Anda di halaman 1dari 61

TUGAS

STUDI KELAYAKAN PROYEK

“ ANALISIS KELAYAKAN PEMBANGUNAN BUSINESS


HOTEL DI KOTA BOGOR MENGGUNAKAN PENDEKATAN
METODE COST BENEFIT ANALYSIS DAN STRUCTURAL
EQUATION MODEL”

OLEH:
KHAIRUL RISKI
412 16 035
3B D4 JASA KONSTRUKSI

PROGRAM STUDI D4 JASA KONSTRUKSI


JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG
2018/2019
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG

JURUSAN TEKNIK SIPIL


POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG

LEMBAR PENGESAHAN
Tugas Besar Studi Kelayakan Proyek ini telah diperiksa dan disetujui oleh Dosen Bidang
Studi Kelayakan Proyek jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Ujung Pandang yang disusun oleh
:

Nama : KHAIRUL RISKI


NIM : 412 16 035
Kelas : 3 B D4
Prodi : D4 TEKNIK KONSTRUKSI SIPIL

DIPERIKSA :

Dr. Ir. HAMZAH YUSUF, MS.


NIP : 19581101 198803 1 001

KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas limpan rahmat,
Hidayah dan izin-Nya lah penyusun dapat menyelesaikan Laporan Studi Kelayakan Proyek ini.
Penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini, penyusun mendapatkan banyak
bantuan dari berbagai pihak. Maka dari itu, penyusun mengucapkan banyak terima kasih kepada
Bapak Pembimbing yang selama ini senantiasa membimbing kami dan telah meluangkan
waktunya untuk memberi pengarahan selama penyusunan laporan ini.

Demikianlah laporan ini penyusun buat. Penyusun mengharapkan kritik dan saran
membangun guna menyempurnakan pembuatan laporan selanjutnya. Semoga laporan yang penulis
buat ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan.

Makassar, April 2019

Penulis,

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL................................................................................... i
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... iii
KATA PENGANTAR .................................................................................... iv
DAFTAR ISI................................................................................................... v
DAFTAR TABEL .......................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... viii
RINGKASAN ................................................................................................. ix

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................ 2
C. Tujuan ............................................................................................... 3
D. Manfaat ............................................................................................. 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

1. KONDISI GEOGRAFIS KOTA BOGOR


2. KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT DAN KOTA BOGOR
3. POTENSI PARIWISATA KOTA BOGOR
4. COST BENEFIT ANALYSIS
5. STRUCTURAL EQUATION MODEL

BAB III PEMBAHASAN

1. RENCANA BIAYA INVESTASI


2. SUMBER PENDANAAN
3. ASUMSI PROYEKSI PENDAPATAN DAN BEBAN
3.1 Rooms dan Fasilitasnya
3.2 Pendapatan Hotel
3.3. Biaya operasional Hotel
4. PEMBAHASAN METODE COST BENEFIT ANALYSIS
5. PEMBAHASAN DENGAN METODE STRUCTURAL EQUATION MODEL
5.1 Hipotesis Penelitian
5.2Deskriptif variabel penelitian – Menurut Responden
6. PENGUJIAN DATA
6.1 Uji Validitas
6.2 Uji Discriminant Validity
6.3 Uji Signifikansi dan Koefisien Determinasi

BAB IV KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA
ABSTRAK

Bisnis pariwisata di Indonesia cukup potensial mengingat secara alami Indonesia mempunyai
potensi keindahan alam, keragaman, dan keunikan budaya. Semua potensi tersebut menjadi
modal utama dalam perkembangan industri pariwisata di Indonesia. Harus diakui bahwa
kelemahan industri pariwisata di Indonesia adalah karena industri pariwiata di Indonesia bersifat
massif dan missal melibatkan banyak orang jadi harus ada sinergitas dari segenap komponen
bangsa. Disamping itu industry pariwisata juga sangat sensitif terhadap isu keamanan. Semua isu
keamanan tersebut berdampak langsung dengan perkembangan industri pariwisata keseluruhan
termasuk juga pada industri perhotelan. Namun berbagai pengalaman terkait isu keamanan saat
ini Indonesia bisa menjaga kondisi kestabilan industri pariwisata.

Bogor sudah cukup lama dikenal oleh kebanyakan wisatawan baik domestik maupun
mancanegara. Bogor juga dikenal dengan kekayaan potensi alamnya dan wisata kulinernya yang
cukup menggiurkan para wisatawan. Atau untuk wisatawan domestic, khususnya wilayah Jakarta
dan sekitarnya Bogor merupakan destinasi pilihan sebagai tempat melakukan berbagai kegiatan
seperti rapat, outbound, ataupun hanya sekedar tempat dalam melepas penat dari rutinitas sehari-
hari. Hal ini membuat investor melirik Bogor sebagai kota yang mempunyai potensi bisnis
perhotelan yang cukup baik.

Maka keterkaitan dengan perkembangan industri perhotelan dan sektor pariwisata di Kota Bogor
memberi maksud dari penelitian ini yaitu memberikan gambaran dan informasi tentang kondisi
usaha, terutama industri perhotelan di wilayah Kota Bogor dan sekitarnya, serta proyeksi usaha
di masa yang akan datang dengan menggunakan metode cost benefit analysis dan metode
structural equation model

Metode Cost Benefit Analysis dapat digunakan untuk mengukur kelayakan suatu proyek
pembangunan hotel . Terdapat 3 (tiga) perhitungan dalam metode Cost Benefit Analysis yaitu
Net Present Value (NPV), Payback Period (PP), dan Internal Rate of Return (IRR).

Metode lainnya adalah structural equation model yang akan mengukur tingkat pengaruh
indikator-indikator yang disajikan terhadap variabel latennya. Terdapat 3 (tiga) pengujian dalam
metode structural equation model yaitu Uji Validitas, Uji Discriminant Validity, dan Uji
Signifikansi.

BAB I
PENDAHULUAN

Bisnis pariwisata di Indonesia cukup potensial mengingat secara alami Indonesia


mempunyai potensi keindahan alam, keragaman, dan keunikan budaya. Semua potensi
tersebut menjadi modal utama dalam perkembangan industri pariwisata di Indonesia.
Harus diakui bahwa kelemahan industri pariwisata di Indonesia adalah karena industri
pariwiata di Indonesia bersifat massif dan missal melibatkan banyak orang jadi harus ada
sinergitas dari segenap komponen bangsa. Disamping itu industry pariwisata juga sangat
sensitif terhadap isu keamanan. Semua isu keamanan tersebut berdampak langsung
dengan perkembangan industri pariwisata keseluruhan termasuk juga pada industri
perhotelan. Namun berbagai pengalaman terkait isu keamanan saat ini Indonesia bisa
menjaga kondisi kestabilan industri pariwisata.

Bisa dikatakan perkembangan industri pariwisata dan perhotelan di Indonesia cukup


signifikan. Hal ini dapat dilihat berdasarkan meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan
asing maupun lokal di Indonesia serta kemunculan hotel-hotel budget/hotel berbintang
tiga. Memang selama ini barometer pariwisata nasional adalah daerah Jakarta,
Yogyakarta, maupun Bali. Namun sebenarnya banyak wilayah lain di Indonesia yang ikut
mengalami peningkatan industri pariwisata yaitu wilayah Jawa Barat, seperti Kota
Bandung dan Kota Bogor. Seiring dengan meningkatnya pertumbuhan industri wisata dan
jumlah wisatawan asing maupun domestik di Indonesia, maka industri hotel pun
diprediksi akan ikut meningkat.

