Anda di halaman 1dari 44

PROPOSAL PENELITIAN

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS ICT


MENGACU KURIKULUM SD 2013
SUBTEMA BERSYUKUR ATAS KEBERAGAMAN UNTUK SISWA KELAS IV
SEKOLAH DASAR NEGERI SONOSEWU KASIHAN BANTUL
Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Metodologi Penelitian Pendidikan

Dosen Pengampu : Dr. Siti Maisaroh, S.E, M.Pd

Oleh :

Setya Dewi Nugrahaeni


16144600037
Kelas A1 – 16

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PGRI YOGYAKARTA

2019
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan salah satu unsur penting dalam pembangunan dan
pengembangan bangsa Indonesia. Hal demikian tentunya tidak terlepas dari peran
pemerintah dalam merancang pelaksanaan pendidikan di negara ini. Perencanaan dan
pelaksanaan pendidikan perlu dilakukan dengan terlebih dahulu evaluasi hasil
pendidikan sebelumnya. Pendidikan di negara ini sangat memprihatinkan. Pemerintah
berupaya untuk mencanangkan dan mengimplementasikan berbagai perancangan
pelaksanaan pendidikan, salah satunya adalah kurikulum.
Kurikulum di Indonesia terus diperbaiki dan disempurnakan dari masa ke
masa. Hingga saat ini, dunia pendidikan di Indonesia telah mengenal dan
menggunakan kurikulum 2013 dalam pembelajaran baik di tingkat sekolah dasar
maupun di tingkat sekolah menengah. Kurikulum 2013 merupakan kurikulum baru
yang lebih menekankan pendekatan keilmuan (saintifik) dan tematik. Hidayat (2013:
113) mengemukakan orientasi kurikulum 2013 adalah terjadinya peningkatan dan
eseimbangan antara kompetensi sikap (attitude), keterampilan (skill) dan pengetahuan
(knowledge). Peningkatan dan keseimbangan antara kompetensi sikap, keterampilan,
dan pengetahuan sangat didukung oleh strategi guru dalam menyelenggarakan
pembelajaran baik di dalam maupun di luar kelas. salah satu strategi yang digunakan
oleh guru adalah mendesai media pembelajaran untuk memudahkan siswa dalam
memahami materi serta nilai-nilai kehidupann yang termuat di dalam setiap tema,
subtema, maupun pembelajaran. Media pembelajaran dapat diartikan sebagai sesuatu
yang mengantarkan pesan pembelajaran antara pemberi pesan kepada penerima pesan
(Anitah, 2009: 4). Sudjana (2005: 15) mengemukakan bahwa media diperlukan dalam
proses pembelajaran karena mempunyai kemampuan atau kompetensi yang
dimanfaatkan. Media yang efektif adalah media yang mampu mengomunikasikan
sesuatu yang ingin disampaikan oleh pemberi pesan kepada penerima pesan.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menawarkan semakin banyak
kemudahan di dalam dunia pendidikan, salah satunya adalah dalam hal penyiapan
materi pelajaran kepada peserta didik. Hal demikian mendorong upaya-upaya
pemanfaatan hasil teknologi ke dalam proses belajar mengajar. Salah satunya adalah
media pembelajaran berbasis ICT (Informaton and Communication Technology)
sehingga menciptakan suasana penyampaian dan pemahaman materi yang lebih
bersemangat dan menyenangkan.
Berdasarkan survei kebutuhan salah satu jenis media pembelajaran berbasis
ICT adalah Powerpoint interaktif. Meskipun pada hakikatnya Powerpoint interaktif
tergolong sebagai salah satuj media pembelajaran yang mendorong partisipasi aktif
siswa, namun belum banyak tenaga pendidik yang memahami cara mendesain dan
menggunakannya dalam pembelajaran. Secara umum, tenaga pendidik lebih sering
mendesain dan menggunakan media pembelajaran konvensional yang hanya menuntut
partisipasi aktif satu pihak.
Berdasarkan survei kebutuhan bersama Ibu R, guru kelas IV (empat) SD
Negeri Sonosewu terkait perkembangan media pembelajaran berbasis ICT pada
tanggal 29 April 2019 pukul 10.00 WIB, guru mengatakan bahwa beliau sangat setuju
terhadap adanya perubahan kurikulum yakni dari kurikulum KTSP menjadi
kurikulum 2013. Menurut guru, kurikulum 2013 ini sangat baik jika diterapkan di
dalam pembelajaran jika dibandingkan dengan kurikulum KTSP. Guru sudah
berusaha untuk memahami dan melaksanakan beberapa hal terkait kurikulum 2013
walaupun belum semuanya terlaksana dengan baik. Ibu R selalu berupaya agar
pendidikan karakter dapat tercapai. Oeh karena itu, Ibu R selalu mengutamakan
pengembangan keterampilan dan karakter di dalam diri siswa.
Pada saat melakukan wawancara denga Ibu R, beliau juga mengatakan bahwa
tematik integratif ini berlandaskan pada tema namun adaptasinya masih sangat sulit
bagi seorang siswa dalam belajar. Menurut Ibu R, penerapan pendekatan saintifik
dalam pembelajaran harus dimulai dari siswa sehingga siswa terlatih untuk mandiri.
Lebih lanjut, beliau menjelaskan bahwa pendekatan saintifik ini perlu dikaitkan
dengan media pembelajaran sehingga pelajaran dapat dengan mudah dimengerti oleh
siswa. Namun demikian, pada kenyataanya guru masih membutuhkan waktu yang
cukup untuk membuat media pembelajaran yang efektif. Walaupun beliau
mengatakan bahwa waktu tidak memungkinkan dalam membuat media pembelajaran
namun media tetap memegang peran yang sangat penting dalam pembelajaran. Guru
selalu berusaha untuk mencari gambar-gambar dari internet yang berkaitan dengan
materi yanng hendak diajarkan kepada peserta didik. Guru mengakui bahwa beliau
lebih cenderung menggunakan media gambar di dalam pembelajaran.
Menurut pemahaman Ibu R, media pembelajaran ICT adalah media gambar.
Ada beberapa media ICT yang diketahui oleh Ibu R, yakni: Powerpoint, dan Movie
Maker. Namun demikian, beliau sering menggunakan dalam Powerpoint karena
sangat mudah dibuat dan tidak menyita banyak waktu dalam membuatnya. Beliau
mengutarakan keinginanya untuk membuat media pembelajaran berbasis ICT yang
lain. Sebenarnya beliau sudah berusaha untuk mebuat media pembelajaran berupa
Powerpoint namun belum runtut. Selain itu, guru merasa cukup sulit untuk
membangun semangat siswa melalui media Powerpoint.
Meninjau masalah-masalah di atas maka peneliti mengembangkan media
pembelajaran berbasis ICT (Powerpoint Interaktif) pada subtema Bersyukur Atas
Keberagaman untuk siswa kelas IV (empat) sekolah dasar. Adapun alasan pemilihan
subtema Bersyukur Atas Keberagaman adalah karena subtema ini pada hakikatnya
memuat lebih banyak aktivitas dan sikap positif yang menuntut partisiasi aktif peserta
didik. Selain itu, pemilihan kelas yakni kelas IV (empat) didasarkan atas alasan bahwa
pada zaman ini, siswa kelas atas sudah lebih memahami tentang cara belajar yang
menggunakan media berbasis teknologi khususnya Powerpoint interaktif.

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat diperoleh identifikasi masalah
yaitu media pembelajaran Powerpoint interaktif tergolong sebagai salah satuj media
pembelajaran yang mendorong partisipasi aktif siswa, namun belum banyak tenaga
pendidik yang memahami cara mendesain dan menggunakannya dalam pembelajaran.

C. Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah diatas, maka dapat diperoleh batasan masalah
yaitu kurikulum SD 2013, Media pembelajaran berbasis ICT, dan Powerpoint
interaktif.

D. Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah diatas, maka diperoleh rumusan masalah sebagai
berikut :
1. Bagaimana langkah-langkah mengembangkan media pembelajaran berbasis ICT
pada subtema Bersyukur atas Keberagaman mengacu kurikulum SD 2013 untuk
siswa kelas IV Sekolah Dasar Negeri Sonosewu?
2. Bagaimana kualitas produk media pembelajaran berbasis ICT pada subtema
Bersyukur atas Keberagaman mengacu kurikulum SD 2013 untuk siswa kelas IV
Sekolah Dasar Negeri Sonosewu?

E. Tujuan Masalah
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka diperoleh tujuan masalah sebagai
berikut :
1. Untuk mengembangkan produk berupa meda pembelajaran berbasis ICT pada
subtema Bersyukur atas Keberagaman mengacu kurikulum SD 2013 untuk siswa
kelas IV Sekolah Dasar Negeri Sonosewu.
2. Untuk mendeskripsikan kualitas produk berupa media pembelajaran berbasis ICT
pada subtema Bersyukur atas Keberagaman mengacu kurikulum SD 2013 untuk
siswa kelas IV Sekolah Dasar Negeri Sonosewu.

F. Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan masalah diatas, maka diperoleh manfaat penelitian sebagai
berikut :
1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis, manfaat penelitian ini diharapkan mampu menambah pengetahuan
terkait dengan media pembelajaran berbasis ICT mengacu kurikulumSD 2013
pada subtema Bersyukur atas Keberagaman untuk kelas IV SD dan bahan bacaan
tambahan terkait jenis penelitian Research and Development (R&D).
2. Manfaat Praktis
Secara praktis, manfaat penelitian ini yaitu :
a. Bagi Siswa
Siswa dapat memahami pelajaran dengan lebih baik dan bermakna sehingga
dapat memperoleh prestasi belajar yang memuaskan khususnya dengan
menggunakan pendekatan media pembelajaran berbasis ICT mengacu
kurikulumSD 2013 pada subtema Bersyukur atas Keberagaman untuk kelas IV
SD dan bahan bacaan tambahan terkait jenis penelitian Research and
Development (R&D).
b. Bagi Guru
Guru memperoleh inspirasi terkait dengan penelitian Research and
Development (R&D). Guru juga memperoleh contoh perangkat pembelajaran
khususnya media pembelajaran berbasis ICT mengacu kurikulum SD 2013
pada subtema Besyukur atas Keberagaman untuk siswa kelas IV Sekolah
Dasar.
c. Bagi Sekolah
Sekolah memperoleh contoh media pmebeljaran berbasis ICT mengacu
kurikulum SD 2013 pada subtema Bersyukur atas Keberagaman untuk siswa
kelas IV Sekolah Dasar dan bahan bacaan tambahan terkait jenis penelitian
Research and Development (R&D).
d. Bagi Peneliti
Peneliti memperoleh pengalaman dalam melakukan penelitian jenis Research
and Development (R&D) khususnya dengan menggunakan pendekatan
saontifik dalam upaya untuk mengembangkan media pembelajaran berbasis
ICT mengacu kurikulum SD 2013 pada subtema Bersyukur atas Keberagaman
untuk siswa kelas IV Sekolah Dasar.
e. Bagi Prodi PGSD
Prodi PGSD memeproleh bahan bacaan tambahan di perpustakaan terkait jenis
penelitian Research and Development (R&D) dan contoh media pembelajaran
berbasis ICT mengacu kurikulum SD 2013 pada subtema Bersyukur atas
Keberagaman untuk siswa kelas IV Sekolah Dasar.

