Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PERAWAT PEREMPUAN
DALAM PELAYANAN KESEHATAN
(Studi deskriptif kualitatif tentang Kesetaraan Gender Antara Perawat Laki-laki
dan Perawat Perempuan dalam Pelayanan Kesehatan di Rumah Sakit Soeradji
Tirtonegoro Klaten )
Oleh :
Guntur Prayoga
D 0302030
SOSIOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL & ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
2009
PERSETUJUAN
Menyetujui,
Pembimbing :
ii
PENGESAHAN
Hari :
Tanggal :
Tim Penguji
Dekan
iii
MOTTO
Sajak Air
Dengan karakternya yang teduh, jernih dan bening.
”Air tetap mampu menjinakkan panasnya jilatan api yang berkobar sebesar
apapun”
Air menyulam wajah untuk tegar dalam segala bentuk.
”Dan ketegaran itu adalah bentuk kesabaran tak kenal henti dari air dalam
mempertahankan prinsipnya di berbagai kondisi”
Dalam air terkandung sifat-sifat kebebasan nan dinamis.
”Dia sanggup menerima perubahan tanpa harus takut kehilangan jati dirinya”
Air punya arah yang jelas untuk maju.
”Celah sejentik kukupun tetap mampu dijadikannya ruang untuk terus
mengalir sampai pada titik pemberhentian terakhirnya”
(Anonim)
iv
PERSEMBAHAN
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya karena hanya dengan Rahmat dan Ridho-Nya lah penulis
dapat menyelesaikan sebuah karya sederhana ini sekaligus guna memperoleh gelar
Sarjana. Banyak Hambatan dan Rintangan dalam menyusun skripsi dengan judul
Klaten ) namun berkat dukungan dan semangat yang telah diberikan oleh
keluarga, teman, sahabat dan para dosen karya ini dapat terselesaikan.
Karya ini dapat terselesaikan bukan tanpa bantuan dan dukungan dari
berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan
1. Drs. Supriyadi SN, SU selaku Dekan FISIP UNS yang telah memberikan ijin
melakukan penelitian.
2. Dra. Hj. Trisni Utami, M.Si selaku ketua jurusan Sosiologi FISIP UNS.
3. Dra. Hj. Trisni Utami, M.Si selaku dosen pembimbing yang sudah bersabar
vi
4. Dra. Hj. Trisni Utami, M.Si selaku Pembimbing Akademik yang telah
studi.
5. Bapak - Ibu Dosen dan staf Sosiologi FISIP UNS yang telah berkenan
telah mambantu.
6. Bapak “Mulyadi, BA” dan Ibu “Pratiwi, BA” yang selalu bersabar untuk
8. Prof. Dr. H. Arif Faisal, Sp. Rad (K), DHSM selaku direktur Rumah Sakit
9. Ibu Hj. Endang Wuryaningsih, AMK, SPd selaku kepala perawat Rumah
11. Teman-teman Sosiologi 2002 : Lilik, Sigit, Rofi, Beni, Yuni, Laili, Monik.
all” , mbak Memy, mas Harun, mas Kris, mbak Mima, Haris, Yanu, Peni,
Rini, Dimas, Ageng dan anggota lainnya, yang tidak dapat penulis sebutkan
vii
13. Dan pihak-pihak lain yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu
penyusun mengharapkan saran dan kritik dari pembaca sekalian. Semoga karya ini
Guntur Prayoga
viii
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ...................................................................................................... xv
1. Peran................................................................................... 7
ix
5. Kesetaraan Gender ............................................................ 16
6. Perawat............................................................................... 17
x
2. Prinsip Etika Keperawatan................................................... 53
KESEHATAN ......................................................................... 62
BAB V PENUTUP..................................................................................... 98
A. KESIMPULAN ....................................................................... 98
xi
3. Implikasi Praktis .............................................................. 104
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.3 Pegawai Pemerintah Kabupaten Klaten Menurut Unit Kerja Dan
Jenis Kelamin................................................................................. 40
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
1. Pedoman Wawancara
2. Hasil Wawancara
7. Kwitansi
xiv
ABSTRAK
xv
ABSTRACT
Guntur Prayoga.D0302030. 2009. The equal gender between male and female
nurse in healthy service. Research paper. Sociology Department. Social and
politic faculty Sebelas Maret University of Surakarta.
This Research is the descriptive qualitative research which is describintg
the role of the male and female nurse in healthy service at RSUP Dr. Soeradji
tirtonegoro Klaten also describing and gender analyze to the nurse’s role in
healthy service.
The sample of this research was taken by using purposive technique
sampling. In collecting data, the writer uses interview and document. The
respondents of this research are ten nurses (six female nurses and four male
nurses) and four patients (female and three male patients). While, for the validity
of the data uses triangulatuion source.
The result of this research based on the primary and secondary data, it can
be seen: first, marginalization of the role of women in public because the power
relationship which was built and expended in the nurse proffesion is a proffesion
in which it is more suitable for woman rather than for man. Second: viewed from
the proffesion as healthy service. There is no difference of gender’s role. The duty
such as there is in law and the erthics nurse code. There is no difference duty of
the nurse based on the gender. However, in practice the duty in healty service do
flexibility where is the difference of gender still appear, such as when taking a
bath for the patient, removed the patient and etc. It is happen because the cultures
value and moral factor that believed by society. From service side, a half of
patients still believe that the woman is more flexibility in doing the nurse duty.
Third : marginalization process makes stereotype in which nurse proffesion is the
women’s job hampered to the Institute Structure. The structure at RSUP Soeradji
Tirtonegoro Klaten, the woman is considered more capable to do the nurse’s duty.
It can be seen in Institute structure in which it is dominated by woman. From the
amount of the nurse, also it can be seen which the female nurse is more than male
nurse.
xvi
BAB I
PENDAHULUAN
kebutuhan akan kesehatan, selain kebutuhan akan sandang, pangan dan papan.