Bogor sudah cukup lama dikenal oleh kebanyakan wisatawan baik domestik maupun
mancanegara. Bogor juga dikenal dengan kekayaan potensi alamnya dan wisata
kulinernya yang cukup menggiurkan para wisatawan. Atau untuk wisatawan domestik,
khususnya wilayah Jakarta dan sekitarnya Bogor merupakan destinasi pilihan sebagai
tempat melakukan berbagai kegiatan seperti rapat, outbound, ataupun hanya sekedar
tempat dalam melepas penat dari rutinitas sehari-hari. Hal ini membuat investor melirik
Bogor sebagai kota yang mempunyai potensi bisnis perhotelan yang cukup baik.
Maka keterkaitan dengan perkembangan industri perhotelan dan sektor pariwisata di
Kota Bogor memberi maksud dari penelitian ini yaitu memberikan gambaran dan
informasi tentang kondisi usaha, terutama industri perhotelan di wilayah Kota Bogor dan
sekitarnya, serta proyeksi usaha di masa yang akan datang dengan menggunakan metode
cost benefit analysis.
A. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari penyusunan tugas studi kelayakan proyek PEMBANGUNAN
BUSINESS HOTEL DI KOTA BOGOR ini adalah
1. Apakah perumahan PEMBANGUNAN BUSINESS HOTEL DI KOTA BOGOR layak
untuk dilaksanakan?
2. KONDISI GEOGRAFIS KOTA BOGOR?
3. KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT DAN KOTA BOGOR?
4. POTENSI PARIWISATA KOTA BOGOR?
5. COST BENEFIT ANALYSIS?
6. STRUCTURAL EQUATION MODEL?
B. Tujuan
Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah :
1. Mengetahui kelayakan pembangunan Pembangunan Business hotel di kota Bogor.

C. Manfaat
Adapun manfaat dari penyusunan Laporan ini diantaranya :
1. Bagi Mahasiswa sendiri, laporan ini bermanfaat sebagai pemenuhan Tugas Besar
Mata Kuliah Study Kelayakan Proyek serta menambah wawasan dan pengetahuan
tentang nilai-nilai penting dalam menganalisa aspek kelayakan suatu proyek.
II.1. Kondisi Geografis Kota Bogor

Luas wilayah Kota Bogor tercatat 11.850 Ha atau 0,27% dari luas propinsi Jawa Barat.
Kota Bogor ini terdiri dari 6 Kecamatan, yaitu Kecamatan Bogor Selatan, Bogor Utara,
Bogor Timur, Bogor Barat, Bogor Tengah dan Tanah Sareal, yang meliputi 68 Kelurahan.
Ciri–ciri daerah perkotaan adalah kepadatan penduduk per kilometer persegi sangat
tinggi diatas 5.000 jiwa/km2, untuk Kota Bogor rata-rata per kilometer ditempati
sebanyak 6.662 jiwa penduduk. Kepadatan tertinggi ada di kecamatan Bogor Tengah yaitu
sebesar 11.770 jiwa/km2 dan terendah ada di kecamatan Bogor Selatan 5.019 jiwa/km2.
Kota Bogor terletak diantara 106 480 BT dan 6 360 LS serta mempunyai ketinggian rata
rata minimal 190 meter, maksimal 350 meter, kemiringan lereng antara 0-3%, 4-15%, 16-
30% dan diatas 40% dengan jarak dari Ibu Kota kurang lebih 60 Km, dikelilingi Gunung
Salak, Gunung Pangrango dan Gunung Gede.

Kota Bogor berpenduduk 820.707 jiwa dengan komposisi 419.252 Laki- laki dan
perempuan 401.455 jiwa, dikenal dengan sebutan Kota Hujan karena memiliki curah
hujan yang tinggi yaitu berkisar 3.500 – 4.000 milimeter pertahunnya.

Secara umum Kota Bogor ditutupi oleh batuan vulkanik yang berasal dari endapan
(batuan sedimen) dua gunung berapi, yaitu gunung Pangrango (berupa satuan breksi
tupaan/kpbb) dan Gunung Salak (berupa aluvium/kal dan kipas aluvium/kpal). Lapisan
batuan ini berada agak dalam dari permukaan tanah dan jauh dari daerah aliran sungai.
Endapan permukaan umumnya berupa aluvial yang tersusun oleh tanah, pasir dan kerikil
hasil dari pelapukan endapan yang baik untuk vegetasi. Dari struktur geologi tersebut,
maka Kota Bogor memiliki daya dukung tanah yang berada antara 1,5 Kg/Cm2.

Sebagai salah satu bagian dari propinsi Jawa Barat, Kota Bogor merupakan penyangga
Ibu Kota Negara yang memiliki Asset Wisata Ilmiah yang bersifat Internasional (Kebun
Raya). Pusat Kota Bogor terletak 100 Km disebelah Selatan dari Pelabuhan Sunda Kelapa
yang pada jaman dahulu kala merupakan pelabuhan terpenting bagi Negara Pakuan
Pajajaran yang pusatnya sekitar BatuTulis di Selatan Kota Bogor.

Kota Bogor dengan ketinggian dari permukaan laut minimal 190 meter dan maksimal 330
meter, memiliki udara rata - rata setiap bulannya adalah 26oC dan suhu udara terendah
21,8o C, dengan kelembaban udara kurang lebih 70%. Sedangkan curah hujan cukup
besar setiap tahunnya yaitu berkisar antara 3500-4000 mm dengan luas 4.992,30 Ha,
antara 4000-4500 mm dengan luas 6.424,65 Ha, dan antara 4500-5000 mm dengan luas
433,05 Ha, terutama pada bulan Desember sampai dengan bulan Januari. Kota Bogor
yang disebut sebagai Kota Hujan dialiri beberapa sungai yang permukaan airnya jauh
dibawah permukaan Kota, yaitu Sungai Ciliwung, Cisadane, Cipakancilan, Cidepit,
Ciparigi, dan Cibalok, maka boleh dikatakan secara umum Kota Bogor aman dari bahaya
banjir.
Kedudukan topografis Kota Bogor ditengah-tengah wilayah Kabupaten Bogor serta
lokasinya yang dekat dengan Ibu Kota Negara, merupakan potensi yang strategis untuk
perkembangan dan pertumbuhan ekonomi. Adanya Kebun Raya yang didalamnya
terdapat Istana Bogor di Pusat Kota, merupakan tujuan wisata, serta kedudukan Kota
Bogor diantara jalur tujuan wisata Puncak-Cianjur juga merupakan potensi yang strategis
bagi pertumbuhan ekonomi.

II.2Kondisi Perekonomian Jawa barat dan Kota Bogor

Pertumbuhan ekonomi merupakan unsur yang sangat penting dalam proses pembangunan
dan perkembangan suatu wilayah, dan masih merupakan salah satu target utama
Pemerintah dalam pembangunan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Perekonomian suatu wilayah atau daerah dikatakan mengalami pertumbuhan atau
perkembangan jika tingkat aktifitas ekonominya meningkat atau lebih tinggi jika
dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah satu indikator makro ekonomi
yang mampu menggambarkan pembangunan ekonomi suatu wilayah. Berdasarkan Badan
Pusat Statistik Jawa Barat, PDRB Jawa Barat pada tahun 2016 menunjukkan adanya
peningkatan kinerja dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

Pada tahun 2016, dihitung atas dasar harga berlaku, PDRB Jawa Barat mencapai 1.525.15
trilyun, meningkat sebesar 10,01% dari tahun 2015 yang mencapai 1.386.33 trilyun. Jika
dihitung berdasarkan harga konstan, pada tahun 2016 PDRB Jawa Barat mencapai
1.207.00 trilyun atau meningkat sebesar 5,03% dari tahun sebelumnya.

Ekonomi Jawa Barat di tahun 2016 tumbuh 5,67% meningkat dibanding tahun 2015
sebesar 5,04%. Dari sisi produksi, pertumbuhan tertinggi dicapai oleh Lapangan Usaha
Informasi dan Komunikasi sebesar 16,71%, diikuti Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial
sebesar 11,86%, serta jasa lainnya sebesar 10,88% (Sumber BPS Jawa Barat, 2017).

