After
that, the researcher identifies the classes of active compound by reagent test and continued by KLTA.
The result of research shows that the toxicity and crude methanol extracts, chloroform and n-hexane test
to shrimp larval S. Salina L. obtains LC50 successive value at 139,098 ppm, 39, 6343 ppm and 39, 8759 ppm.
Phytochemical test result shows that methanol extract, chloroform, and n-hexane is a steroid. The results were
confirmed by using KLTA’s best eluent. For methanol extract eluent, n-hexane:ethyl acetate (7:3) create 5 spots
by Rf 0,075-0,875 value. Chloroform extract, n-hexane:acetone (7:3) create 18 spots by Rf 0,037-0,975. Thus n-
hexane eluent, n-hexane:ethyl acetate (7:3) create 8 spots by Rf 0,05-0,962 value.
Keywords: Brown algae (Sargassum vulgare), toxicity, phytochemical test and KLTA.

ABSTRAK

Sargassum vulgare merupakan spesies alga coklat (Phaeophyceae) yang khas dari pantai Kapong
Pamekasan Madura, yang diduga memiliki senyawa-senyawa metabolit sekunder. Senyawa-senyawa tersebut
kemungkinan merupakan senyawa bioaktif yang dapat digunakan dalam dunia farmakologi. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui tingkat toksisitas dan golongan senyawa aktif pada Sargassum vulgare.
Ekstraksi senyawa aktif Sargassum vulgare dilakukan dengan metode maserasi menggunakan pelarut
metanol, kloroform dan n-heksana. Masing-masing ekstrak diuji toksisitasnya terhadap larva udang Artemia
salina L. Data kematian A. salina dianalisis dengan analisis probit Minitab 16 untuk mengetahui nilai LC50
masing-masing ekstrak. Selanjutnya dilakukan identifikasi golongan senyawa aktif dengan uji reagen dan
dilanjutkan dengan KLTA.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil uji toksisitas ekstrak metanol, kloroform dan n-heksana
terhadap larva udang S. salina L. diperoleh nilai LC50 secara berturut-turut sebesar 139,098 ppm, 39,6343 ppm
dan 39,8759 ppm. Hasil uji fitokimia menunjukkan bahwa ekstrak metanol, kloroform dan n-heksana adalah
steroid. Hasil ini diperkuat dengan KLTA menggunakan eluen terbaik, untuk ekstrak metanol eluen n-
heksana:etil asetat (7:3) menghasilkan 5 spot dengan nilai Rf 0,075-0,875. Ekstrak kloroform eluen n-
heksana:aseton (7:3) menghasilkan 18 spot dengan nilai Rf 0,037-0,975. Dan ekstrak n-heksana eluen n-
heksana:etil asetat (7:3) menghasilkan 8 spot dengan nilai Rf 0,05-0,962.

Kata Kunci: Alga coklat (Sargassum vulgare), toksisitas, uji fitokimia dan KLTA.

