Anda di halaman 1dari 30

Potensi Interaksi Obat

pada Resep Polifarmasi


(Studi Kasus: Apotek Mutiara Hati
Dan Apotek Puri Dago Bandung)

Cempaka Kuning - 11613028


1 Pendahuluan

2
Latar Belakang

◉ Interaksi obat adalah keadaaan suatu zat mempengaruhi


akitivitas obat yang dapat menghasilkan efek meningkat
atau menurun atau menghasilkan efek baru yang tidak
dihasilkan oleh obat tersebut.
◉ Interaksi obat dianggap penting secara klinik bila
berakibat meningkatkan toksisitas dan atau mengurangi
efektivitas obat yang berinteraksi terutama bila
menyangkut obat dengan batas keamanan yang sempit
(indeks terapi yang rendah).

3
Clinical Significance

Nilai Keparahan Dokumentasi


1 Mayor Suspected, Probable, Established
2 Moderat Suspected, Probable, Established
3 Minor Suspected, Probable, Established
4 Mayor atau Moderat Possible
Minor Possible
5
Mayor, Moderat, Minor Unlikely

Level Signifikansi Interaksi (Tatro, 2009)

4
Prevalensi Interaksi Obat

◉ RS di Pakistan: dari 400 data rekam medik, 260


resep berpotensi terjadi interaksi obat. Hasil
analisis: terdapat 86 interaksi obat; interaksi mayor
10,7%; moderat 15,2%; dan minor 12.5%.
◉ RS di Amerika: potensi interaksi obat mayor 41%,
moderat 28%, dan minor 11%.
◉ RS di Palu: dari 3650 resep, 495 resep berpotensi
terjadi interaksi obat. Hasil analisis: terdapat 230
interaksi yang terdiri dari interaksi mayor 6,53%;
moderat 48,69; dan minor 44,78%.
5
Polifarmasi

◉ Polifarmasi dapat mengakibatkan interaksi antarobat


dan efek samping obat dan masalah-masalah yang juga
berhubungan dengan obat-obatan (drug related
problem) sehingga dapat mengganggu output klinis.
◉ Polifarmasi berasal dari kata yunani yaitu poly yang
berarti lebih dari satu dan pharmacon yang berarti obat.
Definisi alternatif untuk polifarmasi adalah penggunaan
obat lebih dari yang diperlukan secara medis.
◉ Polifarmasi dapat meningkatkan risiko interaksi
obat-obat atau obat-penyakit.

6
Polifarmasi

◉ Polifarmasi minor: lembar resep yang mengandung


2-4 jumlah obat.
◉ Polifarmasi mayor: lembar resep yang
mengandung ≥ 5 jumlah obat.
◉ Obat topikal dan herbal tidak termasuk dalam
kriteria polifarmasi.
◉ Vitamin dan mineral yang dikonsumsi sesuai
dengan kebutuhan juga tidak termasuk dalam
kriteria polifarmasi.

7
Rumusan Masalah

1. Berapa persentase potensi terjadinya interaksi obat


pada resep polifarmasi yang diterima oleh Apotek
Mutiara Hati dan Apotek Puri Dago?
2. Bagaimana tingkat keparahan interaksi obat yang terjadi
dan berapa persentase terjadinya masing-masing jenis
interaksi obat pada resep polifarmasi yang diterima
oleh Apotek Mutiara Hati dan Apotek Puri Dago?

8
Tujuan

◉ Menganalisis potensi terjadinya interaksi obat pada resep


polifarmasi yang diterima oleh Apotek Mutiara Hati dan
Apotek Puri Dago.
◉ Menganalisis jenis dan tingkat keparahan interaksi obat
pada resep polifarmasi yang diterima oleh Apotek Mutiara
Hati dan Apotek Puri Dago.
◉ Memberikan rekomendasi manajemen resep polifarmasi
untuk menghindari kejadian interaksi obat yang merugikan.
◉ Memberikan saran untuk peningkatan performa apoteker
dalam pelayanan kefarmasian.
9
Manfaat

◉ Terselenggaranya pelayanan kesehatan dalam


rangka pengobatan penyakit pasien yang
efektif dan efisien dalam upaya meningkatkan
kualitas hidup pasien.
◉ Terhindarnya pasien dari interaksi obat yang
merugikan.