Perkembangan perekonomian Kota Bogor tahun 2002 menunjukan pertumbuhan sebesar


5,78% meningkat menjadi 6,07% tahun 2003. Pertumbuhan yang cukup baik ini
merupakan modal yang baik untuk pemulihan ekonomi Kota Bogor. Nilai Produk
Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota Bogor tahun 2002 berdasarkan harga berlaku Rp.
3.282.218.410.000,00 pada tahun 2003 meningkat menjadi Rp. 3.645.650.790.000,00 dengan
pendapatan perkapita Rp. 4.227.462,01 pada tahun 2002 menjadi Rp. 4.605.734,59 pada
tahun 2003.

Sektor Lapangan Usaha yang memberikan kontribusi bagi peningkatan PDRB Kota Bogor
adalah Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 12,35%, Pertanian sebesar
0,40% Pengangkutan dan Komunikasi 10,62% Industri Pengolahan 26,44%, Listrik, Gas
dan Air Bersih 3,06% Perdagangan, Hotel dan Restoran 31.27%, Jasa-jasa 7,37 dan Sektor
Bangunan sebesar 8,50%.
II.3 Potensi Pariwisata Kota Bogor

Pariwisata merupakan salah satu sektor unggulan yang perlu diberdayakan, karena selain
sebagai sumber penerimaan daerah, serta pengembangan dan pelestarian seni budaya
Kota Bogor, juga membangkitkan sektor perekonomian masyarakat Kota. Oleh karena itu
sasaran pengembangan kepariwisataan Kota Bogor diarahkan kepada peningkatan
seluruh potensi pariwisata, peningkatan jumlah kunjungan wisatawan nusantara dan
wisatawan mancanegara, peningkatan lama tinggal wisatawan, penyerap angkatan kerja
secara maksimal, peningkatan kontribusi pada PAD dan kesejahteraan masyarakat,
mewujudkan citra Kota Bogor yang bersaing dengan kota-kota lain, meningkatkan peran
serta masyarakat dalam kepariwisataan (Sapta Pesona Pariwisata).

Salah satu upaya dalam mencapai sasaran tersebut adalah menyediakan fasilitas dan
mengembangkan objek daya tarik wisata (ODTW) yang dilakukan dengan
mengoptimalkan peran serta kalangan pengusaha kepariwisataan Kota Bogor. Pembinaan
kepariwisataan dilakukan oleh Kantor Pariwisata Seni dan Budaya bekerjasama dengan
PHRI, ASITA, HPI. Pengelola ODTW Istana Bogor, Kebun Raya Bogor, Sanggar
Kesenian, BKKNI. Museum dan instansi terkait dengan tujuan untuk meningkatkan
sarana, pengembangan daya tarik wisata, dan promosi obyek daya tarik wisata.
Obyek daya tarik wisata unggulan Kota Bogor pada tahun 2001 meliputi Kebun Raya,
Museum Zoologi dan Istana Bogor. Hal ini terukur dari tingkat kunjungan wisatawan ke
tempat-tempat tersebut yang relatif lebih tinggi dari tingkat kunjungan ke objek-objek
wisata lainnya, sebagaimana terlihat pada tabel berikut ini :
Selain obyek-obyek wisata unggulan di Kota Bogor masih terdapat lokasi yang dapat
dikembangkan sebagai obyek wisata antara lain wisata kampung tour di Kelurahan
Cikaret Pancasan Bogor, kebun penelitian tanaman obat industri Cimanggu, Kawasan
pedesaan Situ Gede dan pusat-pusat penelitian lainnya. Selain kunjungan ke obyek-obyek
wisata tersebut, aktivitas kunjungan wisata ke Kota Bogor juga tercermin dari keramaian
di pusat-pusat perdagangan makanan jajanan dan buah-buahan serta
factory outlet pakaian dan tas seperti di Jalan Suryakencana, Siliwangi, Pajajaran, dan
Tajur terutama pada Hari Sabtu, Minggu dan hari-hari libur.

II.4 Cost Benefit Analysis

Analisis cost-benefit sering digunakan untuk memutuskan apakah suatu proyek atau
kebijakan mampu memberikan kontribusi positif dalam meningkatkan kesejahteraan
masyarakat. Analisis cost-benefit ini dijadikan suatu alat dalam proses pengambilan
keputusan guna mengevaluasi kelayakan suatu proyek atau kebijakan yang akan
dilaksanakan dalam suatu Negara. Sehingga apabila kontribusi negative lebih besar dari
konstribusi positif terhadap kesejahteraan masyarakat, maka hendaknya kelanjutan
proyek atau kebijakan atau kebijakan tersebut dapat dipertimbangkan kembali untuk
dicarikan alternative lain atau bahkan dihapus atau ditolak (Perkins, 1994:3).

Penilaian cost-benefit sosial dari suatu proyek memiliki fungsi yang lebih dari pada
penilaian ekonomi dalam memutuskan proyek manakah yang dapat meningkatkan
kesejahteraan masyarakat saat pengaruh keberadaannya dipertimbangkan. Dalam
menentukan keputusan, penganalisis tidak hanya memperhatikan besarnya cost
danbenefit yang dapat disumbangkan dari suatu proyek, melainkan harus
memperhatikanpula mengenai siapa yang menerima benefit dan siapa pula yang
membayar atau menanggung cost dari proyek atau kebijakan tersebut. Oleh karena itu,
penilaian social mencakup dilema moral dan teoritis, seperti yang diperkenalkan dalam
kriteria pilihan Hicks-Kaldor, bahwa suatu proyek berharga untuk dilaksanakan jika
memiliki potensi untuk menghasilkan suatu Pareto optimality dalam kesejahteraan
masyarakat suatu negara. Suatu kondisi Pareto optimality hanya akan terjadi apabila
tidak ditemukannya kebijakan baru yang dapat membuat kondisi kesejahteraan setiap
individu masyarakat menjadi lebih baik atau sama dengan keadaannya seperti pada
kondisi kebijakan yang lama (Perkins, 1994:50, 327).

Dalam penilaian analisis cost-benefit dalam suatu proyek ada beberapa metode yang
digunakan yaitu Metode Payback Period (PP), Metode Net Present Value (NPV), Internal
Rate of Return (IRR), dan Perbandingan Manfaat Biaya / Benefit-Cost Ratio (BCR).
Metode Payback Period (PP), Metode ini mencoba mengukur seberapa cepat investasi bisa
kembali. Karena itu satuan hasilnya bukan persentase. Tetapi satuan waktu (bulan, tahun,
dan sebagainya). Karena model ini mengukur seberapa cepat suatu investasi bisa kembali,
maka dasar yang dipergunakan adalah aliran kas (cash flow).

Metode NPV (Nilai Bersih Sekarang),Metode ini menghitung selisih antara nilai sekarang
inventasi dengan nilai sekarang penerimaan-penerimaan kas bersih di massa yang akan
datang.untuk mengitung nilai sekarang tersebut perlu ditentukan terlebih dahulu tingkat
bunga yang dianggap relevan. Analisis ini dapat dihitung menggunakan rumus
Dimana:

NB = Net benefit = Benefit – Cost

C = Biaya investasi + Biaya operasi

B = Benefit yang telah didiskon

C = Cost yang telah didiskon

i = diskon factor

n = tahun (waktu ekonomis)

The NPV Decision Rules

If NPV > 0, Menerima Proyek


If NPV = 0, bisa menerima dan menolak proyek

If NPV<0, menolak proyek

Metode IRR (Internal Rate of Return), Dengan metode ini tingkat diskonto dicari sehingga
menghasilkan nilai sekarang suatu proyek sama dengan nol. Rumus yang digunakan
adalah :

Proyek yang mempunyai nilai IRR yang tinggi yang mendapat prioritas. Suatu proyek
akan dilaksanakan dengan mempertimbangkan tingkat pengembalian (IRR) dan tingkat
diskonto (i). Tingkat diskonto merupakan biaya pinjaman modal yang harus
diperhitungkan dengan tingkat pengembalian investasi. Investor akan melaksanakan
semua proyek yang mempunyai IRR > i dan tidak melaksanakan investasi pada proyek
yang hargaIRR < i.
II.5 Structural Equation Model

Structural equation modeling, yang dalam buku ini untuk selanjutnya akan disebut SEM,
adalah suatu teknik modeling statistik yang bersifat sangat cross-sectional, linear dan
umum. Termasuk dalam SEM ini ialah analisis faktor (factor analysis), analisis jalur (path
analysis) dan regresi (regression ).