194
ALCHEMY, Vol. 3 No. 2 Oktober 2014, hal 194-203

I. PENDAHULUAN pengaduk kaca, pipet tetes, pipet ukur 5


Pantai Indonesia memiliki potensi mL, pipet ukur 10 mL, pipet ukur 1 mL,
alga yang sangat tinggi, tercatat sedikitnya pipet mikro, penjepit, gelas beaker 100
terdapat 555 jenis alga. Kelompok mL, bola hisap, erlenmeyer 250 mL, gelas
umumnya yaitu alga biru, alga hijau, alga ukur 100 mL, desikator, corong kaca,
merah dan alga coklat. Sargassum vulgare corong Buchner, aluminium foil, kertas
merupakan salah satu golongan alga saring, labu ukur 10 mL, plat silika GF254,
coklat. Makro alga jenis ini belum lampu penerang, vacum rotary evaporator,
dimanfaatkan dan dibudidayakan. Menurut shaker.
Asmad (2012) dalam Alfiaturrahmah Bahan sampel yang digunakan
(2013), menurut para penduduk dan dalam penelitian ini adalah alga coklat
nelayan pantai Kapong Pamekasan jenis (Sargassum vulgare), metanol p.a,
Madura, keberadaan S. vulgare di pantai kloroform p.a, n-heksana p.a, DMSO, ragi
tersebut sangat melimpah. Berdasarkan roti, air laut, etil asetat, HCl 37 %, HCl 1N,
informasi tersebut alga coklat S. vulgare HCl 2 %, metanol 50 %, H2SO4 pekat,
perlu ditingkatkan potensinya dengan cara asam asetat anhidrida, aseton, FeCl3 1 %,
diteliti guna mengetahui kandungan gelatin, pereaksi Mayer dan Dragendorff,
senyawa bioaktif khususnya yang serbuk logam Mg, NaCl, pereaksi
berpotensi sebagai senyawa obat. Liberman-Burchard, aquades, air.
Skrining awal untuk pengujian
bahan alam dengan uji toksisitas terhadap 1. Uji Taksonomi
larva udang Artemia salina L. sering Uji taksonomi alga coklat S. vulgare
digunakan untuk mengetahui senyawa aktif dilakukan secara kualitatif di Laboratorium
yang terkandung dalam ekstrak tanaman, Taksonomi, Struktur dan Pengemnbangan
karena relatuf murah, cepat, dan hasilnya Tumbuhan, Jurusan Biologi, Fakultas
dapat dipercaya (Ledenberg, 1992). Uji MIPA, Universitas Brawijaya.
toksisitas dengan menggunakan metode 2. Preparasi Sampel
Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) dapat Bahan yang digunakan adalah alga
digunakan sebagai uji pendahuluan pada coklat Sargassum vulgare, dibersihkan
penelitian yang mengarah pada uji dengan cara dicuci pada air mengalir
sitotoksik karena ada kaitannya antara uji kemudian dikeringkan dalam oven pada
toksisitas dengan uji sitotoksik jika harga suhu 38 oC selama 24 jam dan dihaluskan
LC50 toksisitas akut lebih kecil dari 1000 menggunakan blender hingga halus Serbuk
ppm (Meyer, et al., 1982). S. vulgare diayak menggunakan ayakan
Tujuan dari penelitian ini adalah yang berukuran 60-100 mesh.
untuk mengetahui toksisitas dan golongan 3. Uji Kadar Air
senyawa yang terdapat pada ekstrak S. Cawan kosong dikeringkan dalam
vulgare. Sehingga diharapkan dapat oven pada suhu 100 – 105 ºC kemudian
memberikan informasi ilmiah kepada didinginkan dalam desikator selama ± 15
masyarakat mengenai bioaktivitas menit. Setelah dingin berat cawan kosong
toksisitas alga coklat jenis Sargassum ditimbang. Sampael sebanyak 5 gram
vulgare, sehingga dapat dimanfaatkan di dimasukkan dalam cawan dan ditimbang.
bidang farmakologi. Kemudian dimasukkan dalam oven pada
suhu 100 – 105 ºC selama ± 30 menit.
II. METODE PENELITIAN Setelah kering, didinginkan dalam
Alat dan Bahan Penelitian desikator selama ± 15 menit. Ditimbang
Alat-alat yang digunakan dalam kembali cawan berisi sampel. Kadar air
penelitian ini adalah hot plate, pisau, dihitung berdasarkan persamaan berikut:
blender, oven, timbangan analitik, kaca (b − c)
Kadar air = × 100 %
arloji, cawan penguap, tabung reaksi, (b − a)
195
ALCHEMY, Vol. 3 No. 2 Oktober 2014, hal 194-203