10
2 Tinjauan Pustaka

11
Drug Related Problem(s)

Drug Related Problem (DRP) atau masalah terkait obat


didefinisikan sebagai suatu peristiwa atau keadaan yang
memungkinkan atau berpotensi menimbulkan masalah
pada hasil pengobatan yang diberikan. Farmasi klinis
memiliki peran aktif dalam penyelesaian masalah terkait
obat seperti resep yang tidak tepat secara klinis, interaksi
obat-obat yang relevan, ketidakpatuhan pasien dalam
minum obat, dosis subterapi, dan overdosis dengan
memulai perubahan dalam terapi obat melalui pelayanan
klinis kefarmasian.
12
Penyebab DRPs dapat berhubungan dengan cara pasien
Kode Domain Primer
menggunakan obat, terlepas dari petunjuk dosis yang
V5.01
tepat
Masalah P1 Reaksi merugikan C3
Informasi
Pasien menderita dari suatu peristiwa obat yang Penyebab DRPs dapat berhubungan dengan kurangnya
merugikan atau salah tafsir informasi
P2 Masalah Pilihan Obat C4
Pasien / psikologis
Pasien mendapat atau akan mendapatkan kesalahan Penyebab DRPs dapat berhubungan dengan kepribadian
pada penggunaan obat untuk penyakitnya atau perilaku pasien
C5
(Farmasi) logistik
P3 Masalah Dosis
Penyebab DRPs dapat berhubungan dengan mekanisme
Pasien mendapat lebih atau kurang dari jumlah obat
logistik peresepan
yang dia butuhkan C6
Dan lain-lain
P4 Masalah Penggunaan Obat Intervensi 10
Tidak ada intervensi
Kesalahan atau tidak adanya obat yang diambil atau 11
Pada tingkat peresepan
diberikan 12
Pada tingkat pasien
P5 Interaksi 13
Pada tingkat obat
Adanya manifestasi atau potensial interaksi obat-obat 14
Lainnya
atau obat-makanan Hasil Intervensi O0
Hasil intervensi tidak diketahui
O1
Masalah benar-benar dipecahkan
Penyebab C1 Seleksi Obat/Dosis
O3
Masalah sebagian dipecahkan
Penyebab DRPs dapat berhubungan dengan pemilihan
O4
Masalah tidak dipecahkan
jadwal obat dan atau dosis
C2 Proses Penggunaan Obat
Penyebab DRPs dapat berhubungan dengan cara pasien
menggunakan obat, terlepas dari petunjuk dosis yang
tepat
C3 Informasi
Klasifikasi
Penyebab DRPs Drug Related
dapat berhubungan Problems
dengan (DRPs) Secara Umum (PCNE, 2006)
kurangnya
atau salah tafsir informasi
C4 Pasien / psikologis
13
Penyebab DRPs dapat berhubungan dengan kepribadian
jumlah obat yang dia Dosis obat terlalu tinggi atau pemberian dosis
P3.2
Kode butuhkan. berlebihan
Domain Primer Masalah P3.3 Lama pengobatan terlalu pendek
V5.01
P3.4 Lama pengobatan terlalu lama
Efek samping
Masalah penggunaan
Pasien menderita P1.1 Efek samping diderita (non-alergi)
obat
suatu efek racun obat P1.2 Efek samping diderita (alergi) P4.1 Obat tidak diambil atau diberikan sama sekali
Kesalahan atau tidak
yang merugikan P1.3 Efek toksis diderita adanya obat yang
P4.2 Kesalahan pengambilan atau administrasi obat
Masalah pilihan obat diambil atau diberikan
Pasien mendapat atau P2.1 Obat tidak tepat (tidak tepat untuk indikasi) Interaksi
akan mendapatkan Sediaan obat yang tidak tepat (tidak tepat untuk Adanya manifestasi
P2.2 P5.1 Potensi interaksi
kesalahan pada indikasi) atau potensial
penggunaan obat Duplikasi tidak tepat pada kelompok terapi atau interaksi obatobat
P2.3 P5.2 Manifestasi interaksi
untuk penyakitnya bahan aktif atau obat-makanan
P2.4 Kontra-indikasi obat (Kehamilan atau menyusui) Lainnya Pasien tidak puas dengan terapi meskipun mendapat
P6.1
P2.5 Tidak ada indikasi yang jelas pada penggunaan obat obat yang tepat
Ketidakcukupan pengetahuan kesehatan dan
Tidak ada obat yang diresepkan tetapi indikasi yang P6.2
P2.6 penyakit
jelas
Keluhan yang tidak jelas. Diperlukan klarifikasi lebih
Masalah Dosis P6.3
lanjut
Pasien mendapat lebih Dosis obat terlalu rendah atau pemberian dosis tidak P6.4 Kegagalan terapi (alasan yang tidak diketahui)
P3.1
atau kurang dari mencukupi
jumlah obat yang dia Dosis obat terlalu tinggi atau pemberian dosis
P3.2
butuhkan. berlebihan
P3.3 Lama pengobatan terlalu pendek
P3.4 Lama pengobatan terlalu lama
Masalah penggunaan
obat
P4.1 Klasifikasi
Obat tidak diambil Masalah
atau diberikan Dalam
sama sekali Drug Related Problems (PCNE, 2006)
Kesalahan atau tidak
adanya obat yang
P4.2 Kesalahan pengambilan atau administrasi obat
diambil atau diberikan 14
Interaksi Obat

