Anda di halaman 1dari 40

Laporan kasus

PSIKOTIK AKUT

Oleh

Dita Andini, S.Ked. 04054821810009

Mareta Kurnia Desiani, S.Ked. 04054821820106

Nur Azizah, S.Ked. 04084821921121

Pembimbing

dr. Bintang Arroyanti, Sp.KJ

BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA

RUMAH SAKIT JIWA ERNALDI BAHAR

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA

2019
HALAMAN PENGESAHAN

Judul

Psikotik Akut

Oleh:

Dita Andini, S.Ked. 04054821810009

Mareta Kurnia Desiani, S.Ked. 04054821820106

Nur Azizah, S.Ked. 04084821921121

Laporan kasus ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas dalam mengikuti
Kepaniteraan Klinik di bagian Ilmu Kedokteran Jiwa Fakultas Kedokteran
Universitas Sriwijaya, Rumah Sakit Jiwa Ernaldi Bahar Palembang periode 11
Maret 2019 – 15 April 2019.

Palembang, April 2019

dr. Bintang Arroyanti, Sp.KJ

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat dan rahmat-Nyalah, penulis dapat menyelesaikan penulisan laporan
kasus dengan judul “Psikotik Akut”. Pada kesempatan ini, penulisan juga
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dr. Bintang Arroyanti,
Sp.KJ selaku pembimbing yang telah meluangkan waktu untuk membimbing dan
memberikan pengarahan dalam penyusunan laporan kasus ini.

Dalam penyusunan laporan kasus ini, penulis menyadari sepenuhnya


bahwa laporan kasus ini masih terdapat banyak kekurangan, baik dari isi maupun
teknik penulisan. Sehingga apabila ada kritik dan saran dari semua pihak untuk
kesempurnaan laporan kasus, penulis ucapkan banak terimakasih.

Demikianlah penulisan laporan kasus ini semoga dapat berguna bagi kita
semua.

Palembang, April 2019

Penulis

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................... i


HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................. ii
KATA PENGANTAR ........................................................................................... iii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................1
BAB II STATUS PASIEN ......................................................................................2
BAB III TINJAUAN PUSTAKA ..........................................................................19
A. Definisi ........................................................................................................19
B. Epidemiologi ...............................................................................................18
C. Etiologi ........................................................................................................20
D. Faktor-Faktor Penyebab Gangguan Psikotik...............................................21
E. Gambaran Klinis ..........................................................................................23
F. Diagnosis .....................................................................................................24
G. Jenis Stresor ................................................................................................27
H. Diagnosis Banding ......................................................................................28
I. Penatalaksanaan ............................................................................................24
J. Prognosis ......................................................................................................29

BAB IV ANALISIS KASUS ................................................................................31

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................36

iv
BAB I
PENDAHULUAN

Psikotik adalah gangguan jiwa yang ditandai dengan ketidak mampuan


individu menilai kenyataan yang terjadi, misalnya terdapat halusinasi, waham atau
perilaku kacau/aneh. Gangguan psikotik singkat/akut didefinisikan sebagai suatu
gangguan kejiwaan yang terjadi selama 1 hari hingga kurang dari 1 bulan, dengan
gejala psikosis, dan dapat kembali ke tingkat fungsional premorbid (Muslim
R.,2013). Penyebabnya belum diketahui secara pasti, tapi sebagian besar di
jumpai pada pasien dengan gangguan kepribadian mungkin memiliki kerentanan
biologis atau psikologis terhadap perkembangan gejala psikotik. Satu atau lebih
faktor stres berat, seperti peristiwa traumatis, konflik keluarga, masalah pekerjaan,
kecelakaan, sakit parah, kematian orang yang dicintai, dan status imigrasi tidak
pasti, dapat memicu psikosis reaktif singkat (Fattemi SH, Clayton PJ, 2018).
Perilaku yang pasien rasakan atau perilaku yang diperlihatkan oleh pasien
seperti mendengar suara-suara yang tidak ada sumbernya, keyakinan atau
ketakutan yang aneh/tidak masuk akal, kebingungan atau disorientasi, perubahan
perilaku; menjadi aneh atau menakutkan seperti menyendiri, kecurigaan
berlebihan, mengancam diri sendiri, orang lain atau lingkungan, bicara dan
tertawa serta marah-marah atau memukul tanpa alasan. Gejala gangguan psikotik
singkat selalu termasuk sekurang kurangnya satu gejala psikosis utama, biasanya
dengan onset yang tiba-tiba, tetapi tidak selalu memasukkan keseluruhan pola
gejala yang ditemukan pada skizofrenia (Katona, Cornelius Dn Robertson
Mary,2016). Beberapa klinisi telah mengamati bahwa gejala afektif, konfusi dan
gangguan pemusatan perhatian mungkin lebih sering ditemukan pada gangguan
psikotik singkat daripada gangguan psikotik kronis. Gejala karakteristik untuk
gangguan psikotik singkat adalah perubahan emosional, pakaian atau perilaku
yang aneh, berteriak teriak atau diam membisu dan gangguan daya ingat untuk
peristiwa yang belum lama terjadi (Trimble MR., George MS, 2017)

1
BAB II
STATUS PASIEN

I. IDENTIFIKASI PASIEN
1. Nama : An. MN
2. Tanggal Lahir/Umur : 25 Desember 2004/14 tahun
3. Jenis kelamin : Perempuan
4. Pekerjaan : Pelajar
5. Pendidikan : SMP (belum tamat)
6. Agama : Islam
7. Alamat : Desa Banyu Urip, Tanjung Lago, Banyuasin
8. Status Perkawinan : Belum Menikah
9. Warga Negara : Indonesia

A. STATUS INTERNUS
- Keadaan Umum
 Sensorium : Compos mentis terganggu
 Suhu : 36,5°C
 Nadi : 86x/menit
 Pernafasan : 20x/menit
 Tekanan Darah : 110/80 mmHg
 Turgor : < 2 detik
 Berat Badan : 44 kg
 Tinggi Badan : 156 cm
 Status Gizi : Normoweight
- Sistem Kardiovaskular : tidak ada kelainan
- Sisem Respiratorik : tidak ada kelainan
- Sistem Gastrointestinal : tidak ada kelainan
- Sistem Urogenital : tidak ada kelainan

2
3

- Kelainan Khusus : tidak ada kelainan


-
B. STATUS NEUROLOGIKUS
- Motorik:
o Tonus : eutoni
o Klonus : tidak ada
o Refleks fisiologis : +/+ normal
o Refleks patologis : -/-
o Kekuatan : otot lengan +5/+5, otot tungkai +5/+5
- Sensibilitas : tidak ada kelainan
- Susunan Saraf Vegetatif : tidak ada kelainan
- Fungsi Luhur : tidak ada kelainan
- Kelainan khusus : tidak ada kelainan