Keterangan: a. Penetasan Larva Udang


a = berat konstan cawan kosong Media penetasan berupa air laut
b = berat cawan + sampel sebelum dikeringkan
c = berat konstan cawan + sampel setelah
yang ditempatkan di wadah bersekat
dikeringkan dengan pencahayaan sinar lampu
100 pijar/neon. Telur Artemia salina L.
Faktor koreksi = 100−% kadar air
sebanyak 2,5 mg dimasukkan dalam air
% Kadar air terkoreksi = Kadar air – Fkoreksi laut tersebut. Kemudian diaerasi dalam
waktu ± 48 jam. larva udang yang telah
4. Penentuan Kadar Garam menetas siap digunakan sebagai hewan uji
Sampel S. vulgare dimasukkan ke (Juniarti, 2009).
dalam beaker glass kemudian ditambahkan b. Uji Toksisitas (Rita, et al., 2008)
10 mL akuades dan diaduk menggunakan Konsentrasi masing-masing sampel
magnetic stirrer selama 15 menit. dibuat konsentrasi berbeda yakni 5 ppm,
Ekstraksi diulangi sebanyak 6 kali. 25 ppm, 50 ppm, 100 ppm, 150 ppm, 200
Kemudian disaring menggunakan ppm dan 0 ppm sebagai kontrol. Ekstrak
penyaring corong buchner. Garam yang pekat metanol, kloroform dan n-heksana,
sudah terekstrak ke dalam pelarut akuades masing-masing dibuat larutan stok 10000
diukur kadarnya menggunakan alat ppm dengan cara ditimbang ekstrak pekat
salinometer. 100 mg dan dilarutkan dengan
5. Ekstraksi Senyawa Aktif menggunakan pelarutnya sebanyak 10 mL.
Serbuk S. vulgare sebanyak 100 g selanjutnya dipipet masing-masing dari
dimaserasi dengan menggunakan 300 mL larutan stok sebanyak 5 µL, 25 µL, 50 µL,
pelarut metanol dan dilakukan pengocokan 100 µL, 150 µL dan 200 µL. Kemudian
menggunakan shaker selama 3×24 jam dimasukkan kedalam gelas vial, dan
dengan kecepatan 120 rpm (rotation per pelarutnya diuapkan hingga kering.
minutes), selanjutnya disaring. Ampas Kemudian ditambahkan 100 μL dimetil
yang tersisa dimaserasi kembali sampai sulfoksida (DMSO), setetes larutan ragi
diperoleh filtrat bening (senyawa roti, dan air laut sampai volumenya 10 mL.
terekstrak semua). Ampas yang diperoleh dimasukkan 10 ekor larva udang Artemia
dimaserasi kembali menggunakan pelarut Salina L.
yang sama sebanyak 5 kali pengulangan Pada kontrol dibuat dengan
dengan perlakuan yang sama, setelah itu dimasukkan 2 mL air laut, 100 μL dimetil
dilakukan penyaringan. Kelima filtrat yang sulfoksida, dan 1 tetes larutan ragi roti ke
diperoleh digabung menjadi satu (Halimah, dalam gelas vial, kemudian ditambahkan
2010). Perlakuan yang sama juga air laut sampai volumenya 10 mL.
dilakukan terhadap 100 g sampel alga yang dimasukkan 10 ekor larva udang Artemia
diekstrak menggunakan pelarut kloroform Salina L. pengamatan uji toksisitas untuk
dan n-heksana. mengetahui nilai LC50 dengan menghitung
Ekstrak metanol, kloroform dan n- larva udang Artemia Salina L. yang mati
heksana yang diperoleh kemudian setelah 24 jam dari perlakuan. Kemudian
dipekatkan menggunakan rotary dihitung larva udang yang mati dengan
evaporator, setelah itu dialiri gas N2. rumus berikut.
Ekstrak pekat ditimbang lalu dihitung jumlah artemia yang mati
rendemennya dengan persamaan: % mortalitas= jumlah artemia yang diuji x 100%
7. Uji Fitokimia dengan Reagen
% Rendemen = x 100 % Uji fitokimia kandungan golongan
senyawa aktif dengan uji reagen dari
ekstrak pekat metanol, kloroform dan n-
6. Uji Sitotoksik terhadap Larva Udang heksana dari S. vulgare dilakukan terhadap
Artemia salina Leach uji alkaloid, flavonoid, triterpenoid,
196
ALCHEMY, Vol. 3 No. 2 Oktober 2014, hal 194-203

