Anda di halaman 1dari 7

STUDI PELEPASAN BEBAN PADA SKEMA PERTAHANAN (DEFENCE

SCHEME) JARINGAN SISTEM KHATULISTIWA


Erni Noviyani 1), Junaidi 2), Purwo Harjono 3)
Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura
e-mail: erninoviyani@ymail.com 1), juntek@ymail.com 2),

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari kinerja skema pelepasan beban yang merupakan bagian dari skema
pertahanan (defence scheme) yang ada di sistem khatulistiwa. Penelitian ini dilakukan dimulai dari penelusuran literatur
tentang data spesifikasi generator, data frekuensi sistem saat terjadi gangguan dan data gangguan di lapangan yang
menyebabkan skema pelepasan beban UFR bekerja dilanjutkan dengan melakukan evaluasi dan perhitungan. Dari
penelitian ini dapat diperoleh bahwa idealnya sebuah skema pelepasan beban memiliki kriteria yang harus dipenuhi, yaitu
pelepasan beban dilakukan secara bertahap, beban yang dilepaskan harus seminimal mungkin, dan beban yang dipilih harus
memenuhi kriteria tertentu yang tidak merugikan perusahaan apabila dilepas. Dari hasil penelitian terlihat bahwa skema
pelepasan beban yang ada di lapangan sudah berada pada kondisi ideal atau berhasil. Laju pemulihan frekuensi hasil
penelitian menunjukan pelepasan beban mulai 8 MW – 11 MW memulihkan frekuensi dari 51.18 Hz – 50.34 Hz.

Kata kunci: Pelepasan beban, UFR, Load Shedding, Frekuensi rendah

1. Latar Belakang pembangkit saling terkoneksi satu sama lain


maka keluaran daya elektris berupa besaran
Pada sistem kelistrikan Kalimantan Barat
seperti tegangan dan frekuensi haruslah
khususnya Sistem Khatulistiwa, memiliki
diperhatikan agar tidak ada pembangkit yang
frekuensi gangguan yang sangat tinggi
kelebihan beban dan pembangkit yang lain
(berdasarkan pada data gangguan PLN APDP
bebannya kecil.
2013). Sebagian besar gangguan tersebut
bersifat sementara (temporer), yang akan Salah satu bagian dari Defence Scheme
segera hilang setelah PMT membuka (trip). adalah pelepasan beban. Pelepasan beban dapat
Masalah lain pada sistem khatulistiwa adalah dilakukan secara manual maupun otomatis, hal
defisitnya neraca daya yang disebabkan ini bergantung kepada besar penurunan
berkurangnya daya mampu sehingga sering frekuensi yang terjadi pada sistem tenaga
mengakibatkan unit pengatur beban melakukan listrik. Semakin besar kelebihan beban yang
MLS (Manual Load Shedding). Gangguan pada terjadi maka semakin besar pula penurunan
sistem tenaga listrik, khususnya pada sistem frekuensi yang terjadi. Untuk menghindari hal-
khatulistiwa dapat menyebabkan hal yang tidak diinginkan maka pelepasan
ketidakstabilan bahkan menuju ke arah yang beban pun semakin cepat dilakukan. Dengan
lebih buruk lagi yaitu pemadaman total menggunakan skema pelepasan beban
(blackout). Untuk itu diperlukan skema menggunakan rele frekuensi rendah (UFR)
pertahanan (Defence Scheme) yang berfungsi diharapkan penurunan frekuensi pada sistem
untuk melakukan tindakan segera (immediate tenaga listrik cepat teratasi tanpa menimbulkan
action) untuk mengatasi gangguan agar tidak kerugian yang signifikan terhadap perusahaan.
terjadi terlalu banyak pemadaman sebagian Pelepasan beban ini diatur untuk mengatasi
atau pemadaman total (blackout partial / penurunan frekuensi secara tiba-tiba akibat
blackout total) agar sistem kembali ke keadaan hilangnya pasokan daya sistem.
operasi optimal. Pada umumnya suatu sistem
tenaga listrik dikatakan sebagai sistem yang
baik jika memenuhi beberapa persyaratan, 2. Dasar Teori
yaitu: keandalan, kualitas, dan kestabilan. 2.1 Definisi Skema Pertahanan (Defence
Dalam sistem tenaga listrik yang baik maka Sheme)
ketiga syarat tersebut harus dipenuhi yaitu
sistem harus mampu memberi pasokan listrik Skema pertahanan (Defence Scheme)
secara terus menerus dengan standar besaran adalah suatu tindakan dalam
untuk tegangan dan frekuensi sesuai dengan mempertahankan sistem dari hal – hal yang
aturan yang berlaku dan harus segera kembali tidak diinginkan seperti pemadaman
normal bila sistem terkena gangguan. Untuk (blackout) partial / sebagian dan pemadaman
jaringan yang sangat komplek dimana beberapa total. Skema pertahanan diperlukan agar

