Anda di halaman 1dari 9

SIKAP SALING TOLONG-MENOLONG YANG TERCERMIN DARI

IKATAN KOVALEN TERINTEGRASI ISLAM

Devita Maharani (11160162000038)


Pendidikan Kimia Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Email: devitamaharani22@gmail.com

Abstrak

Al-Quran merupakan kitab yang berlaku sepanjang zaman hingga hari kiamat tiba.
Banyak peneliti akhir-akhir ini telah menemukan beberapa misteri dari suatu fenomena yang
baru terungkap. Begitu pun dengan nilai-nilai karakter manusia dengan kehidupan serta tata
cara menyikapinya dalam Islam. Sehingga penulis tertarik untuk mengungkapkan integrasi
islam pada materi ikatan kimia. Dalam penulisan ini, penulis menggunakan metode kajian
literatur, dimana penulis menganalisis beberapa jurnal, buku, artikel, dan karya ilimiah
dengan materi ikatan kimia. Konsep ikatan kimia ini selain telah ditemukan oleh ilmuwan
muslim Jabir Ibn Hayyan, ternyata konsep ikatan kimia ini telah tercantum dalam ayat Al-
Quran dalam surat Yassin ayat 36. Prinsip dari ikatan kovalen ialah pemakaian bersama
elektron untuk mencapai kestabilan. Makna dari pemakaian bersama elektron ini dapat
dicerminkan dari interaksi manusia dengan kehidupan yaitu sikap saling tolong-menolong
antar sesama yang terkandung dalam Al-Quran/Hadits pada surat Al-Maidah ayat 2, HR.
Bukhari dan Muslim, HR. Ahmad dan Abu Daud.

Kata Kunci: Ikatan, Kimia, Kovalen, Elektron,Al-Quran, Hadist, Tolong-menolong.


1. Pendahuluan
Pandangan Islam terhadap sains dan teknologi ialah bahwa Islam tidak pernah
mengekang umatnya untuk maju dan modern. Justru Islam sangat mendukung
umatnya untuk melakukan penelitian dan bereksperimen dalam hal apapun, termasuk
sains dan teknologi.
Sains dan teknologi menurut Islam adalah ayat-ayat Allah yang perlu digali
dan dicari keberadaannya. Ayat-ayat Allah yang tersebar di alam semesta ini
merupakah anugerah bagi manusia sebagai khalifatullah di bumi untuk diolah dan
dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya (Hanun, 2017).
Karena Al-Quran merupakan kitab yang berlaku sepanjang zaman hingga hari
kiamat tiba. Banyak peneliti akhir-akhir ini telah menemukan beberapa misteri dari
suatu fenomena yang baru terungkap. Begitu pun dengan nilai-nilai karakter manusia
dengan kehidupan serta tata cara menyikapinya dalam Islam. Padahal, jawaban nya
telah Allah ungkapkan di dalam kitab Nya, yaitu Al-Quran walaupun dengan kata-kata
tersirat maupun tersurat yang dipaparkan oleh Allah SWT. Sehingga penulis tertarik
untuk mengungkapkan integrasi islam pada bidang sains terutama kimia yang
memiliki banyak hal-hal abstrak.
Menurut Muslim (2019) “Integrasi islam dan ilmu pengetahuan khususnya
kimia merupakan proses penggabungan antara konsep-konsep kimia yang
diintegrasikan dengan keislaman”. Materi kimia terintegrasi islam yang akan dibahas
kali ini ialah mengenai ikatan kimia.

Pada sejarah ikatan kimia, 10 – Abad sebelum John


Dalton (seorang fisikawan Inggris dan Ahli kimia yang
dikenal melalui teori atom dan teori molekul), Jabir Ibn
Hayyan telah lebih dahulu menciptakan pengaruh ikatan kimia
sebagai penghubung antara unsur-unsur dan partikel kecil
yang tak terlihat dengan kasat mata. Namun, dunia mengakui
bahwa yang menemukan dan mengemukakan konsep ikatan
kimia adalah Gilbert Newton Lewis dari Amerika dan
Albrecht Kossel dari Jerman pada tahun 1916.

Sumber: http://risalah-tarbiyah.blogspot.com
Beliau mengemukakan bahwa ikatan kimia adalah gaya yang mengikat atom-
atom dalam molekul atau gabungan ion dalam setiap senyawa. Konsep ikatan kimia
ini selain telah ditemukan oleh ilmuwan muslim Jabir Ibn Hayyan, ternyata konsep
ikatan kimia ini telah tercantum dalam ayat Al-Quran dalam surat Yassin ayat 36.

