Anda di halaman 1dari 6

Scaffolding 4 (1) (2015)

Scaffolding

http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/scaffolding

TINGKAT PELAKSANAAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN


KESEHATAN KERJA (SMK3) PADA PROYEK KONSTRUKSI, STUDI
KASUS DI KOTA SEMARANG

Yanuar Kurniawan 

Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Semarang, Indonesia

Info Artikel Abstrak


________________ ___________________________________________________________________
Sejarah Artikel: Pembangunan di Indonesia khususnya di kota Semarang membuat banyak kontaktor saling bersaing
Diterima April 2015 dalam melaksanakan sebuah proyek. Namun sekarang masih banyak kontraktor yang
Disetujui Mei 2015 mengesampingkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) pada proyek konstruksi. Penelitian ini
Dipublikasikan Juni 2015 bertujuan untuk mengetahui tingkat pelaksanaan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan
________________ kerja pada proyek konstruksi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode
Keywords: penelitian kuantitatif dengan cara observasi, metode ini lebih cenderung pada hasil yang deskriptif.
Occupational Health and Teknik pengambilan sampel dilakukan secara purposive. Instrumen yang digunakan yaitu instrumen
Safety, Occupational Health yang berasal dari peraturan menteri PU No. 9 tahun 2008. Hasil penelitian adalah tingkat
and Safety Management pelaksanaan SMK3 pada proyek konstruksi risiko tinggi sebesar 83,43%. Untuk hasil penelitian
System, Construction tingkat pelaksanaan SMK3 pada proyek konstruksi risiko sedang sebesar 42,12%. Adapun
Project. kelengkapan fasilitas K3 pada proyek risiko tinggi sebesar 75%. Untuk kelengkapan fasilitas K3 pada
____________________ proyek risiko sedang sebesar 30%.

Abstract
___________________________________________________________________
Developments in Indonesia, particularly in Semarang, has allowed many contractors to compete in establishing
a project. However, nowadays, numbers of contractor override Occupational Health and Safety (K3) at
construction project. This study is to acknowledge the level of implementation of occupational health and safety
management system at construction project. By using quantitative study method with observation, the result of
this study tends to be more descriptive. This study used purposive sampling technique. The instrument used in
this study was the instrument from the ministry regulation PU No. 9 tahun 2008. The result of the study shows
that the level of SMK3 at the high risk construction projects is 83,43%. While the level of SMK3 at the high risk
construction projects is 42,12%. In addition, the provision of K3 facilities at the high risk projects is 75%. While
the provision of K3 facilities at the medium risk projects is 30%.

© 2015 Universitas Negeri Semarang


Alamat korespondensi: ISSN 2252-682X
Gedung E3 Lantai 2 FT Unnes
Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang, 50229
Email: tekniksipil@unnes.ac.id

