Anda di halaman 1dari 11

KONTRIBUSI TOL LAUT DALAM MENINGKATKAN EKONOMI

WILAYAH INDONESIA BAGIAN TIMUR SERTA EKONOMI NASIONAL


MATA KULIAH PENGANTAR ILMU EKONOMI

Disusun oleh :

NURUL HANIFAH B 230210160044

PROGRAM STUDI ILMU KELUTAN


FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
JATINANGOR
2019
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, penulis
panjatkan puji syukur kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya
kepada kita, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Kontribusi Tol Laut
dalam Meningkatkan Ekonomi Wilayah Indonesia Bagian Timur serta Ekonomi Nasional” dengan
baik.
Makalah ini telah penulis kerjakan untuk memenuhi tugas ujian akhir semester mata kuliah
“Pengantar Ilmu Ekonomi”. Penulis mengerjakan makalah ini sebaik dan semaksimal mungkin.
Namun tidak lepas dari semua itu, penulis menyadari sepenuhnya bahwa ada kekurangan baik dari
segi penyusun bahasanya maupun segi lainnya. Oleh karena itu dengan lapang dada dan tangan
terbuka penulis membuka selebar-lebarnya bagi pembaca yang ingin memberi saran dan kritik
kepada penulis, sehingga penulis dapat memperbaiki makalah ini. Semoga dari makalah ini dapat
diambil hikmah dan manfaatnya sehingga dapat memberikan inspirasi terhadap pembaca.

Yogyakarta, 09 Juni 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... ii

SUMMARY .................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Tol Laut... ................................................................... 3

2.2 Kondisi Wilayah Indonesia bagian Timur ............................... 4

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN

Kontribusi Tol Laut dalam Meningkatkan Ekonomi Wilayah


3.1 5
Indonesia bagian Timur dan Nasional ...................................

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 7

ii
SUMMARY

Indonesia memiliki potensi dalam meningkatkan ekonomi melalui wilayah pesisir dan laut.
Dalam merealisasikan program Nawacita dalam memperkuat jati diri sebagai negara maritime
dengan menargetkan Indomesia menjadi poros maritime dunia pada tahun 2045, Presiden Joko
Widodo menciptakan program tol laut. Menurut Presiden Joko Widdo tol laut adalah suatu konsep
untuk menguatkan jalur pelayaran dengan menitikberatkan pada Indonesia bagian Timur. Konsep
tersebut juga untuk memberikan kemudahan akses dalam berniaga dari negara-negara Pasifik
bagian Selatan ke negara Asia bagian Timur. Sampai tahun 2019 sudah ada 18 trayek tol laut yang
aktif beroperasi dengan 3 trayek khusus untuk mengangkut semen ke wilayah Timur. Setelah
hampir 4 tahun beroperasi, terbukti tol laut berhasil dalam menekan disparsitas harga secara
bertahap dengan turunnya harga kebutuhan pokok di wilayah Timur sekitar 20-40 %, selain itu
meningkatkan distribusi logistik melalui angkatan laut sebesar 41 juta ton, serta terbukti dapat
mendorong pemanfaatan potensi ekonomi serta membuka pasar baru untuk produk-produk yang
dihasilkan di wilayah Timur Indonesia. Dengan keberhasilan yang ada, masih perlu adanya
perbaikan dan peningkatan dalam proses realisasi tol laut, agar kedepannya tujuan dari adanya tol
dapat tercapai secara maksimal dan dapat berkontribusi besar dalam meningkatkan ekonomi
Indonesia dan terkhusus wilayah Timur Indonesia.