Penting artinya kebutuhan kesehatan bisa dipenuhi oleh manusia untuk dapat
xvii
Dalam pelaksanaan upaya kesehatan banyak melibatkan instansi baik itu
pemerintah maupun swasta. Selama ini telah dibangun berbagai sarana dan
perusahaan farmasi, apotek 24 jam dan lain sebagainya. Namun biaya untuk
rumah sakit pemerintah yang ada di Klaten turut membantu upaya kesehatan
dan rujukan kesehatan secara terpadu. Rumah sakit sebagai pemberi pelayanan
pelayanan dari segi kualitas, stratifikasi sosial dan juga perbedaan jenis
xviii
kelamin. Pola pelayanan kesehatan masih menganggap pasien hanya sebagai
obyek pelayanan.
Perawat sebagai salah satu komponen yang penting di dalam rumah sakit
emosi. Sebelum menjadi perawat pun sudah dibekali dengan pendidikan cara-
menjadi tertarik untuk menjadi perawat dengan ikut melaksanakan tugas yang
xix
Tabel 1.1 Data Perawat Laki-Laki dan Perempuan menurut Tingkat
Pendidikan di RS. Soeradji Tirtonegoro Klaten, Data Per Februari 2007
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa komposisi Perawat Laki-laki masih
laki-laki dan 66,04% untuk perawat perempuan. Dengan jumlah perawat yang
masih relatif lebih kecil dibanding perawat perempuan itulah sebabnya kenapa
juga akan mengurangi stigma negatif di lingkungan perawat. Sosok jati diri
xx
feminis. Melalui pemberian kesempatan itulah perawat laki-laki akan
B. PERUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN PENELITIAN
Adapun tujuan yang ingin dicapai penulis dari penelitian ini adalah :
xxi
2. Untuk mengetahui pelayanan yang diberikan oleh perawat RSUP Soeradji
masyarakat.
D. KEGUNAAN PENELITIAN
penelitian , hasil dari penelitian ini dapat berguna untuk menambah wacana
kebijakan bagi pihak rumah sakit dalam pembagian peran dan tugasnya,
profesionalismenya.
xxii
E. TELAAH PUSTAKA
1. Peran
(Soekamto,1985:400)
pribadi.
xxiii
masing anggotanya menjalankan sejumlah perilaku yang diharapkan
lingkungan tersebut.
dalam organisasi rumah sakit, baik itu dalam program kerja organisasi ,
2. Konsep Gender
xxiv
Misalnya, perempuan lebih dikenal dengan sifat lemah lembut, keibuan,
sifat-sifat tertentu.
konstruksi sosial, seorang laki-laki harus memiliki sifat kuat. Maka kaum
xxv
psikis hingga pada akhirnya ada kesulitan untuk membedakan apakah
sifat-sifat tersebut merupakan sifat dasar manusia atau hasil dari proses
konstruksi sosial.
merupakan konsep yang saling terhubung secara inheren satu dengan yang
laki laki dan perempuan. Karakteristik biologis ini tidak saling terlepas
satu sama lain sepenuhnya karena ada individu yang memiliki keduanya
dan sebenarnya keduanya tidak saling terlepas satu sama lain tetapi
xxvi
merupakan satu continuum. Karakteristik ini dapat membedakan manusia
atas laki laki dan perempuan (Coleman, 2007). Bila sex merupakan
bagaimana kita berpikir, apa yang kita yakini tentang apa yang boleh (bisa
dilakukan) atau tidak boleh (tak bisa dilakukan) terkait dengan konsep
norma sosial yang sangat kuat berpengaruh. Peran Gender diperkuat oleh
lain lain.
xxvii
perkembangan yang terjadi di masyarakat. Seperti yang terungkap dalam
In the past, gender was conflated with biological sex, we can now
think in terms of gender construction and re-construction. Simone de
Beauvoir first hit on this in her seminal work, The Second Sex (1949)
which critiques the hierarchical binary structure of gender
organisation of her generation. In her thesis that ` a woman is not
born, she is made', she paved the way for a re-thinking of gender
spaces, roles, ideologies, values, beliefs and behaviour. Gender has
come to be thought of not as essentially given, but as socially and
culturally constructed, not as hierarchical and fixed but as equitable
and fluid.
(Professor Keng Chua, Centre for Media Communications and
1) Marginalisasi
kebiasaan.
xxviii
2) Subordinasi
3) Stereotype
4) Kekerasan
5) Beban Ganda
xxix
3. Orientasi Peran Gender
yang berbeda. Gender berkaitan dengan posisi perempuan dan laki laki
konsep, karena dirasakan banyak sifat yang berada dalam domain feminin
dan domain maskulin tidak berhubungan satu dengan yang lainnya (sifat
domain feminin dan domain maskulin pun tidak perlu memiliki korelasi
xxx
Spence & Helmreich menyatakan bahwa karakteristik
antara lain adalah emosional, suka menolong orang lain serta memahami
harus bekerja, maka apa yang dikerjakannya di luar rumah tidak jauh dari
masih ada pendapat bahwa tabu hukumnya bagi kaum perempuan untuk
Perbedaannya terletak pada lokasi kerja, yaitu di luar rumah, dan dengan
xxxi
tradisionalnya dan lebih terlibat pada kehidupan publik, bahkan berada di
tampuk kepemimpinan.
dalamnya (Vianello, 1990). Hal ini menunjukkan bahwa kini dunia kerja
jenis kelamin. Mungkin jika kita ingin menganalisa lebih jauh lagi, secara
maskulin dalam diri tiap manusia walaupun masih ada keterikatan dengan
5. Kesetaraan Gender
semakin kuat interpretasi orang bahwa perbedaan peran, posisi dan sifat
perempuan dan laki-laki adalah kodrat. Padahal baik peran posisi dan sifat
xxxii
Kesetaraan gender adalah suatu keadaan dimana terjadi kesetaraan
memiliki hak yang setara dalam berbagai bidang kehidupan sosial, politik
dan ekonomi. Keduanya memiliki hak yang setara dalam tanggung jawab
6. Perawat
xxxiii
kesehatan serta membantu orang dengan cara sebaik mungkin masalah
1. Pengkajian
2. Diagnosa Keperawatan
3. Perencanaan
4. Implementasi
5. Evaluasi
7. Pelayanan Kesehatan
lain. Proses Kebutuhan melalui aktivitas orang lain yang langsung disebut
a. Pelayanan Barang
b. Pelayanan Administratif
c. Pelayanan Jasa
xxxiv
Pelayanan Kesehatan merupakan salah satu pelayanan jasa yang
kelamin tertentu.