G. Spesifikasi Produk yang Dikembangkan


Berdasrakan manfaat penelitian diatas, spesifikasi produk yang dikembangkan yaitu:
1. Media pembelajaran berbasis ICT
Media pembelajaran berbasis ICT yang dibuat berupa Powerpoint interaktif,
Powerpoint yang digunakan untuk membuat media Powerpoint interaktif adalah
versi Powerpoint 2010. Powerpoint interaktif tersebut terdiri dari beberapa
bagian, antara lain:
a. Slide pembuka berisi: salam pembuka, tema pembelajaran, motivasi, dan cara
menggunakan media pembelajaran.
b. Slide isi berisi: materi yang mencakup kegiatan mengamati, menanya,
menalar, mencoba, dan mengomunikasikan.
c. Slide penutup berisi: panduan refleksi siswa, kata-kata penguatan, dan tigas
rumah bagi siswa.
2. Media Pembelajaran ICT yang dikembangkan akan sesuai dengan kriteria media
yang sebenarnya. Kriteria media pembelajaran yang dibuat secara lengkap antara
lain:
a. Media yang dikembangkan sesuai dengan tujuan pembelajaran.
b. Media yang dikembangkan mampu meningkatkan antusias siswa.
c. Mampu mengembangkan rasa ingin tahu siswa.
d. Mampu meningkatkan daya tarik siswa.
e. Kemudahan media dalam praktik belajar pembelajaran.
f. Efisiensi media dalam kaitannya dengan waktu, biaya, dan tenaga.
g. Kualitas media yang dikembangkan.
3. Media pembelajaran ICT yang dikembangkan sesuai dengan karakterisitik siswa.
4. Media pembelajaran ICT yang dikembangkan sesuai dengan tuntutan dalam
kurikulum 2013 mencakup 5M (mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan
mengkomunikasikan).
5. Media yang dikembangkan sesuai dengan pendekatan tematik dan mengacu aspek
afektif, kognitif, dan psikomotor.
6. Media pembelajaran berbasis ICT yang akan dikembangkan adalah Powerpoint
interaktif dan menarik, berupa video, lagu, gambar, kegiatan siswa, materi, dan
soal evaluasi yang dibuat berdasarkan tingkat kemampuan siswa dengan mengacu
pada kurikulum 2013.
7. Media dibuat sesuai dengan EYD.

H. Asumsi Pengembangan
1. Kurikulum SD 2013 adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai
tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan di
sekolah dasar dengan menerapkan pembelajaran tematik integratif, pendekatan
saintifik, dan penguatan pendidikan karakter serta mengunakan penilaian otentik.
2. Media pembelajaran berbasis ICT (Information and Communication Technology)
adalah suatu media pembelajaran yang dibuat dengan menggunakan komputer
untuk mengolah informasi dan juga sebagai alat untuk membuat media
pembelajaran ketika mengajar. Dengan adanya media pembelajaran ICT ini maka
diharapkan agar proses pembelajaran dalam kelas tidak membosankan atau
menjenuh bagi siswa sehingga dapat memudahkan guru dalam materi lewat
media pembelajaran berbasis ICT kepada siswa dengan baik dan bisa mencapai
hasil pembelajaran secaraoptimal.
3. Powerpoint interaktif adalah suatu program aplikasi yang digunakan untuk
presentasi baik dalam pembelajaran di kelas, presentasi produk, presentasi
seminar, dan lain-lain.8
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kajian Teori
1. Media Pembelajaran ICT (Information and Communication Technology).
a. Pengertian Media Pembelajaran Berbasis ICT
Media adalah sesuatu yang membawa informasi antara sebuah sumber
dan sebuah penerima Smaldino (2011: 7). Terdapat enam aktegori dasar media
yaitu teks, audio, visual, video, perekayasa (manipulative) (benda-benda), dan
orang-orang. Tujuan dari media adalah untuk memudahkan komunikasi dan
belajar Smaldino (2011: 7). Salah satu perangkat yang digunakan oleh guru
agar siswa mudah mengerti dengan apa yang diajarkan adalah dengan
Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) atau Information and
Communication Technology (ICT) untuk menampilkan media pembelajaran.
Jasmadi (2010: 201) mengatakan bahwa sejalan dengan perkembangan
teknnilogi informasi, model pembelajaran aktifpun mulai dikembangkan
dengan mengintegrasikan teknologi Information and Communication
Technology (ICT) kedalam pembelajaran aktif tersebut. Tentu yang
diharapkan adalah pencapaian hasil yang baik dibandingkan model
pembelajaran aktif tanpa melibatkan teknologi ICT. Biaya untuk media ini
bisa lebih murah, lebih efektif dan lebih menyenangkan bagi peserta didik.
Model pembelajaran aktif umumnya memiliki permainan-permainan yang
akan mengasah daya pikir dan daya analisis siswa dalam kegiatan belajar
mengajarnya. Dengan menggunakan media pembelajaran ICT sehingga bahan-
bahan disekitarya sudah tidak digunakan lagi untuk membuat media.
Tujuan menggunakan media pembelajaran berbasis ICT dengan media
pembelajaran yang lain hampir sama yaitu mampu mengasah kemampuan
berpikir peserta didik serta membantu peserta didik agar mampu bekerja
secara kelompok. Susilana dan Riyani (2009: 100) mengatakan bahwa strategi
peningkatan kualitas pembelajaran dilakukan dengan berbagai strategi antara
lain melalui pembelajaran Information and Communication Technology (ICT)
dengan bersandar pada penguasaan kompetensi (kompetency based learning).
Pelaksanaan strategi tersebut dilakukan melalui: penataan kurikulum,
penyusunan bahan ajar/modul, penyusunan standar pelayanan minimal
(delivery sistem), penyelenggaraan pembelajaran berbasis produksi,
pengembangan prosedur penilaian berbasis ICT yang bersandar pada
kompetensi. Pendekatan pembelajaran dengan pemanfaatan ICT salah satunya
adalah melalui sistem modul interaktif berbasis komputer. Modul ini
memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk belajar secara mandiri
sesuai dengan pembelajaran masing-masing.
Hamzah (2010; 121) media adalah segala bentuk alat komunikasi yang
dapat digunakan untuk menyampaikan informasi dari sumber ke peserta didik.
Tujuannya adalah merangsang mereka untuk mengikuti kegiatan pembelajaran
media. Selain digunakan untuk mengantarkan pembelajaran secara utuh, dapat
juga dimanfaatkan untuk menyampaikan bagian tertentu dari kegiatan
pembelajaran, memberikan penguatan maupun motivasi. Munir (2009: 47)
media komputer adalah media yang menarik, atraktif dan interaktif.
Pembelajaran melalui media computer memberikan bekal pembelajar berbagai
karakter yang menjadi kekuatan dan kelemahan suatu media.
Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) atau Information and
Communication Technology (ICT) sebagai bagian dari Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi secara umum adalah semua teknologi yang berhubungan dengan
pengambilan, pengumpulan, pengolahan, penyimpanan, penyebaran, dan
penyajian informasi Darmawan (2011: 1). Perkembangan Information and
Communication Technology (ICT) atau Teknologi Informasi dan Komunikasi
(TIK) dalam beberapa dekade terakhir berjalan sangat cepat sejalan dengan
perkembangan teknologi telekomunikasi, termasuk jaringan komputer.
Berbagai teknologi dan aplikasi pendukung juga telah dikembangkan sebagai
upaya untuk mendukung dan mempermudah aktivitas kehidupan manusia dan
organisasi, termasuk kegiatan belajar mengajar dalam dunia pendidikan.
Sudah selayaknya lembaga-lembaga pendidikan yang ada segera
memperkenalkan dan memulai penggunaan Teknologi Informasi dan
Komunikasi sebagai basis pembelajaran yang lebih mutakhir Dalam
menyikapi perkembangan dan kemajuan ICT tersebut, guru dituntut untuk
menguasai Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) agar dapat
mengembangkan materi-materi pembelajaran berbasis ICT dan memanfaatkan
ICT sebagai media pembelajaran.
Tujuannya adalah untuk memberikan kemudahan dan kesempatan
yang lebih luas kepada pembelajar dalam kegiatan belajar mengajar. Sekarang
ini, pemanfaatan ICT dalam dunia pendidikan sudah mulai memasyarakat,
mulai dari jenjang pendidikan dasar, menengah, sampai ke perguruan tinggi
Darmawan (2011: 4). Sanaky (2013: 206) teknologi komputer adalah sebuah
penemuan yang memungkingkan menghadirkan beberapa atau semua bentuk
stimulasi secara pencapaian hasil pembelajaran secara optimal. Pengajar akan
melakukan “bentuk-bentuk stimulasi yang dipergunakan sebagai media,
diantaranya adalah hubungan atau interaksi antar manusia, yaitu: realitas
gambar bergerak dan gambar diam, tulisan dan suara yang direkam.
Krisnadi (2009), ICT atau TIK mencakup semua teknologi yang dapat
digunakan untuk menyimpan, mengolah, menampilkan, dan menyampaikan
informasi dalam proses komunikasi. Saat ini, dengan cepatnya teknologi
komunikasi maka semakin banyak pula media komunikasi yang muncul. Pada
pembahasan ini, media komunikasi yang dimaksud adalah media untuk
membantu pelaksanaan pembelajaran di sekolah. Beberapa media yang
dimaksud adalah komputer (internet), peralatan audio seperti tape recorder dan
peralatan visual seperti VCD/DVD. Di kalangan umum, istilah ICT lebih
merujuk pada teknologi komputer. Hal ini tidaklah mengherankan karena
komputer pada saat ini selain berfungsi sebagai alat pengolah data juga dapat
berfungsi untuk komunikasi melalui jaringan komputer (Internet) serta alat
multimedia (hiburan). Hampir semua komponen ICT sekarang ini dapat
dipakai secara bersama-sama dengan komputer.
Dari pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa media
pembelajaran ICT (Information and Communication Technology) adalah suatu
media pembelajaran yang dibuat dengan menggunakan komputer untuk
mengolah informasi dan juga sebagai alat untuk membuat media pembelajaran
ketika mengajar. Dengan adanya media pembelajaran ICT ini maka
diharapkan agar proses pembelajaran dalam kelas tidak membosankan atau
menjenuh bagi siswa sehingga dapat memudahkan guru dalam materi lewat
media pembelajaran berbasis ICT kepada siswa dengan baik dan bisa
mencapai hasil pembelajaran secara optimal. Jadi, untuk saat ini istilah ICT
dan komputer hampir dapat disama artikan jika ditinjau dari fungsinya.
Berbagai upaya telah dilakukan oleh dunia pendidikan untuk meningkatkan
kualitas pendidikan, khususnya kualitas pembelajaran melalui pemanfaatan
ICT.
a. Fungsi media pembelajaran berbasis ICT.
Fungsi media dalam proses pembelajaran tidak hanya sekedar sebagai
alat bantu guru, melainkan sebagai pembawa informasi atau pesan
pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa. Media pembelajaran juga
berfungsi untuk merangsang pembelajaran Sanaky (2013: 7). Media
pembelajaran secara umum berfungsi juga sebagai pengantara bagi pembawa
pesan dan penerima pesan. Munadi (2013: 37) menyebutkan lima fungsi
media pembelajaran secara umum yaitu:
1) Fungsi media pembelajaran sebagai sumber. Fungsi media pembelajaran
sebagai sumber belajar yaitu sebagai penyalur, penyampai, penghubung, dan
lain-lain yang bersifat mengaktifkan siswa.
2) Fungsi semantik. Fungsi semantik yaitu kemampuan media dalam menambah
perbendaharaan kata yang maknanya dapat dipahami peserta didik.
3) Fungsi manipulatif. Fungsi manipulatif yakni media berfungsi untuk
mengatasi batas-batas ruang dan waktu serta mengatasi keterbatasan indrawi.
4) Fungsi psikologis Fungsi psikologis media memuat fungsi atensi
(menumbuhkan perhatian), fungsi afektif (menggugah perasaan), fungi
kognitif (menumbuhkan kemampuan berpikir), fungsi imajinatif
(meningkatkan dan mengembangkan imajinasi siswa), dan fungsi motivasi.
5) Fungsi sosio-kultural. Fungsi sosio-kultural yakni mengatasi hambatan sosio-
kultural antar peserta komunikasi pembelajaran.
Selain itu, Susilana & Cepi (2009: 9) menyebutkan lima fungsi media
pembelajaran yaitu:
1) Memperjelas pesan agar tidak terlalu verbalitas.
2) Mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan daya indera.
3) Menimbulkan gairah belajar, interaksi lebih langsung antara murid dengan
sumber belajar.
4) Memungkinkan anak belajar mandiri sesuai dengan bakat dan kemampuan
visual, auditori, dan kinestetiknya.
5) Memberi rangsangan yang sama, mempersamakan pengalaman, dan
menimbulkan persepsi yang sama.
Levie dan Lentz (dalam Kustandi & Bambang, 2013: 19)
mengemukakan empat fungsi media pembelajaran yaitu fungsi atensi, fungsi
afektif, fungsi kognitif, dan fungsi kompensatoris.
1) Fungsi atensi, mengandung arti bahwa media pembelajaran dapat menarik dan
mengarahkan perhatian siswa untuk berkonsentrasi kepada isi pelajaran yang
berkaitan dengan makna visual yang ditampilkan atau menyertai teks
pelajaran.
2) Fungsi afektif, dapat dilihat dari tingkat kenikmatan siswa ketika belajar teks
yang bergambar.
3) Fungsi kognitif, terlihat dari temuan-temuan penelitian yang mengungkapkan
bahwa lambang visual atau gambar memperlancar pencapaian tujuan untuk
memahami dan mengingat informasi atau pesan yang terkandung dalam
gambar.
4) Fungsi Kompensatoris, mengandung arti bahwa media pembelajaran
membantu siswa yang lemah dalam membaca untuk mengorganisasikan
informasi dalam teks dan mengingatnya kembali. Dengan kata lain, media
pembelajaran berfungsi untuk mengakomodasi siswa yang lemah dan lambat
menerima, serta memahami isi pelajaran yang disajikan dengan teks atau
disajikan secara verbal.
Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi berpengaruh
terhadap perkembangan media pembelajaran. Hal ini ditandai dengan
berkembangnya media pembelajaran berbasis komputer/media pembelajaran
berbasis ICT/media pembelajaran berbasis TIK. Media pembelajaran dengan
menggunakan komputer/TIK/ICT memiliki kelebihan karena menarik, atraktif,
dan interaktif. Secara umum, teknologi informasi dan komunikasi (TIK)
memiliki manfaat dalam dunia pendidikan. Munir (2009: 38) menguraikan
manfaat teknologi informasi dan komunikasi dalam dunia pendidikan yaitu
sebagai berikut:
1) Cepat. Dikatakan cepat karena komputer dapat melakukan suatu pekerjaan
dengan lebih cepat dan tepat, dibandingkan dengan manusia.
2) Konsisten. Komputer dapat melakukan suatu pekerjaan secara berulang-ulang
dan selalu konsisten.
3) Tepat. Komputer berupaya memberikan kesan perbedaan yang sangat kecil di
setiap pekerjaan.
4) Kepercayaan. Komputer dapat memberikan keputusan yang dapat dipercaya
oleh penggunanya, walaupun dilakukan secara berulangulang kali.
5) Meningkatkan produktivitas.
6) Meningkatkan kreativitas.
Pemanfaatan komputer sebagai media pembelajaran sangat tepat untuk
belajar secara interaktif. Penggunaan komputer sebagai alat bantu dalam
memproses dan pembuatan keputusan manajerial bukan lagi sebagai
keharusan mendesak, melainkan juga menjadi kebutuhan mutlak bagi semua
orang Munir (2009: 48). Komputer dapat dijadikan sebagai sumber belajar
yang menyediakan berbagai macam bentuk media bagi siswa, agar siswa
mampu membuat desain dan merekayasa suatu konsep pengetahuan Munadi
(2013: 149). Banyaknya sumber belajar dalam komputer yang telah
merangsang beberapa indera, diharapkan juga mampu mengaktifkan fungsi-
fungsi psikologis (afektif, kognitif, konatif-dinamik, dan sensori-motori)
siswa.

