BAB I Hub Pengetahuan DG Kualitas Hudup PPCI
BAB I Hub Pengetahuan DG Kualitas Hudup PPCI
PENDAHULUAN
Pada bab ini akan diuraikan latar belakang masalah yang membahas tinjauan
pustaka secara ringkas, perumusan masalah peneliti, tujuan penelitan yang
meliputi tujuan umum dan khusus, serta manfaat penelitian.
1
2
memiliki resiko kematian dan kesakitan yang tinggi, terutama pada kejadian
infark miokard yang diabaikan. Angka mortalitas lebih tinggi didapat pada
infark miokard yang diabaikan dibandingkan dengan yang mendapat terapi
reperfusi baik dengan PCI atau pun dengan terapi fibrinolitik (Dharma et al.,
2015; Lilly,2016).
Sindrom Koroner Akut adalah sebagian besar dari manifestasi klinis akut plak
atheroma pembuluh darah koroner yang koyak atau pecah yang terdiri dari:
infark miocard dengan ST elevasi, infark miocard dengan non elevasi segmen
ST, dan Angina Pectoris Tidak Stabil. Sindrom koroner akut berkaitan dengan
perubahan komposisi plak dan penipisan tudung fibrus yang menutupi plak
tersebut. Kejadian ini akan diikuti oleh proses agregasi trombosit dan aktivasi
jalur koagulasi. Terbentuklah thrombus yang kaya trombosit (white
thrombus). Trombus ini akan menyumbat liang pembuluh darah koroner, baik
secara total maupun parsial atau menjadi microemboli yang menyumbat
pembuluh darah koroner yang lebih distal. Terjadi pelepasan zat vasoaktif
yang menyebabkan vasokonstriksi sehingga memperberat gangguan aliran
darah koroner.Berkurangnya aliran darah koroner akan menyebabkan iskemia
myocardium atau berkurangnya asupan oksygen ke otot jantung (PERKI,
2018).
STEMI terjadi sebagian besar disebabkan karena oklusi total trombus kaya
fibrin di pembuluh koroner epikardial. Oklusi ini akan mengakibatkan
berhentinya aliran darah (perfusi) ke jaringan miokard. Tujuan pengobatan
pasien miokardinfark akut dengan STEMI (termasuk mereka yang diduga
mengalami onset baru blok berkas cabang kiri (LBBB) adalah untuk
memulihkan oksigenasi dan suplai substrat metabolik akibat oklusi trombotik
persisten di arteri koroner. Sumbatan ini dapat mengurangi kelangsungan
hidup dan performa ventrikel kiri. 3 Gambaran rekaman
elektrokardiogram(EKG) secara akurat akan memberikan ramalan lokasi
sumbatan dan prognosis jangka panjang sehingga memandu seorang
Kardiolog (Sp.JP) dalam melakukan pengobatan yang cepat dan tepat
(Firdaus, I. 2011).
Beberapa strategi reperfusi koroner yang sudah lama kita kenal yaitu reperfusi
farmakologik (dengan obat-obatan fibrinolitik), intervensi koroner perkutan
primer (selanjutnya disingkat IKPP), intervensi koroner perkutan fasilitasi
(fascilitated PCI), intervensi koroner perkutan penyelamatan (rescue PCI), dan
stretegi reperfusi yang baru-baru ini mulai dijalankan di beberapa senter
adalah strategi farmako-invasif (Firdaus, I., 2011).
Salah satu faktor berulangnya klien terkena serangan jantung adalah akibat
ketidakmampuan klien PJK dalam melakukan pencegahan sekunder
(Indrawati, 2012). Pengetahuan pasien mengenai obat merupakan salah satu
kebutuhan yang harus dimiliki pasien, sehingga klien mampu melakukan
tindakan pencegahan sekunder terkait obat, namun dalam kenyataan klien PJK
belum mampu melakukan tindakan pencegahan sekunder terkait konsumsi
obat yang tidak digunakan sesuai aturan. Hal tersebut merupakan salah satu
penyebab kekambuhan pada klien PJK (Handayani, 2013).
Penelitian Nuraeni, A., et. Al., 2016 mengungkapkan bahwa yang menjadi
faktor yang memengaruhi kualitas hidup pada pasien PJK dalam penelitian ini
adalah cemas, depresi, dan revaskularisasi jantung dengan depresi menjadi
faktor yang paling berpengaruh terhadap kualitas hidup pasien PJK dibanding
kedua faktor yang lain. Lebih jauh hasil penelitian menjelaskan bahwa pasien
PJK yang tidak mengalami kecemasan kualitas hidupnya 4,7 kali lebih baik
dibanding pasien cemas, sedangkan pasien yang tidak mengalami depresi
memiliki kualitas hidup 5,4 kali lebih baik dibanding dengan pasien depresi
dan pasien yang menjalani revaskularisasi memiliki kualitas hidup 3,23 kali
lebih baik dibanding pasien yang tidak menjalani revaskularisasi.
8
B. Perumusan Masalah
Penyakit jantung koroner masih menjadi penyebab utama penyebab utama
kematian didunia dan infark miokard adalah kondisi gawat darurat
kardiovaskuler yang disebabkan oleh terjadinya rupture plak ateroklerosis.
Infark miokard dibedakan dengan adanya perubahan ST segmen pada EKG
yaitu STEMI dan NSTEMI. STEMI sering menyebabkan kematian mendadak,
sehingga merupakan suatu kegawatdaruratan yang membutuhkan tindakan
medis secepatnya. Reperfusi merupakan pilihan strategi utama dalam
tatalaksana STEMI di menit-menit awal kontak pasien pertamakali ke unit
pelayanan medis terdekat. IKPP adalah terapi reperfusi yang lebih disarankan
dibandingkan dengan fibrinolisis apabila dilakukan oleh tim yang
berpengalaman dalam 120 menit dari waktu kontak medis pertama.
9
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Mengetahui hubungan tingkat pengetahuan terhadap kualiatas hidup
pasien yang menjalani intervensi koroner perkutan primer (IKPP) di RS
Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita Jakarta.
10
2. Tujuan khusus
a. Mengidentifikasi karakteristik pasien yang menjalani IKPP di
RSJPDHK
b. Mengidentifikasi tingkat pengetahuan pasien yang menjalani
IKKP di RSJPDHK
c. Mengidentifikasi kualitas hidup pasien yang menjalani IKPP di
RSJPDHK
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Institusi STIKES PERTAMEDIKA Jakarta
Sebagai bahan informasi dan referensi bagi Mahasiswa keperawatan
STIKES PERTAMEDIKA Jakarta tentang tingkat pengetahuan
terhadapkualiatas hidup Pasien yang menjalani intervensi koroner
perkutan primer (IKPP)
2. Perkembangan ilmukeperawatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai salah satu
rujukan yang bermanfaat bagi ilmu keperawatan medikal bedah
khususnya keperawatan kardiovaskuler tentang tingakat pengeya
sehingga implementasi edukasi lebih efektif dan efisien
3. Bagi pelayanan keperawatan.
Sebagai acuan dan bahan informasi bagi pelaku pelayanan kesehatan
dalam melakukan penelitian keperawatan.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai data untuk
penelitian selanjutnya, memperkaya riset keperawatan di Indonesia,
sehingga dapat mengembangkan ilmu keperawatan dengan berbagai
inovasi intervensi sesuai kebutuhan pasien.