C. ANAMNESIS
Identitas alloanamnesis (pasien ditemui di IGD RS Ernaldi Bahar
Palembang)

1. Nama : Ny. R
2. Umur : 42 tahun
3. Jenis Kelamin : Perempuan
4. Pekerjaan : Ibu rumah tangga
5. Pendidikan : SMP
6. Agama : Islam
7. Alamat : Desa Banyu Urip, Tanjung Lago,
Banyuasin
8. Hubungan dengan pasien : Ibu kandung

- Sebab Utama : OS mengamuk, mengoceh sendiri dan tidak bisa


tidur
4

- Keluhan Utama : Tidak ada keluhan

- Riwayat Perjalanan Penyakit


± 3 tahun yang lalu pasien pernah terjatuh dari motor. Pasien
sempat tidak sadar. Semenjak kecelakaan keluarga merasa sikap pasien
mulai berubah. Pasien sering mengambil barang teman-temannya dan
mengganggu teman-temannya. Pasien berobat ke orang pintar kemudian
keluhan berkurang.
± 9 hari SMRS pasien marah-marah saat sepulang sekolah,
mengatakan bahwa pasien ribut dengan temannya. Pasien tidak bercerita
apa masalahnya. Pasien berbicara sendiri namun masih dapat diperintah.
Pasien dapat tidur dengan baik.
± 3 hari SMRS (tanggal 18 Maret 2019), ibu pasien menyatakan
pasien gelisah dan semakin sering berbicara sendiri. Pembicaraan tidak
dapat dimengerti. Pasien juga terbangun dari tidur pada malam hari dan
tidak dapat tertidur lagi. Pasien membuang barang-barang yang ada di
rumah. Pasien kemudian dibawa ke orang pintar, disarankan dibawa ke
bidan, kemudian bidan menyarankan dibawa ke RS Ernaldi Bahar.
Pasien lalu berobat ke IGD RS Ernaldi Bahar, di IGD pasien
disuntik obat dan diberikan 1 macam obat (ibu pasien tidak tahu
namanya) dan dikatakan dapat berobat jalan. Pasien lalu diberikan obat 2
jenis 1 berwarna kuning, satunya berwarna putih.
± 1 hari SMRS ibu pasien merasa tidak ada perubahan pada
pasien. Pasien semakin gelisah. Tidak tidur. Pasien masih berbicara
sendiri dan sulit dimengerti. Pasien tidak ada keinginan dan tanda-tanda
ingin bunuh diri. Pasien sering memukul diri sendiri dan membuka
pakaian. Pasien tidak bias diajak berkomunikasi oleh orang tua. Makan
dan minum berkurang. Pasien tidak mau mandi. Pasien kemudian dibawa
kembali ke RS Ernaldi Bahar.
5

- Riwayat Premorbid
Bayi : lahir normal, cukup bulan
Anak-anak : ceria dan ramah
Remaja : ceria dan ramah, cenderung pendiam

- Riwayat Kebiasaan dan Penyakit Dahulu


Riwayat trauma kepala : ada, 3 tahun yang lalu
Riwayat demam tinggi : tidak ada
Riwayat kejang : tidak ada
Riwayat darah tinggi dan kencing manis : tidak ada
Riwayat alergi obat : disangkal
Riwayat asma : tidak ada
Riwayat penggunaan NAPZA : disangkal
Riwayat minum alkohol : disangkal
Riwayat pengobatan sebelumnya : disangkal

- Riwayat Pendidikan
SD : tamat SD
SMP : belum tamat SMP

- Riwayat Pekerjaan
pelajar

- Riwayat Perkawinan
Pasien belum menikah
6

- Riwayat Keluarga

o Pasien merupakan anak ke-2 dari 2 bersaudara

- Riwayat Penyakit dalam Keluarga


Riwayat keluarga dengan keluhan yang sama disangkal

- Status Ekonomi
Status ekonomi menengah ke bawah

AUTOANAMNESIS

Wawancara dan observasi dilakukan pada Kamis, 21 Maret 2019 pukul


13.25 WIB di IGD RS Ernaldi Bahar Palembang. Pemeriksa dan pasien
berhadapan dengan posisi pasien berbaring di brankar. Pasien memakai baju kaos
lengan panjang berwarna kuning dan celama jeans berwarna biru muda.
Wawancara dilakukan dengan menggunakan bahasa Indonesia dan bahasa
Palembang. Selama wawancara pasien tidak ada kontak, tidak dapat diajak
berkomunikasi, tersenyum kemudian menangis sendiri. Pasien juga terus meracau
tidak ada arti.
Wawancara dan observasi dilanjutkan pada Jum’at, 22 Maret 2019 pukul
10.20 WIB di Bangsal Asoka RS Ernaldi Bahar Palembang. Pemeriksa sebanyak
3 orang dan pasien duduk berhadapan. Pasien menggunakan seragam pasien
berwarna ungu. Wawancara dilakukan dalam bahasa Indonesia dan Bahasa
Palembang. Selama wawancara kontak pasien minimal.
7

Pemeriksa Pasien Interpretasi


(Psikopatologi)

“Selamat pagi” (pemeriksa (Mata pasien terpejam, - Kesadaran somnolen


tersenyum sambil menatap tampak mengantuk, dan - Kooperatif,
mata pasien dan mengajak tidak balas menjabat perhatian ada
bersalaman) tangan pemeriksa. kadang-kadang
Pasien terdiam sesaat - Verbalisasi kurang
baru menjawab dengan jelas, cara bicara
suara kurang jelas) lancar
“Pagi” - Inisiatif tidak ada
- Kontak mata
“Saya Mareta dokter muda (Pasien tetap terpejam kurang, sesekali.
disini, ini Dita dan Zizah kemudian mengangguk) - Kontak verbal ada
teman saya. Apakah kami “hmm”
boleh bertanya mengenai
keadaan adek?”

“namo lengkapnyo siapo?” “Miftah Nurjanah” - Daya ingat sedikit


kurang baik
“Umur Miftah…” “45 tahun ini”

“Emang kapan miftah ulang “Umur aku 18 tahun”


tahun?”

“Kalau 18 tahun tu masih “La besak akuni”


mudo atau la tuo?”

“Rumah Miftah dimano?” “belok terus lurus - Inkoherensi


empat”
8

“miftah gawenyo apo?” “apo baelah asak


begawe”

“iyo belajar. SMP kelas


“sekolah dak?”
duo. Tulis tulis tulis”

“SMP mano?” “SMP 2 Tanjung Lago” - Ingatan jangka


menengah baik
“Sekarang miftah lagi “di rumah sakit” - Orientasi tempat
dimano?” baik

“Miftah tau sekarang idak”


tanggal berapo?”

“Kalo hari ini, hari apo?” (Pasien diam dan


menggumam tanpa arti)

“Kalo sekarang malem apo “Siang ini” - Orientasi waktu baik


siang Miftah?”