b. Jenis-jenis media pembelajaran ICT.


Arsyad (2014: 31) mengatakan bahwa berdasarkan perkembangan
teknologi maka media pembelajaran dapat dibedakan menjadi empat
kelompok antara lain:
1) Media hasil teknologi cetak.
Teknologi cetak adalah cara untuk menghasilkan atau menyampaikan
materi, seperti buku dan materi visual statis terutama melalui proses
pencetakan mekanis atau fotografis. Media hasil teknologi cetak meliputi teks,
grafik, foto atau fotografik dan reproduksi. Teknologi ini menghasilkan materi
dalam bentuk salinan tercetak. Teknologi cetak memiliki ciri-ciri sebagai
berikut:Teks dibaca secara linear, sedangkan visual diamati berdasarkan
ruang.
a) Baik teks maupun visual menampilkan komunikasi satu arah dan reseptif.
b) Teks dan visual ditampilkan statis (diam).
c) Pengembangan sangat tergantung pada prinsip kebahasaan dan persepsi
visual.
d) Baik teks maupun visual berorientasi (berpusat) pada siswa.
e) Informasi dapat diatur kembali atau ditata ulang oleh pemakai.
2) Media hasil teknologi audio-visual.
Media hasil teknologi melalui audio-visual adalah produksi dan
penggunaan materi yang penyerapannya melalui pandangan dan pendengaran
serta tidak seluruhnya tergantung kepada pemahaman kata atau simbol-simbol
yang serupa.Teknologi audio-visual meliputi mesin proyektor film, tape
recorder, dan proyektor visual yang lebar. Ciri utama teknologi media audio-
visual adalah sebagai berikut:
a) Bersifat linear, Menyajikan visual yang dinamis.
b) Digunakan dengan cara ditetapkan sebelumnya oleh perancang/pebuatnya.
c) Representasi fisk dari gagasan real atau gagasan abstrak.
d) Dikembangkan menurut prinsip perkembangan psikologi behaviorisme
dan kognitif.
e) Umumnya berorientasi pada guru dengan tingkat pelibatan interaktif
peserta didik yang rendah.
Seels & Glasgow (dalam Arsyad 2014: 35) mengatakan bahwa
berdasarkan perkembangannya dapat dibedakan menjadi dua bagian yaitu
pilihan media tradisional dan pilihan media teknologi mutakhir.
1) Pilihan media tradisional meliputi:
a) Visual diam yang diproyeksikan, seperti: proyeksi opaque (tak tembus
pandang), proyeksi overhead, slide dan filmstips.
b) Visual yang tak diproyeksikan, meliputi: gambar, poster, foto, grafik,
diagram, pameran, papan info, dan ppsn bulu.
c) Audio meliputi: rekaman piringan, pita kaset, reel, cartridge.
d) Penyajian multimedia meliputi: slide plus suara (tape), multi image.
e) Visual dinamis yang diproyeksikan, meliputi: film, televisi, video.
f) Cetak, meliputi: buku teks; modul, teks terprogram; workbook; majalah
ilmiah, berkala; lembaran lepas.
g) Permainan, meliputi: teka-teki, simlasi, permainan papan.
h) Realia, meliputi: model, contoh, dan manipulatif.
2) Pilihan media teknologi mutakhir, meliputi: a) Media berbasis telekomunikasi
yang meliputi: telekonferen, kuliah jarak jauh. b) Media berbasis
mikroprosesor yang meliputi: komputer assisted instuction, permainan
komputer, sistem tutor intelijen, interaktif, hypermedia, compact (video) disc.
2. Microsoft Powerpoint
a. Pengertian Microsoft Powerpoint
Miscrosoft Powerpoint adalah program aplikasi untuk membuat
presentasi Jasmadi (2010: 25). Pada Miscrosoft Powerpoint ini peneliti
membuatnya dengan menggunakan beberapa modifikasi dengan beberapa cara
yaitu dengan menggunakan video dan juga dengan menggunakan animasi-
animasi.
Riyana & Susilana (2009: 100) Microsoft Powerpoint 2003 merupakan
program aplikasi presentasi yang popular dan paling banyak digunakan saat ini
untuk beberapa kepentingan presentasi, baik pembelajaran, presentasi produk,
meeting, seminar, lokakarya dan sebagainya. Microsoft Powerpoint digunakan
untuk memberi lebih banyak cara membuat dan berbagi presentasi secara
dinamis dengan audiens. Powerpoint dapat merupakan bagian dari
keseluruhan presentasi, maupun menjadi satu-satunya sarana penyampaian
informasi. Program Microsoft Powerpoint cukup populer digunakan baik
dalam proses pembelajaran di lembaga-lembaga pendidikan formal, maupun
pada lembaga-lembaga tidak formal seperti pelatihan dan penyuluhan Sanjaya
(2012: 183). Pengoperasian dan bentuk tampilan Microsoft Powerpoint lebih
menarik serta dapat diintergrasikan dengan program Microsoft lainnya seperti
Word, Excel, Acces dan sebagainya, termasuk diintegrasikan dengan video,
gambar, dan foto.
Pawirosumatro (2009: 181) Microsoft Powerpoint adalah program
aplikasi untuk membuat presentasi secara elektronik yang handal. Presentasi
Powerpoint terdiri dari teks, grafik, objek gambar, clipart, movie, suara dan
objek yang dibuat program lain. Program ini pun tidak dicetak secara langsung
menggunakan kertas, atau dengan menggunakan trasparantasi untuk
kebutuhan presentasi melalui Overhead, serta dapat dicetak untuk slide film.
Sanaky (2013: 147) mengatakan bahwa Microsoft Powerpoint adalah
program aplikasi presentasi yang merupakan yang salah satu program aplikasi
di bawah Microsoft Office program komputer dan tampilan kelayar dengan
menggunakan bantuan LCD.
Dari pendapat para ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa
Microsoft Powerpoint adalah suatu program aplikasi yang digunakan untuk
presntasi baik dalam pembelajaran dikelas, presentasi produk, presentasi
seminar dan lain-lain. Pada Miscrosoft Powerpoint ini peneliti membuatnya
dengan menggunakan beberapa modifikasi dengan beberapa cara yaitu dengan
menggunakan, motivasi, video dan juga dengan menggunakan animasi-
animasi.

b. Kriteria untuk menilai keaktifan sebuah media.