1. Pelayanan Langsung
xxxv
Pelayanan langsung merupakan pelayanan yang berbentuk
adil terhadap perempuan dan laki-laki. Pada penelitian ini akan melihat
terhadap status sosial tertentu yang dimiliki oleh pasien baik itu dari
8. Landasan Teori
itu mempunyai makna atau arti subyektif bagi dirinya dan diarahkan
xxxvi
Penelitian ini mengacu pada disiplin ilmu sosiologi. Sosiologi
mempelajari:
sebagainya)
dilihat dari sudut hubungan antar manusia, dan proses yang timbul dari
mengatakan bahwa masyarakat ialah suatu sistem dari kebiasaan dan tata
xxxvii
pertama, konsep tindakan sosial, kedua konsep tentang penafsiran dan
pemahaman.
hubungan sosial itu, Weber mengemukakan lima ciri pokok yang menjadi
subyektif.
secara diam-diam.
oleh Hinkle dengan merujuk karya Mac Iver, Znaniecki, dan Parsons
sebagai berikut:
xxxviii
2) Sebagai subyek manusia bertindak atau berperilaku untuk
tujuan.
tujuan tersebut.
xxxix
Sesudah itu dilaksanakan orang dapat menentukan secara obyektif
3) Tindakan Tradisional
4) Tindakan Afektif
(Johnson,1986:219-222)
xl
a. Sasaran pembangunan sebagai kesejahteraan manusia
c. Analisis institusional
Soeradji Tirtonegoro.
xli
F. METODE PENELITIAN
1. Jenis penelitian
melakukan hipotesa.
2. Lokasi Penelitian
kesehatan.
xlii
c. Secara historis Klaten dekat dengan keraton baik itu Surakarta
kehidupan masyarakat.
meliputi :
a. Data Primer
Perawat Laki-Laki
Warsana
Joko Mulyono
Bapak Agus
Jarot
Perawat Perempuan
Ibu Puji
xliii
Ibu Tri Maryanti
Ibu Suyatun
Fitri Nuraini
Tatik Handayani
Sri Wahyudati
b. Data Sekunder
dari sumbernya. Dalam penelitian ini sumber data sekunder yang kami
xliv
perawat, terutama yang berkaitan dengan sikap, pandangan dan
b) Dokumentasi
perawat.
bangunannya dan untuk menggali informasi yang akan menjadi dasar dari
xlv
6. Validitas Data
kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang
dengan jalan :
pemerintah.
Moleong,1998:195)
xlvi
7. Teknik Analisa Data
dan menguraikan data ke dalam pola kategori dalam satu uraian dasar,
disarankan oleh data. Analisis data terdiri dari tiga komponen yang terjadi
dalam proses bersamaan, yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan
kesimpulan.
Pengumpulan Data
Penarikan Kesimpulan
Keterangan :
a. Reduksi Data
xlvii
sejak peneliti mengambil keputusan tentang kerangka kerja yang
b. Penyajian Data
suatu penyajian data, peneliti akan dapat mengerti apa yang terjadi dan
c. Penarikan Kesimpulan
Dari pengumpulan data peneliti telah mengerti tentang apa arti dari
xlviii
bergerak di antara ke empat sumbu kumparan itu selama pengumpulan
xlix
BAB II
DESKRIPSI LOKASI
Ada dua versi yang menyebut tentang asal muasal nama Klaten.
Versi pertama mengatakan bahwa Klaten berasal dari kata kelati atau buah
Melati kemudian berubah menjadi Mlati. Berubah lagi jadi kata Klati,
Versi ke dua ini atas dasar kata-kata orangtua sebagaimana dikutip dalam
buku Klaten dari Masa ke Masa yang diterbitkan Bagian Ortakala Setda
Melati adalah nama seorang kyai yang pada kurang lebih 560 tahun
yang lalu datang di suatu tempat yang masih berupa hutan belantara. Kyai
Melati Sekolekan, nama lengkap dari Kyai Melati, menetap di tempat itu.
l
Melati Sekolekan. Sekolekan kemudian berkembang menjadi Sekalekan,
Kyai Melati dikenal sebagai orang berbudi luhur dan lagi sakti.
tinggalnya.
li
samping Kabupaten itu menjalankan fungsi pemerintahan, ditugaskan pula
Panata Gama VII]], Senin Legi 23 Jumadikir Tahun Dal 1775 atau 5 Juni
[[Sragen]].
kota Klaten berdiri. Selama ini kegiatan peringatan tentang Klaten diambil
dari hari jadi pemerintah Kab Klaten, yang dimulai dari awal terbentuknya
110o45' Bujur Timur dan 7o30'-7o45’ Lintang Selatan. Kota Klaten berada
lii
pada dataran rendah dengan didukung banyaknya sumber mata air maka
disamping penghasil Kapur,. Batu kali dan pasir yang berasal dari Gunung
Merapi.
yaitu 3,72% terletak di ketinggian 0-100 meter dari permukaan air laut.