Allah SWT telah berfirman dalam Surat Yassin Ayat 36 yang berbunyi:

Artinya: “Maha suci Allah yang telah menciptakan semuanya berpasang-pasangan,


baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka sendiri, maupun dari
apa yang tidak mereka ketahui”

Dalam surat Yasin ayat 36 ini menjelaskan bahwa Allah menciptakan semua
makhluknya berpasangan dengan adanya suatu ikatan dari apa yang diketahui oleh dirinya
maupun yang tidak diketahui (dalam hal ini tidak terlihat oleh mata). Sama seperti halnya
atom yang merupakan bagian terkecil dari suatu partikel. Pada ilmu kimia, sifat terpenting
yang dimiliki oleh hampir semua jenis atom adalah kemampuan bergabung dengan atom
lain untuk membentuk senyawa, dalam setiap senyawa atom-atom terjalin secara stabil
oleh suatu bentuk ikatan antar atom yang disebut ikatan kimia.

Ikatan kimia adalah gaya tarik menarik yang kuat antara atom-atom tertentu
bergabung membentuk molekul atau gabungan ion-ion sehingga keadaannya menjadi
lebih stabil (Muslim, 2019, hal. 34). Ikatan kimia adalah gaya tarik-menarik antara atom
yang menyebabkan suatu senyawa kimia dapat bersatu. Kekuatan gaya tarik-menarik ini
menentukan sifat-sifat kimia dari suatu zat (Brady, 1999, hal. 347) .

Ikatan kimia terdiri dari ikatan ionik, kovalen, dan logam. Namun kali ini, penulis
ingin memfokuskan ikatan kimia terintegrasi Islam pada ikatan kovalen.
2. Pembahasan
Ikatan kovalen merupakan hasil persekutuan (sharing) elektron antar atom.
Kekuatan ikatan adalah hasil tarik-menarik antara elektron yang bersekutu dan inti
yang positif dari atom yang membentuk ikatan. Dalam keadaan ini elektron berfungsi
sebagai rekat yang mengikat atom-atom itu menjadi satu (Brady, 1999, hal. 353). The
sharing of electronic population between a pair of atoms is the essence of covalency,
whilst the transfer of population is the essence of ionicity (Gould, Taylor, Wolff,
Chandler, & Jayatilaka, 2007).

Menurut Chang (2005, hal. 266) memaparkan bahwa, dalam ikatan kovalen,
atom-atom yang berikatan akan berikatan dengan menggunakan elektron-
elektron bersama sehingga atom-atom tersebut bisa memiliki konfigurasi
elektron seperti konfigurasi elektron unsur-unsur gas mulia. Jika dalam ikatan
yang terjadi jumlah elektron yang digunakan untuk berpasangan adalah dua
elektron maka ikatannya disebut ikatan kovalen tunggal. Jika yang digunakan
untuk berpasangan adalah empat elektron atau dua pasang elektron disebut
ikatan kovalen rangkap dua. Jika elektron yang digunakan bersama ada enam
elektron atau tiga pasang disebut ikatan kovalen rangkap tiga.

Dari beberapa penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa prinsip dari ikatan
kovalen ialah pemakaian bersama elektron untuk mencapai kestabilan. Makna dari
pemakaian bersama elektron ini dapat dicerminkan dari interaksi manusia dengan
kehidupan yaitu sikap saling tolong-menolong antar sesama. Kestabilan yang
dimaksudkan juga berarti akan terciptanya kondisi lingkungan yang damai dan
harmonis sesama apabila saling membantu.
Didukung oleh pernyataan Asmara dalam jurnalnya, kata kunci sharing
elektron ini yang bisa kita aktualisasikan dalam kehidupan untuk saling berbagi
dengan keluarga dan orang-orang di sekitar kita untuk menguatkan tali persaudaraan.
Saling berbagi memiliki makna yang luas, salah satunya adalah saling tolong
menolong dan bergotong royong (Asmara, 2016).
Selain itu, ikatan kovalen yang berikatan secara tunggal, rangkap dua, maupun
rangkap tiga memiliki arti bahwa semakin banyak pasangan elektron yang terikat
menunjukkan semakin kuat rasa solidaritas yang dimiliki.
Karena semakin banyak pasangan elektron pada sebuah ikatan kovalen
menunjukkan bahwa ikatan tersebut semakin kuat dan semakin dekat dengan inti
atom. Artinya semakin banyak manusia yang menolong sesamanya akan menciptakan
rasa solidaritas yang kuat dan akrab dalam menyambung tali persaudaraan (ukhuwah
islamiyah). Berbagi dengan sanak famili akan menguatkan tali persudaraan sehingga
akan menjauhkan diri dan keluarga dari penyakit hati dan perpecahan.
Hal ini sesuai dengan teori di buku bahwa, karena orbital sp mengandung
karakter s maka ia lebih dekat ke intinya; ia membentuk ikatan yang lebih pendek dan
lebih kuat daripada orbital sp3 (Fessenden & Fessenden, 1986, hal. 60). Didukung
oleh pendapat Asmara dalam jurnalnya bahwa berdasarkan teori ikatan valensi, ikatan
antar atom C dapat berupa ikatan tunggal dan rangkap. Secara kuantitas, makin
banyak ikatan antaratom C maka interaksi kedua atom C makin kuat (Asmara, 2016).