I-1
I-2

sistem kelistrikan tidak mengalami sistem dinaikan sehingga arus transmisi


keruntuhan sistem (collapsed). Tindakan – kecil. Untuk dimanfaatkan oleh peralatan
tindakan yang dilakukan dalam cakupan listrik yang dimiliki oleh konsumen,
skema pertahanan / defence scheme adalah tegangan dari sistem transmisi masuk ke
Manual Load Shedding (MLS), Brown Out, sistem distribusi. Pada sistem ini yang
Load Shedding (Under Frekuensi Relay), dibutuhkan adalah transformator penurun
Island Operation dan host load. tegangan (Step Down) dan saluran distribusi.
Load shedding adalah pelepasan beban Penurunan tegangan yang dilakukan
secara sengaja (otomatis / manual) dengan disesuaikan dengan kebutuhan peralatan
pemutusan beban tertentu oleh sistem karena listrik. Untuk menghasilkan energi listrik
kejadian abnormal, untuk mempertahankan yang handal dan aman bagi peralatan
integritas Jaringan dan menghindari diperlukan sistem proteksi.
pemadaman yang lebih besar. Pelepasan
beban otomatis ini terjadi jika terjadi 2.3 Prinsip Kerja Generator Sinkron
gangguan suplai pembangkit yang
mengakibatkan sistem mengalami defisit Pada generator sinkron, suatu sumber
secara tiba tiba dan tidak dapat arus DC dihubungkan dengan kumparan
diseimbangkan dengan Manual Load rotor atau kumparan medan. Hal ini mampu
Shedding. Pelepasan beban otomatis ini menghasilkan suatu medan magnet rotor.
bekerja berdasarkan pengaturan setting Rotor tersebut kemudian diputar oleh
frekuensi sistem yang menggunakan UFR penggerak utama (Prime Mover) sehingga
(Under Frequency Relay). Load Shedding muncul medan magnet putar pada mesin.
dilaksanakan apabila terjadi penurunan Medan magnet tersebut menembus stator
frekuensi secara tiba-tiba (dan menyentuh sehingga menghasilkan fluks magnet. Ketika
setting) yang disebabkan hilangnya pasokan rotor berputar maka terjadi perubahan sudut
daya sistem. Pelepasan beban dilakukan yang dibentuk oleh normal bidang yang
seketika dan secara otomatis dengan ditembus fluks (stator) dan kerapatan fluks
menggunakan relai UFR. Dalam praktek setiap detiknya. Perubahan tersebut akan
pelepasan beban (load shedding) dilakukan menghasilkan suatu gaya gerak listrik (ggl)
dengan memasang UFR pada berbagai induksi. Ggl induksi tersebut mampu
penyulang distribusi yang dipilih menurut menghasilkan arus apabila generator
kondisi setempat. Jumlah UFR pada dihubungkan dengan suatu beban sehingga
penyulang (feeder) harus sedikitnya cukup membentuk suatu rangkaian tertutup.
untuk melepas beban sebesar unit terbesar Apabila beban yang dihubungkan dengan
dalam sistem. generator bersifat induktif maka arus yang
dihasilkan terlambat (lagging) terhadap
2.2 Sistem Pembangkitan Listrik tegangan, begitu juga apabila beban yang
hubungkan bersifat kapasitif maka arus yang
Sistem tenaga listrik merupakan suatu dihasilkan mendahului (leading) tegangan.
rangkaian proses dan penghasilan energi Arus - arus pada stator dapat menghasilkan
listrik hingga energi tersebut dimanfaatkan medan magnet stator. Medan magnet stator
bagi banyak orang secara aman. Energi menghasilkan tegangan stator. Tegangan
listrik mula – mula dibangkitkan oleh output dari generator adalah resultan
generator yang memanfaatkan berbagai tegangan induksi dan tegangan stator.
penggerak utama. Dalam hal ini yang Tegangan ini merupakan tegangan AC
dihasilkan oleh generator adalah suatu (Alternating Current), karena terdapat tiga
tegangan dan arus yang nantinya akan kumparan jangkar pada stator yang dipasang
ditransmisikan ke beban. Kemudian, tahap melingkar dan membentuk sudut 120o satu
yang harus dilalui oleh tegangan tersebut sama lain. Pemasangan tipe kumparan
sebelum dimanfaatkan oleh konsumen tersebut menghasilkan AC 3 fasa.
adalah transmisi tenaga listrik. Komponen
penting yang terdapat dalam transmisi 2.4 Gangguan Beban Lebih
tenaga listrik adalah transformator penaik
tegangan (Step Up) dan saluran transmisi. Terjadinya beban lebih suatu sistem
Hal ini penting dilakukan karena pada tenaga listrik antara lain adalah akibat
umumnya letak pembangkit cukup jauh dari adanya pembangkit yang dapat menyuplai
konsumen, untuk mengurangi rugi – rugi daya yang sangat besar keluar dari sistem
daya ketika penyaluran maka tegangan sehingga mengakibatkan jumlah beban tidak
I-3

