Scaffolding
http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/scaffolding
Yanuar Kurniawan
Abstract
___________________________________________________________________
Developments in Indonesia, particularly in Semarang, has allowed many contractors to compete in establishing
a project. However, nowadays, numbers of contractor override Occupational Health and Safety (K3) at
construction project. This study is to acknowledge the level of implementation of occupational health and safety
management system at construction project. By using quantitative study method with observation, the result of
this study tends to be more descriptive. This study used purposive sampling technique. The instrument used in
this study was the instrument from the ministry regulation PU No. 9 tahun 2008. The result of the study shows
that the level of SMK3 at the high risk construction projects is 83,43%. While the level of SMK3 at the high risk
construction projects is 42,12%. In addition, the provision of K3 facilities at the high risk projects is 75%. While
the provision of K3 facilities at the medium risk projects is 30%.
Alamat korespondensi: ISSN 2252-682X
Gedung E3 Lantai 2 FT Unnes
Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang, 50229
Email: tekniksipil@unnes.ac.id
98
Yanuar Kurniawan / Scaffolding 4 (1) (2015)
PENDAHULUAN
99
Yanuar Kurniawan / Scaffolding 4 (1) (2015)
untuk menciptakan suasana kerja yang aman dan tujuan keselamatan kerja tidak mungkin dapat
tentram bagi para karyawan yang bekerja di dicapai secara maksimal.
perusahaan yang bersangkutan. Adapun sasaran keselamatan kerja secara
terinci adalah:
Kecelakaan Kerja 1. Mencegah terjadinya kecelakaan di
Pekerjaan-pekerjaan teknik bangunan tempat kerja
banyak berhubungan dengan alat, baik yang 2. Mencegah timbulnya penyakit akibat
sederhana sampai yang rumit, dari yang ringan kerja
sampai alat-alat berat sekalipun. Sejak revolusi 3. Mencegah/mengurangi kematian
industri sampai sekarang, pemakaian alat-alat akibat kerja
bermesin sangat banyak digunakan. 4. Mencegah atau mengurangi cacat tetap
Pada setiap kegiatan kerja, selalu saja ada 5. Mengamankan material, konstruksi,
kemungkinan kecelakaan. Kecelakaan selalu pemakaian, pemeliharaan bangunan-
dapat terjadi karena berbagai sebab. Yang bangunan, alat-alat kerja, mesin-mesin,
dimaksudkan dengan kecelakaan adalah kejadian pesawat-pesawat, instalasi-instalasi
yang merugikan yang tidak terduga dan tidak 6. Meningkatkan produktivitas kerja
diharapkan dan tidak ada unsur kesengajaan. tanpa memeras tenaga kerja dan
Kecelakaan kerja dimaksudkan sebagai menjamin kehidupan produktifnya
kecelakaan yang terjadi di tempat kerja, yang 7. Mencegah pemborosan tenaga kerja,
diderita oleh pekerja dan atau alat-alat kerja modal, alat dan sumber-sumber
dalam suatu hubungan kerja. produksi lainnya sewaktu kerja
Kecelakaan kerja dapat disebabkan oleh 8. Menjamin tempat kerja yang sehat,
dua golongan penyebab (Bambang Endroyo, bersih, nyaman, dan aman sehingga
1989): dapat menimbulkan kegembiraan
1. Tindakan perbuatan manusia yang tidak semangat kerja
memenuhi keselamatan (unsafe human acts). 9. Memperlancar, meningkatkan dan
2. Keadaan-keadaan lingkungan yang mengamankan produksi, industri serta
tidak aman (unsafe condition) pembangunan.
Walaupun manusia telah berhati-hati, Kesemuanya itu menuju pada peningkatan
namun apabila lingkungannya tidak menunjang taraf hidup dan kesejahteraan umat manusia
(tidak aman), maka kecelakaan dapat pula (Bambang Endroyo, 1989).
terjadi. Begitu pula sebaliknya. Oleh karena
itulah diperlukan pedoman bagaimana bekerja Peraturan Mengenai Sistem Manajemen
yang memenuhi prinsip-prinsip keselamatan. Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Pada bab 3 peraturan menteri PU nomor 9
Keselamatan Kerja tahun 2008 pasal 4 dijelaskan tentang ketentuan
Keselamatan kerja adalah usaha-usaha penyelenggaraan sistem manajemen keselamatan
yang bertujuan untuk menjamin keadaan, dan kesehatan kerja di bidang konstruksi, adapun
keutuhan dan kesempurnaan tenaga kerja (baik ketentuannya sebagai berikut:
jasmaniah maupun rohaniah), beserta hasil 1. Kegiatan jasa konstruksi yang
karyanya dan alat-alat kerjanya di tempat kerja. dilaksanakan oleh pengguna
Usaha-usaha tersebut harus dilaksanakan oleh jasa/penyedia jasa terdiri dari jasa
semua unsur yang terlibat dalam proses kerja, pemborongan, jasa konsultasi dan
yaitu pekerja itu sendiri, pengawas/kepala kegiatan swakelola yang aktifitasnya
kelompok kerja, perusahaan, pemerintah, dan melibatkan tenaga kerja dan
masyarakat pada umumnya. Tanpa ada peralatan kerja untuk keperluan
kerjasama yang baik dari semua unsur tersebut pelaksanaan pekerjaan fisik di
lapangan wajib menyelenggarakan
100
Yanuar Kurniawan / Scaffolding 4 (1) (2015)
101
Yanuar Kurniawan / Scaffolding 4 (1) (2015)
kategori sedang, dengan kisaran kinerja K3 pada proyek. Item dinyatakan “tidak layak”
sekitar 80%. jika item yang dimaksud mengalami kerusakan,
4. Tingkat ketersediaan dan kelayakan item dinyatakan “tidak lengkap” jika item
fasilitas-fasilitas pendukung keselamatan tersebut jumlahnya tidak memenuhi jumlah
kerja pada proyek risiko sedang pekerja di proyek terkait.