Definisi lain menyebutkan structural equation modeling (SEM) adalah teknik analisis
multivariat yang umum dan sangat bermanfaat yang meliputi versi-versi khusus dalam
jumlah metode analisis lainnya sebagai kasus-kasus khusus.

Definisi berikutnya mengatakan bahwa Structural equation modeling (SEM) merupakan


teknik statistik yang digunakan untuk membangun dan menguji model statistik yang
biasanya dalam bentuk model-model sebab akibat. SEM sebenarnya merupakan teknik
hibrida yang meliputi aspek-aspek penegasan (confirmatory) dari analisis faktor, analisis
jalur dan regresi yang dapat dianggap sebagai kasus khusus dalam SEM.

Sedikit berbeda dengan definisi-definisi sebelumnya mengatakan structural equation


modeling (SEM) berkembang dan mempunyai fungsi mirip dengan regresi berganda,
sekalipun demikian nampaknya SEM menjadi suatu teknik analisis yang lebih kuat karena
mempertimbangkan pemodelan interaksi, nonlinearitas, variabel – variabel bebas yang
berkorelasi (correlated independents), kesalahan pengukuran, gangguan kesalahan-
kesalahan yang berkorelasi (correlated error terms), beberapa variabel bebas laten
(multiple latent independents) dimana masing-masing diukur dengan menggunakan
banyak indikator, dan satu atau dua variabel tergantung laten yang juga masing-masing
diukur dengan beberapa indikator. Dengan demikian menurut definisi ini SEM dapat
digunakan alternatif lain yang lebih kuat dibandingkan dengan menggunakan regresi
berganda., analisis jalur, analisis faktor, analisis time series, dan analisis kovarian

Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa SEM mempunyai karakteristik yang
bersifat sebagai teknik analisis untuk lebih menegaskan (confirm) dari pada untuk
menerangkan. Maksudnya, seorang peneliti lebih cenderung menggunakan SEM untuk
menentukan apakah suatu model tertentu valid atau tidak dari pada menggunakannya
untuk menemukan suatu model tertentu cocok atau tidak, meski analisis SEM sering pula
mencakup elemen-elemen yang digunakan untuk menerangkan. Kenggulan-keunggulan
SEM lainnya dibandingkan dengan regresi berganda diantaranya ialah
1. memungkinkan adanya asumsi-asumsi yang lebih fleksibel;

2. penggunaan analisis faktor penegasan (confirmatory factor analysis) untuk


mengurangi kesalahan pengukuran dengan memiliki banyak indikator dalam satu variabel
laten;
3. daya tarik interface pemodelan grafis untuk memudahkan pengguna membaca
keluaran hasil analisis;

4. kemungkinan adanya pengujian model secara keseluruhan dari pada koefesien-


koefesien secara sendiri-sendiri;

5. kemampuan untuk menguji model – model dengan menggunakan beberapa variabel


tergantung;
6. kemampuan untuk membuat model terhadap variabel-variabel perantara;

7. kemampuan untuk membuat model gangguan kesalahan (error term);

8. kemampuan untuk menguji koefesien-koefesien diluar antara beberapa kelompok


subyek;

9. kemampuan untuk mengatasi data yang sulit, seperti data timeseries dengan
kesalahan otokorelasi, data yang tidak normal, dan data yang tidak lengkap.

Dilakukan pengujian terhadap kesesuaian model melalui telaah terhadap berbagai kriteria

goodness of fit. Berikut ini beberapa indeks kesesuaian dan cut off value untuk menguji
apakah sebuah model dapat diterima atau ditolak:

1) Uji Chi-square, dimana model dipandang baik atau memuaskan bila nilai
Chisquare nya rendah. Semakin kecil nilai chi-square semakin baik model itu dan
nilai signifikansi lebih besar dari cut off value (p>0,05).

2) RMSEA (The Root Mean Square Error of Approximation), yang menunjukkan


goodness of fit yang dapat diharapkan bila model diestimasi dalam populasi. Nilai
RMSEA yang lebih kecil atau sama dengan 0,08 merupakan indeks untuk dapat
diterimanya model yang menunjukkan sebuah close fit dari model itu berdasarkan
degrees of freedom.
3) GFI (Goodness of Fit Index) adalah ukuran non statistikal yang mempunyai
rentang nilai antara 0 (poor fit) sampai dengan 1.0 (perfect fit). Nilai yang tinggi
dalam indeks ini menunjukkan sebuah "better fit".

4) AGFI (Adjusted Goodness of Fit Index), dimana tingkat penerimaan yang


direkomendasikan adalah bila AGFI mempunyai nilai sama dengan atau lebih
besar dari 0,90.
5) CMIN/DF adalah The Minimum Sample Discrepancy Function yang dibagi dengan
Degree of Freedom. Chi-square dibagi DF-nya disebut chi-square relatif. Bila nilai
chi-square relatif kurang dari 2.0 atau 3.0 adalah indikasi dari acceptable fit antara
model dan data.

6) TLI (Tucker Lewis Index), merupakan incremental index yang membandingkan


sebuah model yang diuji terhadap sebuah baseline model, dimana sebuah model ≥
0,95 dan nilai yang mendekati 1 menunjukkan a very good fit.

7) CFI (Comparative Fit Index), dimana bila mendekati 1, mengindikasi tingkat fit
yang paling tinggi. Nilai yang direkomendasikan adalah CFI ≥ 0,94. Dengan
demikian indeks-indeks yang digunakan untuk menguji kelayakan.

Proses SEM tentu tidak bisa dilakukan secara manual selain karena keterbatasan
kemampuan manusia, juga karena kompleksitas model dan alat statistik yang digunakan.
Walaupun banya ahli yang sudah menyadari perlunya membuat model yang dapat
menjelaskan banyak fenomena sosial dalam hubungan banyak variabel, namun mereka
belum dapat menangani kompleksitas perhitungan matematisnya. Saat ini banyak
software yang khusus digunakan untuk analisis model SEM, seperti LISREL, AMOS,
EQS, Mplus, dan Smartpls. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan Smartpls sebagai
alat analisisnya.

III. Pembahasan

Pada pembahasan ini akan membahas mengenai kelayakan proyek yang akan disimpulkan
dalam Net Present Value, Payback Period dan Internal Rate of Return (IRR).

III.1 Rencana Biaya Investasi

Biaya proyek untuk pembangunan meliputi Biaya Pembangunan Hotel dan Sarana
Pelengkap. Total dari kebutuhan tersebut adalah Rp110.000.000.000,00 (Seratus Sepuluh
Miliar Rupiah). Berikut perincian dari total biaya proyek :

1. General Construction Cost


General Construction Cost merupakan total biaya pembangunan konstruksi awal yang di
investasikan untuk pembangunan basic building. Berikut merupakan procurement yang
dikeluarkan Business Hotel Bogor pada awal pendirian bangunan. Biaya General
Construction Cost ini dikeluarkan pada investasi awal pembangunan hotel.
(dalam ribu Rupiah)

I GENERAL CONSTRUCTION
1 External Work 30% Rp 25.000.000
2 Service (M&E Work) 30% Rp 40.000.000
4 Site Development 30% Rp 2.000.000
5 PPN10% 10% Rp 6.700.000

Total 100% Rp 73.700.000

2. Procurement cost

Procurement cost merupakan total semua biaya pengadaan yang di investasikan untuk

menunjang kebutuhan bisnis. Berikut merupakan procurement yang dikeluarkan oleh


Business Hotel Bogor dari awal pendirian hotel tersebut. Biaya procurement ini
dikeluarkan pada tahun-tahun pertama pendirian Business Hotel Bogor.