steroid, saponin, dan tanin (Indrayani, et kehitaman atau biru tinta, maka
al., 2006). mengandung tanin.
- Uji Alkaloid (Kristanti, et al., 2008) Uji dengan Larutan Gelatin
Ekstrak S. vulgare dimasukkan Ekstrak S. vulgare sebanyak 2 mg
dalam tabung reaksi, ditambah 0,5 mL dimasukkan dalam tabung reaksi
HCl 2 % dan larutan dibagi dalam dua ditambah dengan larutan gelatin. Jika
tabung. Tabung I ditambahkan 2-3 tetes terbentuk endapan putih, menunjukkan
reagen Dragendorff, tabung II adanya tanin
ditambahkan 2-3 tetes reagen Mayer. 8. Uji Fitokimia dengan KLTA
Jika tabung I terbentuk endapan jingga Pemeriksaan adanya kandungan
dan pada tabung II terbentuk endapan senyawa metabolit sekunder secara
kekuning-kuningan, menunjukkan kualitatif pada ekstrak S. vulgare,
adanya alkaloid. dilakukan dengan metode Kromatografi
- Uji Flavonoid Lapis Tipis Analitik (KlTA) terhadap
Ekstrak S. vulgare dimasukkan senyawa yang positif dari hasil uji reagen.
dalam tabung reaksi kemudian 9. Analisis Data .
dilarutkan dalam 1-2 mL metanol panas Data yang diperoleh dibuat dalam
50 %. Setelah itu ditambah logam Mg bentuk tabel dan grafik, kemudian
dan 4-5 tetes HCl pekat. Larutan dideskripsikan hasilnya. Tingkat toksisitas
berwarna merah atau jingga yang larva udang Artemia salina Leach dapat
terbentuk, menunjukkan adanya diketahui dengan melakukan uji LC50
flavonoid. menggunakan analisis probit pada program
- Uji Triterpenoid dan Steroid MINITAB 16 dengan tingkat kepercayaan
(Kristanti, et al., 2008) 95 %.
Ekstrak S. vulgare dimasukkan
dalam tabung reaksi, dilarutkan dalam III. HASIL DAN PEMBAHASAN
0,5 mL kloroform, lalu ditambah Uji Taksonomi
dengan 0,5 mL asam asetat anhidrat. Hasil uji taksonomi menunjukkan
Campuran ini selanjutnya ditambah bahwa makroalga yang digunakan dalam
dengan 1-2 mL H2SO4 pekat melalui penelitian ini memiliki ciri-ciri yaitu
dinding tabung tersebut. Jika hasil yang bentuk agak gepeng, licin, batang utama
diperoleh berupa cincin kecoklatan atau silindris, percabangan selang-seling,
violet pada perbatasan dua pelarut mempunyai kantong udara, dan daunnya
menunjukkan adanya triterpenoid, memanjang lurus pinggirnya
sedangkan jika terbentuk warna hijau bergelombang. Berdasarkan ciri-ciri
kebiruan menunjukkan adanya steroid. tersebut dapat disimpulkan bahwa sampel
- Uji Saponin (Harborne, 1987) memiliki ciri-ciri yang sama dengan alga
Ekstrak S. vulgare dimasukkan coklat jenis Sargassum vulgare
dalam tabung reaksi ditambah air (1:1) Tjondronegoro, et al., (1989).
sambil dikocok selama 1 menit, apabila Preparasi Sampel
menimbulkan busa ditambahkan HCl 1 Alga coklat S. vulgare dicuci
N, busa yang terbentuk dapat bertahan hingga bersih untuk menghilangkan pasir
selama 10 menit dengan ketinggian 1-3 maupun lumpur yang menempel pada
cm, maka ekstrak positif mengandung tallusnya, kemudian dikeringkan dengan
saponin. cara dioven pada suhu 38 0C. Pengeringan
- Uji Tanin dimaksudkan untuk mengurangi kadar air,
Uji dengan FeCl3 dan mencegah tumbuhnya jamur sehingga
Ekstrak S. vulgare ditambahkan dapat disimpan lebih lama.
dengan 3 tetes larutan FeCl3 1 %. Jika S. vulgare yang sudah kering
larutan menghasilkan warna hijau dihaluskan dengan menggunakan blender
197
ALCHEMY, Vol. 3 No. 2 Oktober 2014, hal 194-203