Hubbard (dalam Sanaky 2013: 207) mengatatakan bahwa ada sembilan
kriteria untuk menilai media:
1) Masalah biaya, arti biaya memang harus dinilai dengan hasil yang akan
dicapai dengan penggunaan media tersebut.
2) Ketersediaan fasilitas yang mendukung seperti listrik. Untuk menilai keaktifan
sebuah media perlu adanya fasilitas-fasilitas yang memadai sehingga lebih
memudahkan kita dalam pembuatannya.
3) Kecocokan dengan ukuran kelas. Sebelum melakukan proses belajar mengajar
di kelas sebagai guru melihat kembali media yang mau digunakan apakah
cocok digunakan untuk kelas atas atau kelas bawah.
4) Keringkasan. Media Powerpoint yang dibuat perlu diringkas agar lebih
menarik dan mudah dipahami siswa.
5) Kemampuan untuk dirubah. Dalam kelas perlu diperhatikan apakah siswa
berminat untuk belajar dengan menggunakan media tersebut. Jika, tidak cocok
maka media yang sidah dibuat harus dirubah.
6) Waktu dan tenaga penyiapan. Waktu untuk menjelaskan media pembelajan
harus sesuai dengan waktunya.
7) Pengaruh yang ditimbulkan. Jika waktu yang digunakan tidak sesuai maka
perlu adanya timbal balik dari orang lain sehingga media yang digunakan
kedepannya semakin baik.
8) Kerumitan dan kegunaan. Media yang digunakan jangan rumit sehingga orang
yang menggunakan tidak merasa kesulitan.

c. Tipe penggunaan media Powerpoint.


Susilana dan Riyana (2009: 100) mengatakan ada beberapa tipe
penggunaan Powerpoint antara lain:
1) Personal presentation: Pada umumnya Powerpoint dalam tipe ini digunakn
untuk presentasi dalam kelas, seperti: kuliah, training, seminar, work shop.
Penyajian Powerpoint ini sebagai alat bantu bagi guru untuk penyampaian
materi pembelajaran agar siswa merasa tertarik pada pembelajaran sehingga
pembelajaran dapat berjalan dengan lancar.
2) Stand alone: Dalam tipe ini Powerpoint dapat dirancang khusus untuk
pembelajaran individu yang bersifat interaktif, meskipun kadarnya tidak terlalu
tinggi.
3) Web based: Pada pola ini, Powerpoint dapat diformat menjadi file web
sehingga program yang muncul berupa browser yang dapat menampilkan
internet.
Dari tipe di atas diharapkan dapat membantu untuk mengetahui cara
menggunakan Powerpoint yang sebenarnya.

d. Prosedur pembuatan Powerpoint.


Susilana dan Riyana (2009: 101) mengatakan bahwa ada beberapa
prosedur pembuatan Powerpoint antara lain:
1) Identifikasi program, hal ini dimaksud untuk melihat kesesuaian antara
program yang dibuat dengan materi, sasaran (siswa) terutama latar belakang
kemampuan, usia, dan jenjang pendidikan. Perlu juga mengidentifikasi
ketersediaan sumber pendukung seperti gambar, animasi dan video.
2) Mengumpulkan bahan pendukung sesuai dengan kebutuhan materi dan
sasaran, seperti video, gambar, animasi, suara. Materi untuk Powerpoint
sebaiknya dikemas menjadi uraian pendek, pokok-pokok bahasan atau pointer-
pointer.
3) Setelah bahan terkumpul dan materi sudah dirangkum, selanjutnya proses
pengerjaan di Powerpoint hingga selesai. Selanjutnya mengubah hasil akhir
presentasi apakah dalam bentuk slide show, web pages, executable file (xe).
4) Setelah program dibuat, tidak langsung digunakan sebaiknya dilakukan review
program dari sisi bahasa, tata letak, dan kebenaran konsep, selanjutnya direvisi
dan siap digunakan.
Jadi membuat sebuah media pembelajaran Powerpoint adapun
prosedurnya yakni mulai dari identifikasi program, mengumpulkan bahan dan
setelah semua bahan terkumpul maka sebagai peneliti harus membuat sebuah
rangkuman sebuah Powerpoint yang menarik untuk digunakan.
e. Syarat dalam menggunakan Microsoft Powerpoint.
Darmawan (2011: 170) mengatakan ada beberapa syarat yang harus
diperhatikan dalam menggunakan Microsoft Powerpoint, antara lain:
1) Pastikan anda telah memiliki flow chart dengan model tutorial atau model CAI
lainnya, seperti drill, simulasi, atau permainan. Anda harus memiliki story
board sesuai dengan bidang studi masing-masing.
2) Pastikan anda telah memiliki sebuah folder dengan nama “latihan”
(multimedia interaktif).
3) Folder tersebut harus berisi sejumlah file yang anda perlukan (baik dalam
bentuk word, excel, Powerpoint, audio, video, image) yang diperkirakan akan
mendukung proyek pembelajaran anda.
4) Pastikan ada software pembangunan, seperti micromedia flash, dreamwaver,
authoring, macromedia dan sejenisnya.
5) Komputer anda diinstal minimal dengan windows versi 2000, me, XP, vista,
ataupun windows-7.
6) Pastikan juga anda telah menginstal microsoft office versi 98, 2000, 2003,
ataupun 2007.

f. Kelebihan dan kelemahan Microsoft Powerpoint.


1) Kelebihan Microsoft Powerpoint
Daryanto (2010: 164) kelebihan dari Microsoft Powerpoint yaitu:
a) Penyajiannya menarik karena ada permainan warna, huruf, dan animasi,
baik animasi teks maupun animasi gambar atau foto.
b) Lebih merangsang anak untuk mengetahui lebih jauh informasi tentang
bahan ajar yang tersaji.
c) Pesan informasi secara visual lebih mudah dipahami peserta didik.
d) Guru tidak perlu banyak menerangkan bahan ajar yang sedang disajikan.
e) Dapat diperbanyak sesuai kebutuhan dan dapat dipakai berulang-ulang.
f) Dapat disimpan dalam bentuk data optik atau magnetik, sehingga praktis
untuk dibawa kemana-mana.
2) Kelemahan Microsoft Powerpoint.
Microsoft Powerpoint selain memiliki kelebihan, juga memiliki
kelemahan. Daryanto (2010: 83) mengatakan bahwa media Powerpoint tidak
serba cocok untuk semua jenis dan tujuan pembelajaran. Oleh sebaba itu, guru
sebaiknya memahami benar bagaimana karakteristik media presentasi atau
media Powerpoint. Mengingat bahwa Microsoft Powerpoint merupakan salah
satu media berbasis komputer, maka kita juga dapat melihat beberapa
kelemahan media berbasis komputer.

g. Indikator kualitas media pembelajaran berbasis ICT.


Dalam membuat media Powerpoint ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan agar media yang dibuat menarik dan dapat meningkatkan siswa
dalam belajar. Daryanto (2013: 72) Media yang dibuat agar lebih menarik
maka ada beberapa tips yang perlu diperhatikan pada saat membuat media
presentasi/Powerpoint yaitu sebagai berikut:
1) Pilih jenis huruf (font) yang tingkat keterbacaannya tinggi, misalnya Arial,
Verdana, Tahoma. Gunakan ukuran huruf (font size) 17-20 untuk isi teks,
sedang untuk sub judul 28 dan untuk judul 30.
2) Untuk memperjelas dan memperindah tampilan, gunakan variasi warna,
gambar, foto, animasi atau video.
3) Area tampilan frema yang ditulis jangan melebihi ukuran 16x20 cm.
4) Usahakan dalam satu slide/frame tidak memuat lebih dari 18 baris teks.
5) Dalam satu frame usahakan hanya berisi satu topic atau sub topik pembahasan.
6) Beri judul pada setiap frame.
7) Perhatikan komposisi warna, keseimbangan (tata letak), keharmonisan dan
kekontrasan pada setiap tampilan.
8) Variasi memang perlu, tetapi harus juga perlu diperhatikan prinsip
kesederhanaannya.
9) Artinya jangan membuat slide yang terlalu rumit, rame dan penuh dengan
warna-warni, karena hal ini justru akan menggangu pesan utama yang
disajikan.
Sanjaya (2012: 234) menyebutkan kriteria untuk menilai sebuah media
interaktif diantaranya yaitu:
1) Kesederhanaan. Kesederhanaan artinya bahwa program multimedia interaktif
harus dirancang agar dapat digunakan siapa saja. Orang yang akan
memanfaatkan multimedia yang kita kembangkan tidak perlu belajar lebih
dahulu tentang komputer.
2) Kelengkapan bahan pembelajaran. Artinya, multimedia yang dikembangkan
memiliki kandungan yang cukup tentang materi pelajaran, sehingga dapat
memenuhi kebutuhan siswa tentang pengetahuan yang ingin diperolehnya.
Sebaiknya isi kandungan multimedia tidak hanya data atau fakta, akan tetapi
juga isi konsep, prinsip, generalisasi bahkan mungking teori.
3) Komunikatif. Multimedia yang dikembangkan harus bersifat komunikatif.
Artinya baik Bahasa maupun format penampilan harus dapat berbicara, harus
mengajak pengguna untuk melakukan sesuatu, bukan hanya diajak mendengar
saja. Dengan demikian format penyajian multimedia jangan bersifat deskriptif
yang menempatkan pengguna sebagai objek belajar akan tetapi juga sebagai
subjek belajar.
4) Belajar mandiri. Multimedia interaktif yang baik dirancang untuk dapat
digunakan secara mandiri tanpa bantuan orang lain termasuk guru. Untuk itu
format penyajian harus disusun lengkap mulai dari petunjuk penggunaan, isi
pelajaran, sampai pada alat evaluasi beserta kunci jawaban sehingga pengguna
dapat menentukan sendiri keberhasilan penggunaannya.
5) Belajar setahap demi setahap. Pembelajaran melalui multimedia adalah proses
belajar setahap demi setahap. Oleh sebab itu, materi harus disusun secara unit-
unit terkecil dari yang sederhana menuju ke yang kompleks, dari yang konkret
menuju ke abstrak.
6) Unity multimedia adalah penggabungan beberapa jenis media. Oleh sebab itu
pemakaian berbagai jenis media seperti media audio, video, foto, film dan
sebagainya harus ditata secara serasi dan seimbang dengan tidak mengabaikan
unsur artistik dan estetikanya.
7) Kontinuitas. Melalui multimedia, harus dapat mendorong secara terus menerus
untuk belajar, sehingga dapat menumbuhkan minat belajar lebih lanjut. Bukan
hanya itu melalui multimedia harus dapat meninggalkan bekas. Sehingga pada
waktu seorang selesai menjalankan sebuah program dia akan merasa telah
belajar sesuatu.
Berdasarkan pendapat para ahli tersebut di atas, peneliti dapat
menyimpulkan bahwa dalam membuat/mendesain sebuah media pembelajaran
berbasis ICT, yang mendesain media pembelajaran beberapa hal yang perlu
diperhatikan yakni kesederhanaan, jenis huruf, konten atau isi dari media, cara
penyajiannya, penggunaan bahasa, background dan lain sebagainya. Kriteria
penilaian atau hal-hal yang perlu diperhatikan dalam membuat sebuah media
pembelajaran berbasis ICT menurut pendapat para ahli di atas, dapat
digunakan oleh peneliti sebagai acuan dalam menyusun instrumen penilaian
kelayakan media pembelajaran berbasis ICT.