iii
BAB I
PENDAHULUAN
Menurut Eva Ervani (2011), dalam majalah ilmiahnya menjelaskan bahwa masalah
perekonomian jangka panjang suatu negara adalah pertumbuhan ekonomi. Setiap negara selalu
berusaha untuk terus meningkatkan pertumbuhan ekonominya pada tingkatan yang lebih baik.
Pertumbuhan ekonomi merupakan indicator untuk menganalisis pembangunan ekonomi yang
terjadi pada suatu negara yang diukur dari perbedaan Produk Domestic Bruto (PDB) tahun tertentu
dengan tahun sebelumnya. Meningkatnya kesejahteraan masyarakat merupakan tujuan utama dari
pembangunan ekonomi. Oleh sebab itu, peran pemerintah sangat penting dalam mengidentifikasi
faktor-faktor yang dapat mempengaruhinya. Agar kedepannya faktor tersebut dapat dimanfaatkan
secara maksimal. Salah satu potensi dalam pembangunan ekonomi salah satunya adalah sektor
maritime, kelautan, dan perikanan.
Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri lebih 17.504 pulau dengan 13.466
pulau sudah diberi nama dan sisanya pulau tanpa nama. Indonesia juga memiliki garis pantai
sepanjang 95.181 km yang terletak pada posisi strategis antara samudera Hindia dan Pasifik serta
Benua Asia dan Australia. Berdasarkan data rujukan terbaru dari Kementerian Koordinator Bidang
Kemaritiman Indonesia menjelaskan bahwa Indonesia memiliki luas laut teritorial seluas 290.000
km2, dengan luas zona ekonomi eksklusif (ZEE) seluas 3.000.000 km2, dan luas total perairan
Indonesia seluas 6.400.000 km2.
Presiden Joko Widodo memiliki agenda dalam meningkatkan pembangunan wilayah yang
terdapat dalam Konsep Nawacita, salah satunya adalah memperkuat jati diri sebagai negara
maritim dengan menargetkan Indonesia menjadi poros maritim dunia pada tahun 2045 dan
tercantum pada RPJMN 2015-2019.
Indonesia memiliki potensi dalam meningkatkan ekonomi melalui wilayah pesisir dan laut
dari segi pembangunan, diantaranya sumberdaya yang dapat diperbarui seperti perikanan tangkap,
perikanan budidaya, perikanan pasca panen, hutan mangrove, terumbu karang, industry
bioteknologi kelautan dan pulau-pulau kecil. Untuk sumberdaya yang tidak diperbarui seperti
minyak bumi dan gas, bahan tambang, dan mineral lainnya. Kemudian ada energy kelautan seperti
pasang surut, angin, gelombang, dan OTEC (Ocean Thermal Energy Conversion). Dan untuk jasa
lingkungan seperti pariwisata, perhubungan dan pelabuhan, dan penampung limbah.