dan diayak untuk memperluas permukaan embrio normal. Sehingga dari kedua
bahan sehingga mempermudah pada tahap pernyataan tersebut dapat dikatakan bahwa
ekstraksi, interaksi antara pelarut dengan kadar garam pada sampel tidak
sampel yang diekstraksi menjadi lebih mempengaruhi tingkat kematian pada larva
efektif dan hasil ekstrak yang diperoleh udang Artemia salina L.
maksimal (Sembiring, dkk., 2006). Dari 5 Ekstraksi Maserasi
Kg sampel basah S. vulgare diperoleh Proses ekstraksi maserasi dilakukan
serbuk kering S. vulgare sebanyak 400 dengan menggunakan variasi pelarut
gram. (metanol, kloroform dan n-heksana).
Analisis Kadar Air Untuk memperoleh senyawa metabolit
Analisis kadar air dilakukan untuk sekunder sesuai dengan kepolarannya.
mengetahui persentase kandungan air yang Hasil rendemen dari masing-masing
terdapat di dalam sampel. Hasil persentase ekstrak ditunjukkan pada Tabel 2 berikut:
kadar S. vulgare pada Tabel 1 berikut:
Tabel 2 Hasil rendemen dari masing-
Tabel 1 Hasil persentase kadar S. vulgare masing ekstrak
Alga Coklat Kadar Air Warna Rendemen
Kadar Air Pelarut
(Sargassum Terkoreksi Ekstrak Pekat (%) (b/b)
%
vulgare) % Hijau Pekat
Sampel basah 83,7970 77,6254 Metanol 3,39
Kehitaman
Sampel kering 10,4697 9,3528 Hijau Pekat
Kloroform 1,1596
Kehitaman
Kadar air pada S. vulgare basah n-Heksana Hijau Pekat 0,4228
sebesar 77,6254 %. Astwan, et al., (2001)
menyatakan bahwa kandungan air rumput Nilai rendemen ekstrak metanol
laut segar berkisar 80-90 % dan setelah lebih besar dari kloroform dan n-Heksana,
pengeringan menjadi 10-20 %. Sedangkan hal ini kemungkinkan disebabkan karena
kadar air S. vulgare kering sebesar 9,3528 pada S. vulgare banyak mengandung
%. Menurut Winarno (2002) kadar air senyawa polar, selain itu diduga senyawa
yang baik adalah kurang dari 10 %, karena yang terkandung di dalam ekstrak S.
pada tingkat kadar air tersebut waktu vulgare masih berbentuk glikosida,
simpan sampel akan relatif lebih lama dan sehingga akan lebih larut ke dalam pelarut
terhindar dari pencemaran yang polar. Keberadaan senyawa-senyawa yang
disebabkan mikroba. Oleh karena itu, S. masih berbentuk glikosida sangat
vulgare kering yang dihasilkan dapat mempengaruhi jumlah rendemen hasil
dilakukan penyimpanan dalam selang ekstraksi, karena umumnya senyawa
waktu yang cukup lama. metabolit sekunder yang terikat pada gula
akan terekstrak pada pelarut polar.
Analisis Kadar Garam
Analisis kadar garam dilakukan Uji Toksisitas Ekstrak S. vulgare dengan
untuk mengetahui kadar garam yang Larva Udang A. salina Leach
terdapat pada sampel. Hasil uji kadar Hasil pengamatan mortalitas
garam S. vulgare, pada penelitian ini Artemia salina L. dalam uji toksisitas
sebesar 15,6 ppt. Menurut Pitoyo (2004) dengan menggunakan metode BSLT
Artemia salina akan menetas dalam waktu diperoleh presentase mortalitas hewan uji
24-36 jam pada salinitas 15-35 ppt. dari masing-masing konsentrasi ekstrak
Matthew (1982) yang menyatakan bahwa yang diujikan. Berdasarkan data tersebut
paparan salinitas antara 22,7 dan 33 ppt dilakukan perhitungan dan analisa probit
ada pengaruh meski tidak signifikan pada dengan program Minitab 16 dilakukan
sampel mikroalga terhadap perkembangan untuk mengkalkulasi rataan pola mortalitas
198
ALCHEMY, Vol. 3 No. 2 Oktober 2014, hal 194-203

dan konsentrasi untuk mendapatkan nilai


LC50 secara statistika dengan tingkat Berdasarkan kurva mortalitas
kepercayaan 95 %. kurva mortalitas larva masing-masing ekstrak pelarut, diperoleh
udang Artemia salina L. terhadap masing- nilai LC50 sebagaimana pada tabel berikut:
masing ekstrak akar rumput bambu
ditunjukkan pada Gambar 1, 2 dan Tabel 3 Nilai LC50 pada berbagai pelarut
3.berikut. Ekstrak LC50 (ppm)
Metanol 139,098
Kloroform 39,6343
n-Heksana 39,8759

Mayer, et al., (1982) menyatakan


bahwa suatu ekstrak menunjukkan
aktivitas ketoksikan, jika ekstrak dapat
menyebabkan kematian 50 % hewan uji
pada konsentrasi kurang dari 1000 ppm.
Dari pernyataan tersebut dapat diketahui
bahwa ekstrak metanol, kloroform dan n-
heksasna S. vulgare bersifat toksik
Gambar 1. Grafik Uji Toksisitas (LC50) terhadap larva udang A. salina L. karena
Ekstrak Metanol memiliki nilai LC50 < 1000 ppm.