3. Model pengembangan media ICT.


a. Model pengembangan ASSURE.
Pribadi (2011: 34) Model desain ASSURE merupakan model desain
sistem pembelajaran yang bersifat praktis dan mudah diimplementasikan
untuk mendesain aktivitas pembelajaran, baik yang bersifat individual maupun
klasikal. Pribadi (2011: 39-40) Model desain pembelajaran pada umumnya
berisi beberapa langkah sistematik dan sistemik yang pernah diuji coba
sebelumnya dalam sebuah situasi atau setting pembelajaran. Semua model
desain pembelajaran memiliki keunggulan dan juga keterbatasan. Salah satu
model desain pembelajaran yang sederhana yang dapat digunakan untuk
menciptakan sebuah pembelajaran sukses adalah model desain pembelajaran
ASSURE.
Model ASSURE merupakan nama singkatan dari langkah-langkah
desain pembelajaran yang terdiri dari beberapa komponen yaitu: (1)
menganalisis karakteristik siswa; (2) menetapkan tujuan pembelajaran; (3)
memilih metode, media dan bahan ajar; (4) menggunakan materi dan media
pembelajaran; (5) melibatkan siswa dalam proses belajar; dan (6) evaluasi dan
revisi. Berikut ini merupakan bagan langkah-langkah model desain
pembelajaran ASSURE: (Pribadi 2011: 30)
Analyze learner characteristic

State objective

Select method, media and learning


materials

Utilize materials

Require learner participation

Evakute and revise

Bagan 2.1 Langkah-langkah model desain ASSURE

Untuk lebih memahami model desain pembelajaran ASSURE, berikut


ini dikemukakan deskripsi dari setiap komponen yang terdapat dalam model
tersebut, Pribadi, 2011: 30-33).
1) Langkah karakteristik siswa (Analyze learner characteristics)
Langkah awal yang perlu dilakukan dalam menerapkan model ini
adalah mengidentifikasi karakteristik siswa yang akan melakukan aktivitas
pembelajaran. Dari pemahaman yang baik tentang karakteristik siswa akan
sangat membantu guru atau instruktur dalam upaya memfasilitasi siswa untuk
mencapai tujuan pembelajaran (Keller, 2010). Analisis terhadap karakteristik
siswa meliputi beberapa aspek penting, yaitu: (1) karakteristik umum; (2)
kompetensi spesifik yang telah dimiliki siswa sebelumnya; (3) gaya belajar
atau learning style siswa; dan (4) motivasi.
2) Menetapkan tujuan pembelajaran (State performance objectives).
Langkah kedua model desain sistem pembelajaran ASSURE adalah
menetapkan tujuan pembelajaran yang bersifat spesifik. Tujuan pembelajaran
dapat diperoleh dari silabus atau kurikulum, informasi yang tercatat dalam
buku teks, atau dirumuskan sendiri oleh perancang atau instruktur setelah
melalui proses penilaian kebutuhan belajar atau learning need assessment.
Tujuan pembelajaran merupakan rumusan atu pernyataan yang
mendeskripsikan tentang kompetensi pengetahuan, keterampilan, dan sikap
yang akan dipelajari.
3) Memilih metode, media dan bahan ajar (Select methods, media and materials).
Langkah ketiga yang perlu dilakukan yaitu setelah menempuh langkah
merumuskan tujuan pembelajaran adalah memilih metode, media, dan bahan
ajar yang akan digunakan. Ketiga komponen ini berperan sangat penting untuk
digunakan dalam membantu siswa dalam mencapai kompetensi atau tujuan
pembelajaran yang telah digariskan. Dalam memilih metode, media dan bahan
ajar yang akan digunakan ada beberapa alternatif pilihan yang dapat dilakukan
yaitu (1) membeli media dan bahan ajar yang ada; (2) memodifikasi bahan ajar
yang telah tersedia; dan (3) memproduksi bahan ajar baru.
4) Menggunakan materi dan media pembelajaran (Utilize materials).
Setelah memilih metode, media dan bahan ajar, maka langkah
selanjutnya adalah menggunakan ketiganya dalam kegiatan pembelajaran.
Sebelum menggunakan metode, media, dan bahan ajar, instruktur atau
perancang terlebih dahulu perlu melakukan uji coba untuk memastikan bahwa
ketiga komponen tersebut dapat berfungsi efektif dan efisien untuk digunakan
dalam situasi atau setting yang sebenarnya. Langkah berikutnya adalah
menyiapkan kelas dan sarana pendukung yang diperlukan untuk dapat
menggunakan metode, media dan bahan ajar yang telah dipilih. Setelah
semuanya siap, lalu ketiga komponen dapat digunakan.
5) Melibatkan siswa dalam proses belajar (Requires learner participation).
Agar berlangsung efektif dan efisien proses pembelajaran memerlukan
adanya keterlibatan mental siswa secara aktif dengan materi atau substansi
yang sedang dipelajari. Siswa yang telah aktif dalam kegiatan pembelajaran
pada umumnya akan dengan mudah mempelajari materi pembelajaran.
Pemberian umpan balik yang berupa pengetahuan tentang hasil belajar akan
memotivasi siswa untuk mencapai prestasi belajar yang lebih tinggi.
6) Evaluasi dan revisi (Evaluate and revise).
Setelah mendesain aktivitas pembelajaran, maka langkah selanjutnya
yang perlu dilakukan adalah melakukan evaluasi dan revisi. Tahap evaluasi
dan revisi dalam model desain pembelajaran ASSURE ini dilakukan untuk
menilai efektivitas dan efisiensi program pembelajaran dan juga menilai
pencapaian hasil belajar siswa. Agar dapat memperoleh gambaran yang
lengkap tentang kualitas sebuah program pembelajaran, perlu dilakukan proses
evaluasi terhadap semua komponen pembelajaran.
Contoh pertanyaan evaluasi yang perlu dilakukan untuk menilai
efektifitas proses pembelajaran adalah: (1) apakah siswa dapat mencapai
tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan? (2) apakah metode, media dan
strategi pembelajaran yang digunakan dapat membantu berlangsungnya proses
belajar siswa? Dan (3) apakah siswa terlibat aktif dengan isi/materi
pembelajaran yang sedang dipelajari?
Revisi perlu dilakukan apabila hasil evaluasi terhadap program
pembelajaran menunjukkan hasil yang kurang memuaskan. Langkah revisi
dilakukan terhadap komponen-komponen pembelajaran yang perlu diperbaiki
untuk mencapai pembelajaran sukses.

4. Kurikulum SD 2013
a. Pengertian Kurikulum
Mulyasa (2014: 59) perkembangan kurikulum merupakan suatu proses
yang kompleks, dan melibatkan berbagai komponen yang salin terkait dalam
satuan sistem pendidikan, kurikulum itu sifatnya dinamis serta harus selalu
dilakukan perubahan dan pengembangan, agar dapat mengikuti perkembangan
dan tantangan zaman. Mulyasa (2014: 65) Tujuan dari kurikulum 2013 ini
maka diharapkan agar melalui pengembangan kurikulum 2013 kita akan
menghasilkan insan Indonesia yang: produktif, kreatif, inovatif, afektif;
melalui penguatan sikap, ketrampilan, dan pengetahuan yang terintegrasi.
Pengembagan kurikulum difokuskan pada pembentukan kompetensi dan
karakter peserta didik, berupa panduan pengetahuan, ketrampilan dan sikap
yang dapat didemonstrasi peserta didik sebagai wujud pemahaman terhadap
konsep yang dipelajarinya secara kontekstual.
Hidayat (2013: 113) mengemukakan “orientasi kurikuum 2013 adalah
terjadinya peningkatan dan keseimbangan antara kompetensi sikap (attitude),
keterampilan (skill) dan pengetahuan (knowledge). Majid (2014: 27)
menyatakan kurikulum 2013 merupakan bagian dari strategi meningkatkan
capaian pendidikan. Fadlillah (2014: 16) mengatakan bahwa Kurikulum 2013
merupakan kurikulum baru yang mulai diterapkan pada tahun pelajaran
2013/2014. Kurikulum ini merupakan pengembangan dari kurikulum yang
telah ada sebelumnya, baik Kurikulum Berbasis Kompetensi yang telah
dirintis pada tahun 2004 maupun Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan pada
tahun 2006.
Perbedaan kurikulum 2013 dengan kurikulum sebelumnya adalah
dalam kurikulum 2013 ditekankan untuk adanya peningkatan dan
keseimbangan soft skills dan hard skills yang meliputi aspek kompetensi
sikap, keterampilan dan pengetahuan. Kemudian, kedudukan kompetensi yang
semulah diturunkan dari mata pelajaran berubah menjadi mata pelajaran
dikembangkan dari kompetensi.
Dari pendapat para ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa
kurikulum 2013 adalah suatu kurikulum yang bisa menjadi pantaun bagi
banyak orang demi mencapai suatu tujuan pembelajaran yang baik yakni
mencakup sikap (attitude), keterampilan (skill) dan pengetahuan (knowledge).

b. Tujuan pengembangan Kurikulum 2013


Fadlillah (2014: 25) mengatakan bahwa ada beberapa tujuan dalam
pengembangan kurikulum 2013, antara lain:
1) Meningkatkan mutuh pendidikan dengan menyeimbangkan hard skills dan soft
skills melalui kemampuan sikap, keterampilan dan pengetahuan dalam rangka
menghadapi tantangan global yang terus berkembang.
2) Membentuk dan meningkatkan sumber daya manusia yang produktif, kreatif
dan inovatif sebagai model pembangunan bangsa dan negara Indonesia.
3) Meringankan tenaga pendidik dalam menyampaikan materi dan menyiapkan
administrasi mengajar, sebab pemerintah telah menyiapkan semua komponen
kurikulum berserta buku teks yang digunakan dalam pembelajaran.
4) Meningkatkan peran serta pemerintah pusat dan daerah serta masyarakat
secara seimbang dalam menentukan dan mengendalikan kualitas dalam
pelaksanaan kurikulum di tingkat satuan pendidikan.
5) Meningkatkan persaingan yang sehat antara satuan pendidikan tentang kualitas
pendidikan yang akan dicapai. Sebab sekolah diberikan kekuasaan untuk
mengembangkan kurikulum 2013 sesuai dengan kondisi satuan pendidikan,
kebutuhan peserta didik, dan potensi daerah.
c. Rasional dan elemen perubahan kurikulum 2013.
Hidayat (2013: 120-121) Implementasi kurikulum 2013 merupakan
penyempurnaan kurikulum sebelumnya yaitu kurikulum KTSP.
Penyempurnaan kurikulum ini dilaksanakan karena pada kurikulum
sebelumnya terdapat beberapa permasalahan diantaranya (1) konten kurikulum
yang masih terlalu padat, (banyaknya mata pelajaran dan luasnya materi dan
tingkat kesukarannya tidak sesuai dengan tahap perkembangan siswa), (2)
kurikulum belum sesuai dengan tuntutan fungsi dan tujuan pendidikan
nasional yakni belum sepenuhnya berbasis kompetensi (sikap, keterampilan
dan pengetahuan), (3) beberapa kompetensi yang dibutuhkan belum
terakomodasi dengan perkembangan kebutuhan di dalam kurikulum yaitu
perndidikan karakter, metodologi pembelajaran aktif, keseimbangan soft skills
dan hard skill dan kewirausaan, (4) kurikulum belum peka dan tanggap
terhadap perubahan sosial yang terjadi pada tingkat lokal, nasional dan global,
(6) standar proses pembelajaran menggambankan urutan pembelajaran yang
belum rinci sehingga pembelajaran lebih berpusat pada guru, (7) standar
penilaian belum mengarahkan pada penilaian proses dan hasil dan belum
adanya tuntutan remediasi secara berkala, (8) kurikulum KTSP memerlukan
dokumen yang lebih rinci yang tidak menimbulkan multitafsir.
Majid (2014: 35) Perubahan kurikulum 2013 terdapat 4 (empat)
elemen perubahan yakni standar kompetensi lulusan (skl), standar proses,
standar isi, dan standar penilaian. Dimana keempat standar ini memiliki bagian
elemen yang dirumuskan ke dalam tujuh elemen di antaranya, kompetensi
lulusan, kedudukan mata pelajaran (isi), pendekatan, struktur kurikulum (mata
pelajaran dan alokasi waktu), proses pembelajaran penilaian, dan
ekstrakurikuler. Perubahan pada keempat standar elemen tersebut dapat dilihat
pada tabel di bawah ini.

d. Pendekatan Tematik Interaktif.