98
Yanuar Kurniawan / Scaffolding 4 (1) (2015)

PENDAHULUAN

Latar Belakang terkait. Kelengkapan fasilitas berperan sangat


Indonesia merupakan salah satu negara penting dalam pelaksanaan sistem manajemen
berkembang di mana banyak sekali keselamatan dan kesehatan kerja karena dengan
pembangunan yang sedang dilaksanakan. adanya fasilitas yang baik maka pelaksanaan
Pembangunan yang cukup signifikan terjadi pada SMK3 juga berjalan dengan baik, begitu pula
pembangunan di bidang konstruksi. Beberapa sebaliknya.
proyek konstruksi di Indonesia banyak terjadi di Kenyataan di lapangan ada beberapa
kota besar salah satunya kota Semarang. perusahaan di bidang konstruksi bangunan
Berdasarkan laporan International Labour dengan penerapan keselamatan kerja yang
Organization (ILO), setiap hari terjadi kecelakaan kurang baik. Hal ini berpotensi menimbulkan
kerja yang mengakibatkan korban fatal sekira kecelakaan terutama pada pekerja lapangan.
6.000 kasus. Sementara di Indonesia setiap Berdasarkan uraian di atas maka
100.000 tenaga kerja terdapat 20 orang fatal pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja
akibat kecelakaan kerja pada bidang konstruksi. yang baik diperlukan untuk meminimalisir
Tak hanya itu, menurut kalkulasi ILO, kerugian kecelakaan dalam bekerja khususnya di proyek
yang harus ditanggung akibat kecelakaan kerja di konstruksi. Oleh karena itu perlu adanya
negara-negara berkembang juga tinggi, yakni penelitian tentang tingkat pelaksanaan
mencapai 4% dari GNP (gross national product) keselamatan dan kesehatan kerja dan fasilitas-
(dikutip dari pikiran rakyat online edisi selasa, fasilitas keselamatan kerja di proyek konstruksi
15/01/2013). agar kedepannya dapat dilakukan tindakan-
Untuk mengurangi kecelakaan kerja maka tindakan untuk mengurangi kecelakaan kerja
perusahaan wajib menerapkan sistem pada proyek konstruksi.
keselamatan kerja yang baik dan tegas. Maka dari
itu perlu dilaksanakan Sistem Manajemen Rumusan Masalah
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) di Berdasarkan latar belakang yang
dalam sebuah proyek untuk meningkatkan dikemukakan sebelumnya, maka didapat
perlindungan kepada pekerja. permasalahan utama yang diangkat dalam
Sistem Manajemen Keselamatan dan penelitian ini sebagai berikut:
Kesehatan Kerja (SMK3) adalah pengelolaan K3 1. Berapa besar tingkat pelaksanaan SMK3
dengan menerapkan sistem manajemen untuk di proyek konstruksi terkait?
mencapai hasil yang efektif dalam mencegah 2. Apakah fasilitas pendukung
kecelakaan dan efek lain yang merugikan. Di keselamatan dan kesehatan kerja pada
dalam pelaksanaan Sistem Manajemen proyek yang diteliti sudah lengkap?
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) di
lapangan banyak terdapat kesalahan yang LANDASAN TEORI
menyebabkan kerugian bagi perusahaan, diri
sendiri, maupun orang lain. SMK3 merupakan Pengertian K3
hal yang tidak bisa disepelekan dalam pekerjaan Menurut Mangkunegara (2002: 163)
sebuah proyek konstruksi karena keselamatan Keselamatan dan kesehatan kerja adalah suatu
kerja erat hubungannya dengan nyawa manusia pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan
yang bekerja di dalam proyek terkait atau yang dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun
berada di sekitar proyek. rohaniah tenaga kerja pada khususnya, dan
Pada pelaksanaan sistem manajemen manusia pada umumnya, hasil karya dan budaya
keselamatan dan kesehatan kerja ada hal yang tak untuk menuju masyarakat adil dan makmur.
kalah penting untuk diperhatikan yaitu fasilitas- Menurut Suma’mur (2001: 104)
fasilitas yang melengkapi pada proyek konstruksi keselamatan kerja merupakan rangkaian usaha

