Anda di halaman 1dari 5

Legenda Gunung Tangkuban Perahu

Kategori : Umum
P u j i s yu k u r k a n i p a n j a t k a n k e h a d i r a t A l l a h S W T , s e m o g a rahm
a t k e s e l a m a t a n s e l a l u t e r l i m p a h k a n k e p a d a j u n j u n g a n k i t a N a b i besar
Muhammad SAW dan kepada para sahabatnya.Dengan perasaan yang amat lega kami ucapkan
Al-hamdulillahkarena dapat menyelesaikan tugas yang kami emban dari Bapak dan IbuGuru
kami. Tugas itu adalah berupa buku laporan perjalanan study tour yang mana pada kali
ini yang dituju adalah Yogyakarta dan Jateng.Pada kesempatan ini kami ingin juga
menyampaikan rasa terimakasih kami yang tidak terhingga, terutama kepada Ibu
Kepala Sekolahyang dalam hal ini adalah Ibu Masning Yuliati. Juga terima kasih
kami u c a p k a n p a d a I b u N u r
s e l a k u p e m b i m b i n g d a l a m p e m b u a t a n b u k u laporan perjalanan study
t o u r i n i . S e l a i n i t u p u l a , t e r i m a k a s i h k a m i ucapkan kepada Bapak Sugeng
Widodo selaku pembina OSIS SMP 1B a n t a r a n , j u g a B a p a k d a n I b u G u r u
l a i n n ya y a n g t e l a h t e r l i b a t d a l a m perjalanan study tour ke Yogyakarta dan
Jateng ini.Akhir kata kami ucapkan semoga buku ini bisa bermanfaat
bagi p a r a pembaca, dan hendaknyalah berguna sebaga
i p e m b a n t u memberikan wawasan tentang keadaan Yogyakarta dan Jat
e n g y a n g telah dikunjungi dalam perjalan study tour tersebut. Dan tidak lupa kamiucapkan,
terima kasih sekali lagi bagi semua pihak yang telah membantuterciptanya buku laporan
perjalanan study tour ini. Sebaliknya kritik dansaran sangat kami harapkan guna menuju
kesempurnaan buku laporan ini.

Probolinggo, 16 Maret 2010

Penyusun

Pada jaman dahulu kala, di tatar Parahyangan, berdiri sebuah kerajaan yang
gemah ripah lohjinawi kerta raharja. Tersebutlah sang prabu yang gemar olah raga
berburu binatang, yang senantiasa ditemani anjingnya yang setia, yang bernama
"Tumang".

Pada suatu ketika sang Prabu berburu rusa, namun telah seharian hasilnya kurang
menggembirakan. Binatang buruan di hutan seakan lenyap ditelan bumi. Ditengah
kekecewaan tidak mendapatkan binatang buruannya, sang Prabu dikagetkan
dengan nyalakan anjing setianya "Tumang" yang menemukan seorang bayi
perempuan tergeletak diantara rimbunan rerumputan. Alangkah gembiranya sang
Prabu, ketika ditemukannya bayi perempuan yang berparas cantik tersebut,
mengingat telah cukup lama sang Prabu mendambakan seorang putri, namun
belum juga dikaruniai anak. Bayi perempuan itu diberi nama Putri Dayang sumbi.

Alkisah putri Dayang sumbi nan cantik rupawan setelah dewasa dipersunting
seorang pria, yang kemudian dikarunia seorang anak laki-laki yang diberi nama
Sangkuriang yang juga kelak memiliki kegemaran berburu seperti juga sang Prabu.
Namun sayang suami Dayangsumbi tidak berumur panjang.

Suatu hari, Sangkuriang yang masih sangat muda belia, mengadakan perburuan
ditemani anjing kesayangan sang Prabu yang juga kesayangan ibunya, yaitu
Tumang. Namun hari yang kurang baik menyebabkan perburuan tidak memperoleh
hasil binatang buruan. Karena Sangkuriang telah berjanji untuk mempersembahkan
hati rusa untuk ibunya, sedangkan rusa buruan tidak didapatkannya, maka
Sangkuriang nekad membunuh si Tumang anjing kesayangan ibunya dan juga sang
Prabu untuk diambil hatinya, yang kemudian dipersembahkan kepada ibunya.