termasuk dalam kategori sedang dengan Validasi dengan expert judgement yaitu
kisaran kinerja sekitar 80%. dengan dikonsultasikan kepada pembimbing.
102
Yanuar Kurniawan / Scaffolding 4 (1) (2015)
proyek risiko sedang, hal ini dikarenakan alokasi memiliki angka kisaran sebesar 75%.
biaya K3 yang minim dan kurang pahamnya Angka ini dikategorikan SEDANG
kontraktor mengenai K3, akan tetapi untuk dalam hal kelengkapan fasilitas K3 di
proyek risiko tinggi sudah menerapkan SMK3 proyek.
dengan baik walaupun masih ada beberapa 4. Dilihat dari kelengkapan fasilitas K3
kekurangan pada kelengkapan fasilitas K3. yang tersedia pada proyek risiko
Penelitian ini selaras dengan penelitian yang sedang memiliki angka kisaran sebesar
dilakukan oleh Dwi Friska G. Naibaho yang 30%. Angka ini dikategorikan BURUK
menyebutkan bahwa tingkat kepatuhan dalam hal kelengkapan fasilitas K3 di
kontraktor dalam penerapan SMK3 masih belum proyek.
merata hal ini disebabkan karena kurang
pahamnya kontraktor terhadap penerapan DAFTAR PUSTAKA
peraturan-peraturan K3 konstruksi Indonesia,
minimnya alokasi biaya K3, dan lain-lain. Endroyo, Bambang. 1989. Keselamatan Kerja Untuk
Pada penelitian ini untuk proyek risiko Teknik Bangunan. IKIP Semarang
tinggi juga selaras dengan penelitian yang Press:Semarang
Endroyo, Bambang. 2009. Keselamatan Konstruksi:
dilakukan oleh Ade Setiawan, dkk karena dia
Konsepsi Dan Regulasi. Jurusan Teknik Sipil
menyebutkan bahwa pelaksanaan SMK3 pada
Unnes:Semarang
proyek Hotel Ibis Padang yang termasuk dalam Endroyo, Bambang. 2013. Model Pembelajaran
proyek risiko tinggi berjalan dengan baik karena Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Berbasis
kegiatan K3 di proyek tersebut berjalan sesuai Industri Pada Pendidikan Tinggi Vokasi Bidang
dengan prosedur manajemen yang ada, akan Teknik Sipil. Universitas Negeri
tetapi hasil penelitian ini untuk proyek risiko Yogyakarta:Yogyakarta
sedang tidak selaras dengan penelitian Ade Hamidi. 2010. Metode Penelitian dan Teori Komunikasi.
Setiawan, dkk karena untuk proyek risiko sedang UMM Press:Malang
Mardalis. 2008. Metode Pendekatan (suatu pendekatan
penerapan K3 masih buruk.
proposal). Bumi Aksara:Jakarta
Naibaho, Dwi Friska G. 2012. Evaluasi Kepatuhan
PENUTUP Kontraktor Terhadap Penerapan Peraturan-
Peraturan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pada
Simpulan Bangunan Instalasi.
Kesimpulan yang dapat diambil pada Paulus Tarigan, Simon dkk. 2013. Analisis Tingkat
penelitian tentang tingkat pelaksanaan Sistem Penerapan Program Keselamatan Kesehatan Kerja
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Dengan pendekatan SMK3 dan Risk
Assessment di PT “XYZ. Universitas Sumatera
(SMK3) pada proyek konstruksi di kota
Utara:Medan
Semarang adalah:
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 9 Tahun
1. Tingkat pelaksanaan SMK3 pada 2008
proyek risiko tinggi memiliki angka Peraturan Pemerintah No. 5 Tahun 2012
rata-rata sebesar 83,43%. Angka ini Ramli, Soehatman. 2013. Smart Safety Panduan
dikategorikan SEDANG dalam hal Penerapan SMK3 yang efektif. Dian
pelaksanaan SMK3 di proyek. Rakyat:Jakarta
2. Tingkat pelaksanaan SMK3 pada Setiawan, Ade dkk. Pelaksanaan Sistem Manajemen
proyek risiko sedang memiliki angka Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) Pada
Proyek Pembangunan Hotel Ibis Padang Sumatera
rata-rata sebesar 42,12%. Angka ini
Barat. Universitas Bung Hatta:Padang
dikategorikan BURUK dalam hal
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Penerbit
pelaksanaan SMK3 di proyek.
Alfabeta:Bandung
3. Dilihat dari kelengkapan fasilitas K3
yang tersedia pada proyek risiko tinggi
103