1
Menurut Prof. Dr. Ir. Rokhim Dahuri, M.S (2014)., dalam kuliah umumnya di Fakultas
Pertanian, UGM menjelaskan dari banyaknya potensi sektor kelautan yang ada, kontribusi dari
seluruh sektor kelautan terhadap PDB (Produk Domestik Bruto) hanya sebesar 20 %. Sementara
negara-negara dengan potensi laut yang lebih kecil dari Indonesia seperti Korea Selatan, Thailand,
Norwegia, Islandia, RRC, Selandia Baru, Jepang, serta Spanyol mampu memberikan kontribusi
terhadap PDB sebesar lebih dari 30 %.
Pada pemerintahan Presiden Jokowi, untuk meningkatkan roda perekonomian masyarakat
dan untuk menegaskan bahwa Indonesia adalah negara maritim serta memudahkan dalam
distribusi logistik antar pulau-pulau, dibangunlah gagasan mengenai tol laut. Tol laut menurut
pengertian Presiden Jokowi adalah suatu konsep untuk memperkuat jalur pelayaran dengan
menitik beratkan wilayah Indonesia bagian Timur. Selain untuk mengkoneksikan jalur pelayaran,
konsep tersebut juga untuk memudahkan akses niaga dari negara Pasifik bagian Selatan ke negara
Asia bagian Timur. Tol laut ini merupakan implementasi dari Nawacita pertama yaitu memperkuat
jati diri sebagai negara maritim dan Nawacita ketiga, yaitu membangun Indonesia dari pinggiran
dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka kesatuan.
Pada makalah ini akan dibahas sejauh mana kontribusi tol laut dalam meningkatkan
ekonomi nasional maupun ekonomi daerah, terutama wilayah bagian Timur yang menjadi titik
berat dari adanya tol laut ini.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Tol Laut
Menurut pengertian dari Presiden Joko Widodo tol laut adalah suatu konsep untuk
menguatkan jalur pelayaran dengan menitikberatkan pada Indonesia bagian Timur. Konsep
tersebut juga untuk memberikan kemudahan akses dalam berniaga dari negara-negara Pasifik
bagian Selatan ke negara Asia bagian Timur. Dari ide tersebut harapannya akan membuka akses
regional melalui pembangunan 2 pelabuhan besar yang berskala hub internasional dan dapat
melayani kapal-kapal niaga yang berukuran besar di atas 3.000 TEU atau sekelas kapal Panamax
6.000 TEU. Harapannya Indonesia dapat memiliki peran yang signifikan dalam mendukung
distribusi Internasional melalui realisasi rencana tersebut.
Untuk menjadi tokoh utama di negeri sendiri dan mendukung asas cabotage serta beyond
cabotage, maka pemerintah menetapkan dua pelabuhan, yaitu pelabuhan Kuala Tanjung dan
pelabuhan Bitung yang terletak di wilayah depan sebagai hub-internasional. Dengan adanya 2
pelabuhan besar yang terletak di wilayah laur maka kapal-kapal yang akan melakukan ekspor atau
impor akan berlabuh di wilayah depan. Kemudian distribusi logistik ke wilayah tujuan dilanjutkan
dengan kapal berbendera Indonesia/lokal. Dengan konsep tersebut, akan meminimalisir penetrasi
produk asing ke wilayah-wilayah di Indonesia serta akan meminimalisir pergerakan kapal dagang
internasional di Indonesia.
Untuk distribusi logistik dari wilayah depan, nantinya akan dihubungkan ke wilayah dalam
melalui pelabuhan-pelabuhan nasional (pelabuhan pengumpul), setelah itu akan diteruskan ke
pelabuhan feeder (pelabuhan pengumpan), kemudian diteruskan ke sub-feeder (pelabuhan rakyat).
Dengan adanya konsep wilayah depan dan wilayah dalam maka nantinya akan ada perbedaan
aramada kapal yang melayani logistik domestik dengan armada kapal yang melayani logistik
internasional.
Selain mengembangkan konsep wilayah depan dan wilayah dalam, dikembangkan juga rute
armada pelayaran untuk menghubungkan kedua pelabuhan hub-internasional dan melalui
pelabuhan hub nasional dari wilayah Timur ke wilayah Barat Indonesia. Setelah logistik sampai
di pelabuhan hub nasional, kemudian akan didistribusikan ke pelabuhan feeder dengan
menggunakan kapal yang berbeda. Dari konsep konektivitas tersebut, armada kapal secara rutin

3
akan melayani pendistribusian logistik secara terjadwal dari wilayah Timur sampai wilayah Barat
Indonesia yang kemudian konsep ini disebut konsep “Tol Laut”.