(dalam ribu Rupiah)

II Furniture, fix &


Equipment
1 Hotel Interior 75,4% 150 Rp 100.000 Rp 15.000.000
2 Equipment 14,5% Rp 5.000.000
3 PPN10% 10% Rp 2.000.000
Total 100% Rp 22.000.000

3. Project Related Cost

Project Cost atau biaya projek adalah total biaya yang harus dikeluarkan pada saat
menerima

project. Biaya ini terdiri dari biaya kebutuhan-kebutuhan dari pembangunan sebuah
projek. Biaya ini merupakan modal yang digunakan untuk mendukung proses
keberlangsungan sebuah projek. Data di atas merupakan Project Cost yang dibutuhkan
oleh Business Hotel Bogor dalam menjalankan sebuah projek.
(dalam ribu Rupiah)

III
Architectural & Engineering
1 Fees 38,80% Rp 2.500.000
2 Construction Management Fees 54,90% Rp 3.000.000
3 Design Consultant Fees 0.0%
4 Insurance during construction 0.0%
5 Taxes 0.0%
6 Legal, Permit, survey 6,30% Rp 300.000

Total 100% Rp 5.800.000

4. Start Up Cost

Start up costmerupakan biaya yang harus dikeluarkan untuk mendukung kebutuhan

operasional. Sama seperti procurement, start up cost biasanya dikeluarkan pada tahun-
tahun pertama pendirian Business Hotel Bogor.

(dalam ribu rupiah)

IV Preopening Expenses & Landscape


1 Training, Preopening, 100,00% Rp 40.000
payroll, office
Advertizing &
2 Promotion 0,0%
3 Opening Ceremonies 0.0% Rp. 10.000

Total 100% Rp 50.000


5. On Going Cost

Ongoing Cost merupakan biaya-biaya yang harus dikeluarkan pada saat projek telah
dilaksanakan.

V Modal Kerja 5,200,000


Total 5,206,500

III.2 Sumber Pendanaan


Pada projek ini, sumber pendanaan terdiri dari satu sumber, yaitu dana sendiri.

Berikut perincian dari sumber pendanaan :

Tabel 3.2 Sumber Pendanaan

Sumber Dana Nilai (Rp) Bobot

Modal Sendiri 110.000.000.000 100%

III.3 Asumsi Proyeksi Pendapatan dan Beban

III.3.1 Rooms dan Fasilitasnya

Hotel Bintang Tiga inimemiliki 150 kamar yang terdiri dari Superior 100 kamar, Deluxe
50 Kamar. 2 ruang meeting dengan kapasitas masing - masing 30 pax yang akan dibangun
pada land yang telah dimiliki sebelumnya.
III.3.2 Pendapatan Hotel
Pendapatan yang akan diperoleh dari

A. Room Sales

Memiliki 150 kamar yang terdiri dari Superior 100 kamar, Deluxe 50 kamar. Untuk
pertumbuhan harga kamar diasumsikan 5% setiap tahunnya. Dalam tahun pertama masih
dalam tahap promosi dengan menerapkan diskon sebesar 4,25%, sedangkan tahun ke 2
dan seterusnya di proyeksikan diskon 4,75% atau di sesuaikan dengan pasar dan pesaing.
Tabel di bawah ini penjelasan tentang room rate nya:

Tabel 3.3 Average Room rate

Year Average Room Rate

2017 -

2018 Rp449.000

2019 Rp489.000

2020 Rp519.000

2021 Rp550.000

2022 Rp583.000

2023 Rp618.000

2024 Rp655.000

2025 Rp694.000
2026 Rp736.000

2027 Rp780.000

2028 Rp826.000

Sedangkan untuk asumsi occupancy rate yang digunakan dalam penelitian ini didasarkan
pada data tingkat okupansi kota (City Occupancy) di Bogor, khususnya Hotel bintang 3.
Berikut adalah occupancy rate yang diasumsikan:

Tabel 3.4 Asumsi City Occupancy

Meeting
Year Room Room
1 37% 20%
2 44% 22%
3 46% 24%
4 48% 26%
5 51% 28%
6 55% 30%
7 58% 32%
8 58% 34%
9 58% 36%
10 58% 38%

B. Food and Beverage

Untuk pendapatan dari Food and Beverage, akan didapatkan dari berbagai sumber,
termasuk Function Room.

C. Other Sales

Untuk pendapatan yang bersumber dari other sales dimana sumber pendapatan
diasumsikan berasal dari Laundry, Business Centre, Telephone dll.

III.3.3. Biaya operasional Hotel

Biaya operasional hotel terdiri dari :

A. Cost of Goods Sold (COGS)

a. Room Expenses;

b. Food Cost;

c. Beverage Cost;

d. Food and Beverage other expense;

B. Constant Cost

a. Payroll and Employee Benefit;

b. Administration and general expenses;

c. Basic Management Fee;


d. Marketing Expenses;

e. Repair and Maintenance;

f. Energy Cost;

g. Insurance Building Hotel & Equipment


III.4 Pembahasan Metode Cost Benefit Analysis
1. Net Present Value (NPV)

Perhitungan NPV berfungsi untuk membandingkan keseluruhan pengeluaran dan penerimaan pada tingkat bunga tertentu pada
setiap tahunnya. NPV dapat dihitung dengan rumus berikut ini:

ℎ1 ℎ2 ………. ℎ
=− + + + +
(1 + ) (1 + ) (1 + )

Berikut perhitungan menggunakan fungsi yang sudah ada pada microsoft Excel :

cost of debt =
Asumsi Cost Of capital 10%
Tahun ke 0 Pendapatan
Initial Outlay (Investasi Awal) tahun 0+1 tahun 0+5 tahun 0+10 tahun 0+15 tahun 0+20 tahun 0+25
- Rp10.125.000.0 Rp76.886.718.7 Rp583.858.520.50 Rp4.433.675.640.1 Rp33.668.224.392.
-Rp100.000.000.000 Rp10.000.000.0 00 50 8 06 057
00
- -
Rp110.000.000.0 Rp85.625.000.0 Rp114.660.156.2 Rp1.635.575.561.5 Rp13.185.026.920.3 Rp100.888.673.176.
Akumulasi Cash Flow -Rp100.000.000.000 00 00 50 23 19 169
Payback Period di tahun ke 9

Rp6.286.828.39 Rp29.643.158.4 Rp139.771.087.76 Rp3.107.442.377.11


Discounted Cash Flow -Rp100.000.000.000 -Rp9.090.909.091 6 60 6 Rp659.037.632.628 4
NPV Rp2.355.482.031.445
IRR 39%

NPV yang dihasilkan pada kurun waktu 25 Tahun yaitu Rp. 2.355.482.445,- . Karena nilai NPV>0 maka proyek layak/ diterima.
2. Internal Rate of Return (IRR)

Internal Rate of Return digunakan untuk menghitung tingkat pengembalian dari modal proyek. Satuan dari IRR berupa %/tahun.
Pada microsoft excel terdapat formula untuk menghitung IRR dimana formula tersebut adalah sebagai berikut :

+ + +⋯+ −=
( + ) ( + ) ( + ) ( + )

Berikut perhitungan menggunakan fungsi yang sudah ada pada microsoft excel :

cost of debt =
Asumsi Cost Of capital 10%
Tahun ke 0 Pendapatan
Initial Outlay (Investasi Awal) tahun 0+1 tahun 0+5 tahun 0+10 tahun 0+15 tahun 0+20 tahun 0+25
-
Rp10.000.000.0 Rp10.125.000.0 Rp76.886.718.7 Rp583.858.520.5 Rp4.433.675.640.1 Rp33.668.224.392.0
-Rp100.000.000.000 00 00 50 08 06 57
- - Rp114.660.156. Rp1.635.575.561. Rp13.185.026.920. Rp100.888.673.176.
Akumulasi Cash Flow -Rp100.000.000.000 Rp110.000.000.0 Rp85.625.000.0 250 523 319 169
00 00
Payback Period di tahun ke 9

- Rp6.286.828.39 Rp29.643.158.4 Rp139.771.087.7 Rp659.037.632.62 Rp3.107.442.377.11


Discounted Cash Flow -Rp100.000.000.000 Rp9.090.909.091 6 60 66 8 4
NPV Rp2.355.482.031.445
IRR 39%

IRR yang dihasilkan pada kurun waktu 25 tahun yaitu 39%, Karena nilai IRR > 10% maka proyek layak/diterima.
3. Payback Period

Penilaian proyek investasi menggunakan metode ini didasarkan pada lamanya investasi tersebut dapat tertutup dengan aliran-aliran
kas masuk, dan

faktor bunga tidak dimasukan dalam perhitungan ini.