77,52% terletak di ketinggian 100-500 meter dari permukaan air laut dan
udara rata-rata 28-30o Celsius dengan kecepatan angin rata-rata sekitar 153
1.955 jiwa per kilometer persegi. Dari 26 Kecamatan yang ada, jumlah
liii
penduduk terbesar berada di wilayah kecamatan Trucuk 79.198 jiwa per
liv
Tabel 2.2 Penduduk Kota Klaten menurut jenis Kelamin :
jiwa terdiri dari 625.173 jiwa laki-laki dan 656.613 jiwa perempuan. Sex
orang laki-laki.
lv
Tabel 2.3 Pegawai Pemerintah Kabupaten Klaten Menurut Unit Kerja Dan Jenis
lvi
B. PROFIL RUSP Dr. SOERADJI TIRTONEGORO
terdiri dari perkebunan Tembakau, tebu dan rami. Saat itu Rumah Sakit
dikuasai oleh Jepang rumah Sakit ini dipimpin oleh Dr. Maeda dan Dr.
Suruta . Setelah Jepang kalah pada tahun 1945, rumah sakit ini di bawah
diganti menjadi Rumah Sakit Umum Tegalyoso Klaten, dipimpin oleh Dr.
Soenoesmo. Nama Rumah Sakit diambil dari nama desa dimana rumah
tenaga dokter asing antara lain Dr. Horner dan Dr. Bakker Yunior. Selama
masa itu semua karyawan RSU Tegalyoso Klaten diberi kesempatan untuk
lvii
menjadi Pegawai Negeri atau pindah ke rumah sakit Zending yang lain
Yunior.
Soemosoedirijo dan sejak tahun 1945 RSU Tegalyoso Klaten secara penuh
klaten.
a. Profil
lviii
4) Luas Lahan : 50.572 meter persegi
b. Visi
c. Misi :
terjangkau.
tinggi.
rumah sakit.
1. Tugas Pokok
lix
2. Fungsi
e. Tujuan
1. Keyakinan Dasar
lx
b. Kepuasan dan kesetiaan pasien adalah dasar kelangsungan
pelanggan
2. Nilai Dasar
b. Integritas
c. Keterbukaan
d. Profesionalisme
e. Kerendahatian
f. Kerja cerdas
g. Motto
h. Kebijakan Mutu
lxi
3) Poliklinik Spesialis Penyakit Dalam
7) Poliklinik USG
lxii
b) Fasilitas Pelayanan Rawat Inap
VIP/Instalasi Cendana : 41 TT
Kelas I : 17 TT
Kelas II : 64 TT
2) Radiologi
3) Laboratorium
4) Farmasi
5) Ambulance
8) Unit Hemodialisis
9) Unit CT Scanner
lxiii
14) Instalasi Tu Rawat Pasien
15) Kamtib
19) Kasir
a. Direktur
d. Bidang Pelayanan
e. Bidang Keperawatan
f. Bagian Sekretariat
lxiv
h. Bagian Keuangan
k. Instalasi-Instalasi
lxv
21. Dr. MHA/MARS - - - -
Jumlah Tenaga Medik 38 8 15 32 40 9
II Jumlah Psikolog 1 1 2 2
III Jumlah Apotheker 1 3 1 3 4
IV Jumlah Tenaga 45 38 43 53 27 50
Paramedik non
Keperawatan
V Jumlah Tenaga Perawat 120 105 122 169 127 247
VI Jumlah Tenaga Bidan 2 30 3 25 1 24
VII Jumlah Tenaga Non 130 100 124 101 115 103
Medik
VIII Jumlah Tenaga 10 46 15 60 23 60
Kontrak/Honorer
dimana seorang perawat selalu berpegang teguh terhadap kode etik sehingga
sosial.
lxvi
2) Perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan senantiasa
lxvii
c. Perawat dan masyarakat
dan ilegal.
profesi keperawatan
lxviii
2. PRINSIP-PRINSIP ETIKA KEPERAWATAN
a. Otonomi (Autonomy)
c. Keadilan (Justice)
lxix
perawat bekerja untuk terapi yang benar sesuai hukum, standar praktek
kesehatan.
e. Kejujuran (Veracity)
kebenaran pada setiap klien dan untuk meyakinkan bahwa klien sangat
lxx
f. Menepati janji (Fidelity)
kode etik yang menyatakan bahwa tanggung jawab dasar dari perawat
g. Karahasiaan (Confidentiality)
teman atau keluarga tentang klien dengan tenaga kesehatan lain harus
dihindari.
h. Akuntabilitas (Accountability)
seorang profesional dapat dinilai dalam situasi yang tidak jelas atau
lxxi
BAB III
BERPERSPEKTIF GENDER
kebutuhan dasar atau hak-hak dasar warga negara (publik). Ada tiga jenis
pelayanan publik
a. Pelayanan Barang
b. Pelayanan Administratif
c. Pelayanan Jasa
derajat kesehatannya.
lxxii
Menurut sistem Kesehatan Nasional, Rumah Sakit mempunyai fungsi
pengetahuan serta teknologi tepat guna, dengan biaya yang dapat dipikul oleh
perorangan".
pada mutu pengobatan dan tindakan medis yang dilakukan saja, tetapi juga
lxxiii
antaranya : tersedia (available), wajar (appropriate), berkesinambungan
besar. Hal ini mudah dipahami karena apabila pelayanan kesehatan yang
dengan membangun misi untuk menjadi rumah sakit yang berkualitas dan
membedakan kelas sosialnya, baik itu dari golongan miskin ataupun dari
Tirtonegoro :
Proses :
lxxiv
1. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, observasi,
c. Satus fisiologis-psikologis-sosial-spiritual
keperawatan
Proses :
lxxv
4. Melakukan pengkajian ulang dan merevisi diagnosis data terbaru.
Proses :
keperawatan.
kebutuhan klien.