2.2 Kondisi Wilayah Indonesia bagian Timur


Indonesia merupakan negara yang memiliki berbagai macam sumberdaya alam serta
keanekaragaman hayati yang dapat dimanfaatkan dengan baik, terutama dibidang kelautan atau
kemaritimannya. Indonesia terbagi menjadi 4 wilayah, yaitu wilayah Utara, wilayah Timur,
wilayah Selatan, dan wilayah Barat. Namun, dari keempat wilayah tersebut terjadi ketimpangan
dalam ekonomi wilayahnya, terutama wilayah Barat dan wilayah Timur Indonesia.
Wilayah Indonesia bagian Timur terdiri dari 12 provinsi, diantaranya Sulawesi Utara,
Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Gorontalo, Nusa
Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Maluku, Maluku Utara, Papua, dan Papua Barat. Wilayah
Indonesia bagian Timur ini memiliki potensi kekayaan alam dan potensi daerah yang luar biasa
terutama sebagai kawasan ekonomi yang berbasis kemaritiman. Namun, dengan banyaknya
potensi sumberdaya alam yang ada, pemerintah belum dapat memaksimalkan potensi tersebut
dengan baik, terutama dalam meningkatkan ekonominya, terkhusus di Provinsi Maluku dan Papua.
Banyak faktor yang menjadi penyebab minimnya pemanfaatan sumberdaya alam yang ada,
diantaranya adalah kurangnya mutu pendidikan, infrastuktur yang kurang memadai, serta
kurangnya kualitas sumberdaya manusia.
Menurut data dari BPS (Badan Pusat Statistik) tahun 2019 triwulan I menunjukkan bahwa
wilayah Indonesia bagian Timur merupakan wilayah yang paling sedikit memberi kontribusi
terhadap PDB Indonesia. Kontribusi terbesar berasal dari Pulau Jawa sebesar 59,03 %, dilanjut
Pulau Sumatera sebesar 21,36 %, kemudian Pulau Kalimantan sebesar 8,26 %, setelah itu Pulau
Sulawesi sebesar 6,14 %, dan dilanjut Bali dan Nusa Tenggara sebesar 3,02 %. Sedangkan untuk
Pulau Maluku dan Papua memberi kontribusi sebesar 2,19 %.
Untuk meminimalisir ketimpangan ekonomi yang terjadi, pemerintahan Presiden Joko
Widodo sejak tahun 2015 fokus dalam membangun beberapa infrastuktur seperti pembangunan
jalan trans Papua, pembuatan tol laut, serta membangun desa pinggiran di wilayah perbatasan.
Pemerintah berkomitmen untuk melakukan pembangunan infrastruktur pada wilayah Timur untuk
lebih memaksimalkan sumberdaya dan mempermudah dalam hal kontribusi logistik, sehingga
diharapkan ketimpangan antara wilayah Timur dan wilayah lainnya tidak terlalu jauh dan nantinya
wilayah tersebut dalam berkontribusi besar terhadap BDP Indonesia.

4
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3. 1 Kontribusi Tol Laut dalam Meningkatkan Ekonomi Wilayah Indonesia bagian Timur
dan Nasional

Proyek tol laut sudah mulai berjalan pada tahun 2015 dengan menjalankan 6 trayek,
kemudian ditambah 6 trayek lagi pada tahun 2016 dengan menambahkan pelabuhan singgah
menjadi 31 pelabuhan. Pada tahun 2017 bertambah 1 trayek baru dengan menjangkau 41
pelabuhan singgah untuk memperluas jangkauan tol laut. Kemudian pada tahun 2018, ditambah 2
trayek baru dan 3 trayek baru khusus mengangkut semen ke wilayah Timur. Dengan begitu total
ada 18 trayek sudah aktif beroperasi. Kapal kapal yang akan melalui tol laut akan membawa
logistik seperti sembako, semen, dan bahan kebutuhan lainnya.