99
Yanuar Kurniawan / Scaffolding 4 (1) (2015)

untuk menciptakan suasana kerja yang aman dan tujuan keselamatan kerja tidak mungkin dapat
tentram bagi para karyawan yang bekerja di dicapai secara maksimal.
perusahaan yang bersangkutan. Adapun sasaran keselamatan kerja secara
terinci adalah:
Kecelakaan Kerja 1. Mencegah terjadinya kecelakaan di
Pekerjaan-pekerjaan teknik bangunan tempat kerja
banyak berhubungan dengan alat, baik yang 2. Mencegah timbulnya penyakit akibat
sederhana sampai yang rumit, dari yang ringan kerja
sampai alat-alat berat sekalipun. Sejak revolusi 3. Mencegah/mengurangi kematian
industri sampai sekarang, pemakaian alat-alat akibat kerja
bermesin sangat banyak digunakan. 4. Mencegah atau mengurangi cacat tetap
Pada setiap kegiatan kerja, selalu saja ada 5. Mengamankan material, konstruksi,
kemungkinan kecelakaan. Kecelakaan selalu pemakaian, pemeliharaan bangunan-
dapat terjadi karena berbagai sebab. Yang bangunan, alat-alat kerja, mesin-mesin,
dimaksudkan dengan kecelakaan adalah kejadian pesawat-pesawat, instalasi-instalasi
yang merugikan yang tidak terduga dan tidak 6. Meningkatkan produktivitas kerja
diharapkan dan tidak ada unsur kesengajaan. tanpa memeras tenaga kerja dan
Kecelakaan kerja dimaksudkan sebagai menjamin kehidupan produktifnya
kecelakaan yang terjadi di tempat kerja, yang 7. Mencegah pemborosan tenaga kerja,
diderita oleh pekerja dan atau alat-alat kerja modal, alat dan sumber-sumber
dalam suatu hubungan kerja. produksi lainnya sewaktu kerja
Kecelakaan kerja dapat disebabkan oleh 8. Menjamin tempat kerja yang sehat,
dua golongan penyebab (Bambang Endroyo, bersih, nyaman, dan aman sehingga
1989): dapat menimbulkan kegembiraan
1. Tindakan perbuatan manusia yang tidak semangat kerja
memenuhi keselamatan (unsafe human acts). 9. Memperlancar, meningkatkan dan
2. Keadaan-keadaan lingkungan yang mengamankan produksi, industri serta
tidak aman (unsafe condition) pembangunan.
Walaupun manusia telah berhati-hati, Kesemuanya itu menuju pada peningkatan
namun apabila lingkungannya tidak menunjang taraf hidup dan kesejahteraan umat manusia
(tidak aman), maka kecelakaan dapat pula (Bambang Endroyo, 1989).
terjadi. Begitu pula sebaliknya. Oleh karena
itulah diperlukan pedoman bagaimana bekerja Peraturan Mengenai Sistem Manajemen
yang memenuhi prinsip-prinsip keselamatan. Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Pada bab 3 peraturan menteri PU nomor 9
Keselamatan Kerja tahun 2008 pasal 4 dijelaskan tentang ketentuan
Keselamatan kerja adalah usaha-usaha penyelenggaraan sistem manajemen keselamatan
yang bertujuan untuk menjamin keadaan, dan kesehatan kerja di bidang konstruksi, adapun
keutuhan dan kesempurnaan tenaga kerja (baik ketentuannya sebagai berikut:
jasmaniah maupun rohaniah), beserta hasil 1. Kegiatan jasa konstruksi yang
karyanya dan alat-alat kerjanya di tempat kerja. dilaksanakan oleh pengguna
Usaha-usaha tersebut harus dilaksanakan oleh jasa/penyedia jasa terdiri dari jasa
semua unsur yang terlibat dalam proses kerja, pemborongan, jasa konsultasi dan
yaitu pekerja itu sendiri, pengawas/kepala kegiatan swakelola yang aktifitasnya
kelompok kerja, perusahaan, pemerintah, dan melibatkan tenaga kerja dan
masyarakat pada umumnya. Tanpa ada peralatan kerja untuk keperluan
kerjasama yang baik dari semua unsur tersebut pelaksanaan pekerjaan fisik di
lapangan wajib menyelenggarakan