Sumber: https://encrypted-tbn0.gstatic.com/images

Menurut Imas dalam jurnal Rahmi, Agustianti, & Arrofiq (2017) bahwa,
manusia adalah makhluk sosial, sebagaimana yang diisyaratkan dalam ayat ke
dua dari wahyu pertama yang diterima Nabi Muhammad SAW. Ayat tersebut
berbunyi “Khalaqa al-insan min alaq”, bukan saja diartikan sebagai
menciptakan manusia dari segumpal darah (secara biologis), tetapi juga
manusia dipahami sebagai makhluk yang diciptakan dari sesuatu yang
bergantung kepada pihak lain atau tidak dapat hidup sendiri.

Dengan demikian, manusia secara fitrah adalah makhluk sosial dan hidup
bermasyarakat merupakan sesuatu yang lahir dari naluri alamiah setiap manusia.
Manusia hidup ditetapkan berdasarkan pembagian Allah SWT sehingga sebagian
mereka memiliki sejumlah kelebihan yang tidak dimiliki orang lain.
Dengan demikian terciptalah rasa saling membutuhkan, dimana mereka yang
oleh Allah tidak diberikan kelebihan, dapat memanfaatkan kelebihan dari sebagian
yang lain. Konsep tersebut dikenal dengan sikap tolong-menolong sesama manusia.

Allah SWT telah berfirman dalam Surat Al-Mai’dah Ayat 2 yang berbunyi:

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu melanggar syiar-syiar


Allah, dan jangan melanggar kehormatan bulan-bulan haram, jangan (menganggu)
binatang-binatang qalaa-id, dan jangan (pula)menganggu orang-orang yang
mengunjungi Baitullah sedang mereka mencari karunia dan keridhaan dari Tuhannya
dan apabila kamu telah menyelesaikan ibadah haji, maka bolehlah berburu. Dan
tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebaikan dan takwa, dan jangan
tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu
kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksaNya.”

Dalam Surat Al-Ma’idah ayat 2 diatas, untuk lebih memudahkan pengertian


pada sikap tolong menolong, terdapat kalimat yang secara jelas langsung menuju pada
pokoknya, yaitu kalimat “...Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan)
kebaikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan
pelanggaran...”. Allah menyuruh manusia untuk saling tolong-menolong dalam
berbagai aspek kehidupan, selama itu tidak dalam suatu perbuatan zalim dan
menyimpang dari ajaran agama Islam.

Rasulullah SAW juga bersabda: diriwayatkan dari Musadad, diriwayatkan dari


Mu‟tamar, dari Anas. Anas berkata: Rasulullah bersabda: “Bantulah saudaramu, baik
dalam keadaan sedang berbuat zhalim atau sedang teraniaya”. Anas berkata: ”Wahai
Rasulullah, kami akan menolong orang yang teraniaya. Bagaimana menolong orang
yang sedang berbuat zhalim?” Beliau menjawab: “Dengan menghalanginya
melakukan kezhaliman. Itulah bentuk bantuanmu kepadanya” (Qomaro & Oktasari,
2018).
Pada prinsipnya sesama manusia diperintahkan untuk tolong-menolong dalam
hal kebaikan, bukan dalam hal yang tidak baik. Kemudian ada seruan untuk bertakwa
kepada Allah SWT.

Adapula hadits juga yang membicarakan perkara seperti ini, diantaranya yaitu:

‫المسلم اخو المسلم ال يظلمه وال يسلمه مه كان في حاجة اخيه كان هللا في حاجته‬

Artinya: “Seorang muslim dengan muslim yang lain adalah bersaudara, ia tidak
boleh berbuat dzalim dan aniaya kepada saudaranya yang muslim, barang siapa yang
membantu memenuhi hajat (kebutuhan) saudaranya, maka Allah SWT akan memenuhi
hajatnya” (HR. Bukhari dan Muslim).