= ℎ 12

Berikut perhitungan menggunakan fungsi yang sudah ada pada microsoft excel :

cost of debt =
Asumsi Cost Of capital 10%
Tahun ke 0 Pendapatan
Initial Outlay (Investasi
Awal) tahun 0+1 tahun 0+5 tahun 0+10 tahun 0+15 tahun 0+20 tahun 0+25
-Rp100.000.000.000 - Rp10.125.000. Rp76.886.718.7 Rp583.858.520.50 Rp4.433.675.640.1 Rp33.668.224.392.
Rp10.000.000.00 000 50 8 06 057
0
- -
Rp110.000.000.0 Rp85.625.000.0 Rp114.660.156. Rp1.635.575.561. Rp13.185.026.920. Rp100.888.673.176
Akumulasi Cash Flow -Rp100.000.000.000 00 00 250 523 319 .169
Payback Period di tahun ke 9

-
Rp9.090.909.09 Rp6.286.828.39 Rp29.643.158.4 Rp139.771.087.76 Rp659.037.632.62 Rp3.107.442.377.1
Discounted Cash Flow -Rp100.000.000.000 1 6 60 6 8 14
NPV Rp2.355.482.031.445
IRR 39%

Dari perhitungan diatas diperoleh hasil jangka waktu pengembalian investasi dengan waktu 9 tahun, karena nilai PP > 20 Tahun
maka proyek layak/diterima.
III.5 Pembahasan dengan Metode Structural Equation Model

Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai hasil analisa data dengan acuan pada kasus cost
benefit analysis diatas. Alat analisa yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan
aplikasi SmartPLS versi 3.

III.5.1 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan model penelitian pada kasus metode cost benefit analysis, maka selanjutnya
penelitian ini akan menguji 4 penelitian yang menunjukkan hubungan antara variabel
laten rencana pembangunan hotel.

H1 : loyalitas customer secara positif mempengaruhi rencana pembangunan hotel

H2 : Kualitas hotel secara positif mempengaruhi rencana pembangunan hotel

H3 : Kepuasan pelanggan secara positif mempengaruhi rencana pembangunan hotel

H4 : Citra Pariwisata secara positif mempengaruhi rencana pembangunan hotel

Keempat hipotesis ini digunakan untuk menunjukkan seberapa kuat hubungan antara
indikator-indikator yang dipilih terhadap variabel latennya. Hasil penelitian ini
diharapkan dapat menghasilkan signifikansi pada uji-uji yang akan dilewati sebagai tolak
ukur antusiasme masyarakat dengan kehadiran konsep hotel bintang 3 yang akan
dibangun.

III.5.2Deskriptif variabel penelitian – Menurut Responden

Analisis ini dilakukan untuk mendapat gambaran deskriptif mengenai responden dalam
penelitian ini, khususnya mengenai variabel-variabel penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini. Analisis ini dilakukan dengan menggunakan teknik analisis deskriptif.
Untuk menggambarkan persepsi responden atas pertanyaan-pertanyaan yang diajukan.
Dalam penelitian ini, skala pengukurannya menggunakan skala Likertdengan jenis
ordinal. Dengan asumsi angka minimum 1 sangat tidak setuju dan 5 sangat setuju.
1. Variabel Loyalitas Customer

Variabel ini diukur dengan tiga indikator. Dengan data tabel sebagai berikut :

Skala Ukur
Indikator Total
STS TS N S SS
Kota Bogor merupakan
destinasi
yang sering dikunjungi
untuk
pariwisata/bisnis/dinas/aktiv 2 6 21 30 22 81
itas
kerja saudara/i
Seberapa sering anda
menginap
8 22 30 15 6 81
di Kota Bogor
Akan berkunjung kembali
dengan
- 1 7 30 43 81
konsep Hotel Green Building

Sumber : Data Primer yang diolah (2017)


Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa kondisi yang terjadi pada responden
adalah banyak yang mengetahui dan setuju dengan pengukuran tingkat loyalitas customer
sebagai salah satu indikator pemilihan kota Bogor sebagai kota yang terpilih untuk
dilakukannya pembangunan hotel Bintang 3 dikarenakan dengan background pekerjaan
yang berbeda pada responden semakin terlihat kelayakan pembangunan Hotel di daerah
tersebut. Tetapi ada pula responden yang terlihat tidak setuju terhadap indikator yang
disuguhkan mungkin dengan berbagai keragaman pertimbangan pada setiap responden.

2. Variabel Kualitas Hotel

Variabel ini diukur dengan tiga indikator. Dengan data tabel sebagai berikut :

Indikator
Skala Ukur
Apakah fasilitas Hotel Bintang 3 di Total
Kota Bogor sudah sesuai dengan STS TS N S SS
Ekspektasi anda
1 13 30 34 3 81

Apakah luas kamar hotel Bintang 3


sudah sesuai dengan ekspektasi - 10 31 33 7 81
saudara/i
1 10 20 43 7 81
Hotel Bintang 3 yang telah ada
dapat memenuhi kebutuhan
aktivitas kerja/wisata/dinas/bisnis
saudara/i

Sumber : Data Primer yang diolah (2017)

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa kondisi yang terjadi pada responden
adalah banyak yang mengetahui dan setuju dengan pengukuran tingkat kualitas hotel
sebagai salah satu indikator pemilihan kota Bogor sebagai kota yang terpilih untuk
dilakukannya pembangunan hotel Bintang 3 dikarenakan dengan background pekerjaan
yang berbeda pada responden semakin terlihat kelayakan pembangunan Hotel di daerah
tersebut. Variabel ini menunjukkan bahwa mereka merasa puas terhadap hotel bintang 3
yang sudah ada yang merupakan tolak ukur yang baik akan antusias masyarakat terhadap
pembangunan hotel ini.Tetapi ada pula responden yang terlihat tidak setuju terhadap
indikator yang disuguhkan mungkin dengan berbagai keragaman pertimbangan pada
setiap responden.
3. Variabel Kepuasan Pelanggan

Variabel ini diukur dengan empat indikator. Dengan data tabel sebagai berikut :

Skala Ukur
Indikator Total
STS TS N S SS
Masyarakat di Kota Bogor
ramah 2 39 37 3 81
Pelayanan hotel bintang 3 di Kota
Bogor
yang anda ketahui sudah sesuai
dengam - 8 29 37 7 81
ekspektasi saudara/i
Menurut Saudara/i apakah kota
Bogor
telah memiliki jumlah hotel yang
memadai
- 3 20 40 18 81
untuk kegiatan
pariwisata/bisnis/dinas/aktivitas
kerja
Menurut Saudara/i apakah tarif
Hotel
Bintang 3 di Kota Bogor telah - 7 34 32 8 81
sesuai

Sumber : Data Primer yang diolah (2017)

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa kondisi yang terjadi pada responden
adalah banyak yang mengetahui dan setuju dengan pengukuran tingkat kepuasan
pelanggan sebagai salah satu indikator pemilihan kota Bogor sebagai kota yang terpilih
untuk dilakukannya pembangunan hotel Bintang 3 dikarenakan dengan background
pekerjaan yang berbeda pada responden semakin terlihat kelayakan pembangunan Hotel
di daerah tersebut. Kepuasan pelanggan terhadap kota Bogor dan hotel bintang 3 yang
telah ada sebagai tolak ukur yang baik atas rencana pembangunan hotel bintang 3 di kota
Bogor. Tetapi ada pula responden yang terlihat tidak setuju terhadap indikator yang
disuguhkan mungkin dengan berbagai keragaman pertimbangan pada setiap responden.

