INDONESIA
Oleh :
1. Olina Dea Kharisa (13514134008)
2. Agustina Anggraini (13514134010)
3. Erfana Uji Cahyani (13514134011)
4. Cicilia (13514134012)
A. Latar Belakang
Masalah korupsi tengah menjadi perbincangan hangat di masyarakat,
terutama media massa lokal dan nasional. Maraknya korupsi di Indonesia seakan
sulit untuk diberantas dan telah menjadi budaya. Pada dasarnya, korupsi adalah
suatu pelanggaran hukum yang kini telah menjadi suatu kebiasaan. Berdasarkan
data Transparency International Indonesia, kasus korupsi di Indonesia belum
teratasi dengan baik. Indonesia menempati peringkat ke-100 dari 183 negara pada
tahun 2011 dalam Indeks Persepsi Korupsi. Korupsi adalah bencana terbesar bangsa
ini. Meski sebagian besar para koruptor sering mengucapkan di bibir sangat peduli
masyarakat dan cinta tanah air. Korupsi adalah perbuatan buruk yang telah
mengakar di negara Indonesia yang sulit diberantas. Tindakan tidak terpuji ini dapat
mengganggu dan berdampak dalam semua segi kehidupan manusia. Korupsi adalah
perilaku pejabat publik, baik politisi maupun pegawai negeri, yang secara tidak
wajar dan tidak legal memperkaya diri atau memperkaya mereka yang dekat
dengannya, dengan menyalahgunakan kekuasaan publik yang dipercayakan kepada
mereka. Dalam bahasa Latin korupsi berasal dari corruptio dari kata kerja
corrumpere yang bermakna busuk, rusak, menggoyahkan, memutarbalik,
menyogok.
B. Permasalahan
1. Korupsi di Indonesia
2. Dampak yang terjadi akibat korupsi
3. Upaya Pemberantasan Korupsi
C. Tujuan
Kelompok kami menyusun makalah ini agar para pembaca bisa mengetahui
tentang berbagai macam permasalahan korupsi di Indonesia yang sudah sangat
sering kita dengar dan kita tau setiap tahun permasalahan korupsi di Indonesia
semakin bertambah.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Korupsi Di Indonesia
Korupsi atau rasuah (bahasa Latin: corruptio dari kata
kerja corrumpere yang bermakna busuk, rusak, menggoyahkan, memutarbalik,
menyogok) adalah tindakan pejabat publik, baik politisi maupun pegawai negeri,
serta pihak lain yang terlibat dalam tindakan itu yang secara tidak wajar dan
tidak legalmenyalahgunakan kepercayaan publik yang dikuasakan kepada mereka
untuk mendapatkan keuntungan sepihak. Dari sudut pandang hukum, tindak pidana
korupsi secara garis besar memenuhi unsur-unsur sebagai berikut:
perbuatan melawan hukum,
penyalahgunaan kewenangan, kesempatan, atau sarana,
memperkaya diri sendiri, orang lain, atau korporasi, dan
merugikan keuangan negara atau perekonomian negara.
Jenis tindak pidana korupsi di antaranya seperti memberi atau menerima
hadiah atau janji (penyuapan), penggelapan dalam jabatan, pemerasan dalam
jabatan,ikut serta dalam pengadaan (bagi pegawai negeri/penyelenggara negara),
dan menerima gratifikasi (bagi pegawai negeri/penyelenggara negara).
Dalam arti yang luas, korupsi atau korupsi politis adalah penyalahgunaan
jabatan resmi untuk keuntungan pribadi. Semua bentuk pemerintah pemerintahan
rentan korupsi dalam prakteknya. Beratnya korupsi berbeda-beda, dari yang paling
ringan dalam bentuk penggunaan pengaruh dan dukungan untuk memberi dan
menerima pertolongan, sampai dengan korupsi berat yang diresmikan, dan
sebagainya. Titik ujung korupsi adalah kleptokrasi, yang arti
harafiahnya pemerintahan oleh para pencuri, dimana pura-pura bertindak jujur
pun tidak ada sama sekali.
Korupsi yang muncul di bidang politik dan birokrasi bisa berbentuk sepele
atau berat, terorganisasi atau tidak. Walau korupsi sering memudahkan kegiatan
kriminal seperti penjualan narkotika, pencucian uang, dan prostitusi, korupsi itu
sendiri tidak terbatas dalam hal-hal ini saja. Untuk mempelajari masalah ini dan
membuat solusinya, sangat penting untuk membedakan antara korupsi
dan kejahatan.
Tergantung dari negaranya atau wilayah hukumnya, ada perbedaan antara
yang dianggap korupsi atau tidak. Sebagai contoh, pendanaan partai politik ada
yang legal di satu tempat namun ada juga yang tidak legal di tempat lain.
Di era demokrasi, korupsi akan mempersulit pencapaian good governance
dan pembangunan ekonomi. Terlebih lagi akhir-akhir ini terjadi perebutan
kewenangan antara KPK dan Polri. Sebagai institusi yang sama-sama menangani
korupsi, seharusnya KPK dan Polri bisa bekerja sama dalam memberantas korupsi.
Tumpang tindih kewenangan seharusnya tidak terjadi jika dapat dikoordinasikan
secara baik.
Penyebab terjadinya korupsipun bermacam-macam, antara lain masalah
ekonomi, yaitu rendahnya penghasilan yang diperoleh jika dibandingkan dengan
kebutuhan hidup dan gaya hidup yang konsumtif, budaya memberi tips (uang
pelicin), budaya malu yang rendah, sanksi hukum lemah yang tidak mampu
menimbulkan efek jera, penerapan hukum yang tidak konsisten dari institusi
penegak hukum, dan kurangnya pengawasan hukum.
A. Kesimpulan
Dari makalah yang telah dibuat tadi dapat di simpulkan bahwa korupsi di
Indonesia sangatlah beragam , Untuk negara kita sekalipun dalam undang-undang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi mulai dari UU No.3 tahun 1971 Jo. UU
No.31 tahun 1999 Jo. UU No.20 tahun 2001 yang dalam pertimbangan UU tersebut
telah menegaskan bahwa “akibat tindak pidana korupsi yang terjadi selama ini
selain merugikan keuangan negara atau perekonomian negara, juga menghabat
pertumbuhan dan kelangsungan pembangunan nasional yang menuntut efisiensi
tinggi”. namun faktanya korupsi telah mewabah kemana-mana dan telah
mengganggu pembangunan nasional. Otonomi Daerah dalam sistem pemerintahan
Indonesia yang dijalankan telah memindahkan korupsi yang ada di tingkat pusat ke
daerah-daerah yang secara kuantitasnya justeru jauh lebih besar dari yang ada di
tingkat pusat.
B. Saran
Adapun saran penulis kepada pembaca agar pembaca dapat mengetahui
bahwa kejahatan korupsi haruslah kita hindari karena Korupsi merupakan kejahatan
sosial (extra ordinary crime) yang harus diberantas melalui proses peradilan tindak
pidana korupsi, bersikap jujur sejak dini harus kita tanamkan pada situasi apapun
agar dapat meminimaliisir tindakan korupsi di Negara kita ini.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.kantorhukum-lhs.com/artikel-hukum/n?id=korupsi-demokrasi-pembangunan
http://www.merdeka.com/tag/k/kasus-korupsi/