PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
di dalam urine. Darah yang bisa dilihat di dalam urine tanpa bantuan
yang tidak bisa dilihat secara kasat mata, melainkan harus menggunakan
penyebab lesi ginjal non supuratif terbanyak pada anak (Pediatri, 2003).
Pada tahun 1995 dilaporkan sebanyak 170 pasien yang dirawat di rumah
anak dengan usia 6-8 tahun, dengan perbandingan 2:1 pada laki-laki dan
perempuan (Raditya,2013).
Pasien dengan GNAPS biasanya tidak menunjukan gejala atau
asypmtopmatic pada lebih dari 50% kasus. Hematuria dapat timbul berupa
terjadi gross hematuria. Gejala klinis tidak spesifik yang dapat dijumpai
pada pasien adalah demam, malaise, nyeri, nafsu makan menurun, lesu,
adanya hipertensi baik sedang atau ringan pada pasien. Pada pemeriksaan
urine, sering ditemukan adanya hematuria. Eritrosit khas terdapat pada 60-
Pediatri,2003).
kasus dapat menjadi kronis, dan 10% dapat berakibat fatal ( Raditya,2013).
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
1. Bagi penulis
Kesehatan Anak.
2. Bagi masyarakat
3. Bagi instansi
KAJIAN PUSTAKA
A. Pengertian Hematuria
dapat dilihat secara langsung sebagai urine yang berwarna merah tetapi
hematuria yang dapat dilihat secara langsung sebagai urine yang berwarna
GNAPS (Pasek,2013).
B. Penyebab Hematuria
gromelurus yang dapat menyebabkan protein dan sel darah merah dapat
keluar ke dalam urine yang sedang dibentuk oleh ginjal (Pasek, 2013), atau
dan uretritis
Anak
sampai sedang dari sel mesangial dan matriks. Pada kasus berat terjadi
proliferasi sel mesangial, matriks dan sel endotel yang difus disertai
dapat dijumpai mulai dari yang halus sampai kasar yang tipikal di
elektron atau humps terletak di daerah subepitelial yang khas dan akan
pada Anak
atau tipikal diawali dengan infeksi saluran napas atas dengan nyeri
hematuria terjadi pada 30-50 % pasien yang dirawat. Variasi lain yang
dalam waktu 1-2 minggu. Edema bisa berupa wajah sembab, edem
bisa nyata dengan takipne dan dispne. Gejala gejala tersebut dapat
nefritis akut. Volume urin sering berkurang dengan warna gelap atau
albumin dan protein serum sedikit menurun karena proses dilusi dan
mesangial glomerulus(Sekarwana,2001).
kasus(Sekarwana,2001).
Anak
c. Hematuria idiopatik
6. Penatalaksanaan
Penanganan pasien adalah suportif dan simtomatik. Perawatan
berat (klirens kreatinin < 60 ml/1 menit/1,73 m2), BUN > 50 mg, anak
> 140 –150 mmHg dan diastolik > 100 mmHg) diobati dengan
hipertensi 1-2 hari daripada memberi anti hipertensi yang lama. Pada
dapat diulang setiap 2-4 jam atau reserpin 0,03-0,10 mg/kgBB (1-3
hipertensi (sistolik >180 mmHg atau diastolik > 120 mmHg) diberi
iv. Plihan lain, klonidin drip 0,002 mg/kgBB/kali, diulang setiap 4-6
urin yang keluar. Bila berat badan tidak berkurang diberi diuretik
seperti furosemid 2mg/ kgBB, 1-2 kali/hari. Pemakaian antibiotik tidak
atau 100 mg/dL. Bila terjadi azotemia asupan protein dibatasi 0,5
NaCl 300 mg/hari sedangkan bila edem minimal dan hipertensi ringan
kalium harus dibatasi. Anuria dan oliguria yang menetap, terjadi pada
7. Prognosis
GNAPS antara lain umur saat serangan, derajat berat penyakit, galur
kecil mempunyai prognosis lebih baik dibanding anak yang lebih besar
atau orang dewasa oleh karena GNAPS pada dewasa sering disertai
progresif dan dalam beberapa minggu atau bulan jatuh ke fase gagal
D. Penatalaksanaan Hematuria
dengan memakai cairan garam fisiologis, tetapi jika tindakan ini tidak
PENUTUP
A. Kesimpulan
serius pada tubuh dan biasanya terjadi tanpa adanya gejala yang
yang sedang dibentuk oleh ginjal atau dapat disebabkan oleh adanya
diagnosis.
fungsi ginjal sedang sampai berat, anak dengan tanda dan gejala
Dalam prakteknya lebih baik merawat inap pasien hipertensi 1-2 hari
bila edem minimal dan hipertensi ringan diberikan 1-2 g/m2/ hari.
B. Saran
Daftar Pustaka
NIDKK, 2012, Hematuria : Blood in the Urine, U.S Department of Health And
Human Services, NIH Publication No 12-4559.
Purnomo BB, Dasar-dasar Urologi, Edisi Kedua. CV Sagung Seto, Jakarta, 2007,
hal 153-156.