4. Variabel Citra Pariwisata Kota Bogor

Variabel ini diukur dengan tiga indikator. Dengan data tabel sebagai berikut :

Skala
Ukur
Indikator Total
STS TS N S SS
Apakah Akomodasi untuk
mencapai hotel yang dituju telah 1 3 26 41 10 81
memadai

Kota Bogor merupakan


Kota
1 2 8 43 27 81
yang asri dan bersih

Wisata kuliner Kota Bogor


menjadi destinasi yang wajib - 6 13 39 23 81
dikunjungi
Sumber : Data Primer yang diolah (2017)

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa kondisi yang terjadi pada responden
adalah banyak yang mengetahui dan setuju dengan pengukuran tingkat citra pariwisata
kota Bogor sebagai
salah satu indikator pemilihan kota Bogor sebagai kota yang terpilih untuk dilakukannya
pembangunan hotel Bintang 3 dikarenakan dengan background pekerjaan yang berbeda
pada responden semakin terlihat kelayakan pembangunan Hotel di daerah tersebut. Pada
hasil pengisian kuesioner para respnden setuju terhadap indikator-indikator dalam
pengukuran variabel citra pariwisata di kota Bogor yang akan dijadikan sebagai salah
satu variabel yang mendukung adanya rencana pembangunan hotel bintang 3 di kota
Bogor. Tetapi ada pula responden yang terlihat tidak setuju terhadap indikator yang
disuguhkan mungkin dengan berbagai keragaman pertimbangan pada setiap responden.

III.6 Pengujian Data

Dalam penelitian ini menggunakan uji analisis faktor konfirmatori (CFA) , uji model
structural dan uji kelayakan (GOF). Sehingga diperoleh model akhir kemudian dapat
dilakukan analisis hipotesis.

III.6.1 Uji Validitas


1. Ukuran standarized loading factor

Berdasarkan pada uji validitas ini, validitas diuji dari nilai standarized loading factor yang
terdapat pada analisis data menggunakan software smartplsversi 3.0. Berikut hasil uji
validitas standarized loading factordisajikan dalam tabel berikut :

Tabel Uji Validitas standarized loading factor

Indikator Estimate
LC >>> LC_1 0,625
LC >>> LC_2 0,897
LC >>> LC_3 0,570
KH >>> KH_1 0,852
KH >>> KH_2 0,865
KH >>> KH_3 0,882
KC >>> KC_1 0,495
KC >>> KC_2 0,683
KC >>> KC_3 0,682
KC >>> KC_4 0,734
CP >>> CP_1 0,788
CP >>> CP_2 0,814
CP >>> CP_3 0,701
Sumber: Data primer yang diolah (2017)
Berdasarkan hasil uji diatas menunjukkan indikator-indikator diatas
validitas valid

dikarenakan memiliki nilai standarized loading factordiatas 0.5. Adapun pada indikator
KC_1 dianggap valid walaupun tidak diatas 0.5 tetapi dianggap telah mendekati nilai 0.5.
Sifat convergent validity yang baik ditunjukkan dengan nilai standardized loading factor
(SLF) yang tinggi. Nilai SLF
≥ 0,5 menunjukkan sifat convergent validity yang baik telah dicapai atau lebih
dihar
apkan
SLF ≥
0,7. 22
Data tabel diatas merupakan output smartplsyang menyajikan nilai-SLF untuk masing-
masing variabel indikator atau manifes.

Berdasarkan output smartpls pada tabel diatas dapat dilihat bahwa seluruh nilai SLF ≥
0,5.

Hal ini menunjukkan bahwa sifat convergent validity yang baik telah dicapai dari sisi
ukuran SLF.

2. Ukuran Construct Reliability (CR)

Ukuran construct reliability (CR)juga merupakan indikator penentu yang menunjukkan


baik tidaknya sifat convergent validity. Ukuran CR dihitung dengan rumus sebagai
berikut:

menunjukkan jumlah variabel

indikator yang digunakan dalam


mengukur suatu variabel laten.

(∑ )

= .
∑ +∑

Perhatikan bahwa menyatakan nilai SLF ke- dan menyatakan nilai error dari persamaan
pengukuran ke- .menyatakan nilai CR ≥ 0,7 termasuk good reliability, sedangkan nilai CR
di antara 0,6 dan 0,7 termasuk acceptable reliability, dengan catatan variabel-variabel
indikator menunjukkan validitas yang baik. Pada hasil uji smartpls nilai Composite
Reabilitydisajikan pada tabel berikut :

Tabel nilai Composite Reability

Indikator Composite Reability


Citra Pariwista 0.812
Kepuasan Customer 0,747
Kualitas Hotel 0,901
Loyalitas 0,747

Sumber : Data Primer yang diolah (2017)

Berdasarkan hasil uji tabel Composite Reabilityterlihat bahwa terdapat semua indikator
mempunyai nilai CR ≥0.7 yang termasuk dalam good reliability.

3. Ukuran Average Variance Extracted

Ukuran average variance extracted (AVE)dihitung dengan rumus sebagai berikut.


= .

Perhatikan bahwa menyatakan nilai SLF ke- dan menyatakan banyaknya variabel laten
atau konstruk yang digunakan dalam mengukur variabel latennya. Menyatakan nilai AVE

0,5menunjukkan adequate convergence. Tabel dibawah ini menyajikan nilai CF dan AVE
dari masing-masing variabel laten.

Tabel ukuran Average Variance Extracted

Variabel Indikator AVE

Citra Pariwisata 0,592

Kepuasan Customer 0,529

Kualitas Hotel 0,751

Loyalitas 0,507

Perhatikan juga bahwa nilai AVE untuk masing-masing variabel laten adalah ≥
0,5.menyatakan nilai AVE ≥ 0,5 menunjukkan adequate convergence. Data yang tersaji
pada tabel diatas menyatakan bahwa seluruh variabel laten menunjukkan adequate
convergencekarena seluruh indikaror mempunyai nilai AVE ≥ 0.5.

Terlihat pada ketiga tabel bahwa ketiga ukuran, yakni SLF, CR, dan AVE memenuhi good
rule of thumb, maka sifat convergent validity dapat dikatakan telah dicapai dengan baik.

III.6.2 Uji Discriminant Validity

Uji discriminant validity berfungsi untuk menguji apakah variabel laten yang satu dengan
lainnya berbeda. Pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk menguji apakah variabel laten
yang satu dengan lainnya berbeda dengan membandingkan nilai akar AVE dari variabel
laten tersebut terhadap nilai korelasi antara variabel laten tersebut dengan variabel laten
lainnya. Hasil uji smartpls disajikan pada tabel dibawah ini
Tabel nilai akar AVE
Citra Kepuasan Kualitas Loyalitas
Variabel laten
Pariwisata Customer Hotel Pelanggan

Citra Pariwisata 0,769

Kepuasan Customer 0,511 0,655

Kualitas Hotel 0,56 0,528 0,867

Loyalitas Pelanggan 0,432 0,503 0,123 0,712

Sumber : Data Primer yang diolah (2017)

Berdasarkan Tabel diatas, jika nilai akar AVE dari suatu variabel laten lebih besar dari
nilai korelasi antara variabel laten tersebut dengan variabel laten lainnya, maka variabel
laten tersebut berbeda dengan varaibel laten lainnnya. Dengan kata lain, memiliki sifat
discriminant validity yang baik. Tabel diatas merupakan ouput SmartPls yang menyajikan
nilai korelasi antar variabel laten. Berdasarkan Tabel nilai akar AVE diatas, diketahui

>

0,769 > 0,511.