seimbang. Hal ini tidak boleh dibiarkan umumnya dipicu oleh beberapa hal, antara
terjadi karena akan mempengaruhi kinerja lain:
generator.
a. Ada pembangkit yang lepas dari sistem
2.4.1 Penanggulangan Untuk Gangguan yang mengakibatkan beban yang
seharusnya disuplai oleh pembangkit
Beban Lebih tersebut menjadi tanggungan
pembangkit lain.
Suatu sistem tenaga listrik hendaknya b. Adanya gangguan pada saluran tranmisi
memiliki daya yang dihasilkan oleh sehingga ada beberapa beban yang tidak
pembangkit minimal sama dengan beban dapat disuplai oleh salah satu
yang ditanggungnya termasuk juga rugi-rugi pembangkit dalam sistem interkoneksi.
daya yang mungkin terjadi pada sistem
tersebut. Namun, demi keamanan dan Keadaan yang kritis dalam sistem karena
keandalan sistem, sistem pembangkit lebih jatuhnya unit pembangkit dapat dideteksi
baik menyiapkan cadangan daya. melalui frekuensi sistem yang menurun
dengan cepat. Pada sistem tenaga listrik
2.5. Hubungan Antara Frekuensi dan yang mengalami gangguan karena lepasnya
Daya Aktif (trip) unit generator yang besar dapat
mengurangi aliran daya aktif yang mengalir
Suatu generator bekerja menghasilkan ke beban, sehingga menyebabkan generator-
suatu daya keluaran yang disalurkan ke generator yang lain dipaksa bekerja. Jika hal
beban. Pada umumnya daya yang dihasilkan ini berlangsung terus menerus dapat
generator besarnya sesuai dengan menyebabkan kerusakan mekanis pada
permintaan daya pada beban. Namun, batang kopel generator karena dipaksa
kenyataannya daya yang dihasilkan bekerja. Untuk itu diperlukan under
generator lebih besar bila dibandingkan frequency relay yang berfungsi untuk
dengan permintaan daya beban karena mendeteksi penurunan frekuensi sistem
terdapat rugi-rugi daya di sepanjang saluran secara tiba-tiba akibat adanya unit
transmisi dan distribusi. pembangkit besar yang lepas dari sistem.
Salah satu cara untuk menaikan frekuensi
2.6 Pelepasan Beban tersebut adalah dengan melepas beban.
Jika terdapat gangguan dalam sistem yang Makin besar unit pembangkit yang jatuh
menyebabkan daya yang tersedia tidak (makin besar daya tersedia yang hilang)
dapat melayani beban, misalnya karena ada makin cepat frekuensi menurun. Kecepatan
unit pembangkit yang besar jatuh (trip) atau penurunan frekuensi juga bergantung kepada
beberapa unit pembangkit, maka indikasi besar kecilnya inersia sistem. Makin besar
pertama adalah turunnya tegangan dan inersia sistem, makin kokoh sistemnya,
frekuensi. Kadang jatuh tegangan dapat juga makin lambat turunnya frekuensi. (Djiteng
terjadi karena gangguan short circuit pada Marsudi: 2006). Perancangan skema
sistem. Kehilangan pembangkit secara tiba – pelepasan beban dapat dilakukan apabila
tiba dapat menyebabkan turunnya frekuensi memenuhi beberapa syarat. Syarat tersebut
maka untuk menghindarkan sistem menjadi harus dipenuhi agar tidak menimbulkan
collapsed perlu dilakukan pelepasan beban. permasalahan bagi sistem tenaga listrik
Pelepasan beban merupakan salah satu setelah pelepasan beban. Syarat tersebut
fenomena yang terjadi di suatu sistem tenaga antara lain:
listrik yang mengijinkan adanya beberapa
beban keluar dari sistem sehingga a. Pelepasan beban dilakukan secara
menghasilkan sistem tenaga listrik. Hal ini bertahap dengan tujuan apabila pada
biasanya disebabkan oleh adanya beban pelepasan tahap pertama frekuensi
lebih pada sistem, sehingga untuk dapat belum juga pulih masih dapat dilakukan
mengembalikan kondisi sistem agar seperti pelepasan beban tahap berikutnya untuk
sediakala diperlukan pelepasan beberapa memperbaiki frekuensi.
beban tertentu. Suatu sistem tenaga listrik
yang bekerja secara normal memiliki daya b. Jumlah beban yang dilepaskan
permintaan beban dan rugi-rugi daya hendaknya seminimal mungkin sesuai
tranmisi. Adanya ketidaknormalan yang dengan kebutuhan sistem tenaga listrik
disebabkan oleh terjadinya beban lebih pada dalam memperbaiki frekuensi.
I-4