STANDAR IV : Implementasi
keperawatan
klien
lxxvi
5. Menjadi koordinator pelayanan dan advokasi terhadap klien
STANDAR V : Evaluasi
Proses :
klien
perencanaan.
lxxvii
G. PERAN-PERAN PERAWAT DALAM PELAYANAN KESEHATAN
Perawat, sebagai salah satu profesi yang ada di rumah sakit yang
perilaku berupa nilai dan budaya. Proses interaksi ini tidak bisa dipisahkan
lxxviii
Dalam konteks keperawatan, kedua komponen tersebut memiliki
pengaruh terhadap kesehatan. Sehat dalam hal ini tidak hanya dipandang
sebagai suatu keadaan yang terbebas dari penyakit, namun lebih kepada
komunitas, baik sakit maupun sehat serta mencakup seluruh siklus hidup
1. Care Giver
kompleks.
lxxix
Perawat harus memperhatikan klien berdasarkan kebutuhan signifikan
2. Conselor
sehat sakitnya.
berinteraksi.
3. Education
lxxx
Nursalam juga menjabarkan peran perawat dengan singkatan CARE. Ia
berkomunikasi secara lengkap, akurat dan cepat dan harus didukung fakta
yang memadai.
harus bisa membangun kerjasama dengan teman sejawat dan tenaga kesehatan
lainnya.
R : Review. Prinsip utama dalam peran ini adalah moral dan etika
kesalahan yang bisa berakibat fatal bagi konsumen dan profesi keperawatan.
Karena itu, seorang perawat harus mampu menjaring berbagai informasi dan
senantiasa berkembang.
lxxxi
keluarga , kelompok dan masyarakat dalam upaya kesehatan, pencegahan
dituntut untuk memiliki komitmen kerja yang tinggi. Komitmen terdiri dari
tiga komponen. Keyakinan yang kuat terhadap nilai-nilai dan tujuan profesi,
profesinya.
“Latar Belakang keluarga saya itu kan kurang mampu. ”Saya sejak dari dulu
seneng jadi perawat dan suka melihat seorang perawat yang selalu membantu
orang lain dalam kesusahan, serta panggilan jiwa saya untuk selalu berbuat
pahala di dunia ini kan kata orang jawa urip nyang ndonyo ki gur mampir
ngombe alias seumur jagung” (Warsana)
Saya itu merasa terpanggil jiwanya untuk membantu sesama manusia yang
membutuhkan pertolongan, dalam keluarga saya itu sangat terbiasa dan di
didik untuk selalu menolong orang lain. Sedih saya kalau melihat penderitaan
orang lain dan mungkin ini yang mungkin saya bisa perbuat untuk sedikit
meringankan beban mereka, wis dianggep menghibur orang lain tentunya
sesuai dengan segala kemampuan yang kita miliki. Menjadi Perawat itu sudah
sejak kecil menjadi cita-cita yang saya impikan. (Ibu Puji )
Kalau saya ditanya kenapa saya memilih untuk menjadi perawat mungkin
dulu awalnya saya itu sedikit mendapat paksaan dari keluarga saya untuk
lxxxii
masuk ke sekolah perawat karena alasannya sangat rasional. Perempuan itu
pantesnya jadi perawat kata ibu dan Bapak saya dan akhirnya setelah saya
rasakan ada benarnya juga bahwa perempuan itu lebih bisa untuk menjadi
perawat karena rata-rata perempuan itu sabar dan penuh rasa sayang. (Ibu
Suyatun)
Seolah ada panggilan jiwa yang saya rasakan yang bisa menuntun menjadi
seorang perawat. Sebagai seorang Laki-laki saya merasa tertantang untuk
ikut membantu orang sakit. Ada sebuah kebanggan ketika saya bisa ikut
membantu menyembuhkan sesama manusia. (Joko Mulyono)
Dulu desa saya itu banyak orang sakit dan waktu itu ingin sekali rasanya ikut
membantu akan tetapi saya tidak sanggup dan nggak tahu sama sekali
bagaimana cara merawat orang yang sedang sakit. Nah dari situ awalnya
saya merasa termotivasi untuk menajadi seorang perawat. (Bapak Agus)
Ya pokoknya saya itu seneng berbuat baik pada siapapun kapanpun dan
dimanapun. Dulu waktu kecil {agak lupa umur berapa} saya sakit dirawat
selama 30 hari, dari situ muncul keinginan saya untuk menjadi seorang
perawat. (Fitri Nuraini)
Dulu kan profesi menjadi seorang perawat kan masih jarang dan masih
banyak dibutuhkan. Ya dari keluarga saya dibebaskan untuk memilih profesi
apa saja yang penting bisa cepet untuk menyelesaikan pendidikan dan
mendapatkan uang walaupun hanya cukup untuk bertahan hidup.ha...ha...ha...
(Jarot)
Jadi Perawat ya karena orang tua yang nyuruh saya untuk menjadi perawat
mas, awalnya saya nggak begitu suka tapi lama-lama saya malah jadi seneng
dan merasa cocok menjadi perawat. Mungkin sudah kodrat dari yang di atas
kalau perempuan itu lebih peka dan telaten untuk melakukan pekerjaan ini.
(Sri Wahyudati)
tindakan sosial karya Max Weber yang diklasifikasikan dalam 4 (empat) tipe
lxxxiii
tindakan tradisional dan tindakan afektif. Pendekatan ini menekankan kepada
pekerjaan sebagai perawat dan juga pada budaya patriarki yang masih melekat
kuat di dalamnya.
tradisional. Hal ini dapat dilihat dari niat, motif dan orientasi dari masing-
masing perawat.
oleh perempuan. Hal ini diakui juga oleh beberapa perawat yang ada di
tugas yang dijalankan lebih dekat dengan dunia perempuan. Misalnya saja,
lxxxiv
keperawatan. Pada awal berkembangnya agama Kristen, dikenal sebuah
xenodochoion atau lebih dikenal dengan nama hospital. Pada era tersebut,
orang sakit dan terlukan akibat perang. Dan pada era ini, perawat diambil
dari orde-orde keagamaan dan para wanita istri dari prajurit yang ikut
berperang.
lxxxv
(1820), seorang Perawat Inggris yang memelopori dunia keperawatan
keperawatan
sakit
memenuhinya
profesi kedokteran.
health nurse dan social worker, yang menjadi inspirasi bagi profesi
mendirikan Rumah sakit lapangan dan melatih para wanita muslim untuk
lxxxvi
merawat orang-orang yang terluka saat perang. Beberapa pengaruhnya
Kalau pembedaan secara kegiatan saya rasa tidak ada mas, mungkin yang
ada hanya etika saja. (Suyatun).
lxxxvii
Secara tegas tidak dibedakan, tapi sebagai manusia ciptaan Allah yang
dikarunia oleh kemampuan masing-masing kan berbeda. (Endang
Wuryaningsih ,AMK, S. Pd. K)
profesionalitas.