(pasien masih tidak mau


“Miftah, yang disamping
membuka matanya.
miftah sekarang ini siapo?” Pasien hanya diam)
(Yang disamping  dokter
muda Zizah)

“Kok tutup mato? Miftah “Idak. Haus”


ngantuk yo?

(pasien membuka mata,


“Nah cubo bukak dulu melihat kearah
matonyo, kalo ini siapo pemeriksa). Kenal.
didepan miftah ini?”
9

“Miftah kenal dak?” “Kenal di facebook. - Disorientasi Orang


Namonyo lupo”

- Ingatan jangka
“Namo ibu samo ayah “Rosdalela samo Salam” panjang baik
miftah inget dak?”

“kok miftah dateng ke “Daktaulah” - Discriminative


rumah sakit? insight terganggu.
Derajat I

“Miftah samo siapo ke “Ibuk”


rumah sakit?”

“Kato ibuk ngapo Miftah “Daktau..”


dibawa ke rumah sakit?”

“Apo yang miftah rasoke “Bahagia”


sekarang?”

“Bahagia cakmano?” “Bahagia”

“apo yang bikin bahagia?” (pasien diam dan tidak


memjawab”

“Miftah kalo dirumah galak “samo duo uong”


- Halusinasi visual
ngobrol samo siapo?”

“Berapo uong?” “Duo.. Samo


banyak..seratus”
10

“Tau namonyo?” “galak diajak ngobrol - Waham bizarre


samo Allah”

“Ngomong apo samo “ngobrol biaso. Yasin - Halusinasi akustik


Allah?” tiap Jum’at. Ini dan itu”

“Berapo uong yang ngobrol “Banyak.. dewekkan


samo Allah?” kadang”

“Ngapo cuma Miftah bae


yang diajak ngomong samo “Ntah”
Allah?”

“Apo yang paling sering “Monyet. Monyet.


- Perseverasi
dibilang samo Allah?” Monyet”

“Allah bilang cak itu?” “Monyet”

- Halusinasi akustik
Kalo di rumah apo gawe “Makan”
Miftah?

“Seneng. Makan”
“Miftah seneng dak di
rumah?”

“Apo yang bikin seneng di


“Banyak. Banyak.
rumah?”
Monyet”
11

“Biaso. Seneng. Sedih


“Kalo di sekolah seneng jugo” (Raut muka pasien - Afek sesuai
dak?” menjadi sedih dan ingin
menangis)

“Kawan di sekolah jahat”


“Sedih? Apo yang buat
miftah sedih?

“galak musuhi aku.. kelas


“Jahat cakmano?
satu”

“Apo yang bikin mereka


“ntah”
musuhi miftah?”

“Nurul Aini. Kawan SD”


“Siapo kawan deket
Miftah?” - Ingatan jangka
panjang baik
“Idak se SMP sekarang?” “idak”

“idak. Begoco dengan


“Kalau di rumah miftah
kaco”
serig ngapoi?”

“ado muko”
“Ngapo?”
- Halusinasi visual

“Bukan.Uong.”
“Muko siapo? ”

“Miftah kenal dak samo


“Idak. Uong tigo.”
uongnyo?”
12

“Lanang apo betino?”


“Lanang betino. Seratus”

“Apo gawe mereka


“Maen masak-masakkan”
dikaco?”

“Mereka ganggu dak?”


“Idak”

“Apo yang Miftah pikirke


“Pulang”
sekarang?”

“Ngapo nak pulang?”


“Kangen bapak ibuk.
Nak peluk. Sekolah lagi”

“Miftah sayang bapak samo


“Sayang. Kan uong tuo”
ibuk?”

“Cakmano kalo kangen - Discrimiminative


“cium. Peluk”
bapak ibuk?” judgement baik

“Ado yang nak miftah “idak. Pohon beringin. -Flight of idea


diceritoke ke kami?” Terus main Tiktok”

“Ngapo tik-tok?” “HP dirumah. Main


Facebook. Main Tik-
Tok”
13

“Kalau disini Miftah “Tik-Tok-an”. (kemudian - Afek labil


ngapoi?” pasien menyanyi dan
menggerakkan kedua
tangannya sambal
tertawa. Kemudian
pasien memejamkan
matanya lagi menjadi
murung)

“Miftah kok mejem lagi?


Berat matonyo?” “Iyo. Nak nangis teringet
masa lalu”

“Tentang…” “Pohon beringin..dak - Inkoherensi

mau..Pohon beringin dak


mau..”

“Ngapo pohon “hmm..” (pasien


beringinnyo?” kemudian tidak mau lagi
berbicara)

“Yosudah, Miftah istirahat


dulu yo. Agek kalo la
baikan Miftah baru balek.
Makasih yo Miftah”
14

KEADAAN UMUM
- Kesadaran/Sensorium : Somnolen
- Perhatian : Distraktibilitas
- Sikap : Kooperatif
- Inisiatif : Tidak ada
- Tingkah Laku Motorik : Normoaktif
- Ekspresi Fasial : Datar
- Verbalisasi : Kurang jelas
- Cara Bicara : Lancar
- Kontak Psikis : - Kontak Fisik : Tidak ada
- Kontak Mata : Ada, kurang
- Kontak Verbal : Ada, kurang

D. KEADAAN KHUSUS (SPESIFIK)


- Keadaan Afektif : Labil
- Hidup Emosi
 Stabilitas : Labil
 Kedalaman : Dangkal
 Pengendalian : Terkendali
 Adekuat-Inadekuat : Inadekuat
 Echt/Unecht : Echt
 Einfuhlung : sulit dirabarasakan
 Arus emosi : normal
- Keadaan dan Fungsi Intelek
 Daya ingat (amnesia, dsb) : Ingatan jangka pendek
kurang baik
 Daya Konsentrasi : Inadekuat
 Orientasi : Kurang baik
 Luas Pengetahuan Umum dan Sekolah : Sesuai
 Discriminative Judgement : Cukup
15

 Discriminative Insight : Tilikan derajat I


 Dugaan taraf intelegensi : IQ rata-rata
 Kemunduran intelektual (demensia, dsb) : Tidak ada

- Kelainan Sensasi dan Persepsi


 Halusinasi : Halusinasi akustik
(auditorik)
Pasien mendengar dan
mengobrol dengan Allah.
Halusinasi visual
Pasien melihat pohon dan
monyet di dalam ruangan.
Pasien meihat wajah-wajah
di kaca.
- Keadaan Proses Berpikir
 Psikomotilitas : Kurang
 Mutu proses berpikir : Kurang jelas dan kurang
tajam
 Arus Pikiran
Produktivitas : kurang

Kontinuitas : cukup
Hendaya berbahasa : Tidak ada
• Flight of ideas : Ada
• Inkoherensi : Ada
• Sirkumstansial : Tidak ada
• Tangensial : Tidak ada
• Terhalang : Tidak ada
• Terhambat : Ada
• Perseverasi : Ada
• Verbigerasi : Ada
16