c. Beban yang dilepaskan harus memenuhi =( ) x f0 (1)


kriteria tertentu yang tidak merugikan
perusahaan apabila dilepas. Beban yang Dimana, = laju penurunan frekuensi,
memiliki prioritas paling rendah Ps=kelebihan beban, G = rata-rata MVA
dibandingkan beban lain dalam suatu generator, H = rata-rata konstanta inersia
sistem tenaga listrik. Oleh sebab itu generator, f0= frekuensi nominal. Nilai rata-
seluruh beban terlebih dahulu rata konstanta inersia dapat dihitung dengan
diklasifikasikan menurut kriteria – menggunakan rumus di bawah ini:
kriteria tertentu. H total = (2)
d. Pelepasan beban dilakukan tepat guna 2.6.1 Akibat Beban Lebih pada Sistem
yaitu pada saat benar-benar terjadi Tenaga Listrik
penurunan frekuensi akibat beban lebih.
Oleh karenanya harus ditentukan waktu Gangguan berupa beban lebih dapat
tunda minimum relay untuk mendeteksi mempengaruhi keseimbangan antara daya
apakah penurunan frekuensi generator yang dibangkitkan dan permintaan beban
akibat beban lebih atau pengaruh lain sehingga menyebabkan beberapa hal yang
seperti misalnya masuknya beban yang dapat mengganggu kestabilan sistem, yaitu:
sangat besar ke dalam sistem secara tiba
a. Penurunan tegangan sistem
– tiba.
b. Penurunan frekuensi
Pelepasan beban dapat mencegah:
2.6.2. Perancangan Suatu Skema
a. Penuaan yang semakin cepat dari Pelepasan Beban Otomatis
komponen mekanik generator yang
disebabkan oleh penurunan frekuensi. Untuk merancang suatu skema pelepasan
Penurunan frekuensi yang cukup parah beban otomatis, hal pertama yang harus
menimbulkan getaran (vibrasi) yang diperhatikan adalah:
berlebihan pada sudu turbin. Hal ini
mampu memperpendek usia pakai 1. Model yang menggambarkan mesin
peralatan. pembangkit yang berbeda (model mesin
b. Pertimbangan pemanasan. sederhana).
Berkurangnya frekuensi menyebabkan 2. Parameter beban yang harus dilepaskan
berkurangnya kecepatan putaran motor dalam sistem.
pendingin generator, berakibat 3. Kriteria untuk setting relay frekuensi.
berkurangnya sirkulasi udara (ventilasi)
yang dapat menyebabkan pemanasan
pada generator. Parameter yang digunakan suatu skema
pelepasan beban. Aspek – aspeknya adalah:
Terjadinya eksitasi lebih. Ketika terjadi
penurunan frekuensi pada generator pada 1. Beban maksimum yang harus diputus
tegangan normal, arus eksitasi generator atau dilepas.
semakin meningkat hal ini memicu 2. Frekuensi awal dari skema pelepasan
terjadinya eksitasi lebih. Eksitasi lebih ini beban (biasanya ± 93% dari frekuensi
ditandai dengan fluks berlebih yang dapat nominal) agar tidak terjadi kerusakan.
menyebabkan munculnya arus pusar. Arus 3. Frekuensi minimum yang
pusar tersebut dapat menyebabkan diperbolehkan.
pemanasan pada inti generator.
Untuk mendapatkan nilai frekuensi saat
Untuk mendapatkan nilai frekuensi pemutus tenaga benar-benar bekerja
kerja rele dan besar beban efektif yang harus digunakan rumus sebagai berikut:
dilepaskan pada setiap tahap pelepasan
f load shedding = [ f0 – ( x t trip) ] (3)
beban setelah membuat kombinasi generator
lepas adalah menghitung laju penurunan
frekuensi setiap kombinasi generator lepas. Pelepasan beban akan dilakukan ketika
Untuk dapat menghitung besar laju frekuensi turun hingga batas yang ditentukan
penurunan frekuensi digunakan persamaan (49.2 Hz). Pelepasan beban diawali dengan
swing generator : waktu frekuensi sistem turun hingga 49.2 Hz
I-5

dari 50 Hz yang menandai adanya maka berikut ini adalah tabel setting relay
kehilangan pembangkitan. Dengan batas frekuensi sistem khatulistiwa.
frekuensi minimum 47 Hz. Untuk Tabel 1.1 Setting UFR Sistem Khatulistiwa
menghitung waktu trip yang digunakan
untuk menentukan perkiraan frekuensi akhir No Load Setting Beban
dimana saat pelepasan beban dilakukan Shedding Frekuensi (MW)
setelah frekuensi tertinggi untuk trip ( Hz )
terdeteksi yaitu dengan menggunakan rumus 1. UFR tahap-1 49.2 8
di bawah ini:
2. UFR tahap-2 49.1 8