Kerja tu kan luwes tho mas, jadi ya bisa minta tolong sama rekan perawat
yang lain apabila nggak mampu untuk melakukan tugasnya. Misalnya
kebetulan ada pasien perempuan meminta kami untuk memandikannya, ya
minta tolong sama perawat wanitanya. (Warsana)
yang berbeda terhadap pelayanan yang dilakuka para perawat di RSUP Dr.
pernyataan berikut :
Cukup memuaskan, sampai saat ini nggak ada masalah berarti. Para
perawatnya juga lumayan baik mas dan mereka semua cukup ramah untuk
melayani kami.(Bagus)
Alhamdulillah baik sekali, doktere penak isoh dijak gojek yo lucu dadi
asyik nang kene cepet mari. Perawatnya pun juga baek2 baek. Tapi
kadang-kadang Beda juga mas. kalau sama perawat perempuan lebih
telaten dan sabar melayani kalau laki-laki galak, dan pendiam,
lxxxviii
(Tri Jati S)
Secara umum yang saya rasakan cukup bisa dikatakan agak baek. Namun
dalam beberapa hal masih ada pembedaan yang sangat jelas bahwa
pasien yang nggak punya duit diacuhkan begitu saja. (Joko W)
pasien dengan jenis kelamin yang berbeda dengan dirinya, mereka tidak
lxxxix
PK 1 -
D4 Kebidanan - 1
D3 Kebidanan - 9
D3 Anestesi - 1
Bidan - -
D3/SPRG/P Gigi 1 24
DK/PK - 2
Jumlah 127 247
Sumber : Data Bidang Perawat RSUD Soeradji Tirtonegoro Klaten
Bidang Keperawatan.
xc
Akses semua punya mas, tinggal besar kecilnya pengaruh yang dia
miliki. Kebijakan tentang Kenaikan Pangkat seorang Perawat.(Puji)
Terus terang saya kurang mengamati sapa saja yang punya akses ke
para atasan, kalau yang saya tahu hanya beberapa yang mampu dan
punya akses ke pembuat kebijakan, misalnya kepala bagian,kepala
ruang. (Warsana)
kerja dan lama pengabdian serta golongan kerja, karena para perawat
ini terjadi karena stereotip bahwa dunia perawat lebih dekat dengan
xci
BAB IV
menjadi hak-hak dasar yang dimiliki warga negara. Seperti yang tertuan dalam
kesehatannya.
upaya kesehatan yang bersifat penyembuhan dan pemulihan pasien. Akan tetapi
sesuai dengan tata nilai, dan norma dalam masyarakat. Dari tenaga kesehatan yang
ada, perawat adalah tenaga yang paling banyak kontak dengan pasien. Mereka
xcii
memberikan pelayanan pembinaan kesehatan yang diarahkan untuk memelihara
dan meningkatkan kesehatan serta membantu orang dengan cara sebaik mungkin
potensial mempengaruhi perubahan pada sistem manusia. Sehat dalam hal ini
tidak hanya dipandang sebagai suatu keadaan yang terbebas dari penyakit, namun
pekerjaan lain seperti , guru, penerima tamu, sekretaris, atau pembantu rumah
xciii
tangga. Pekerjaan-pekerjaan tersebut dipandang masih merupakan
untuk perempuan ini diperkuat dengan faktor sejarah yang mewarnai profesi
ini. Jika kita melihat sejarah perkembangan keperawatan, maka pada awal
lembaga wanita yang pertama dari organisasi agama Kristen yang bekerja dan
keperawatan”)
xenodochoion atau lebih dikenal dengan nama hospital. Pada era tersebut,
orang sakit dan terluka akibat perang. Dan pada era ini, perawat diambil dari
orde-orde keagamaan dan para wanita istri dari prajurit yang ikut berperang.
xciv
Tokoh-tokoh yang menonjol dalam perkembangan dunia keperawatan
perawat yang dijalankan oleh orang-orang yang tidak terikat dengan ordo
pemikiran-pemikirannya seperti :
keperawatan
memenuhinya
profesi kedokteran.
xcv
mengembangkan keperawatan di dunia Islam. Rufaidah adalah public health
nurse dan social worker, yang menjadi inspirasi bagi profesi perawat di dunia
tenda di luar masjid Nabawi. Dan ketika perang, ia mendirikan Rumah sakit
lapangan dan melatih para wanita muslim untuk merawat orang-orang yang
perawat baik di dunia Barat maupun Islam, dipelopori oleh para perempuan.
Dan tokoh-tokoh yang berpengaruh dalam pengembangan profesi ini juga para
perempuan.
perang pada sejarah perawat dalam dunia Barat dan Islam, perempuan
menyediakan makanan bagi pasukan serta merawat para korban yang terluka
akibat peperangan.
xcvi
suatu sistem sosial yang terdiri atas bagian-bagian atau elemen-elemen yang
sebagainya. Asumsi dasar dalam teori ini adalah bahwa setiap struktur dalam
banyak hal, diantaranya adalah proses sosialisasi dan bahkan proses konstruksi
yang harus diterima, seolah-olah perbedaan tersebut terjadi secara biologis dan
suatu kelompok dan atau jenis pekerjaan tertentu yang terbentuk dari
konstruksi sosial.
xcvii
adanya stereotype ini, dalam dunia keperawatan kemudian didominasi oleh
para perempuan.