Setelah berjalan selama hampir 5 tahun, pastinya ada dampak yang dihasilkan. Sampai
tahun 2017, Sugiono, Senior Vice President Marketing and Business PT. Pelindo III mengatakan
bahwa harga di pulau terpencil sudah tidak berbeda jauh dengan daerah industri yaitu Jawa. Hal
ini dikarenakan kapal yang beroperasi terjadwal dengan baik, sehingga harapannya tidak ada lagi
kelangkaan barang seperti sembako, semen, dan lai-lain. Begitu juga di salah satu daerah di
Sulawesi Utara, tepatnya Kabupaten Kepulauan Sangihe. Menurut Asisten Administrasi
Pembangunan Kabupaten Kepulauan Sangihe, Benhard Pilat mengatakan bahwa masyarakat di
Pulau Sangihe sudah mulai merasakan dampak positif dari adanya tol laut. Di daerah tersebut,
harga barang-barang kebutuhan masyarakat mulai turun dan daya beli masyarakat mulai
meningkat semenjak adanya program tol laut.

Dalam laporan 3 tahun Pemerintahan Jokowi-JK tertulis bahwa tol laut mampu mengurangi
disparsitas harga antarwilayah di Indonesia. Salah satunya adalah harga beras di Kepulauan
Anambas dan Fak-Fak turun sebesar 14 %. Kemudian di Larantuka, NTT harga beras turun sampai
17 %. Harga semen di wilayah Wamena, Papua turun berkisar 35%, dari semula Rp 500.000 per
sak menjadi Rp 300.000 per sak. Daerah Wasior harga beras turun 4 %, semen 8 %, besi 10 % dan
seng 9 %.

BPS menyampaikan dalam sejak tahun 2015 sampai tahun 2019, perekonomian Indonesia
mengalami peningkatan. Sepanjang tahun 2018 pertumbuhan ekonomi Indonesia tumbuh sebesar

5
5,27 %. Kepala BPS Suhariyanto mengatakan bahwa pertumbuhan ekonomi pada tahun 2018
merupakan pertumbuhan ekenomi terbaik selama masa pemerintahan Presiden Joko Widodo.
Salah satu yang berkontribusi dalam meningkatkan perekonomian adalah dari sektor transportasi
sebesar 8,59 %. Salah satu yang mendukung peningkatan dari sektor ini adalah adanya tol laut
yang memudahkan pendistribusian logistik melalui trasportasi laut. Tol laut terbukti berhasil
dalam menekan disparsitas harga secara bertahap dengan turunnya harga kebutuhan pokok di
wilayah Timur sekitar 20-40 % dan terbukti dapat mendorong pemanfaatan potensi ekonomi serta
membuka pasar baru untuk produk-produk yang dihasilkan di wilayah Timur Indonesia. Data dari
BPS menyebutkan dalam dari tahun 2016 sampai tahun 2018 distribusi logistik melalui angkatan
laut naik sebesar 41 juta ton. Pada tahun 2015 volume distribusi logistik mencapai 238 juta ton,
pada tahun 2018 meningkat menjadi 279 juta ton, dan yang berperan meningkatkan jumlah
kenaikan tersebut adalah tol laut.

Untuk mengoptimalkan tol laut, pemerintah mendorong penyelenggaraan angkutan


logistik sampai langsung ke konsumen atau end to end, tidak hanya antar pelabuhan ke pelabuhan
atau port to port, agar masyarakat mendapatkan harga yang terjangkau. Dengan beberapa
keberhasilan dari tol laut, masih ada hal hal yang perlu diperbaiki dan perlu dimaksimalkan agar
tol laut dapat meningkatkan perekonomian negara secara optimal. Salah satunya adalah adanya
tuntutan masyarakat sehingga perlu adanya penambahan frekuensi kedatangan kapal yang sampai
saat ini 14-30 hari. Selain itu juga perlu adanya pengawasan yang maksimal dari Pemerintah
Daerah dan Kementerian Perdagangan dalam hal pendistribusian barang agar tidak hanya beberapa
pihak saja yang diuntungkan. Kemudian perlu adanya konektivitas ke daerah kecamatan agar lebih
efektif dalam pengurangan kesenjangan harga di daerah pedalaman.