Hal ini berarti variabel laten citra pariwisata berbeda dengan variabel laten kualitas hotel.
Diketahui

> .

0,769 > 0,56.

Hal ini berarti variabel laten citra pariwisata berbeda dengan variabel laten loyalitas
pelanggan. Diketahui

> .

0,769 > 0,432.

Hal ini berarti variabel laten kepuasan customer berbeda dengan variabel laten kualitas
hotel. Diketahui

> ℎ

0,655 > 0,528.

Hal ini berarti variabel laten kepuasan customer berbeda dengan variabel laten loyalitas
pelanggan. Diketahui

>

0,655 > 0,503.

Hal ini berarti variabel laten kualitas hotel berbeda dengan variabel laten loyalitas
pelanggan. Diketahui

>ℎ
0,867 > 0,123.

Berdasarkan seluruh hasil pengujian di atas, terlihat bahwa sifat discriminant validity
menunjukkan hasil yang baik.

III.6.3 Uji Signifikansi dan Koefisien Determinasi

Sebelumnya telah dilakukan pengujian model SEM secara keseluruhan dan pengujian
model pengukuran. Hasil dari kedua pengujian tersebut menunjukkan hasil yang baik.
Pada pengujian model SEM secara keseluruhan menunjukkan hasil bahwa model SEM
secara keseluruhan sudah mampu untuk mencocokkan/fit data (good fit). Sedangkan pada
pengujian model pengukuran menunjukkan hasil bahwa model pengukuran memiliki sifat
convergent validity dan discriminant validity yang baik. Selanjutnya akan dilakukan
dengan pengujian model struktural.
Untuk mengetahui apakah pengaruh tersebut signifikan atau tidak, maka dilakukan uji
statistik t. Nilai t tabel berdasarkan tabel distribusi t dengan derajat bebas df=n-k=81-4=77
dan tingkat signifikansi α=5% adalah t_tabel=1,994. Hasil dari uji t-stat disajikan dalam
tabel berikut ini.
Hasil Uji T-stat dan P value

Sumber : data yang diolah (2017)

Perhatikan bahwa karena nilai > , maka disimpulkan bahwa pengaruh yang terjadi antara
variabel laten citra pariwisata, kepuasan customer, kualitas hotel, dan loyalitas dan
variabel laten pembangunan hotel signifikan secara statistik pada tingkat signifikansi 5%.
Diketahui nilai koefisien determinasi ( ) berdasarkan output SmartPls adalah 0.990. Nilai
tersebut dapat diinterpretasi 99% total variasi (total variation) dari variabel laten
pembangunan hotel dapat dijelaskan oleh persamaan struktural tersebut. Dengan kata
lain, variabel laten citra pariwisata, kepuasan customer, kualitas hotel, dan loyalitas
mampu menjelaskan (naik-turunnya) variabel laten kepuasan sebesar 99%, sisanya 1%
dijelaskan oleh variabel-variabel lain.

Berdasarkan tabel diatas juga dijelaskan bahwa nilai P Value < 0.05, dari data tabel
tersebut telah dapat dibuktikan bahwa seluruh variabel laten signifikan pada tingkat
kepercayaan 95%.
IV. Kesimpulan

Business Budget Hotel, Bogor , merupakan hotel dengan kualifikasi bintang 3 (tiga)
berlokasi di Kota Bogor, Jawa Barat, direncanakan memiliki fasilitas sebagai berikut:

150 kamar, dengan tipe kamar Deluxe, Executive dan Presidential Suite 2 ruang
pertemuan (Meeting room)

SPA and beauty salon

Sport Facilities: Swimming pool, Fitness Centre, Restaurant

Sebagai garis besar, beberapa hal yang dapat disimpulkan berkaitan dengan ini adalah
sebagai

berikut:

1. Berdasarkan pembahasan mengenai analisa pasar dan pemasaran, mempunyai


potensi yang sangat besar untuk bisa bersaing di dunia perhotelan dengan
mempunyai kelebihan-kelebihan diantaranya hotel yang berada diwilayah
Bogordibandingkan dengan hotel bintang tiga sejenis, ukuran kamar yang luas,
harga kamar dan ruang meeting yang kompetitif.

2. Berdasarkan letak geografis Kedudukan Kota Bogor ditengah-tengah wilayah


Kabupaten Bogor serta lokasinya yang dekat dengan Ibu Kota Negara,
merupakan potensi yang strategis untuk perkembangan dan pertumbuhan
ekonomi. Adanya Kebun Raya yang didalamnya terdapat Istana Bogor di Pusat
Kota, merupakan tujuan wisata, serta kedudukan Kota Bogor diantara jalur
tujuan wisata Puncak-Cianjur juga merupakan potensi yang strategis bagi
pertumbuhan ekonomi.

3. Berdasarkan potensi pariwisata di kota Bogor, wilayah ini mempunyai potensi


yang sangat baik dalam menyokong perekonomian di kota Bogor, letaknya yang
dekat dengan Ibu Kota Negara membuat Bogor menjadi destinasi utama untuk
berlibur atau melaksanakan pekerjaan kantor.

4. Metode Cost Benefit Analysis dapat digunakan untuk mengukur kelayakan


suatu proyek pembangunan hotel . Terdapat 3 (tiga) perhitungan dalam metode
Cost Benefit Analysis yaitu Net Present Value (NPV), Payback Period (PP), dan
Internal Rate of Return (IRR). Dalam kasus proyek pembangunan bussiness
hotel Bogor ini , didapatkan nilai NPV yaitu sebesar Rp45.532.436.000 selama
kurun waktu 30 tahun , PP dengan jangka waktu 11 tahun 6.7 bulan dan IRR
sebesar 16%.

5. Metode Structural Equation Model dapat digunakan untuk menguji hipotesis


hubungan antara varibel yang diamati dengan variabel laten. Melalui
pendekatan konfirmatori dalam menganalisis rencana pembangunan hotel di
kota Bogor terdapat beberapa uji yaitu uji validitas, uji diskriminasi validitas,
dan uji signifikansi, dalam kasus ini dihasilkan uji SLF, CR, dan AVE
memenuhi good rule of thumb, maka sifat convergent validity dapat dikatakan
telah dicapai dengan baik, diskriminan validity juga menunjukkan hasil yang
baik, dan pada
uji signifikansi semua indikator terhadap variabel laten pun signifikan pada tingkat
kepercayaan 95%.

6. Berdasarkan pembahasan mengenai analisa aspek keuangan dapat disimpulkan


bahwa proyek yang ditawarkan layak untuk dilaksanakan hal itu terlihat dari
nilai NPV, PP, dan IRR yang telah sesuai dengan syarat kelayakan sebuah
bisnis dan untuk uji metode structural equation model juga telah sesuai dengan
syarat yang ditentukan.
DAFTAR PUSTAKA

Prabantoro, G. (2003). Mengukur Kelayakan Ekonomis Proyek Sistem


Informasi Manajemen menggunakan Metode Cost Benefit dan Aplikasi
dengan MS Excel 2000.

Perkins, F.C. 1994. Practical Cost Benefit Analysis: Basic, Concepts and
Applications. Macmillan Education Australia Pty Ltd, Melbourne.

Biro Pusat Statistik. 2016. Statistik Indonesia 2016. Jawa Barat

Hair, J.F Jr., R.E. Anderson, B.J. Babin, dan W.C. Black. 2010. Multivariate
Data Analysis, 7th Edition. Pearson Prentice Hall.

Stevens, J.P. 2009. Applied Multivariate Statistics For The Social Science, 5th
Edition. New York:

Routledge

Anda mungkin juga menyukai