100
Yanuar Kurniawan / Scaffolding 4 (1) (2015)

SMK 3 konstruksi bidang pekerjaan bertanggung jawab dalam


umum. Pertolongan Pertama Pada
2. Penyelenggaraan SMK3 Konstruksi Kecelakaan (P3K)
Bidang Pekerjaan Umum wajib 7. Untuk kegiatan swakelola, perlu ada
menggunakan pedoman ini beserta penentuan tentang:
lampirannya a. Pihak yang berperan sebagai
3. Penyelenggaraan SMK3 Konstruksi penyelenggara langsung
Bidang Pekerjaan Umum b. Pihak yang berperan sebagai
dikelompokkan menjadi 3 (tiga) pengendali.
kategori, yaitu:
a) Risiko Tinggi, adalah mencakup Kelengkapan Fasilitas K3
pekerjaan konstruksi yang Untuk menjamin Keselamatan dan
pelaksanaannya berisiko sangat Kesehatan Kerja dapat berlangsung dengan baik
membahayakan keselamatan perlu diperhatikan fasilitas-fasilitas standar yang
umum, harta benda, jiwa manusia mendukung kegiatan dapat berjalan dengan
dan lingkungan serta aman. Alat Perlindungan Diri (APD) standar
terganggunya kegiatan konstruksi seperti helm proyek, sepatu pelindung, pelindung
b) Risiko Sedang, adalah mencakup mata, masker dan pelindung telinga. Selain
pekerjaan konstruksi yang pakaian pelindung tersebut, pemasangan papan-
pelaksanaannya dapat berisiko papan peringatan, rambu lalu lintas, ketentuan
membahayakan keselamatan atau peraturan pengunaan peralatan yang sesuai
umum, harta benda dan jiwa dengan fungsinya dan ketentuan-ketentuan yang
manusia serta terganggunya membuat lokasi kegiatan aman dan di dukung
kegiatan konstruksi oleh personil yang menangani setiap kegiatan
c) Risiko Kecil, adalah mencakup menguasai operasional akan menjamin
pekerjaan konstruksi yang keselamatan dan kesehatan kerja dapat
pelaksanaannya tidak berlangsung baik. Fasilitas pendukung
membahayakan keselamatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja merupakan
umum dan harta benda serta hal yang pokok selain perencanaan, pelatihan,
terganggunya kegiatan konstruksi dan pengawasan. Fasilitas yang dimaksud disini
4. Kinerja penerapan penyelenggaraan meliputi fasilitas yang berada di sekitar proyek
SMK3 Konstruksi Bidang Pekerjaan dan yang melekat pada diri pekerja.
Umum dibagi mencapai 3 (tiga),
yaitu: Hipotesis
a. Baik, bila mencapai hasil 1. Tingkat pelaksanaan Sistem Manajemen
penilaian >85%; Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada
b. Sedang, bila mencapai hasil proyek risiko tinggi termasuk dalam
penilaian 60% - 85%; kategori sedang, dengan kisaran kinerja
c. Kurang, bila mencapai hasil sekitar 80%.
penilaian <60%. 2. Tingkat ketersediaan dan kelayakan
5. Dalam rangka penyelenggaraan fasilitas-fasilitas pendukung keselamatan
SMK3 Konstruksi Bidang Pekerjaan kerja pada proyek risiko tinggi termasuk
Umum harus dibuat Rencana dalam kategori sedang dengan kisaran
Keselamatan dan Kesehatan Kerja kinerja sekitar 80%.
Kontrak (RK3K) oleh penyedia jasa 3. Tingkat pelaksanaan Sistem Manajemen
dan disetujui oleh pengguna jasa. Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada
6. Di tempat kerja harus selalu terdapat proyek risiko sedang termasuk dalam
pekerja yang sudah terlatih dan/atau

101
Yanuar Kurniawan / Scaffolding 4 (1) (2015)

kategori sedang, dengan kisaran kinerja K3 pada proyek. Item dinyatakan “tidak layak”
sekitar 80%. jika item yang dimaksud mengalami kerusakan,
4. Tingkat ketersediaan dan kelayakan item dinyatakan “tidak lengkap” jika item
fasilitas-fasilitas pendukung keselamatan tersebut jumlahnya tidak memenuhi jumlah
kerja pada proyek risiko sedang pekerja di proyek terkait.
termasuk dalam kategori sedang dengan Validasi dengan expert judgement yaitu
kisaran kinerja sekitar 80%. dengan dikonsultasikan kepada pembimbing.