Identifikasi Golongan Senyawa Aktif


Uji fitokimia dilakukan untuk
mengetahui kandungan metabolit sekunder
suatu sampel. Hasil kandungan senyawa
metabolit sekunder pada ekstrak metanol,
kloroform dan n-heksana S. vulgare adalah
steroid. Ditunjukkan pada Tabel berikut:

Tabel 4. Hasil kandungan senyawa


metabolit sekunder pada ekstrak
metanol, kloroform dan n-
heksana S. vulgare adalah
Gambar 2. Grafik Uji Toksisitas (LC50) steroid
Ekstrak kloroform Golongan Hasil uji reagen pada masing-
senyawa masing ekstrak
aktif Metanol Kloroform n-Heksana
Alkaloid - - -
Flavonoid - - -
Saponin - - -
Tanin - - -
Steroid +++ +++ +++
Triterpenoid - - -

Keterangan:
+++ =kandungan senyawa lebih banyak (warna
sangat pekat)
++ =mengandung senyawa (warna cukup
Gambar 3. Grafik Uji Toksisitas (LC50) pekat)
+ =mengandung senyawa (sedikit berwarna)
Ekstrak n-Heksana - =tidak mengandung senyawa

199
ALCHEMY, Vol. 3 No. 2 Oktober 2014, hal 194-203

Pemisahan Senyawa dengan Hasil pemisahan golongan senyawa


Menggunakan Kromatografi Lapis aktif steroid dari ekstrak S. vulgare
Tipis (KLT) kloroform dengan menggunakan eluen n-
Hasil identifikasi golongan Heksana:Aseton (7:3) menunjukkan
senyawa steroid menggunakan KLT pada pemisahan yang terbaik, sebagaimana pada
ekstrak metanol S. vulgare dengan Gambar 5 dan Tabel 6. Menurut
menggunakan eluen n-heksana:etil asetat Syamsudin (2007) yang menyatakan
(7:3) ditunjukkan sebagaimana pada bahwa eluen n-Heksana:Aseton (7:3)
Gambar 4 dan Tabel 5. Penelitian merupakan eluen yang baik dalam
sebelumnya penelitian Handayani, dkk memisahkan senyawa steroid yang
(2008) golongan senyawa steroid hasil menghasilkan warna biru, ungu sampai
KLT setelah disemprot dengan reagen coklat, setelah disemprot dengan reagen
Liberman-Burchard dengan terbentuknya LB dan diamati pada sinar UV λ366 yang
bercak noda hijau. Menurut Syamsudin diduga merupakan golongan senyawa
(2007) golongan senyawa steroid setelah steroid. Hayati (2012) senyawa steroid
disemprot dengan reagen LB dan diamati setelah disemprot LB terbentuk bercak
pada sinar UV λ366 menghasilkan warna noda ungu, merah muda dan hijau.
biru, ungu sampai coklat.
Tabel 6. Data penampakan noda senyawa
steroid dari KLTA ekstrak
kloroform S. vulgare pada eluen
terbaik n-Heksana:Aseton (7:3).