- Isi Pikiran
 Pola Sentral : Tidak ada
 Waham : Ada. Waham bizarre.
 Ide terfiksir : Tidak ada
 Fobia : Tidak ada
 Hipokondria : Tidak ada
 Konfabulasi : Tidak ada
 Perasaan inferior : Tidak ada
 Perasaan berdosa/salah : Tidak ada
 Rasa permusuhan/dendam : Tidak ada
 Kecurigaan : Tidak ada
 Lain-lain : Tidak ada
- Pemilikan Pikiran
 Obsesi : Tidak ada
 Alienasi : Tidak ada
- Bentuk Pikiran
 Autistik : Ada
 Dereistik : Ada
 Simbolik : Tidak ada
 Paralogik : Tidak ada
 Simetrik : Tidak ada
 Konkritisasi : Tidak ada
 Lain-lain : Tidak ada
- Keadaan Dorongan Instinktual dan Perbuatan
 Abulia/Hipobulia : Tidak ada
 Vagabondage : Tidak ada
 Katatonia : Tidak ada
 Kompulsi : Tidak ada
 Raptus/Impulsivitas : Tidak ada
 Mannerisme : Tidak ada
17

 Kegaduhan Umum : Tidak ada


 Autisme : Ada
 Deviasi Seksual : Tidak ada
 Logore : Tidak ada
 Ekolalia : Tidak ada
 Ekopraksi : Tidak ada
 Mutisme : Tidak ada
 Lain-lain : Tidak ada
- Kecemasan (anxiety) yang terlihat secara nyata (overt) : Tidak ada
- Reality Testing Ability : terganggu

E. DIAGNOSIS MULTIAKSIAL
- AKSIS I : F23.Psikotik Akut
- AKSIS II : Z.03.2 Tidak ada diagnosis
- AKSIS III : Z.03.2 Tidak ada diagnosis
- AKSIS IV : Pasien tidak akur dengan teman-teman di sekolahnya
- AKSIS V : GAF Scale 60-51

F. DIAGNOSIS DIFERENSIAL
- Psikotik Akut
- Malingering
- Gangguan mental dan prilaku akibat zat psikoaktif
- Gangguan bipolar
- Skizofrenia
- Skizoafektif

G. TERAPI
a. Psikofarmaka
 Tablet Risperidone 2 x 2 mg
 Tablet Haloperidol 2 x 1,5 mg
 Tablet Lorazepam 1 x 0,5 mg
18

b. Psikoterapi
 Konseling : menjelaskan pada pasien tentang penyakitnya
 Edukasi : memotivasi pasien dan menganjurkan pasien untuk
selalu minum obat secara teratur agar penyakitnya
terkontrol dan menjelaskan kepada pasien apa yang
akan terjadi jika obat tidak diminum

c. Sosioterapi
Memberikan penjelasan kepada keluarga dan orang sekitar
tentang penyakit pasien sehingga tercipta dukungan sosial dalam
lingkungan yang kondusif sehingga membantu proses penyembuhan.

H. PROGNOSIS
Prognosis baik : gejala afektif, onset mendadak, tidak ada saudara
skizofrenik.

Quo ad vitam : Dubia


Quo ad functionam : Dubia
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Psikosis adalah gangguan jiwa yang ditandai dengan
ketidakmampuan individu menilai kenyataan yang terjadi, misalnya
terdapat halusinasi, waham atau perilaku kacau atau aneh. Psikotis akut
adalah sekelompok gangguan jiwa yang berlangsung kurang dari satu
bulan dan tidak disertai gangguan mood, gangguan berhubungan dengan
zat, atau suatu gangguan psikotik karena kondisi medis umum. Gangguan
psikosis akut dan sementara adalah sekelompok gangguan jiwa yang
(Muslim R., 2013):
1. Onsetnya akut ( 2 minggu)
2. Sindrom polimorfik
3. Ada stresor yang jelas
4. Tidak memenuhi kriteria episode manik atau depresif
5. Tidak ada penyebab organik

B. Epidemiologi
1. Frekuensi Internasional
Berdasarkan studi epidemiologi internasional, bila dibandingkan
dengan skizofrenia, insidensi nonaffective acute remitting psychoses
sepuluh kali lebih tinggi terjadi di negara-negara berkembang daripada
negara-negara industri. Beberapa klinisi meyakini bahwa gangguan ini
lebih sering terjadi pada pasien dengan kelas sosioekonomi yang rendah,
pasien dengan gangguan kepribadian, dan imigran. Pada negara-negara
non industri, beberapa istilah lain sering digunakan untuk menjelaskan
bentuk psikosis yang dipicu oleh stres yang tinggi (Katona, Cornelius Dn
Robertson Mary, 2016).

19
20

2. Mortalitas/Morbiditas
Sebagaimana episode psikosis lainnya, risiko pasien menyakiti diri
sendiri dan/atau orang lain dapat meningkat (Katona, Cornelius Dn
Robertson Mary, 2016).

3. Jenis kelamin
Menurut studi epidemiologi internasional, insidensi dari gangguan
ini dua kali lebih tinggi terjadi pada wanita dibandingkan pria. Di Amerika
Serikat, sebuah penelitian mengindikasikan adanya insidensi yang lebih
tinggi pada wanita (Trimble MR., George MS, 2017).

4. Usia
Gangguan ini lebih sering terjadi pada pasien dengan usia antara
dekade ke tiga hingga awal dekade ke empat. Beberapa klinisi meyakini
bahwa pasien dengan gangguan kepribadian (seperti narsissistik, paranoid,
ambang, skizotipal) lebih rentan berkembang menjadi gangguan psikosis
pada situasi yang penuh tekanan (Trimble MR., George MS, 2017).

C. Etiologi
Di dalam DSM III-R faktor psikososial bermakna dianggap
menyebabkan psikosis reaktif singkat, tetapi kriteria tersebuat telah
dihilangkan dari DSM IV. Perubahan DSM IV menempatkan diagnosis
gangguan psikotik akut di dalam kategori yang sama dengan diagnosis
psikiatrik lainnya yang penyebabnya tidak diketahui dan diagnosis
kemungkinan termasuk kelompok gangguan yang heterogen.
Pasien dengan gangguan psikotik akut yang pernah memiliki
gangguan kepribadian mungkin memiliki kerentanan biologis atau
psikologis ke arah perkembangan gejala psikotik. Teori psikodinamika
menyatakan bahwa gejala psikotik adalah suatu pertahanan terhadap
fantasi yang dilarang, penurunan harapan yang tidak tercapai atau suatu
pelepasan dari situasi psikososial tertentu (Fattemi SH, Clayton PJ, 2018).
21