1. Pengertian pembelajaran tematik.
Mulyasa (2013: 170) pembelajaran tematik adalah proses pembelajaran
yang mengkombinasikan beberapa muatan pelajaran dalam sebuah tema.
Majid (2013: 85) memaknai pembelajaran terpadu merupakan suatu
pendekatan yang mengaitkan baik dalam intramata pelajaran maupun
antar-mata pelajaran. Majid (2014: 89) mengemukakan bahwa pendekatan
tematik integratif dalam pelaksanaannya memiliki beberapa prinsip
diantaranya: (1) pembelajaran tematik integratif memiliki satu tema yang
aktual, yang dekat dengan dunia siswa dan ada dalam kehidupan sehari-
hari, (2) pembelajaran tematik integratif perlu memilih beberapa materi
pelajaran yang mungkin saling terkait, (3) pembelajaran tematik integratif
harus mendukung pencapaian tujuan utuh kegiatan pembelajaran yang
termuat dalam kurikulum, (4) materi pembelajaran yang dapat dipadukan
dalam satu tema selalu mempertimbangkan karakteristik siswa seperti
minat, kemampuan, kebutuhan, dan pengetahuan awal, (5) materi
pelajaran yang tidak dapat dipadukan tidak usah dipaksakan untuk
dipadukan.
Ahmadi dan Amri (2014: 192) prinsip dasar yang perlu diperhatikan
dalam pelaksanaan pembelajaran tematik integratif di antaranya (1)
bersifat kontekstual atau terintegrasi dengan lingkungan, (2) bentuk
belajar harus dirancang agar siswa bekerja sunguh-sungguh untuk
menemukan tema pembelajaran yang rill sekaligus mengaplikasikannya,
(3) pembelajaran tematik integratif memiliki nilai efisiensi antara lain
dalam segi waktu, beban materi, metode, penggunaan sumber belajar yang
otentik sehingga dapat mencapai ketuntasan kompetensi secara tepat.

2. Karakteristik pembelajaran tematik.


Kurniawan (2014: 92) mengatakan bahwa pembelajaran tematik ini
memiliki karakteristik sendiri, sebagai berikut:
a) Berpusat pada anak. Jadi anak menjadi pertimbangan utama dalam
proses pembelajaran.
b) Memberi pengalaman langsung. Jadi dalam pembelajaran tematik
diupayakan untuk memberikan pengalaman langsung atas materi
belajar.
c) Pemisahan mata peajaran tidak jelas. Jadi dalam pembelajaran tematik,
terjadi integrasi sejumlah mata pelajaran yang dibahas, sesuai dengan
kebutuhan dan tema.
d) Penyajian berbagai konsep matapelajaran dalam satu proses
pembelajaran. Karena adanya tema yang memerlukan penjelasan dari
berbagai sudut pandang, maka dengan sendirinya terjadi penyajian
konsep yang bersamaan dari beberapa mata pelajaran.
e) Fleksibel. Artinya tidak mengikuti pola bahasan yang ada pada struktur
mata pelajaran, penggunaan tema bervariasi, dalam pemilihan dan
penggunaan media pembelajaran.
f) Hasil belajar dapat dikembang sesuai dengan minat dan kebutuhan
anak. karena pembelajaran disesuaikan dengan karakteristik anak.

e. Pendekatan Saintifik
1. Pengertian Pendekatan Saintifik.
Daryanto (2014: 51) Pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran
yang dirancang sedemikian rupa agar perserta didik secara aktif
mengkonstruksi konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan
mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah),
merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis,
mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik
kesimpulan dan mengomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang
“ditemukan”.
Barringer (dalam Abidin, 2014: 125) mengemukakan bahwa
“pembelajaran saintifik merupakan pembelajaran yang menuntut siswa
berpikir secara sistematis dan kritis dalam upaya memecahkan masalah
yang penyelesaiannya tidak mudah dilihat. Abidin (2014: 127) juga
menjelaskan “pendekatan saintifik pada dasarnya adalah model
pembelajaran yang dilandasi pendekatan ilmiah dalam pembelajaran yang
diorientasikan guna membina kemampuan siswa memecahkan masalah
melalui serangkaian aktivitas inquiri yang menuntut kemampuan berpikir
kritis, berpikir kreatif, dan berkomunikasi dalam upaya meningkatkan
pemahaman siswa.
Dari pendapat para ahli diatas maka dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran saintifik adalah pembelajaran yang dirancang sedemikian
rupa dan menuntut para siswa untuk berpikir secara sistematis dan bisa
memecahkan masalah. Dalam pembelajaran saintifik ada beberapa
kompnen yakni mengamati. menanya, mencoba, menalar, membentuk
jejaring/mengkomunikasikan. Jika komponen-komponen saintifik sudah
dikuasia siswa maka pelajaran dalam kelas dapat berjalan dengan baik.

2. Karakteristik pembelajaran saintifik.


Daryanto (2014: 53) pembelajaran dengan metode saintifik memiliki
karakteristik sebagai berikut:
a) Berpusat pada siswa.
b) Melibatkan keterampilan proses sains dalam mengkonstruksi konsep,
hukum atau prinsip.
c) Melibatkan proses-proses kognitif yang pontensial dalam merangsang
perkembangan intelek, khususnya keterampilan berpikir tingkat tinggi
siswa.
d) Dapat mengembangkan karakter siswa.

3. Tujuan pembelajaran dengan pendekatan saintifik.


Daryanto (2014: 54) tujuan pembelajaran dengan pendekatan saintifik
adalah:
a) Untuk meningkatkan kemampuan intelektual, khususnya kemampuan
berpikir tingkat tinggi siswa.
b) Untuk membentuk kemampuan siswa dalam menyelesaikan suatu
masalah secara sistematik.
c) Terciptanya kondisi pembelajaran dimana siswa merasa bahwa belajar
itu merupakan suatu kebutuhan.
d) Diperolehnya hasil belajar yang tinggi.
e) Untuk melatih siswa dalam mengkomunikasikan ide-ide, khususnya
dalam menulis karya ilmiah.
f) Untuk mengembangkan karakter siswa.

4. Komponen Pendekatan Saintifik.


Sani (2014: 23-71) mengatakan bahwa Pendekatan saintifik memiliki
beberapa komponen antara lain:
a) Mengamati: Mengamati mengutamakan kebermaknaan proses
pembelajaran. Dimana dalam melakukan pengamatan harus
menyediakan objek secara nyata, siswa merasa senang dan tertantang,
dan mudah dalam pelaksanaannya.
b) Bertanya: siswa dilatih untuk merumuskan pertanyaan terkait dengan
topik yang akan dipelajari.
c) Mencoba/mengumpulkan informasi: mengumpulkan data atau
informasi dari berbagai sumber, misalnya dalam pelajaran bahasa dan
kelompok ilmu pengetahuan sosial.
d) Menalar/asosiasi: kemampuan mengolah informasi melalui penalaran
dan berpikir rasional merupakan kompetensi yang penting yang harus
dimiliki oleh siswa.
e) Membentuk jejaring (melakukan komunikasi): kemampuan sangat
diharapkan untuk membangun jaringan dan berkomunikasi perlu
dimiliki oleh siswa karena karena kompetensi tersebut sama
pentingnya dengan pengetahuan, keterampilan dan pengalaman.

B. Penelitian yang relevan.


Pertama, penelitian pengembangan media ICT dengan judul “Pengembangan
Media Pembelajaran Tematik Kelas IV SD Berbasis ICT dan Multiple Intelligences
Untuk Kurikulum 2013”, yang dilakukan oleh Yudhi Hermawan (2015). Hasil
penelitian menunjukkan bahwa: (1) prosedur pengembangan instrument Media
pembelajaran berbasis ICT dilakukan dengan langkah-langkah: (a) potensi dan
masalah, (b) pengumpulan data, (c) desain produk, (e) revisi desain. (2) Instrument
media pembelajaran berbasis ICT layak digunakan untuk uji coba terbatas. Hal ini
ditunjukkan oleh (a) penilaian dari ketiga validator pada aspek sistematika
mendapatkan skor rata-rata 3,83, aspek bahasa mendapatkan skor rata-rata 3,5, aspek
tampilan mendapatkan skor rata-rata 3,76, rata-rata dari ketiga aspek 3,69 tergolong
dalam kategori baik (b) penilaian dari ahli multimedia pembelajaran mendapatkan
skor rata-rata 3,26, termasuk dalam kategori cukup baik, (c) Penilaian dari ahli bahasa
skor rata-rata 3,6, termasuk kategori baik (d) penilaian dari guru SD kelas IV
mendapatkan skor rata-rata 4,26, termasuk dalam kategori sangat baik.
Kedua, penelitian pengembangan media dengan judul “pengembangan media
pembelajaran berbasis Powerpoint multimedia media untuk keterampilan menyimak
Bahasa Indonesia kelas XI semester 2 SMA Santa Maria Yogyakarta”, yang
dilakukan oleh Pinundhi Galih Ari (2014). Penelitian ini dilakukan untuk
menghasilkan media pembelajaran berbasis Powerpoint multimedia untuk
keterampilan menyimak Bahasa Indonesia kelas XI semester 2 SMA Sanata Maria
Yogyakarta. Produk ini bertujuan untuk memberikan alternative media pembelajaran
yang membantu siswa dan guru dalam pembelajaran di kelas bersama guru maupun
pembelajaran mandiri. Penelitian pengembangan ini mengadaptasi prosedur penelitian
dari Borg dan Gall yang disederhanakan menjadi tujuh langkah yaitu (1) analisis
kebutuhan, (2) pengembangan produk, (3) validasi ahli, (4) revisi tahap I, (5) uji coba
lapangan, (6) revisi tahap II (penyempurnaan produk pengembangan), (7) produk
akhir. Analisis kebutuhan dilaksanakan melalui observasi, kuesioner yang diisi oleh
siswa, dan wawancara guru pengampu mata pelajaran Bahasa Indonesia.
Berdasarkan hasil analisis kebutuhan diperoleh fakta bahwa guru tidak
memanfaatkan media pembelajaran secara optimal sehingga pembelajaran menjadi
monoton dan tidak merangsang ketertarikan siswa. Penulis menggunakan hasil
analisis kebutuhan tersebut sehingga sebagai dasar dalam pengembangan produk.
Kualitas Powerpoint multimedia diketahui peneliti lewat penilaian ahli dan guru, serta
uji coba lapangan. Penilaian media oleh ahli dan guru menunjukkan hasil rata-rata
88,7%, sedangkan umpan balik siswa sebesar 98,1%. Setelah melalui beberapa
prosedur pengembangan, tercipta sebuah media pembelajaran berbasis Powerpoint
multimedia untuk keterampilan menyimak Bahasa Indonesia kelas XI semester 2 yang
terintegrasi dalam satu pilihan menu. Setiap unit media tersusun secara sistematis
meliputi, apresiasi standar kompetensi dan kompetensi dasar, indicator, materi, contoh
soal dan uji kompetensi yang di dalam terdapat berbagai media yang disusun secara
simultan meliputi, teks rekaman audio, video dan animasi. Hasil penelitian ini sangat
relevan dengan kurikulum 2013 karena sesuai standar proses pembelajaran interaktif,
inspiratif, menyenangkan, kreatif, menantang dan memotivasi peserta didik.
Penelitian lanjutan sangat dilanjutkan sangat diperlukan guna mengetahui efektifitas
dan pengaruh penggunaan media ini terhadap prestasi belajar siswa.
Kedua penelitian diatas digunakan oleh peneliti untuk menambah referensi
tentang penelitian pengembangan media pembelajaran berbasis ICT dengan
menggunakan Powerpoint interaktif. Berdasarkan paparan kedua penelitian di atas
maka diketahui bahwa hanya berfokus pada media pembelajaran berbasis ICT
Powerpoint multimedia media untuk keterampilan menyimak. Penelitian
pengembangan yang dilakukan oleh peneliti diperluas sesuai dengan tuntutan SD
khususnya sesuai dengan kebutuhan guru dalam pengembangan media pembelajaran
berbasis ICT dengan menggunakan Powerpoint interaktif. Media pembelajaran
tersebut juga juga dapat dibuat semenarik mungking untuk dapat menarik siswa dalam
kegiatan belajar dalam kelas. Media yang digunakan dengan Powerpoint interaktif
dan dibuat dengan beberapa strategi yakni animasi, Video. Pengembangan media
pembelajaran yang dilakukan juga membantu guru dalam melakukan proses belajar
mengajar didalam kelas.