Interaksi obat merupakan satu dari delapan kategori permasalahan


terkait obat (drug related problem) yang diidentifikasi sebagai kejadian
atau keadaan terapi obat yang dapat mempengaruhi outcome klinis
pasien. Sebuah interaksi obat terjadi ketika farmakokinetika atau
farmakodinamika obat dalam tubuh diubah oleh kehadiran satu atau
lebih zat yang berinteraksi.

Interaksi obat dianggap penting secara klinik bila berakibat


meningkatkan toksisitas dan atau mengurangi efektivitas obat yang
berinteraksi terutama bila menyangkut obat dengan batas keamanan
yang sempit (indeks terapi yang rendah), misalnya glikosida jantung,
antikoagulan, dan obat-obat sitostatik.

15
Mekanisme Interaksi Obat

Interaksi Farmakokinetik
Terjadi ketika suatu obat memengaruhi absorpsi, distribusi,
metabolisme, atau ekskresi obat lain, yang berdampak
meningkatkan atau mengurangi jumlah obat yang tersedia
untuk dapat menghasilkan efek farmakologisnya.

Interaksi Farmakodinamik
Terjadi antara obat yang memiliki efek farmakologis antagonis
atau efek samping yang hampir sama yang disebabkan oleh
kompetisi pada reseptor atau terjadi antara obat-obat yang
bekerja pada sistem fisiologis yang sama.
16
Interaksi Farmakokinetik

a. Interaksi pada absorpsi obat


i. Efek perubahan pH gastrointestinal
ii. Adsorpsi, kelasi, dan mekanisme pembentukan
kompleks
iii. Perubahan motilitas gastrointestinal
iv. Induksi atau inhibisi protein transporter obat
v. Malabsorpsi akibat obat
b. Interaksi pada distribusi obat
i. Interaksi ikatan protein
ii. Induksi atau inhibisi protein transpor obat
17
Interaksi Farmakokinetik

c. Interaksi pada metabolisme (biotransformasi)


obat
i. Perubahan pada metabolisme fase pertama
ii. Induksi enzim
iii. Inhibisi enzim
iv. Faktor genetik pada metabolisme obat
v. Interaksi isoenzim sitrokrom P450 dengan obat yang
diprediksi
d. Interaksi pada ekskresi obat
i. Perubahan pH urin
ii. Perubahan ekskresi aktif tubular renal
iii. Perubahan aliran darah renal

18
Interaksi Farmakodinamik

Interaksi aditif atau sinergis


Jika dua obat yang memiliki efek farmakologis yang sama diberikan
bersamaan efeknya bisa bersifat aditif. Kadang-kadang efek aditif
menyebabkan toksik (misalnya aditif ototoksisitas, nefrotoksisitas,
depresi sumsum tulang dan perpanjangan interval QT).