T trip = T pick up + T relay + T CB (4) 3. UFR tahap-3 49.0 9

2.6.3. Kriteria Untuk Setting Relay 4. UFR tahap-4 48.9 9


Frekuensi
5. UFR tahap-5 48.8 10
Penurunan frekuensi akibat beban lebih
6. UFR tahap-6 48.7 10
yang sangat besar diperlukan suatu
pelepasan beban untuk memulihkan 7. UFR tahap-7 48.6 11
frekuensi. Besarnya laju penurunan
frekuensi sangat berpengaruh terhadap 8. UFR df/dt 2 Hz/s 12
beberapa hal, antara lain:
a. Jenis pelepasan beban yang dilakukan.
b. Waktu tunda relay. 4. Data Pelepasan Beban Sistem
c. Jumlah beban yang dilepas. Khatulistiwa
Untuk menentukan setting relay frekuensi
hal yang harus diperhatikan adalah: waktu Berikut ini merupakan data pelepasan
kerja (waktu operasi/trip). Waktu trip beban UFR yang dilakukan sistem
dipengaruhi oleh 3 waktu, yaitu: khatulistiwa dalam beberapa tahap.
a. waktu pick-up
Tabel 2.2 Data pelepasan beban UFR Tahun
b. waktu rele 2014

c. waktu pemutus tenaga Frekuensi


trip (Hz)
Beban
2.7. Laju Pemulihan Frekuensi No
Tanggal /
trip Tahap yang
Jam
(MW) terjadi di
Besar beban yang dilepaskan dari suatu
sistem untuk memulihkan frekuensi lapangan
generator disesuaikan dengan tingkat
frekuensi acuan yang telah diatur pada rele. 1 18-02- 8 1 49.2
2014/ Pkl.
Untuk mendapatkan besarnya nilai beban 15:44
yang harus dilepaskan terdapat beberapa
parameter yang harus ditentukan dengan 8 2 49.1
mempertimbangkan keandalan sistem, yaitu:
9 3 49.0
a. Frekuensi yang diharapkan setelah
pelepasan beban 2 27-04- 8 1 49.2
b. Waktu pemulihan 2014/ Pkl.
05:55
Laju pemulihan frekuensi dapat dihitung
dengan menggunakan rumus: 8 2 49.1

fo = f + xt (5) 9 3 49.0

9 4 48.9
3. Setting UFR Sistem Khatulistiwa
Untuk mengetahui pada frekuensi
berapa setting pelepasan beban dimulai, 10 5 48.8
I-6