Stereotype seperti ini muncul dalam persepsi yang ada pada perawat di
berikut.
mereka lakukan seringkali bersifat non rasional dalam arti bahwa mereka
terhadap salah satu jenis kelamin. Dalam hal ini perawat laki-laki seringkali
tingkah laku individu dengan dalih perawat hanya bisa dilakukan oleh jenis
seorang perawat haruslah lemah lembut luwes dan berperasaan yang ini hanya
konstruksi sosial dari proses sejarah yang berkembang dan dipelajari hingga
xcviii
Menurut Novarra, jika seorang perempuan harus bekerja, maka apa
yang dikerjakannya di luar rumah tidak jauh dari perannya dalam rumah
tangga. Bahkan di awal era kesetaraan gender, masih ada pendapat bahwa tabu
hukumnya bagi kaum perempuan untuk bergerak di bidang politik atau bidang
publik, jika perannya tidak sebangun dengan perannya dalam rumah tangga.
Perbedaannya terletak pada lokasi kerja, yaitu di luar rumah, dan dengan
(www.jurnalperempuan.com)
masyarakat pada dasarnya juga berhubungan dengan relasi kuasa. Relasi kuasa
ini tampak dari sejarah ketika kaisar konstantin mendirikan sebuah rumah
jauh dari peran mereka dalam rumah tangga. Profesi perawat dipandang
kesabaran dan melibatkan emosi, sifat-sifat yang dianggap lebih dekat dengan
xcix
Dalam sebuah rumah tangga, di dunia ini didominasi oleh pemahaman
“kodratnya”.
perempuan.
KESEHATAN
c
persepsi masyarakat hasil bentukan sejarah. Hal ini bisa dilihat dari definisi
komunitas, baik sakit maupun sehat serta mencakup seluruh siklus hidup
6. Pengkajian
7. Diagnosa Keperawatan
keperawatan.
8. Perencanaan
ci
Perawat membuat rencana tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah
9. Implementasi
10. Evaluasi
2002:8)
4. Care Giver
kompleks.
cii
5. Conselor
sehat sakitnya.
berinteraksi.
6. Education
berkomunikasi secara lengkap, akurat dan cepat dan harus didukung fakta
yang memadai.
ciii
A: Aktivity. Aktivitas yang dilaksanakan adalah memberikan asuhan
kepada klien yang ditunjang oleh sikap kesungguhan dan empati serta
harus bisa membangun kerjasama dengan teman sejawat dan tenaga kesehatan
lainnya.
R : Review. Prinsip utama dalam peran ini adalah moral dan etika
kesalahan yang bisa berakibat fatal bagi konsumen dan profesi keperawatan.
Karena itu, seorang perawat harus mampu menjaring berbagai informasi dan
senantiasa berkembang.
civ
memegang kedudukan tertentu dalam masyarakat. dalam konteks
dalam hal ini tidak hanya dipandang sebagai suatu keadaan yang terbebas dari
masyarakat.
oleh para pasien terhadap pelayanan rumah sakit. Pada dasarnyanya secara
Cukup memuaskan, sampai saat ini nggak ada masalah berarti. Para
perawatnya juga lumayan baik mas dan mereka semua cukup ramah untuk
melayani kami.(Bagus)
Alhamdulillah baik sekali, doktere penak isoh dijak gojek yo lucu dadi
asyik nang kene cepet mari. Perawatnya pun juga baek2 baek. Tapi
kadang-kadang Beda juga mas. kalau sama perawat perempuan lebih
telaten dan sabar melayani kalau laki-laki galak, dan pendiam,
(Tri Jati S)
Secara umum yang saya rasakan cukup bisa dikatakan agak baek. Namun
dalam beberapa hal masih ada pembedaan yang sangat jelas bahwa
pasien yang nggak punya duit diacuhkan begitu saja. (Joko W)
cv
pelayanan perawat lebih baik ketimbang perawat laki-laki. Ini menunjukkan
gender.
secara umum, tidak ada yang secara tegas menggambarkan perbedaan peran
dan tugas terkait dengan perbedaan peran gender. Secara umum, tugas, peran
peran gender, namun lebih kepada tingkat pendidikan dan keilmuan serta
perawat adalah profesi yang lebih cocok kepada perempuan, tak lebih dari
penting di dalamnya (Vianello, 1990). Hal ini menunjukkan bahwa kini dunia
kelamin. Seperti yang terjadi di dunia keperawatan dimana pada era sekarang
ini perawat laki-laki juga menjadi bagian penting dari dunia keperawatan.
Motivasi utama dari profesi ini adalah kemanusiaan, selain dari motivasi
cvi
pribadi untuk mendapatkan penghidupan yang layak. Sehingga, baik laki-laki
pandangan bahwa profesi perawat adalah “milik” perempuan pada saat ini
Mungkin jika kita ingin menganalisa lebih jauh lagi, secara tersirat,
dalam diri tiap manusia (laki-laki maupun perempuan) walaupun masih ada
PERAN GENDER
Klaten, jumlah perawat laki-laki masih lebih sedikit jika dibandingkan dengan
cvii
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa komposisi Perawat Laki-laki
terlalu besar. Dari data tersebut, menunjukkan bahwa profesi perawat masih
terikat dengan stereotype peran gender. Hal ini juga terungkap dalam
pernyataan salah satu perawat yang ada di RSUP Soeradji Tirtonegoro Klaten
peran gender. Hal ini tampak dari apa yang diceritakan oleh para informan
Kalau pembedaan secara kegiatan saya rasa tidak ada mas, mungkin yang
ada hanya etika saja. (Suyatun).