D. Faktor - Faktor Penyebab Gangguan Psikotik


Adapun faktor – faktor penyebab gangguan psikotik antara lain (Trimble
MR., George MS, 2017):
a. Faktor organo – biologik
1) Genetik (heredity)
Adanya kromosom tertentu yang membawa sifat gangguan jiwa
(khususnya pada skizofrenia). Hal ini telah dipelajari pada
penelitian anak kembar, dimana pada anak kembar monozigot (satu
sel telur) kemungkinan terjadinya skizofrenia persentase tertinggi
86,2%, sedangkan pada anak kembar dengan dua sel telur
(heterozigot) kemungkinannya hanya 14,5%.
2) Bentuk Tubuh (konstitusi)
Kretschmer (1925) dan Sheldon (1942), meneliti tentang adanya
hubungan antara bentuk tubuh dengan emosi, temperamen dan
kepribadian (personality).Contohnya, orang yang berbadan gemuk
emosinya cendrung meledak –ledak, ia bisa lompat kegirangan
ketika mendapat hal yang menyenangkan baginya dan sebaliknya.
3) Terganggunya Otak Secara Organik
Contohnya, Tumor, trauma (bisa disebabkan karena gagar otak
yang pernah dialami karena kecelakaan), infeksi, gangguan
vaskuler, gangguan metabolisme, toksin dan gangguan kongenital
dari otak
4) Pengaruh Cacat Kongenital
Contohnya, Down Syndrome (mongoloid).
5) Pengaruh Neurotrasmiter
Yaitu suatu zat kimia yang terdapat di otak yang berfungsi sebagai
pengantar implus antar neuron (sel saraf) yang sangat terkait
dengan penelitian berbagai macam obat –obatan yang bekerja pada
susunan saraf. Contohnya, perubahan aktivitas mental, emosi, dan
perilaku yang disebabkan akibat pemakaian zat psikoaktif.
22

b. Faktor Psikologik
1) Hubungan Intrapersonal
a) Inteligensi
b) Keterampilan
c) Bakat dan minat
d) Kepribadian
2) Hubungan Interpersonal
a) Interaksi antara kedua orang tua dengan anaknya.
b) Orang tua yang over protektif.
c) Orang tua yang terlalu sibuk dengan dunianya sendiri.
d) Peran ayah dalam keluarga.
e) Persaingan antar saudara kandung.
f) Kelahiran anak yang tidak diharapkan.
c. Faktor Sosio – Agama
1) Pengaruh Rasial
Contohnya, adanya pengucilan pada warga berkulit hitam di negara
Eropa.
2) Golongan Minoritas
Contohnya, pengucilan terhadap seseorang atau sekelompok orang
yang menderita penyakit HIV.
3) Masalah Nilai – Nilai yang Ada dalam Masyarakat.
4) Masalah Ekonomi
Contohnya, karena selalu hidup dalam kekurangan seorang ibu
menganiaya anaknya.
5) Masalah Pekerjaan.
6) Bencana Alam.
7) Faktor Agama atau religius baik masalah intra agama ataupun inter
agama. Contoh, perasaan bingung dalam keyakinan yang dialami
seorang anak karena perbedaan keyakinan dari orang tuanya.
23

E. Gambaran klinis
Gejala gangguan psikotik singkat selalu termasuk sekurangnya satu
gejala psikotik, biasanya dengan onset yang tiba-tiba, tetapi tidak selalu
memasukkan keseluruhan pola gejala yang ditemukan pada skizofrenia.
Beberapa klinisi telah mengamati bahwa gejala afektif, konfusi, dan
gangguan pemusatan perhatian mungkin lebih sering ditemukan pada
gangguan psikotik singkat daripada gangguan psikotik kronis. Gejala
karakteristik untuk gangguan psikotik singkat adalah perubahan
emosional, pakaian, atau perilaku yang aneh, berteriak-teriak atau diam
membisu, dan gangguan daya ingat untuk peristiwa yang belum lama
terjadi. Beberapa gejala tersebut ditemukan pada gangguan yang
mengarahkan diagnosis delirium dan jelas memerlukan pemeriksaan
organik yang lengkap, walaupun hasilnya mungkin negatif (Katona,
Cornelius Dn Robertson Mary,2016).

Adapun gambaran utama perilaku Gangguan Psikotik antara lain


(Kusumawardhani A, Husain AB, dkk, 2015) :
a. Memiliki labilitas emosional.
b. Menarik diri dari interaksi sosial.
c. Tidak mampu bekerja sesuai fungsinya.
d. Mengabaikan penampilan dan kebersihan diri.
e. Mengalami penurunan daya ingat dan kognitif parah.
f. Berpikir aneh, dangkal, berbicara tidak sesuai keadaan.
g. Mengalami kesulitan mengorientasikan waktu, orang dan tempat.
h. Sulit tidur dalam beberapa hari atau bisa tidur yang terlihat oleh
keluarganya, tetapi pasien mesrasa sulit atau tidak bisa tidur.
i. Memiliki keengganan melakukan segala hal, mereka berusaha
untuk tidak melakukan apa – apa bahkan marah jika diminta untuk
melakukan apa – apa.
j. Memiliki perilaku yang aneh misalnya, mengurung diri di kamar,
berbicara sendiri, tertawa sendiri, marah berlebihan dengan
24

stimulus ringan, tiba – tiba menangis, berjalan mondar – mandir,


berjalan tanpa arah dan tujuan yang jelas.

F. Diagnosis
1. PPDGJ III
Pedoman diagnostik (Muslim R,2013)
1.) Menggunakan urutan diagnosis yang mencerminkan urutan
prioritas yang diberikan untuk ciri-ciri utama terpilih dari
gangguan ini. Urutan prioritas yang digunakan adalah
a. Onset yang akut (dalam masa 2 minggu atau kurang sama
dengan jangka waktu gejala-gejala psikotik menjadi nyata
dan mengganggu sedikitnya beberapa aspek kehidupan
dan pekerjaan sehari-hari, tidak termasuk periode
prodormal yang gejalanya sering tidak jelas) sebagai ciri
khas yang menentukan seluruh kelompok.
b. Adanya sindrom yang khas (berupa polimorfik =
beraneka ragam dan berubah cepat, atau schizophrenia-
like = gejala skizofrenik yang khas)
c. Adanya stres akut yang berkaitan
d. Tanpa diketahui berapa lama gangguan akan berlangsung
2.) Tidak ada gangguan dalam kelompok ini yang memenuhi kriteria
episode manik atau episode depresif, walaupun perubahan
emosional dan gejala-gejala afektif individual dapat menonjol dari
waktu ke waktu
3.) Tidak ada penyebab organik, seperti trauma kapitis, delirium
atau demensia. Tidak merupakan intoksikasi akibat penggunaan
alkohol atau obat-obatan.

Gejala psikotik berlangsung sekurangnya satu hari tetapi kurang dari


satu bulan. Diagnosis dapat dibuat sebelum periode waktu satu bulan,
tetapi harus diterima sebagai diagnosis sementara. Jika gejala menetap
25

lebih dari satu bulan, diagnosis berubah menjadi gangguan psikotik


lainnya, seperti gangguan skizofreniform.