C. Karangka berpikir
Berdasarkan hasil penelitian maka peneliti menyusun kerangka berpikir
tentang media pembelajaran berbasis ICT subtema Bersyukur atas Keberagaman
mengacu kurikulum 2013 untuk siswa kelas IV Sekoah Dasar. Sesuai dengan yang
dirancangkan dalam kurikulum 2013 maka, diharapkan guru harus mampu
menciptakan proses belajar yang sangat menyenangkan agar siswa tidak kesulitan
dalam belajar. Peneliti dapat meningkatkan dan menciptakan sebuah media
pembelajaran berbasis ICT jika media yang dibuat/dirancang.
Media Pembelajaran berbasis ICT Analisis Kebutuhan
1. Media pembelajaran ICT.
Guru masih membutuhkan contoh
2. Powerpoint interaktif. media pembelajaran ICT yang baik
3. Pengembangan media pembelajaran. dengan menggunakan Powerpoint
4. Kurikulum SD 2013 Interaktif mengacu kurikulum 2013.

Spesifikasi Produk yang dikembangkan

1. Media Powerpoint interaktif didesain dengan tampilan yang menarik dan


mendukung seluruh konten di dalamnya.
2. Media Powerpoint Interaktif menggunakan simbol tombol untuk mengoperasikan
media.
3. Media Powerpoint Interaktif menggunakan bahasa komunikatif dan menggunakan
gaya bahasa anak.
4. Komponen media Powerpoint Interaktif yang disusun lengkap dan mengacu pada
kurikulum 2013.
5. Media Powerpoint Interaktif memperhatikan keutuhan peserta didik yaitu
kognitif, afektif, dan psikomotorik.
6. Media Powerpoint Interaktif dirancang dengan menerapkan pendekatan tematik
integratif dan pendekatan saintifik.
7. Media Powerpoint Interaktif dirancang untuk menumbuhkan partisipasi aktif
siswa.

Bagan 2.2 Kerangka berpikir.


Produk pengembangan media pembelajaran berbasis ICT pada subtema
Bersyukur atas Keberagaman dibuat sesuai dengan Powerpoint Interaktif, kurikulum
2013. Oleh karena itu dengan adanya pengembangan media pembelajaran berbasis
ICT ini maka dapat membantu pendidik dalam proses belajar mengajar dikelas.

Berdasarkan uraian di atas maka disusun kerangka berpikir tentang Media


Pembelajaran Berbasis ICT dengan menggunakan Powerpoint Interaktif mengacu
kurikulum 2013 untuk siswa kelas IV Sekolah Dasar. Media pembelajaran ICT
merupakan suatu media yang dibuat dengan menggunakan teknologi sehingga dapat
membantu perserta didik dalam belajar. Media pembelajaran ICT sangat penting jika
digunakan dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah dengan demikian maka peneliti
mengambil judul terkait dengan media pembelajaran ICT.

Melalui analisis kebutuhan dengan mengunakan wawancara dengan guru


mendapatkan informasi bahwa guru membutuhkan media pembelajaran ICT yang
lebih menarik, bisa dimengerti oleh orang banyak dan digunakan untuk menambah
referensi bagi guru sesuai dengan media lain. Berdasarkan alasan tersebut peneliti
mencoba, membantu dan mengembangkan media pembelajaran. Peneliti
mengembagkan media pembelajaran ICT dengan menggunakan Powerpoint interaktif
mengacu kurikulum 2013. Media ini dibuat oleh peneliti yaitu tema 1 Indahnya
Kebersamaan subtema 3 Bersyukur atas Keberagaman dengan judul “Pengembagan
Media Pembelajaran ICT Dengan Menggunakan Powerpoint Mengacu Kurikulum
2013 Subtema Bersyukur atas Keberagaman Untuk Siswa Kelas IV Sekolah Dasar.”

Peneliti memilih subtema Bersyukur atas Keberagaman mengarahkan siswa


agar dapat berproses untuk Bersyukur atas Keberagaman. Melalui proses
pembelajaran dengan media pembelajaran ICT dapat membantu siswa dalam belajar
dan siswa bisa mengetahui cara menggunakan komputer terlebih khusus untuk
Powerpoint Interaktif sehingga siswa mendapatkan berbagai hal-hal baru untuk
menjalankan keberagaman yang ada. Produk pengembangan media pembelajaran
berbasis ICT pada subtema Bersyukur atas Keberagaman dibuat sesuai dengan
Powerpoint Interaktif, kurikulum 2013. Oleh karena itu dengan adanya
pengembangan media pembelajaran berbasis ICT ini maka dapat membantu pendidik
dalam proses belajar mengajar di kelas.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis-jenis Penelitian R&D
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian dan
pengembangan atau dalam bahasa inggrisnya Research and Development (R&D)
adalah metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan
menguji keefektifan produk tersebut Sugiyono (2014: 407). Untuk menghasilkan
produk tertentu digunakan penelitian yang bersifat analisis kebutuhan dan untuk
menguji keaktifan suatu produk tertentu.
Jadi penelitian dan pengembangan ini bersifat longitudinal artinya dilakukan
secara bertahap. Metode penelitian dan pengembangan Research and Development
(R&D) ini selain digunakan pada bagian ilmu alam dan teknik juga dapat digunakan
pada bidang ilmu-ilmu sosial. Penelitian ini cocok untuk pengembangan produk.
Dengan demikian Peneliti memilih penelitian ini untuk pengembangan media
pembelajaran berbasis ICT pada subtema Bersyukur atas Keberagaman mengacu
Kurikulum 2013 untuk kelas IV SD. Sugiyono (2014: 409) mengatakan bahwa dalam
mengembangkan metode penelitian Reseach and Development (R&D) ada 10 langkah
pengembangan Borg dan Gall.
Langkah-langkah prosedur pengembangan tersebut akan disajikan dalam
bagan lengkap dibawah ini:

Potensi Pengumpulan Desain Validasi Revisi Ujicoba


dan data Produk Desain Produk Produk

Produksi Revisi Ujicoba Revisi


Masal Produk Pemakaian Produk

Bagan 3.1 Langkah-langkah Penggunaan Metode Research and Development (R&D)

Produk yang dikembangkan dalam penelitian ini yaitu media pembelajaran


berbasis ICT mengacu kurikulum 2013 untuk siswa kelas IV Sekolah Dasar.
Berdasarkan langkah-langkah prosedur pengembangan di atas peneliti hanya
membatasi pada 5 langkah prosedur pengembangan, yaitu (1) potensi dan masalah,
(2) pengumpulan data, (3) desain produk, (4) validasi ahli, dan (5) revisi desain. Hal
ini dikarenakan terbatasnya waktu yang dibutuhkan dalam penelitian dan media
pembelajaan berbasis ICT ini di buat untuk menjadi peganggan guru sehingga cukup
divalidasi oleh dua pakar media pembelajaran berbasis ICT dan dua guru kelas IV SD
yang telah membuat media pembelajaran berbasis ICT dalam pelaksanaan Kurikulum
2013.

B. Prosedur pengembangan
Penelitian ini menggunakan prosedur pengembangan yang menghasilkan
desain produk final berupa pengembangan media pembelajaran berbasis ICT dengan
menggunakan Powerpoint interaktif. Produk ini peneliti kembangkan dengan
menggabungkan langkah-langkah penelitian dari Borg and Gall dan model ASSURE.
Berikut ini peneliti akan menjelaskan lima langkah tersebut dalam bagan lengkap
dengan
penjelasan dibawahnya.

Langkah 1

Potensi dan Masalah

Analisis Karakteristik Siswa Wawancara

Langkah 2

Pengumpulan data Hasil Wawancara

Langkah 3

Desain Produk

Memilih Metode

Manfaat media Keterlibatan siswa


dan bahan ajar
Langkah 4

Validasi

Evaluasi

Langkah 5

Revisi

Bagan 3.2 pengembangan ASSURE dan Borg and Gall.

Langkah 1 Potensi Dan Masalah


Penelitian ini berawal dari adanya potensi dan masalah. Untuk dapat
mengetahui bahwa adanya potensi dan masalah maka peneliti perlu melakukan
analisis kebutuhan. Dalam melakukan analisis kebutuhan peneliti perlu melakukan
wawancara secara langsung pada tanggal 29 April 2019 pukul 10.00 WIB di SD
Negeri Sonosewu dengan Ibu R. peneliti melakukan wawancara dengan tujuan bahwa
melihat atau mengetahui kenyataan atau fakta dan masalah yang terjadi di lapangan
terkait dengan media pembelajaran berbasis ICT dengan menggunakan Powerpoint
Interaktif yang digunakan oleh guru untuk mencapai akan tujuan pembelajaran yang
baik dan siswa juga dapat mengerti apa yang dijelaskan oleh guru. Peneliti
mengharapkan agar media pembelajaran berbasis ICT dengan menggunakan
Powerpoint Interaktif ini dapat bermanfaat bagi siswa kelas IV Sekolah Dasar.

Langkah 2: Pengumpulan Data


Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara. Hasil wawancara yang
dipaparkan oleh peneliti dapat digunakan sebagai pertimbangan untuk perencanaan
yang berupa media pembelajaran berbasis ICT dengan menggunakan Powerpoint
Interaktif untuk siswa kelas IV Sekolah Dasar. Untuk pengumpulan data yang dibuat
oleh peneliti untuk membuat media pembelajaran berbasis ICT dengan menggunakan
Powerpoint Interaktif.
Langkah 3: Desain Produk
Desain produk dimulai dari menentukan desain awal media pembelajaran
berbasis ICT. Pada desain awal ini menentukan media pembelajaran berbasis ICT
dengan menggunakan Powerpoint Interaktif setelah menentukan Powerpoint
Interaktif.

Langkah 4: Validasi Ahli


Peneliti menggunakan validasi pakar sebagai suatu evaluasi formatif. Desain
produk yang dikembangkan ini akan divalidasi oleh 4 pakar yakni validator ahli, dan
dua guru kelas IV SD. Validasi desain produk ini bertujuan untuk mendapat kritik dan
saran serta penilaian produk yang dikembangkan oleh peneliti. Berdasarkan kritik dan
saran tersebut akan diketahui kelebihan dan kekurangan produk yang dikembangkan
serta perbaikan produk yang dilakukan.