3 14-07- 8 1 49.2 5 48.8 5.99 10 50.39


2014/ Pkl.
16:18 6 48.7 5.98 10 50.29

8 2 49.1 7 48.6 6.57 11 50.34

9 3 49.0

4 24-08- 8 1 49.2 5. Analisa dan Pembahasan


2014/ Pkl.
20:50 Dari data gangguan tahun 2014 dan
8 2 49.1
tahun 2015, setelah dilakukan pengamatan
di lapangan dan setelah dilakukan
9 3 49.0 perhitungan, maka dapat dianalisa apakah
skema pelepasan beban yang ada di sistem
9 4 48.9 khatulistiwa dapat dikatakan berhasil. Dari
data yang ada di lapangan dapat dianalisa
5 26-08- 8 1 49.2 bahwa skema pelepasan beban UFR yang
2014/ Pkl.
18:04 diaplikasikan di sistem khatulistiwa telah
memenuhi syarat keberhasilan dan telah
8 2 49.1 memenuhi standard yang diberlakukan oleh
PLN, karena setelah melalui perhitungan
9 3 49.0
dari beberapa gangguan yang terjadi di
sistem khatulistiwa antara data perhitungan
9 4 48.9
dan data di lapangan setiap tahapan
pelepasan bebannya dapat mengembalikan
frekuensi sistem ke frekuensi nominal yaitu
4.1. Laju Pemulihan Frekuensi 50 Hz. Serta bisa mengurangi pemadaman
secara total yang sering terjadi di sistem
Setelah dilakukan perhitungan laju
penurunan frekuensi pada gangguan tahun khatulistiwa sebelum Under Frequency
2014 dan tahun 2015, maka perlu dilakukan Relay Load Shedding diaplikasikan di sistem
perhitungan untuk laju pemulihan frekuensi khatulistiwa.
dalam beberapa tahap juga. Hal ini
dilakukan untuk mengetahui berapa besar 6. Simpulan
tingkat laju pemulihan frekuensi yang terjadi
di sistem khatulistiwa. Berdasarkan hasil studi pelepasan beban
atau analisa yang telah dilakukan pada
Berikut ini merupakan data laju skema pelepasan beban sistem khatulistiwa
pemulihan frekuensi dan beban yang maka dapat disimpulkan:
dilepaskan dalam beberapa tahap. 1. Skema pelepasan beban yang
dilakukan oleh sistem khatulistiwa
telah memenuhi standard yang
Tabel 1.3. Laju pemulihan Frekuensi
diberlakukan oleh PT. PLN APDP, dan
dan Beban Lepas
berhasil serta telah mengurangi
Tahap Setting Laju Beban yang Frekuensi gangguan agar tidak meluas, dilihat
ke Frekuensi Pemulihan Dilepaskan Setelah dari data di lapangan selama kurun
Frekuensi (MW) Pemulihan waktu 5 tahun, telah terjadi penurunan
(Hz) (Hz) pemadaman total (blackout total).