2. Bentuk-bantuk psikosis akut (PPDGJ III)


1.) F 23.0 Gangguan psikotik polimorfik akut tanpa gejala skizofrenia
a. Onset harus akut (dari suatu keadaan nonpsikotik sampai
keadaan psikotik yang jelas dalam kurun waktu 2 minggu atau
kurang);
b. Harus ada beberapa jenis halusinasi atau waham yang berubah
dalam jenis dan intensitasnya dari hari ke hari atau dalam hari
yang sama.
c. Harus ada keadaan emosional yang sama beranekaragamnya;
d. Walaupun gejala-gejalanya beraneka ragam, tidak satupun dari
gejala itu ada secara cukup konsisten dapat memenuhi kriteria
skizofrenia atau episode manik atau episode depresif.

2.) F 23.1 Gangguan psikotik polimorfik akut dengan gejala


skizofrenia
a. Memenuhi kriteria (a), (b), dan (c) yang khas untuk gangguan
psikotik polimorfik akut;
b. Disertai gejala-gejala yang memenuhi kriteria untuk diagnosis
skizofrenia yang harus sudah ada untuk sebagian besar waktu
sejak munculnya gambaran klinis psikotik itu secara jelas;
c. Apabila gejala-gejala skizofrenia menetap untuk lebih dari 1
bulan maka diagnosis harus diubah menjadi skizofrenia.

3.) F 23.2 Gangguan psikotik lir-skizofrenia (schizophrenia-like akut)


a. Onset gejala psikotik harus akut (2 minggu atau kurang, dari
nonpsikosis psikosis);
b. Memenuhi kriteria skizofrenia, tetapi lamanya kurang dari 1
bulan;
26

c. Tidak memenuhi kriteria psikosis polimorfik akut.

4.) F 23.3 Gangguan psikotik akut lainnya dengan predominan waham


a. Onset gejala psikotik harus akut (2 minggu atau kurang, dari
nonpsikosis psikosis);
b. Waham dan halusinasi;
c. Baik kriteria skizofrenia maupun gangguan psikotik polimorfik
akut tidak terpenuhi.

5.) F 23.8 Gangguan psikotik akut dan sementara lainnya


Gangguan psikotik akut lain yang tidak dapat diklasifikasikan ke
dalam kategori manapun.

6.) F 23.9 Gangguan psikotik akut dan sementara YTT (Muslim R,2013)

3. DSM V
DSM V memiliki rangkaian diagnosis untuk gangguan psikotik,
didasarkan terutama atas lama gejala. Gangguan psikosis akut dan
sementara adalah sekelompok gangguan jiwa yang berlangsung satu hari
tetapi kurang dari satu bulan dan tidak disertai gangguan mood, gangguan
berhubungan dengan zat, atau suatu gangguan psikotik karena kondisi
medis umum.
Untuk gejala psikotik yang berlangsung lebih dari satu hari,
diagnosis sesuai yang harus dipertimbangkan adalah gangguan delusional
(jika waham merupakan gejala psikotik utama), gangguan skizofreniform
(jika gejala berlangsung kurang dari enam bulan) dan skizofrenia jika
gejala telah berlangsung lebih dari enam bulan.
Gangguan psikotik singkat diklasifikasikan di dalam DSM V
sebagai suatu gangguan psikotik dengan durasi singkat. Kriteria diagnostik
ditentukan dengan sekurangnya ada satu gejala psikotik yang jelas yang
berlangsung selama satu hari sampai satu bulan (Muslim R,2013).
27

Kriteria diagnostik untuk gangguan psikotik akut (Sadock BJ, Kaplan


HI, Grebb JA. 2014) :
a. Adanya satu (atau lebih) gejala berikut:
1. Waham
2. Halusinasi
3. Bicara disorganisasi ( menyimpang atau inkoheren)
4. Perilaku terdisorganisasi jelas atau katatonik
b. Lama suatu episode gangguan adalah sekurangnya satu hari sampai
kurang dari satu bulan.
c. Gangguan yang muncul bukan karena efek fisiologis langsung dari
suatu zat (misalnya obat yang disalahgunakan, suatu medikasi) atau
kondisi medis umum. Sebutkan jika:
Dengan stresor nyata (psikosis reaktif singkat): jika gejala terjadi
segera setelah dan tampak sebagai respons dari suatu kejadian yang
sendirian atau bersama-sama akan menimbulkan stres yang cukup
besar bagi hampir setiap orang dalam keadaan yang sama dalam kultur
orang tersebut.
Tanpa stresor nyata: jika gejala psikotik tidak terjadi segera setelah
atau tampaknya bukan sebagai respons terhadap kejadian yang,
sendirian atau bersama-sama, akan menimbulkan stres yang cukup
besar bagi hampir setiap orang dalam keadaan yang sama dalam kultur
orang tersebut.
Dengan onset pascapersalinan: jika onset dalam waktu 4 minggu
setelah persalianan.

G. Jenis Stresor
Stresor pencetus yang paling jelas adalah peristiwa kehidupan yang
besar yang dapat menyebabkan kemarahan emosional yang bermakna pada
tiap orang. Contoh peristiwa adalah kematian anggota keluarga dekat dan
kecelakaan kendaraan yang berat. Klinisi lain berpendapat bahwa stresor
mungkin merupakan urutan peristiwa yang menimbulkan stres sedang,
28

bukannya peristiwa tunggal yang menimbulkan stres dengan jelas (Elvira,


S.D., and Hadisukanto, G,2015).

H. Diagnosis banding
Diagnosis lain yang dipertimbangkan di dalam diagnosis banding
adalah gangguan buatan (factitious psikotik karena kondisi medis umum
dan gangguan psikotik akibat zat. Seorang pasien mungkin tidak mau
mengakui penggunaan zat, dengan demikian membuat pemeriksaan
intoksikasi zat sulit tanpa menggunakan tes laboratorium. Pasien dengan
epilepsi atau delirium dapat juga datang dengan gejala psikotik seperti
yang ditemukan pada gangguan psikotik akut disorder) dengan tanda dan
gejala psikologis yang menonjol, berpura-pura (malingering) (Ingram,
dkk, 2014).

I. Penatalaksanaan
1. Memberikan informasi kepada pasien dan keluarga tentang
psikotik akut berikut hak dan kewajibannya.
a) Episode akut sering mempunyai prognosis yang baik, tetapi
lama perjalanan penyakit sukar diramalkan hanya dengan
melihat dari satu episode akut saja.
b) Agitasi yang membahayakan pasien, keluarga atau masyarakat,
memerlukan hospitalisasi atau pengawasan ketat di suatu
tempat yang aman. Jika pasien menolak pengobatan, mungkin
diperlukan tindakan dengan bantuan perawat kesehatan jiwa
masyarakat dan perangkat desa serta keamanan setempat

2. Menjaga keamanan pasien dan individu yang merawatnya:


a) Keluarga atau teman harus mendampingi pasien.
b) Kebutuhan dasar pasien terpenuhi (misalnya, makan, minum,
eliminasi dan kebersihan).
c) Hati hati agar pasien tidak mengalami cedera.
29

3. Konseling pasien dan keluarga


a) Membantu keluarga mengenal aspek hukum yang berkaitan
dengan pengobatan psikiatrik antara lain hak pasien, kewajiban
dan tanggung jawab keluarga dalam pengobatan pasien.
b) Mendampingi pasien dan keluarga untuk mengurangi stres dan
kontak dengan stresor.
c) Memotivasi pasien agar melakukan aktivitas sehari – hari
setelah gejala membaik.