Dan di hadits lain menyebutkan bahwa diriwayatkan oleh Abu Hurairah bahwasanya
Rosulullah SAW bersabda:
‫هللا في عون العبد ما كان العبد في عون اخيه‬
Artinya: “Allah SWT senantiasa menolong hamba selagi hamba itu menolong
saudaranya” (HR. Ahmad dan Abu Daud).

Pada hadits yang telah dijelaskan di atas, bahwa Allah SWT menjanjikan akan
membantu hambaNya apabila memiliki sikap saling tolong-menolong antar sesama.
Dalam hal ini juga jangan terpaku pada meminta balas budi terhadap orang yang
dibantu oleh kita (ikhlas). Dari pembelajaran materi ikatan kovalen terintegrasi Islam
ini tentu semakin menguatkan manusia untuk menjaga solidaritas antar sesamanya
dengan cara membantu apabila seseorang membutuhkan bantuan sama halnya seperti
pemakaian bersama elektron.
Bayangkan apabila semua manusia di dunia ini turut serta saling membantu
terhadap seseorang yang membutuhkan. Maka akan terciptanya kehidupan yang
sangat diinginkan oleh semua makhluk di bumi yaitu kehidupan yang damai dan
harmonis (stabil).
3. Penutup
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa ikatan kimia ternyata
telah ditemukan oleh ilmuwan muslim bernama Jabir Ibn Hayyan pada abad ke-10.
Jabir Ibn Hayyan telah lebih dahulu menciptakan pengaruh ikatan kimia sebagai
penghubung antara unsur-unsur dan partikel kecil yang tak terlihat dengan kasat mata.
Prinsip dari ikatan kovalen ialah pemakaian bersama elektron untuk mencapai
kestabilan.
Makna dari pemakaian bersama elektron ini dapat dicerminkan dari interaksi
manusia dengan kehidupan yaitu sikap saling tolong-menolong antar sesama.
Kestabilan yang dimaksudkan juga berarti akan terciptanya kondisi lingkungan yang
damai dan harmonis sesama apabila saling membantu. Selain itu, ikatan kovalen yang
berikatan secara tunggal, rangkap dua, maupun rangkap tiga memiliki arti bahwa
semakin banyak pasangan elektron yang terikat menunjukkan semakin kuat rasa
solidaritas yang dimiliki.
Manusia hidup ditetapkan berdasarkan pembagian Allah SWT sehingga
sebagian mereka memiliki sejumlah kelebihan yang tidak dimiliki orang lain. Dengan
demikian terciptalah rasa saling membutuhkan, dimana mereka yang oleh Allah tidak
diberikan kelebihan, dapat memanfaatkan kelebihan dari sebagian yang lain. Konsep
tersebut dikenal dengan sikap tolong-menolong sesama manusia yang terkandung
dalam Al-Quran/Hadits pada surat Al-Maidah ayat 2, HR. Bukhari dan Muslim, HR.
Ahmad dan Abu Daud.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Quran dan Hadits

Asmara, A. P. (2016, Oktober 2). Kajian Integrasi Nilai-nilai Karakter Islami dengan Kimia
dalam Materi Kimia Karbon. Jurnal Pendidikan Sains, 4, 5.

Brady, J. E. (1999). Kimia Universitas: Asas dan Struktur. Tangerang: Binarupa Aksa .

Chang, R. (2005). Kimia Dasar Konsep-Konsep Inti. Jakarta: Erlangga.

Fessenden, R. J., & Fessenden, J. S. (1986). Kimia Organik Jilid 1. Jakarta : Erlangga.

Gould, M. D., Taylor, C., Wolff, S. K., Chandler, G. S., & Jayatilaka, D. (2007). A definition
for the covalent and ionic bond index in a molecule An approach based on Roby’s
atomic projection operators. Education, 276.

Hanun, M. (2017). Skripsi: Integrasi-interkoneksi Islam dan Sains dalam Proses Pembelajaran
Kimia di SMA Muhamadiyah 3 Yogyakarta. Pendidikan, 1.

Muslim, B. (2019). Islam dan Ilmu Pengetahuan (Kimia). Depok: RajaGrafindo Persada.

Qomaro, G., & Oktasari, A. (2018). Manifesti Konsep Ta'awun dalam Zaakwaarneming
Perspektif Hukum Perikatan. 5, 20.

Rahmi, I. F., Agustianti, L., & Arrofiq, M. I. (2017, November). Tafsir Sosial Ayat Al-Quran
Tentang Sikap Tolong Menolong Lewat Teori Sosiologi . Dipetik April 27, 2019, dari
https://sgd.academia.edu/lusiagustianti.

Anda mungkin juga menyukai