1 49.2 4.838 8 51.18 2. Ketika terjadi gangguan generator
lepas yang mengakibatkan penurunan
2 49.1 4.828 8 50.40 frekuensi karena sistem kekurangan
suplai daya aktif, generator dengan
3 49.0 5.42 9 50.45 nilai konstanta inersia lebih kecil dan
bekerja dengan pengaturan governor
4 48.9 5.41 9 50.34
droop mengalami ketidakstabilan
I-7

dengan menghasilkan peningkatan [11] PT. PLN (Persero) APDP. 2015. “Data
suplai daya aktif lebih besar daripada Operasi Sistem Khatulistiwa”. Pontianak
yang seharusnya disuplai untuk
memenuhi kekurangan suplai daya
aktif tersebut. Nilai konstanta inersia
suatu generator mempengaruhi kerja
generator dalam menghasilkan suplai
daya aktif.

Referensi

[1] PT. PLN (Persero) APDP. 2014. “Data


Operasi Sistem Khatulistiwa”. Pontianak

[2]Marsudi, Djiteng. 2006. “Operasi Sistem


Tenaga Listrik”. Yogyakarta: Graha Ilmu.

[3]Nugraheni, Ari. 2009. “ Simulasi Pelepasan


Beban Dengan Menggunakan Rele
Frekuensi Pada Sistem Tenaga Listrik
CNOOC SES Ltd ”. Jakarta: Universitas
Indonesia.

[4]Lokay, H.E., and V. Burtnyk. 1968.


“Application of Underfrequency Relays for
Automatic Load Shedding”.

[5]M Gers, Juan., and J Holmes, Edward. 2004


“Protection of Electricity Distribution
Networks” United kingdom: Herts, Six Hill
Way Stevenage

[6]Warren C. New. 1974. “Load Shedding, Load


Restoration and Generator Protection Using
Solid-state and Electromechanical
Underfrequency Relays” Philadelphia, Pa :
General Electric Company.

[7]Power Systems Relaying Committee. 2007.


“IEEE Guide for the Application of
Protective Relays Used for Abnormal
Frequency Load Shedding and Restoration”.
New York : 3 Park Avenue.

[8]Uman P, Dimas Fajar. 2011. “ Under


Frequency Load Shedding Berbasis Fuzzy
Logic Controller Menggunakan Metode
Gradien Frekuensi Pada Sistem Jawa – Bali
500 kV “. Surabaya : Institut Teknologi
Sepuluh November.

[9]Chaerah G, Indar. 2009. “ Studi Laju


Penurunan Frekuensi Pada Saat PLTG
Sengkang Lepas Dari Sistem
SULSELTRABAR” . Sulawesi Selatan:
Universitas Hasanuddin.

[10]Kundur, Prabha.1993. “Power System


Stability and Control”. British Columbia:
Mc.Graw-Hill, Inc.

Anda mungkin juga menyukai