4. Pengobatan
Program pengobatan untuk psikotik akut :
a) Berikan obat antipsikotik untuk mengurangi gejala psikotik,
haloperidol 2 – 5 mg, 1 – 3 kali sehari, atau Chlorpromazine
100 – 200 mg 1 – 3 kali sehari. Dosis harus diberikan serendah
mungkin untuk mengurangi efek samping, walaupun beberapa
pasien mungkin memerlukan dosis yang lebih tinggi.
b) Obat antiansietas juga bisa digunakan bersama dengan
neuroleptika untuk mengendalikan agitasi akut (misalnya :
lorazepam 1 – 2 mg, 1 – 3 kali sehari).
c) Obat antipsikotik selama sekurang – kurangnya 3 bulan
sesudah gejala hilang (Amir N,2015).

J. Prognosis
Pada umumnya pasien dengan gangguan psikotik singkat memiliki
prognosis yang baik dan penelitian di Eropa telah menyatakan bahwa 50
sampai 80 persen dari semua pasien tidak memiliki masalah psikiatrik
berat lebih lanjut. Lamanya gejala akut dan residual seringkali hanya
beberapa hari. Kadang-kadang gejala depresif mengikuti resolusi gejala
psikotik. Bunuh diri adalah suatu keprihatinan pada fase psikotik maupun
fase depresif pascapsikotik (Katona, Cornelius Dn Robertson Mary, 2016).
Ciri prognosis yang baik untuk gangguan psikotik akut:
- Riwayat premorbid yang baik
30

- Stresor pencetus yang berat


- Onset gejala mendadak
- Gejala afektif
- Sedikit penumpulan afektif
- Tidak ada saudara yang skizofrenik.
BAB IV
ANALISIS KASUS

An. MN, perempuan, 14 tahun, dibawa oleh kedua orang tuanya ke IGD RS
Ernaldi Bahar dengan sebab utama mengamuk, mengoceh sendiri, dan tidak bisa
tidur. Wawancara dan observasi dilakukan pada Kamis, 21 Maret 2019 pukul
13.25 di IGD RS Ernaldi Bahar Palembang. Wawancara dilakukan dengan Ny. R
selaku ibu kandung pasien. Wawancara dilakukan dengan menggunakan bahasa
Indonesia dan bahasa Palembang.
± 3 tahun yang lalu pasien pernah terjatuh dari motor. Pasien sempat tidak
sadar. Semenjak kecelakaan keluarga merasa sikap pasien mulai berubah. Pasien
sering mengambil barang teman-temannya dan mengganggu teman-temannya.
Pasien berobat ke orang pintar kemudian keluhan berkurang.
± 9 hari SMRS pasien marah-marah saat sepulang sekolah, mengatakan
bahwa pasien ribu dengan temannya. Pasien tidak bercerita apa masalahnya.
Pasien berbicara sendiri namun masih dapat diperintah. Pasien dapat tidur dengan
baik.
± 3 hari SMRS, ibu pasien menyatakan pasien gelisah dan semakin sering
berbicara sendiri. Pembicaraan tidak dapat dimengerti. Pasien juga terbangun dari
tidur pada malam hari dan tidak dapat tertidur lagi. Pasien membuang barang-
barang yang ada di rumah. Pasien kemudian dibawa ke orang pintar, disarankan
dibawa ke bidan, kemudian bidan menyarankan dibawa ke RS Ernaldi Bahar.
Pasien lalu beobat ke IGD RS Ernaldi Bahar, di IGD pasien disuntik obat
dan diberikan 1 macam obat (ibu pasien tidak tahu namanya) dan dikatakan dapat
berobat jalan. Pasien lalu diberikan obat 2 jenis 1 berwarna kuning, satunya
berwarna putih.
± 1 hari SMRS ibu pasien merasa tidak ada perubahan pada pasien. Pasien
semakin gelisah. Tidak tidur. Pasien masih berbicara sendiri dan sulit dimengerti.
Pasien tidak ada keinginan dan tanda-tanda ingin bunuh diri. Pasien sering

31
32

memukul diri sendiri dan membuka pakaian. Pasien tidak bias diajak
berkomunikasi oleh orang tua. Makan dan minum berkurang. Pasien tidak mau
mandi. Pasien kemudian dibawa kembali ke RS Ernaldi Bahar.
Dari riwayat premorbid diketahui pasien memiliki kepribadian ramah,
penurut, dan ceria. Lalu, dilakukan wawancara dilakukan dengan pasien dengan
posisi pasien berbaring di brankar. Pasien memakai baju kaos lengan panjang
berwarna kuning dan celama jeans berwarna biru muda. Wawancara dilakukan
dengan menggunakan bahasa Indonesia dan bahasa Palembang. Dari
autoanamnesis diperoleh yakni kesadaran pasien somnolen, kooperatif, kontak
mata tidak ada, perhatian mudah teralih, inkoherensi, terus meracau, menghentak-
hentakkan kaki, emosi labil tak terkendali.
Wawancara dan observasi dilanjutkan pada Jumat, 22 Maret 2019 pukul
10.20 WIB di Bangsal Asoka RS Ernaldi Bahar Palembang. Pemeriksa sebanyak
3 orang dan pasien duduk berhadapan. Pasien mengenakan seragam pasien
berwarna ungu. Wawancara dilakukan dalam bahasa Indonesia dan Bahasa
Palembang. Selama wawancara kontak pasien minimal, pasien banyak berbicara
sendiri.
Pada status internus dan status neurologikus semua dalam batas normal.
Pada status psikiatrikus pada keadaan umum didapatkan kesadaran
somnolen, pehatian mudah teralihkan (distraktibilitas), sikap kooperatif, inisiatif
tidak ada, tingkah laku motorik normoaktif, ekspresi fasial datar, verbalisasi
kurang jelas, cara bicara lancar, tidak ada kontak fisik, kontak mata dan verbal ada
namun kurang. Pada keadaan khusus ditemukan afek labil, emosi labil dan
dangkal, pengendalian terkendali, inadekuat, echt, skala diferensiasi normal,
einfuhlung sulit dirabarasakan, arus emosi normal. Keadaan dan fungsi intelek
didapatkan daya konsentrasi inadekuat dan orientasi kurang baik dengan tilikan
derajat I. Ditemukan kelainan sensasi dan persepsi berupa halusinasi akustik
(auditorik), pasien mengaku mendengar dan mengobrol dengan Allah, serta
halusinasi visual, pasien dapat melihat pohon dan monyet di dalam ruangan dan
melihat wajah-wajah di kaca. Dari keadaan proses berpikir ditemukan mutu
proses berpikir kurang jelas dan kurang tajam serta terdapat hendaya berbahasa
33