Interaksi antagonis atau berlawanan


Ada beberapa pasang obat dengan aksi yang bertentangan satu sama
lain. Misalnya kumarin dapat memperpanjang waktu pembekuan
darah yang secara kompetitif menghambat efek vitamin K.

19
Tingkat Keparahan

Keparahan Minor
Contoh: penurunan absorbsi ciprofloxacin oleh antasida

Keparahan Moderat
Contoh: kombinasi vankomisin dan gentamisin perlu dilakukan
monitoring nefrotoksisitas

Keparahan Mayor
Contoh: pemberian eritromisin dan terfenadin menyebabkan
peningkatan risiko aritmia
20
Faktor Penyebab Interaksi Obat

◉ Jumlah obat yang dikonsumsi


◉ Usia pasien
◉ Fungsi organ pasien
◉ Sensitivitas pasien
◉ Kurangnya dokumentasi dan pengetahuan
terhadap interaksi obat

21
Manajemen Interaksi Obat

◉ Menghindari kombinasi obat yang berinteraksi


◉ Penyesuaian dosis obat
◉ Pemanyauan pasien
◉ Melanjutkan pengobatan seperti sebelumnya

22
3 Metodologi Penelitian

23
Metodologi Penelitian

◉ Non-eksperimental
◉ Retrospektif
◉ Analisis: metode deskriptif

Alat
Drug interaction checker:
◉ Drug Interaction 9th Edition
◉ Drug Interactions Facts
◉ Medscape.com, drugs.com, webMD.com
24
Metodologi Penelitian

Bahan
Resep periode Oktober Desember 2018, dengan kriteria:
◉ Resep polifarmasi (≥2 jenis obat)
◉ Obat topikal, herbal, vitamin, dan mineral yang dikonsumsi sesuai
kebutuhan tidak termasuk ke dalam polifarmasi
◉ Obat yang sama dengan kekuatan yang berbeda dihitung sebagai
satu jenis obat
◉ Formulasi satu obat dengan rute pemberian yang berbeda
dianggap sebagai jenis berbeda
◉ Kombinasi obat yang mengandung >1 zat aktif dianggap sebagai
satu jenis obat

25
Terima Kasih
Cempaka Kuning - 11613028

26
Daftar Pustaka

Annisa, N., Abdulah R., 2012, Potensi Interaksi Obat Resep Pasien Geriatri: Studi
Retrospektif Pada Apotek di Bandung dalam Herdaningsih S., Muhtadi, A.,
Lestari, K., Annisa, N., 2016, Potensi Interaksi Obat-Obat pada Resep
Polifarmasi: Studi Retrospektif pada Salah Satu Apotek di Kota Bandung,
Jurnal Farmasi Klinik Indonesia, 5(4): 288-292.
Bailie, G.R., Johnson, C.A., Mason, N.A., Peter, W.L.St, 2004, Medfacts Pocket
Guide of Drug Interaction, ed 2, Middleton: Bone Care International,
Nephrology Pharmacy Associated, 1-6.
BNF, 2015, British National Formulary, ed 70, BMJ Publishing Group, London,
1137.
Bushra Rabia, Nousheen Aslam, Arshad Yar Khan, 2011, Food-Drug Interactions,
Oman Medical Journal, 26(2)
Dalimunthe, A, 2009, Interaksi Pada Obat Antimikroba, Departemen
Farmakologi, Fakultas Farmasi Universitas Sumatera, Medan.
27
Daftar Pustaka