METODE PENELITIAN HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Jenis Penelitian, Tempat dan Waktu Pelaksanaan SMK3


Penelitian, Teknik Pengumpulan Data Untuk proyek konstruksi risiko tinggi
Metode penelitian yang dilakukan dalam mendapatkan hasil sebesar 83,43%, karena saat
penelitian ini adalah menggunakan metode dilakukan penelitian ini pada proyek tersebut
kuantitatif dengan cara observasi langsung di untuk kesadaran pekerja dalam mematuhi K3
lapangan, metode ini lebih cenderung pada hasil sudah terlihat tertib selain itu dari pihak
yang deskriptif. Penelitian ini akan mengamati pengelola proyek juga tegas dalam menindak
pelaksanaan Sistem Manajemen Keselamatan pekerja yang tidak mematuhi peraturan K3 di
dan Kesehatan Kerja (SMK3) pada sebuah tempat kerja tersebut. Namun untuk proyek
proyek, selain itu juga mengamati kelengkapan konstruksi risiko sedang mendapatkan hasil
fasilitas pada proyek tersebut. sebesar 42,12%, karena saat dilakukan penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Kota ini pada proyek tersebut untuk kesadaran pekerja
Semarang yang merupakan salah satu kota dalam mematuhi K3 sama sekali tidak ada
berkembang di Indonesia. Penelitian dilakukan bahkan terkesan tidak peduli selain itu dari pihak
antara bulan September 2014 – Desember 2014 pengelola proyek juga tidak bertindak tegas
dengan objek 5 proyek di Kota Semarang dalam penanganan K3.
diantaranya 3 proyek risiko tinggi dan 2 proyek
risiko sedang. Kelengkapan Fasilitas K3
Teknik pengumpulan data yang dilakukan Penelitian mengenai kelengkapan fasilitas
dalam penelitian ini adalah observasi dan untuk K3 pada proyek risiko tinggi mendapatkan hasil
pengambilan sampel di lapangan dilakukan sebesar 75%, karena saat dilakukan penelitian ini
secara purposive. Pengambilan sampel secara masih ada beberapa proyek yang kurang
purposive adalah cara penarikan sampel yang melengkapi rambu-rambu untuk K3 dan juga,
dilakukan memilih subjek berdasarkan kriteria ada beberapa proyek dengan APD seadanya yang
spesifik yang ditetapkan peneliti. disediakan pengelola untuk tamu maupun
pekerja proyek tersebut. Namun penelitian
Instrumen Penelitian mengenai kelengkapan fasilitas K3 pada proyek
Instrumen dalam penelitian ini risiko sedang mendapatkan hasil sebesar 30%,
menggunakan instrumen yang telah ditetapkan karena saat dilakukan penelitian ini masih ada
dari peraturan menteri PU No. 9 tahun 2008. proyek yang tidak melengkapi rambu-rambu
Dan di dalam intrumen itu berisi tentang untuk K3 dan juga, pada proyek ini pihak
peraturan-peraturan yang harus dilaksanakan pengelola tidak menyediakan APD untuk tamu
dalam pelaksanaan SMK3. maupun pekerja proyek tersebut.
Instrumen untuk penelitian kelengkapan
fasilitas Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Pembahasan
pada proyek konstruksi menggunakan skala likert Pada penelitian ini dapat dikatakan bahwa
dengan angka skala 1 sampai 5. Item dinilai beberapa kontraktor masih belum memenuhi
berdasarkan ketersediaan kelengkapan fasilitas penerapan SMK3 pada proyek terutama di