Secara tegas tidak dibedakan, tapi sebagai manusia ciptaan Allah yang
dikarunia oleh kemampuan masing-masing kan berbeda. (Endang
Wuryaningsih ,AMK, S. Pd. K)
cviii
Namun dalam praktek di lapangan, pekerjaan dijalankan secara luwes
Kerja tu kan luwes tho mas, jadi ya bisa minta tolong sama rekan perawat
yang lain apabila nggak mampu untuk melakukan tugasnya. Misalnya
kebetulan ada pasien perempuan meminta kami untuk memandikannya, ya
minta tolong sama perawat wanitanya. (Warsana)
Dalam beberapa hal saya perempuan tidak mampu untuk melakukan tugas
maka saya minta tolong pada perawat yang lain. (Suyatun)
terhadap perbedaan peran gender masih berlaku, namun tidak dalam posisi
untuk meminggirkan antara satu dan yang lainnya, tapi lebih kepada usaha
ditentukan oleh pandangan moral dan agama, sehingga kadang terjadi ada
kelaminnya.
cix
Kemudian dalam kasus angkat mengangkat, laki-laki terkadang lebih
mereka memiliki posisi yang setara serta tugas dan tanggungjawab yang sama.
memiliki sifat kuat. Maka kaum laki-laki tersosialisasi dan termotivasi untuk
menjadikan dirinya kuat untuk memenuhi sifat yang dianggap umum oleh
perempuan harus bersikap lemah lembut, maka sejak bayi, proses sosialisasi
fisik dan psikis hingga pada akhirnya ada kesulitan untuk membedakan
apakah sifat-sifat tersebut merupakan sifat dasar manusia atau hasil dari proses
konstruksi sosial.
cx
Distribusi peran dan tanggungjawab dalam profesi keperawatan juga
Akses semua punya mas, tinggal besar kecilnya pengaruh yang dia
miliki. Kebijakan tentang Kenaikan Pangkat seorang Perawat.(Puji)
Terus terang saya kurang mengamati sapa saja yang punya akses ke
para atasan, kalau yang saya tahu hanya beberapa yang mampu dan
punya akses ke pembuat kebijakan, misalnya kepala bagian,kepala
ruang. (Warsana)
cxi
Padahal, jika dilihat peran, tugas dan tanggungjawab perawat secara
umum, tidak ada penegasan bahwa profesi ini lebih mengutamakan kaum
Kondisi tersebut tidak lepas dari faktor sejarah dan konstruksi sosial
yang berlangsung secara mapan sejak awal kemunculan profesi ini dimana
perawat menjadi salah satu bidang pekerjaan yang diarahkan untuk para
cxii
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
atau keadilan sosial antara laki-laki dan perempuan. Suatu keadaan yang
jenis kelamin dengan ukuran yang setara. Orang harus mengakui bahwa
laki-laki dan perempuan memiliki hak yang setara dalam berbagai bidang
dulu sudah dikonstruksikan bahwa peran gender memang sudah ada dan
yang sudah sangat lama didukung adanya legitimasi agama dan budaya.
Maka semakin kuat interpretasi orang bahwa perbedaan peran, posisi dan
sifat perempuan dan laki-laki adalah kodrat. Padahal baik peran, posisi dan
sifat ini adalah bentukan sosial dan budaya yang disebut gender.
cxiii
Tabel 5.1 Analisis Data Hasil Penelitian
cxiv
1. Analisis Berdasarkan Tinjauan Tujuan Profesi Keperawatan
Jika ditinjau dari tujuan dan profesi keperawatan, yakni berperan dalam
bisa dilihat dari relasi sosial yang terbangun dalam masyarakat. Relasi ini
lebih emosional membuat profesi perawat dianggap lebih cocok bagi para
yang dijalankan tidak jauh berbeda dengan apa yang mereka lakukan
cxv
profesi tertentu yang dekat dengan pekerjaan mereka di rumah, salah
kerja teknis, laki-laki masih dianggap lebih kuat secara fisik sehingga
mengakui bahwa mereka memiliki posisi yang setara antara satu dan yang
cxvi
perempuan tidaklah setara. Dalam hal pemberian pelayanan kesehatan,
B. IMPLIKASI
1. Implikasi teoritis
pemahaman.
Hasil penelitian ini secara teoritis mendukung teori aksi ini, dimana
profesi perawat yang hanya bisa dilakukan oleh perempuan dan juga pada
cxvii
Pembentukan perbedaan-perbedaan gender dibentuk secara sosial dan
tersebut terjadi secara biologis dan tak dapat diubah. Persepsi manusia
masyarakat.
laki-laki dan perawat perempuan saja, melainkan pada sistem dan struktur
sosial yang dikonstruksi oleh keyakinan dan ideologi sosial yang bias
gender.
cxviii
2. Implikasi metodologis
3. Implikasi Praktis
C. SARAN
berikut :
cxix
dan mengembangkan profesi ini. Penentuan struktur lembaga tidak
cxx
DAFTAR PUSTAKA
pustaka Pelajar
Johnson, Doyle Paul. 1989. Teori Sosiologi Klasik 2dan Modern Jilid I,
Johnson, Doyle Paul. 1989 . Teori Sosiologi Klasik 2dan Modern Jilid 2,
Oxfam publication,
Miftahudin, Fauzi Abdullah & Roem Topati Masang. 1996. Pisau Bedah Analisis
Toll Kit : Concept & Frame work for Gender Analysis &Planning.
cxxi
Saptari, Ratna& Briggitte Holzner.1997. Perempuan dan Perubahan Sosial
Suryadi, Ace & Eep Idris (2004). Kesetaraan gender (Dalam Bidang Pendidikan)
, Bandung, PT Gresindo
Susanto, Astrid (1985), Pengantar Sosiologi dan Perubahan Sosial, Bina Cipta,
Jakarta
Biro Pusat Statistik. 2007. Kota Klaten dalam Angka 2007. Klaten
Jakarta.
Surakarta
Internet :
cxxii
www.google.Com Januari 2009.Sejarah Keperawatan Indonesia
Professor Keng Chua, Centre for Media Communications and Asian Studies,
2480 Australia
Skripsi :
cxxiii