Jika Pemerintah dapat mengoptimalkan apa yang sudah berjalan dan dapat memperbaiki
apa-apa saja yang sebaiknya diperbaiki, maka bisa dipastikan tujuan tol laut dalam menekan
disparsitas harga dan pemerataan pembangunan ekonomi dan peningkatan konektivitas di daerah
terdepan, terluar dan tertinggal (3T) bisa dikatakan berhasil dan tol laut bisa menjadi salah satu
sektor yang mampu berkontribusi besar dalam meningkatkan ekonomi tidak hanya di wilayah
Timur tapi juga di seluruh penjuru Indonesia.

6
Daftar Pustaka

Ashadi Iksan. 2017. Dampak Tol Laut Mulai Terasa, Harga dan Biaya Produksi Makin Murah.
https://ekbis.sindonews.com/read/1242119/34/dampak-tol-laut-mulai-terasa-harga-dan-
biaya-pro duksi-makin-murah-1506085217. Diakses pada 10 Juni 2019 pukul 19.23 WIB.

Badan Pusat Statistik. 2019. Berita Resmi Statistik : Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Triwulan I-
2019. No. 39/05/Th.XXII.

Bappenas, Kementerian PPN. 2015. Implementasi Konsep Tol Laut 2015-2019. Jakarta.

BPS. 2017. Statistik Transportasi Laut. https://www.bps.go.id/publication/2018/11/27/ace352a62


47e3e9d4856b357/statistik-transportasi-laut-2017.html. Diakses pada 10 Juni 2019 pukul
20.26 WIB.

Eddy Cahyono Sugiarto. 2018. Tol Laut Solusi Kesejahteraan Rakyat. https://setkab.go.id/tol-lau
t-solusi-kesejahteraan-rakyat/. Diakses pada 10 Juni pukul 20.08 WIB.

Eva Ervani. 2011. Analisis Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia
Periode Tahun 1980-2004. Majalah Ilmiah Universitas Padjadjaran.vol 7 no 2.Hlm.223.

Iwan Supriyatna, Dian Kusumo Hapsari. 2019. Ekonomi Tumbuh 5,17 Persen di Era Jokowi,
Kepala BPS : Ini Luar Biasa. https://www.suara.com/bisnis/2019/02/06/145828/ekonomi-
tumbuh-517-persen-di-era-jokowi-kepala-bps-ini-luar-biasa. Diakses pada 10 Juni 2019
pukul 19.17 WIB.

Joko Widodo, Jusuf Kalla. 2017. Laporan 3 Tahun Pemerintahan Joko Widodo – Jusuf Kalla. Hal
36.

Selfie Miftahul Jannah. 2018. Sudah 18 Rute Tol Laut Beroperasi Angkut Pangan Sampai Ternak.
https://finance.detik.com/infrastruktur/d-4285295/sudah-18-rute-tol-laut-beroperasi-
angkut-pang an-sampai-ternak. Diakses pada 09 Juni 2019 pukul 10.21 WIB.

Sri Mas Sari. 2019. Program Tol Laut Dinilai Masih Butuh Langkah Tambahan.
https://ekonomi.bisnis.com/read/20190520/98/925106/program-tol-laut-dinilai-masih-
butuh-lang kah-tambahan. Diakses pada 10 Juni 2019 pukul 20.19 WIB.

Supply Chain Indonesia. 2018. Dampak Program Tol Laut pada Penurunan Harga Barang di
Kepulauan. http://supplychainindonesia.com/new/dampak-program-tol-laut-pada-
penurunan-har ga-barang-di-kepulauan/. Diakses pada 10 Juni 2019 pukul 19.40 WIB.

Yaumil Fauziyya. 2019. Permasalahan Ekonomi di Daerah Indonesia bagian Timur.


https://www.kompasiana.com/yaumilfauziyyah/ 55d4aa35f29673c4048b4567/permasalah
an-ekonomi-di-daerah-indonesia-bagian-timur. Diakses pada 09 Juni 2019 pukul 10.37
WIB.

Anda mungkin juga menyukai