102
Yanuar Kurniawan / Scaffolding 4 (1) (2015)

proyek risiko sedang, hal ini dikarenakan alokasi memiliki angka kisaran sebesar 75%.
biaya K3 yang minim dan kurang pahamnya Angka ini dikategorikan SEDANG
kontraktor mengenai K3, akan tetapi untuk dalam hal kelengkapan fasilitas K3 di
proyek risiko tinggi sudah menerapkan SMK3 proyek.
dengan baik walaupun masih ada beberapa 4. Dilihat dari kelengkapan fasilitas K3
kekurangan pada kelengkapan fasilitas K3. yang tersedia pada proyek risiko
Penelitian ini selaras dengan penelitian yang sedang memiliki angka kisaran sebesar
dilakukan oleh Dwi Friska G. Naibaho yang 30%. Angka ini dikategorikan BURUK
menyebutkan bahwa tingkat kepatuhan dalam hal kelengkapan fasilitas K3 di
kontraktor dalam penerapan SMK3 masih belum proyek.
merata hal ini disebabkan karena kurang
pahamnya kontraktor terhadap penerapan DAFTAR PUSTAKA
peraturan-peraturan K3 konstruksi Indonesia,
minimnya alokasi biaya K3, dan lain-lain. Endroyo, Bambang. 1989. Keselamatan Kerja Untuk
Pada penelitian ini untuk proyek risiko Teknik Bangunan. IKIP Semarang
tinggi juga selaras dengan penelitian yang Press:Semarang
Endroyo, Bambang. 2009. Keselamatan Konstruksi:
dilakukan oleh Ade Setiawan, dkk karena dia
Konsepsi Dan Regulasi. Jurusan Teknik Sipil
menyebutkan bahwa pelaksanaan SMK3 pada
Unnes:Semarang
proyek Hotel Ibis Padang yang termasuk dalam Endroyo, Bambang. 2013. Model Pembelajaran
proyek risiko tinggi berjalan dengan baik karena Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Berbasis
kegiatan K3 di proyek tersebut berjalan sesuai Industri Pada Pendidikan Tinggi Vokasi Bidang
dengan prosedur manajemen yang ada, akan Teknik Sipil. Universitas Negeri
tetapi hasil penelitian ini untuk proyek risiko Yogyakarta:Yogyakarta
sedang tidak selaras dengan penelitian Ade Hamidi. 2010. Metode Penelitian dan Teori Komunikasi.
Setiawan, dkk karena untuk proyek risiko sedang UMM Press:Malang
Mardalis. 2008. Metode Pendekatan (suatu pendekatan
penerapan K3 masih buruk.
proposal). Bumi Aksara:Jakarta
Naibaho, Dwi Friska G. 2012. Evaluasi Kepatuhan
PENUTUP Kontraktor Terhadap Penerapan Peraturan-
Peraturan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pada
Simpulan Bangunan Instalasi.
Kesimpulan yang dapat diambil pada Paulus Tarigan, Simon dkk. 2013. Analisis Tingkat
penelitian tentang tingkat pelaksanaan Sistem Penerapan Program Keselamatan Kesehatan Kerja
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Dengan pendekatan SMK3 dan Risk
Assessment di PT “XYZ. Universitas Sumatera
(SMK3) pada proyek konstruksi di kota
Utara:Medan
Semarang adalah:
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 9 Tahun
1. Tingkat pelaksanaan SMK3 pada 2008
proyek risiko tinggi memiliki angka Peraturan Pemerintah No. 5 Tahun 2012
rata-rata sebesar 83,43%. Angka ini Ramli, Soehatman. 2013. Smart Safety Panduan
dikategorikan SEDANG dalam hal Penerapan SMK3 yang efektif. Dian
pelaksanaan SMK3 di proyek. Rakyat:Jakarta
2. Tingkat pelaksanaan SMK3 pada Setiawan, Ade dkk. Pelaksanaan Sistem Manajemen
proyek risiko sedang memiliki angka Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) Pada
Proyek Pembangunan Hotel Ibis Padang Sumatera
rata-rata sebesar 42,12%. Angka ini
Barat. Universitas Bung Hatta:Padang
dikategorikan BURUK dalam hal
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Penerbit
pelaksanaan SMK3 di proyek.
Alfabeta:Bandung
3. Dilihat dari kelengkapan fasilitas K3
yang tersedia pada proyek risiko tinggi

103

Anda mungkin juga menyukai