Warna noda dibawah sinar


UV pada λ 366 nm
Dugaan
Rf Sebelum
setelah senyawa
disemprot
disemprot LB
LB
0,037 Merah muda Merah muda Steroid
b 0,125 Merah muda Merah muda Steroid
Gambar 4 Hasil KLT senyawa steroid n- 0,162 Merah muda Ungu Steroid
heksana:etil asetat (7:3) 0,2 Ungu Hitam -
Keterangan: 0,237 Merah muda Merah muda Steroid
a. Hasil pengamatan dengan lampu UV 366 nm 0,262 Merah muda Ungu Steroid
sebelum disemprot reagen Liberman-Burchard 0,3 Merah muda Ungu Steroid
b. Hasil pengamatan dengan UV 366 nm setelah 0,325 Merah muda Ungu Steroid
disemprot reagen Liberman-Burchard 0,362 Ungu Merah muda Steroid
0,412 Merah muda Ungu Steroid
Tabel 5. Data penampakan noda senyawa 0,437 Merah muda Ungu Steroid
steroid dari KLTA ekstrak 0,537 Merah muda Merah muda Steroid
metanol S. vulgare pada eluen 0,662
Merah muda Merah muda
Steroid
terbaik n-Heksana:Etil Asetat tengah hitam tengah merah
(7:3) Merah muda
0,725 Ungu Steroid
tengah hitam
Warna noda dibawah
0,787 Merah muda Ungu Steroid
sinar UV pada λ 366 nm
Dugaan 0,9 Merah muda Ungu Steroid
Rf Sebelum Setelah
senyawa 0,925 ungu Ungu Steroid
disemprot disemprot
LB LB Orange
0,975 Ungu Steroid
0,075 Ungu Ungu Steroid muda
0,112 Ungu Ungu Steroid
0,675 Merah muda Ungu Steroid
0,825 Merah muda Ungu Steroid
0,875 Merah muda Ungu Steroid
200
ALCHEMY, Vol. 3 No. 2 Oktober 2014, hal 194-203

Tabel 7. Data penampakan noda senyawa


steroid dari KLTA ekstrak n-
heksana S. vulgare pada eluen
terbaik n-Heksana:Etil Asetat
(7:3).
Warna noda dibawah sinar
UV pada λ 366 nm Dugaan
Rf
Sebelum Setelah disemprot senyawa
disemprot LB LB
Merah
0,05 Merah muda Steroid
muda
0,075 Ungu Merah muda Steroid
Gambar 5 Hasil KLT senyawa steroid n- Merah Merah muda
0,162 Steroid
heksana:aseton (7:3) muda
Merah Kuning
0,462 -
muda
Hasil pemisahan golongan senyawa 0,687 - Ungu Steroid
aktif steroid dari ekstrak S. vulgare n- 0,787
Merah Hijau
Steroid
heksana dengan menggunakan eluen n- muda
Merah Merah muda
Heksana:Etil Asetat (7:3) menunjukkan muda tengah ungu
0,912 Steroid
pemisahan yang terbaik, sebagaimana pada tengan
Gambar 6 dan Tabel 7. Pada penelitian merah
Merah
Handayani, dkk (2008) golongan senyawa 0,962 muda Merah muda Steroid
steroid hasil KLT setelah disemprot tangah ungu
dengan reagen Liberman-Burchard dengan
terbentuknya bercak noda hijau. Hayati IV. PENUTUP
(2012) senyawa steroid setelah disemprot Kesimpulan
LB terbentuk bercak noda ungu, merah
muda dan hijau. Menurut Syamsudin 1. Berdasarkan hasil uji toksisitas Ekstrak
(2007) golongan senyawa steroid setelah metanol, kloroform dan n-heksana
disemprot dengan reagen LB dan diamati Sargassum vulgare diperoleh nilai
pada sinar UV λ366 menghasilkan warna LC50 dari ekstrak metanol, kloroform
biru, ungu sampai coklat. dan n-heksana S. vulgare secara
berturut tutur sebesar 139,098 ppm,
39,6343 ppm dan 39,8759 ppm.
2. Hasil uji fitokimia menunjukkan bahwa
ekstrak metanol, kloroform dan n-
heksana S. vulgare mengandung
senyawa golongan steroid. Hasil
pemisahan KLTA untuk ekstrak
metanol eluen n-heksana:etil asetat
(7:3) menghasilkan 5 spot. Ekstrak
kloroform eluen n-heksana:aseton (7:3)
menghasilkan 18 spot. Dan ekstrak n-
Gambar 5 Hasil KLT senyawa steroid heksana eluen n-heksana:etil asetat
n-heksana:aseton (7:3) (7:3) menghasilkan 8 spot.
Saran
Diperlukan pemisahan lebih lanjut
untuk memisahkan senyawa aktif dengan
Kromatografi kolom. Hasil isolat
diidentifikasi dengan instrumen LC-MS