Langkah 5: Revisi Desain


Revisi desain dilakukan, setelah mendapat kritik dan saran, peneliti melakukan
revisi terhadap produk yang dibuat berdasarkan hasil validasi pakar. Revisi dilakukan
untuk memperbaiki kekurangan dari produk yang telah divalidasi oleh pakar. Hasil
revisi produk ini akan menjadi desain produk final media pembelajaran berbasis ICT
dengan menggunakan Powerpoint Interaktif untuk kelas IV Sekolah Dasar.

C. Jadwal Pelaksanaan Penelitian


Penelitian ini dilakukan selama 8 bulan yaitu mulai dari bulan April sampai
November. Jadwal penelitian yang dilakukan seperti pada tabel berikut ini:

Tabel 3.1 Jadwal Penelitian


Bulan
No Kegiatan
April Mei Jun Jul Agust Sept Okt Nov
1 Analisis kebutuhan
2 Pengumpulan data
3 Desain produk
4 Validasi produk
5 Revisi produk
6 Produksi produk akhir
7 sidang skripsi
8 Pembuatan artikel
D. Validasi Ahli Media Pembelajaran Berbasis ICT
Untuk mendapatkan hasil yang baik dalam penelitian ini, maka peneliti
membutuhkan validator ahli yang kompoten yaitu dua pakar media pembelajaran
berbasis ICT dan dua pakar guru kelas IV Sekolah Dasar.

E. Instrumen Penelitian
Penelitian pengembangan ini menggunakan instrumen penelitian berupa daftar
pertanyaan wawancara dan kuesioner. Daftar pertanyaan wawancara digunakan untuk
menganalisis kebutuhan terhadap media pembelajaran berbasis ICT dengan
menggunakan Powerpoint Interaktif untuk siswa kelas IV Sekolah Dasar.
1. Wawancara
Wawancara digunakan untuk menganalisis kebutuhan terhadap media
pembelajaran berbasis ICT mengacu pada Kurikulum 2013 untuk siswa kelas IV
Sekolah Dasar. Wawancara ini dilakukan untuk mendapatkan informasi mengenai
kebutuhan guru tentang media pembelajaran berbasis ICT yang mengacu
Kurikulum 2013.
2. Lembar kuesioner
Lembar kuesioner digunakan sebagai panduan bagi validator dalam menilai
atau melakukan validasi terhadap produk yang dikembangkan. Lembar kuesioner
berisi pernyataan yang disusun berdasarkan indikator media pembelajaran berbasis
ICT yang baik untuk melakukan validasi media pembelajaran ICT yang dibuat oleh
peneliti. Lembar kuesioner tersebut diisi oleh dua validator ahli media pembelajaran
berbasis ICT dan dua orang guru kelas IV Sekolah Dasar. Hasil validasi melalui
kuesioner dapat digunakan sebagai masukan untuk melakukan revisi atas media
pembelajaran berbasis ICT yang telah dibuat.

F. Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data yang digunakan ini merupakan wawancara dan
kuesioner.
1. Wawancara
Wawancara dengan tujuan untuk melakukan survei kebutuhan terkait dengan
media pembelajaran berbasis ICT. Peneliti melakukan wawancara kepada guru
kelas IV SD Negeri Sonosewu, Kasihan, Bantul. Data ini dianalisis untuk
mendapat informasi terkait dengan kebutuhan guru untuk media pembelajaran
berbasis ICT.
Daftar pertanyaan analisis kebutuhan dapat dilihat pada kisi-kisi di
bawah berikut:
Tabel 3.2 panduan wawancara survei kebutuhan di SD

Aspek Indikator No Item


Kurikulum 2013 Pemahaman terhadap kurikulum 2013. 1
Pelaksanaan kurikulum 2013. 2,3,4,5
Media Pemahaman terhadap penggunaan media 6
pembelajaran pembelajaran.
Penggunaan/penerapan terhadap media 7,8
pembelajaran di kelas.
Media Pemahaman terhadap media pembelajran ICT. 9
Pembelajaran Jenis-jenis media pembelajaran ICT yang 10,11,12,13
berbasis ICT pernah digunakan.
Fasilitas yang mendukung penggunaan media 14
pembelajaran berbasis ICT.
Kesulitan dalam membuat dan menerapkan 15,16,17
media pembelajaran ICT.
Kesesuaian dalam media pembelajaran berbasis 18,19,20,21
ICT dengan kurikulum 2013.
Saran dalam pengembangan media 22,23
pembelajaran ICT.

Tabel di atas menjelaskan terkait dengan pertanyaan wawancara yang


digunakan dalam melakukan analisis kebuthuhan di lapangan. Dari semua
pertanyaan yang ada secara garis besar sudah menjelaskan terkait dengan
pemahaman guru dalam pelaksanaan kurikulum 2013, serta pemahaman guru
terkait dengan media pembelajaran berbasis ICT. Dari potensi dan masalah yang
didapatkan dari lapangan maka peneliti dapat merancang sebuah produk media
pembelajaran berbasis ICT berupa Powerpoint. Dengan harapan bahwa media
pembelajaran berbasis ICT berupa Powerpoint yang dikembangkan dapat
disesuaikan dengan potensi dan masalah yang terjadi di lapangan.

2. Kuesioner
Teknik pengumpulan data berikut ini berupa kuesioner dengan tujuan untuk
memvalidasi dan membantu peneliti dalam melakukan memvalidasi dan
membantu peneliti dalam melakukan revisi atas media pembelajaran berbasis ICT
yang telah dibuat. Validasi dengan bertujuan untuk mengetahui kekurangan dan
kelebihan dari produk yang sudah dibuat oleh peneliti.

G. Teknik Analisis Data


Data penelitian ini dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif denagn penjelasan
sebagai berikut:
1. Data Kualitatif
Data kualitatif berupa komentar yang dikemukakan oleh dua validator pakar
media pembelajaran ICT dan dua guru kelas IV Sekolah Dasar. Data tersebut
dianalisis sebagai dasar untuk memperbaiki dan mengetahui kelayakan produk
yang dihasilkan.
2. Data Kuantitatif
Data berupa skor dari penilaian oleh validator ahli, yaitu pakar media
pembelajaran berbasis ICT dan guru kelas IV Sekolah Dasar. Data yang dianalisis
sebagai dasar dari hasil penilaian kuesioner diubah menjadi interval. Skala
penilaian terhadap media pembelajaran berbasis ICT yang dikembangkan yaitu
sangat baik (4), baik (3), kurang baik (2), sangat kurang baik (1). Perolehan skor
dari penilaian validator dihitung menggunakan skala likert.Skala pengukuran
untuk tingkat kebaikan 1 (Sangat Kurang Baik), 2 (Kurang Baik), 3 (Baik), 4
(Sangat Baik). berikut adalah rumus Skala Likert untuk mengetahui interval
penilaian skala numerik. (dalam Zahreza 2014: 182)
Rumus : RS = (m – n)/b
RS = (4-1)/4
RS = 0,75
Keterangan:
RS = Rentang Skala
m = Angka tertinggi dalam pengukuran
n = Angka terendah dalam pengukuran
b = Banyaknya kelas/kategori yang dibentuk

tabel 3.4 skala Likert

Sangat Baik SB 3,25 ≤ X ≤ 4


Baik B 2,5 ≤ X < 3,25
Kurang Baik KB 1,75 ≤ X < 2,5
Sangat Kurang Baik SKB 1 ≤ X < 1,75

Dari hasil perhitungan interval di atas kemudian dapat dibuat tabel


perhitungan hasil validasi terhadap kualitas media pembelajaran berbasis ICT
dengan skala likert seperti berikut:

Skor : Jumlah total dari masing-masing variabel

Rata-rata :Skor penilaian ( SB=4) + (B=3) + (KB=2) + (SKB=1)

Hasil dari penghitungan skor masing-masing validasi yang dilakukan akan


dicari rata-rata skor perolehannya kemudian dapat dikonversikan dari data
kuantitatif ke data kualitatif dalam kategori tertentu seperti yang tertera pada tabel
kriteria skor skala empat.
DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Y. (2014). Desain sistem pembelajaran dalam konteks kurikulum 2013. Bandung:
Refika Aditama.
Ahmadi, L, K dan Sofan, A. (2014). Pengembangan model pembelajaran tematik
integratif.Jakarta: Prestasi Pustakaraya.
Arsyad, A. (2014). Media pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Darmawan, D. (2011). Teknologi pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Daryanto. (2010). Media pembelajaran: Perencanaannya sangat penting dalam mencapai
tujuan pembelajaran. Yogyakarta: Gava Media.
Daryanto. (2014). Pendekatan pembelajaran saintifik kurikulum 2013: Penerbit Gava Media.
Daryanto. (2013). Media pembelajaran: Perencanaannya sangat penting dalam mencapai
tujuan pembelajaran. Yogyakarta: Gava Media.
Fadlillah, M. (2014). Implementasi kurikulum 2013 dalam pembelajaran SD/MI, SMP/MTS
& SMA/MA. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Hidayat, S. (2013). Pengembangan kurikulum baru. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Jasmadi. (2010). Menyusun presentasi pembelajaran berbasis TIK dengan MS Office 2010.
Jakarta: PT Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia, Anggota IKAPI.
Krisnadi, E. (2009). Rancangan materi pembelajaran berbasis ICT.disajikan dalam Workshop
Pengembangan Materi Pembelajaran Berbasis ICT di FMIPA UNY pada tanggal 6
Agustus 2009.
Kurniawan, D. (2014). Pembelajaran terpadu tematik teori, praktek dan penilaian.
Bandung:Alfabet
Kustandi, C & Bambang S. (2013). Media pembelajaran: Manual dan digital. Bogor: Ghalia
Indonesia.
Majid, A. (2014). Pembelajaran tematik terpadu. Bandung: Remaja Rosdakarya43
Mulyasa, E. (2014). Pengembangan dan implementasi kurikulum 2013. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Mulyasa. (2013). Pengembangan dan implementasi kurikulum 2013. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya
Munadi, Y. (2013). Media pembelajaran: Sebuah pendekatan baru. Jakarta: Referensi.
Munir. (2009). Pembelajaran jarak jauh berbasis teknologi informasi dan komunikasi.
Bandung:Alfabeta
Pawirosumatro, S. (2009). Aplikasi komputer. Jakarta:Mitra Wacana Media Permendikbud.
2013. Panduan teknis penilaian di sekolah dasar. Jakarta: Kemendikbud.
Pinundhi Yohanes Galih Ari (2014) Pengembangan media pembelajaran berbasis
PowertPoint multimedia untuk keterampilan menyimak Bahasa Indonesia. kelas XI
semester 2 SMA Santa Maria Yogyakarta.
Pribadi, B. (2011). Model ASSURE untuk mendesain pembelajaran sukses. Jakarta: PT. Dian
Rakyat.
Sanaky, H. (2013). Media pembelajaran interaktif-inovatif: Buku bacaan wajib guru, dosen,
dan calon pendidik. Yogyakarta: Kaukaba Dipantara.
Sanjaya, W. (2012). Media komunikasi pembelajaran. Jakarta: Kencana.
Smaldino, S, dkk. (2011). Instructional technology and media for learning: teknologi
pembelajaran dan media untuk belajar.Jakarta: Kencana.
Susilana, R & Cepi R. (2009). Media pembelajaran: Hakikat, pengembangan, pemanfaatan,
dan penilaian. Bandung: CV. Wacana Prima.

Anda mungkin juga menyukai