berupa flight of ideas, inkoherensi, terhambat, preservasi, dan verbigerasi.. Pada


isi pikiran didapatkan kelainan berupa waham bizarre, bentuk pikiran autistik dan
dereistik. Pada pasien ditemukan dorongan instinktual dan perbuatan berupa
autisme. RTA pasien terganggu.
Berdasarkan uraian di atas pasien didiagnosis multiaksial dengan Aksis I :
F. 23. Psikotik Akut. Hal ini didasarkan atas sebab utama pasien dibawa berupa
mengamuk, mengoceh sendiri, dan tidak bisa tidur. Pasien juga mengalami
halusinasi auditorik dan visual. Pasien sering mendengar dan mengobrol dengan
Allah. Pasien juga melihat pohon dan monyet di dalam ruangan serta melihat
wajah-wajah di kaca. Pasien menunjukkan waham bizarre. Pada saat diwawancari
pasien banyak berbicara sendiri dan arus pikirannya inkoherensi.
Berdasarkan wawancara dan paparan tersebut, pasien telah memenuhi
kriteria diagnosis psikotik akut yaitu:

1. Menggunakan urutan diagnosis yang mencerminkan urutan prioritas yang


diberikan untuk ciri-ciri utama terpilih dari gangguan ini. Urutan prioritas yang
dipakai ialah :
a. Onset yang akut (dalam masa 2 minggu atau kurang = jangka waktu gejala-
gejala psikotik menjadi nyata dan mengganggu sedikitnya beberapa aspek
kehidupan dan pekerjaan sehari-hari, tidak termasuk periode prodromal
yang gejalanya sering tidak jelas) sebagai ciri khas yang menentukan
seluruh kelompok;
b. Adanya sindrom yang khas (berupa “polimorfik” = beraneka ragam dan
berubah cepat, atau “schizophrenia-like” = gejala skizofrenik yang khas);
c. Adanya stres akut yang berkaitan (tidak selalu ada, sehingga dispesifikasi
dengan karakter ke 5; x0=Tanpa penyerta stres akut; .x1=Dengan penyerta
stres akut). Kesulitan atau problem yang berkepanjangan tidak boleh
dimasukkan sebagai sumber stres dalam konteks ini;
d. Tanpa diketahui berapa lama gangguan akan berlangsung;
34

2. Tidak ada gangguan dalam kelompok ini yang memenuhi kriteria episode
manik (F30.-) atau Episode depresif (F32.-) walaupun perubahan emosional
dan gejala-gejala afektif individual dapat menonjol dari waktu ke waktu.
3. Tidak ada penyebab organis, seperti trauma kapitis, delirium, atau demensia.
Tidak merupakan intoksikasi akibat penggunaan alkohol atau obat-obatan.
Pada aksis II, didiagnosis sebagai Z.03.2. Tidak ada diagnosis aksis II. Hal
ini didasarkan sebab utama, keluhan utama, serta riwayat dari pasien tidak
menunjukkan adanya gangguan kepribadian ataupun retardasi mental.
Pada aksis III, didiagnosis sebagai Z.03.2 Tidak ada diagnosis karena tidak
ditemukan kondisi medik umum pada pasien.
Pada aksis IV, didiagnosis
Pada aksis V, GAF scale 60-51 menunjukkan gejala sedang (moderate),
disabilitas sedang. Hal ini dikarenakan pasien datang dengan sebab mengamuk
dan terkadang tidak mau melakukan activity daily life (ADL). Secara fungsional
pasien digolongkan mengalami disabilitas fungsi dengan derajat sedang, sesekali
pasien masih dapat berinteraksi sosial dengan keluarga.
Tatalaksana yang diberikan pada pasien ini adalah farmakoterapi dan
psikoterapi. Farmakoterapi yang diberikan adalah tablet risperidone 2 x 2 mg,
haloperidol 2x 1,5 mg, dan lorazepam 1 x 0,5 mg. Pada pasien ini diberikan obat
antipsikotik tipikal dan atipikal. Awalnya pasien hanya diberikan obat antipsikotik
atipikal yaitu risperidone namun pasien masih terlihat gelisah dan agak agresif
sehingga ditambahkan antipsikotik tipikal yaitu haloperidol. Hal ini bertujuan
untuk mengurangi gejala positif dan negatif pasien. Selain itu, pasien juga
diberikan obat antiansietas, yaitu lorazepam untuk menghilangkan agitasi pasien
sehingga pasien dapat lebih tenang.
Psikoterapi pada psikotik akut juga merupakan terapi yang penting untuk
mengurangi gejala. Psikoterapi terdiri dari suportif, kognitifm keluarga, dan
religius. Pasien dan keluarga perlu memahami tentang penyakit pasien sehingga
dapat saling mengerti terutama untuk keluarga pasien agar bisa memotivasi dan
memberikan dukungan ke pasien yang dapat membantu proses pemulihan
terutama dalam proses minum obat. Untuk orang sekitar pasien juga perlu
35

diberikan penjelasan sehinga dapat tercipta dukungan sosial dan lingkungan yang
kondusif. Dan juga pasien disarankan untuk melakukan ibadah sesuai dengan
agama yang dianutnya.
Prognosis pada pasien ini adalah dubia ad bonam. Hal ini dikarenakan
gejala afektif, onset mendadak, dan tidak ada riwayat keluarga skizofrenik.
36

DAFTAR PUSTAKA

1. Amir N. Dalam: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Buku Ajar


Psikiatri. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia; 2015.
2. Elvira, S.D., and Hadisukanto, G. Buku Ajar Psikiatri, Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. 2015.
3. Fattemi SH, Clayton PJ. 2018.The Medical Basis of Psychiatry 3rd Ed.
USA: Humana Press
4. Ingram, dkk. 2014. Catatan Klinik Psikiatri. Jakarta: EGC
5. Katona, Cornelius Dn Robertson Mary. 2016. Psychiatry at a Glance. 3 th
edition. London: Blackwall Publishing
6. Kusumawardhani A, Husain AB, dkk. Buku Ajar Psikiatrik. Jakarta: Balai
Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015.
7. Muslim R. Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari PPDGJ III
dan DSM 5 . Jakarta; Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika Atmajaya;
2013
8. Sadock BJ, Kaplan HI, Grebb JA. 2014. Kaplan & Sadock’s Synopsis of
Psychiatri. 11th ed. Philadelpia: Lippincott William & Wilkins.
9. Trimble MR., George MS. 2017. Biological Psychiatry 3rd edition. Wiley-
Blackwell.

Anda mungkin juga menyukai