201
ALCHEMY, Vol. 3 No. 2 Oktober 2014, hal 194-203

V. DAFTAR PUSTAKA Juniarti. 2009. Kandungan Senyawa


Alfiaturrahmah. 2012. Uji Aktivitas Kimia, Uji Toksisitas (Brine
Antibakteri Ekstrak Kasar Etanol, Shrimp Lethality Test) dan
Kloroform dan n-heksana Alga Antioksidan (1,1-diphenyl-2-
Coklat Sargassum vulgare Asal pikrilhydrazyl) dari Ekstrak Daun
Pantai Kapong Pamekasan. Skripsi Saga (Abrus precatorius L.). Jurnal
Tidak Diterbitkan. Malang: Kimia Fakultas Kedokteran
Fakultas Sains dan Teknologi UIN Universitas YARSI Jakarta. Vol 13,
malang. No 1: 50-54.
Asmad. 2012. Wawancara komunikasi. Kristanti, A.N., Aminah, N.S., Tanjung,
Kelimpahan alga coklat jenis M. dan Kurniadi, B. 2008. Buku
Sargassum vulgare di Pantai Ajar Fitokimia. Surabaya:
Kapong Kabupaten Pamekasan. 17 Airlangga University Press.
Maret 2012. Ledenberg, J. 1992. Encylopedi of
Astawan, M., Muchtadi, D., Tutik, W., Microbiology, Volume Academic
2001.Pemanfaatan Rumput Laut Press Inc, Rockefller University,
pada Berbagai Makanan Jajanan New York.
Untuk Mencegah Timbulnya Matthew P. Coglianese. 1982. The Effects
Defisiensi Iodium dan Penyakit of Salinity on Copper and Silver
Degeneratif. LaporanPenelitian. Toxicity to Embryos of the Pacific
Bogor: IPB. Oyster. California Department of
Halimah, N. 2010. Uji Fitokimia dan Uji Fish and Game, Marine Bioassay
Toksisitas Ekstrak Tanaman Laboratory, 2201 Garden Road,
Anting-anting (Acalypha indica L.) Monterey, California.
Terhadap Larva Udang ( Artemia Meyer, B.N., Fergini, N.R., Putnam, J.E.,
Salina Leach). Skripsi Tidak Jacobsen, L.B., Nicholas, D.E. dan
Diterbitkan. Malang: Jurusan Mc Laughin, J.L. 1982. Brine
Kimia Universitas Islam Negeri Shrimp; a Convient General
Maulana Malik Ibrahim. Bioassay for Active Plant
Handayani, D., Sayuti, N. dan Constituents. Plant Medica.
Dachriyanus. 2008. Isolasi dan Pitoyo, Ahmad. 2004. perikanan-
Karakterisasi Senyawa Antibakteri nusantara.blogspot.com/artemia.ht
Epidioksi Sterol dari Spon Laut ml diakses pada Maret 2014.
Petrosia nigrans, Asal Sumatera Rita,W.S., Suirta, I.W. dan Sabirin, A.
Barat. Prosiding Seminar Nasional 2008. Isolasi dan Identifikasi
Sains dan Teknologi-II 2008. Senyawa yang Berpotensi Sebagai
Lampung: Universitas Lampung. Antitumor pada Daging Buah Pare
Harborne. J.B. 1987. Metode Fitokimia (Momordica carantia L). Jurnal
Penuntun Cara Modern Jurusan Kimia FMIPA Universitas
Menganalisis Tumbuhan. Udayana 2(1), ISSN 1907-9850: 1-
Diterjemahkan oleh Kokasih 6.
Padmawinta dan Iwang Soediro. Syamsudin, Tjokrosonto, S., Wahyuno, S
Bandung. Penerbit ITB. dan Mustofa. 2007. Aktivitas Anti-
Hayati, E.K., Jannah, A., dan Ningsih, R. plasmodium dari dua fraksi Ekstrak
2012. Identifikasi Senyawa Dan n-heksana Kulit Batang Asam
Aktivitas Antimalaria In Vivo Kandis (Gracinia parvifoli
Ekstrak Etil Asetat Tanaman Miq).Majalah Farmasi indonesia,
Anting-Anting (Acalypha Indica 18 (4), 210-215.
L.). molekul, Vol. 7. N0.1. hal:20-
32.
202
ALCHEMY, Vol. 3 No. 2 Oktober 2014, hal 194-203

Tjondronegoro dan Dewi, P. 1989. Botani


Umum II. Bogor: Pusat Antar
Universitas IPB.
Winarno, F.G. 2002. Kimia Pangan dan
Gizi. Jakarta: gramedia Pustaka
Utama.

203

Anda mungkin juga menyukai