Feinstein, J., Dai, D., Zhong, W., Freedman, J., Feudtner, C., 2014 Potential Drug-Drug
Interactions in Infant, Child, and Adolescent Patients in Hospital, Pediatrics,
135(1): 99-108.
Fradgley, S., 2003, Interaksi Obat dalam Aslam, M., Tan., C.K., dan Prayitno, A., Farmasi
Klinis, PT. Elex Media Komputindo kelompok Gramedia, Jakarta, 119-130.
Hajjar, ER, Cafiero, AC, Hanlon, JT, 2007, Polypharmacy in Elderly Patients, The American
Journal of Geriatric Pharmacotherapy, 5(4): 345-351.
Ismail, M., Iqbal, Z., Khan, M. I., Javaid, A., Arsalan, H., Farhadullah, Khan, J, A., 2013.
Frequency, Levels and Predictors of Potential Drug-Drug Interactions in a Pediatrics
Ward of a Teaching Hospital in Pakistan, Tropical Journal of Pharmaceutical Research,
12(3): 401-406.
Kumar, Y.A., Ahmad, A., Kumar, V.R., Mohanta, G.P., dan Manna, K. P., 2012, Pharmacist
Interventions and Pharmaceutical Care in an Indoan Teaching Hospital, International
Journal of Advanced Research in Pharmaceutical and Bio Science, 2(3): 392-394.
Mamun, K & Lien, Christopher & Y E Goh-Tan, C & S T Ang, W, 2004, Polypharmacy and
Inappropriate Medication Use in Singapore Nursing Homes, Annals of the Academy of
Medicine, 33: 49-52.
28
Daftar Pustaka

Manik, U., Harahap, U., Tjipta, G., 2012, A Retrospective Study on Drug Interaction For
Pediatric In-Patients at Central Public Hospital Haji Adam Malik, Medan For The Period
of January-June 2012, International Journal of Basic Clinical Pharmacology, 3: 512.
Mara, J.C., dan Carlos, J.T., 2006, Prevalence of Potential Drug-Drug Interactions and its
Associated Factors In a Brazilian Teaching Hospital, Brazil J Pharm Pharmaceutical
Science, 9(3): 427-433.
Mariam, S, 2016, Evaluasi Kejadian Interaksi Obat Pada Pasien Rwat Inap Geriatri Penderita
Gagal Jantung, Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi dan Industri, Bogor.
McCabe, B.D., Marques, G., Haghighi, A.P., Fetter, R.D., Crotty, M.L., Haerry, T.E., Goodman,
C.S., O'Connor, M.B, 2003, The BMP Homolog Gbb Provides a Retrograde Signal that
Regulates Synaptic Growth at the Drosophila Neuromuscular Junction, Neuron, 39(2):
241-254.
Pharmaceutical Care Network Europe Foundation, 2006, PCNE Classification for Drug
Related Problems, ed 5.01, Pharmaceutical Care Network European Foundation,
Zuidlaren, 1-2.

29
Daftar Pustaka

Piscitelli, S.C., dan Rodvold, K.A, 2005, Drug Interaction in Infection Disease, ed 2, Humana
Press, New Jersey, 9.
Reamer, L.B., Massey, E.B., Simpson, T.W., Simpson, K.N., 2008, Polypharmacy: Misleading,
but Manageable dalam Agustina, R., Annisa, N., Prabowo, W.C., 2015, Potensi Interaksi
Obat Resep Pasien Hipertensi Di Salah Satu Rumah Sakit Pemerintah Di Kota
Samarinda, Jurnal Farmasi Klinik Indonesia, 1(4): 208-213.
Setiawati, A., 2007, Interaksi Obat dalam Gunawan, S.G, 2007, Farmakologi dan Terapi,
Edisi 5, Bagian Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran UI, Jakarta, 862-873.
Sjahadat, A.G., Muthmainah, S.S., 2013, Analisis Interaksi Obat Pasien Rawat Inap Anak di
Rumah Sakit di Palu, Jurnal Farmasi Klinik Indonesia, 2: 1-6.
Stockley, I.H., 2010, Drug Interaction, ed 9, Pharmaceutical Press, London, 3-9.
Tatro, D.S., 2009, Drug Interaction Facts, Wolters Kluwer Health, Inc.

30

Anda mungkin juga menyukai