Ketika Dayangsumbi akhirnya mengetahui bahwa hati rusa yang dipersembahkan


putranya tiada lain adalah hati "si Tumang" anjing kesayangannya, maka murkalah
Dayangsumbi. Terdorong amarah, tanpa sengaja, dipukulnya kepala putranya
dengan centong nasi yang sedang dipegangnya, hingga menimbulkan luka yang
berbekas. Sangkuriang merasa usaha untuk menggembirakan ibunya sia-sia, dan
merasa perbuatannya tidak bersalah. Pikirnya tiada hati rusa, hati anjingpun
jadilah, dengan tidak memikirkan kesetiaan si Tumang yang selama hidupnya telah
setia mengabdi pada majikannya. Sangkuriangpun minggat meninggalkan
kerajaan, lalu menghilang tanpa karana.

Setelah kejadian itu Dayangsumbi merasa sangat menyesal, setiap hari ia selalu
berdoa dan memohon kepada Hyang Tunggal, agar ia dapat dipertemukan kembali
dengan putranya. Kelak permohonan ini terkabulkan, dan kemurahan sang Hyang
Tunggal jualah maka Dayangsumbi dikaruniai awet muda. Syahdan Sangkuriang
yang terus mengembara, ia tumbuh penjadi pemuda yang gagah perkasa, sakti
mandraguna apalgi setelah ia berhasil menaklukan bangsa siluman yang sakti pula,
yaitu Guriang Tujuh.

Dalam suatu saat pengembaraannya, Sangkuriang tanpa disadarinya ia kembali ke


kerajaan dimana ia berasal. Dan alur cerita hidup mempertemukan ia dengan
seorang putri yang berparas jelita nan menawan, yang tiada lain ialah putri
Dayangsumbi. Sangkuriang jatuh hati kepada putri tersebut, demikianpula
Dayangsumbi terpesona akan kegagahan dan ketampanan Sangkuriang, maka
hubungan asmara keduanya terjalinlah. Sangkuriang maupun Dayangsumbi saat itu
tidak mengetahui bahwa sebenarnya keduanya adalah ibu dan anak. Sangkuriang
akhirnya melamar Dayangsumbi untuk dipersunting menjadi istrinya.

Namun lagi lagi alur cerita hidup membuka tabir yang tertutup, Dayangsumbi
mengetahui bahwa pemuda itu adalah Sangkuriang anaknya, sewaktu ia melihat
bekas luka dikepala Sangkuriang, saat ia membetulkan ikat kepala calon suaminya
itu.

Setelah merasa yakin bawa Sangkuriang anaknya, Dayangsumbi berusaha


menggagalkan pernikahan dengan anaknya. Untuk mempersunting dirinya,
Dayangsumbi mengajukan dua syarat yang harus dipenuhi Sangkuriang dengan
batas waktu sebelum fajar menyingsing. Syarat pertama, Sangkuriang harus dapat
membuat sebuah perahu yang besar. Syarat kedua, Sangkuriang harus dapat
membuat danau untuk bisa dipakai berlayarnya perahu tersebut.
Sangkuriang menyanggupi syarat tersebut, ia bekerja lembur dibantu oleh
wadiabalad siluman pimpinan Guriang Tujuh untuk mewujudkan permintaan
tersebut. Kayu kayu besar untuk perahu dan membendung sungai Citarum, ia
dapatkan dari hutan di sebuah gunung yang menurut legenda kelak diberi nama
Gunung Bukit Tunggul. Adapun ranting dan daun dari pohon yang dipakai kayunya,
ia kumpulkan disebuah bukit yang diberi nama gunung Burangrang.

Sementara itu Dayangsumbi-pun memohon sang Hyang Tunggal untuk


menolongnya, menggagalkan maksud Sangkuriang untuk memperistri dirinya. Sang
Hyang Tunggal mengabulkan permohonan Dayangsumbi, sebelum pekerjaan
Sangkuriang selesai, ayampun berkokok dan fajar menyingsing. Sangkuriang
murka, mengetahui ia gagal memenuhi syarat tersebut, ia menendang perahu yang
sedang dibuatnya. Perahu akhirnya jatuh menelungkup dan menurut legenda kelak
jadilah Gunung Tangkubanparahu, sementara aliran Sungai Citarum yang
dibendung sedikit demi sedikit membentuk danau Bandung.

Anda mungkin juga menyukai