Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Proses pertumbuhan merupakan hal yang mencirikan suatu perkembangan bagi


makhluk hidup; baik manusia, hewan, maupun tumbuhan. Dalam proses pertumbuhan
terjadi penambahan dan perubahan volume sel secara signifikan seiring dengan
berjalannya waktu dan bertambahnya umur tanaman. Proses pertumbuhan menunjukkan
suatu perubahan dan dapat dinyatakan dalam bentuk kurva/diagram pertumbuhan
(Tjitrosoepomo, 1999). Pertumbuhan tanaman mula-mula lambat, kemudian berangsur-
angsur lebih cepat sampai tercapai suatu maksimum, akhirnya laju tumbuh menurun.
Apabila digambarkan dalam grafik, dalam waktu tertentu maka akan terbentuk kurva
sigmoid (bentuk S). Bentuk kurva sigmoid untuk semua tanaman kurang lebih tetap,
tetapi penyimpangan dapat terjadi sebagai akibat variasi-variasi di dalam lingkungan.
Ukuran akhir, rupa dan bentuk tumbuhan ditentukan oleh kombinasi pengaruh faktor
keturunan dan lingkungan.

Bentuk kurva sigmoid untuk semua tanaman kurang lebih tetap, tetapi
penyimpangan dapat terjadi sebagai akibat variasi-variasi di dalam lingkungan. Ukuran
akhir, rupa dan bentuk tumbuhan ditentukan oleh kombinasi pengaruh faktor keturunan
dan lingkungan, sehubungan dengan itu maka dilakukan percobaan ini.

1.2 Tujuan

Melihat, mengamati dan mencatat laju pertumbuhan daun sejak dari embrio
dalam biji sampai daun mencapai ukuran yang tetap.

1.3 Manfaat Percobaan

Manfaat dari praktikum ini diantaranya menambah keterampilan praitkum


mahasiswa dan wawasan mahasiswa, khususnya mengenai laju pertumbuhan daun dan
mencatat laju pertumbuhan yang dapat digambarkan dengan suatu grafik suatu kurva
yang berbentuk sigmoid “ S “.

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kacang Jogo ( Phaseolus vulgaris )

Taksonomi tanaman

Kingdom : Plant Kingdom


Divisio : Spermatophyta
Sub divisio : Angiosspermae
Kelas : Dicotyledonae
Sub kelas : Calyciflorae
Ordo : Rosales (Leguminales)
Famili : Leguminosae (Papilionaceae)
Sub famili : Papilionoideae
Genus : Phaseolus
Spesies : Phaseolus vulgaris L.

Tanaman kacang merah tergolong dalam tanaman semak merambat yang


membutuhkan peyangga ketika tumbuh. Kacang merah tumbuh dengan memiliki tinggi
sekitar 3,5 m hingga 4,5 m. Sedangkan buahnya berbentuk polong serta memanjang.
Dalam satu polong umumnya terdapat 2 hingga 3 biji kacang merah. Bentuk biji kacang
merah memiliki ukuran lebih besar dibanding biji kacang hijau ataupun kacang panjang
dengan kulit biji berwarna merah tua atau merah bata. Jika kulit biji dikupas, maka akan
terlihat biji kacang yang berwarna putih. Tanaman kacang merah dapat tumbuh baik
pada daerah berhawa dingin atau basah dengan ketinggian antara 1.400 m hingga 2.000
m diatas permukaan laut. Temperatur yang dibutuhkan kacang merah untuk tumbuh
adalah sekitar 16oC hingga 27oC dengan curah hujan antara 900 mm hingga 1.500 mm
pertahunnya. Namun dapat pula tumbuh pada curah hujan antara 500 mm hingga 600
mm tetapi dalam satu musim penanaman. Kacang merah akan tumbuh dengan baik pada
lahan yang memiliki pH antara 6.0 hingga 6.8 dengan sistem drainase yang baik.
Daerah yang dikenal penghasil kacang merah di Indonesia antara lain Lembang
(Bandung), Pacet (Cipanas), Kota Batu (Malang), dan Pulau Lombok (Saputra,2014).

2
2.2 Definisi Pertumbuhan

Pertumbuhan adalah proses pertambahan volume yang irreversible (tidak


dapat balik) karena adanya pembelahan mitosis atau pembesaran sel; dapat pula
disebabkan keduanya. Pertumbuhan dapat di ukur dan dinyatakan secara kuantitatif,
contohnya pertumbuhan batang tanaman dapat diukur dengan busur pertumbuhan atau
auksanometer. Perkembangan adalah terspesialisasinya sel-sel menjadi struktur dan
fungsi tertentu. Perkembangan tidak dapat dinyatakan dengan ukuran, tetapi dapat
dinyatakan dengan perubahan bentuk dan tingkat kedewasaan (Pratiwi D. A, dkk. 2007).

2.3 Definisi Perkecambahan

Ahli fisiologi tumbuhan menetapkan perkecambahan sebagai kejadian yang


dimulai dengan imbibisi dan diakhiri ketika radikula (akar lembaga atau pada beberapa
biji, kotiledon/hipokotil) memanjang atau muncul melewati kulit biji (Bewley dan
Black, 1982, 1984; Mayer, 1974 dalam Salisbury 1992).
Biji dapat tetap viabel (hidup), tapi tak mampu berkecambah atau tumbuh karena
beberapa alasan : kondisi luar atau kondisi dalam. Situasi dalam yang mudah dipahami
adalah embrio yang belum mencapai kematangan morfologi untuk mampu berkecambah
(misalnya, pada beberapa anggota Orchidaceae, Orobanchaceae, atau
genus Ranuncullus). Hanya waktulah yang memungkinkan kematangan ini
berkembang. Perkecambahan biji tumbuhan budidaya mungkin hanya terhambat oleh
kurangnya kelembapan atau suhu hangat. (Salisbury,1992)
Menurut Copeland (1976) dalam Abidin (1984) perkecambahan adalah “ the
resumpition of active growth of a young plant from the seed “ yang berarti aktivitas
pertumbuhan yang sangat singkat suatu embrio dalam perkembangan dari biji menjadi
tanaman muda. Perkecambahan dan pemantapan adalah saat-saat genting dalam
kehidupan tumbuhan, karena dalam tingkatan inilah selama siklus hidup setiap spesies
maka jumlah terbesar individunya mati. Kedalaman suatu biji dibenamkan dalam tanah,
baik secara sengaja ataupun secara tidak sengaja merupakan faktor yang sangat penting
dalam perkecambahan. Biji yang terdapat di permukaan tanah tidak memiliki cukup
persediaan air untuk melengkapi perkecambahannya. Kalau terlalu dalam maka biji

3
urung berkecambah atau mungkin menghabiskan sama sekali persediaan makanan
untuk menembus tanah dan mendapatkan cahaya.(Tjitrosomo, dkk, 1983).

2.4 Laju Pertumbuhan Dan Kurva Sigmoid

Laju pertumbuhan suatu tumbuhan atau bagiannya berubah menurut waktu.


Oleh karena itu, bila laju tumbuh digambarkan dengan suatu grafik, dengan laju tumbuh
ordinat dan waktu pada absisi, maka grafik itu merupakan suatu kurva berbentuk huruf
S atau kurva sigmoid. Kurva sigmoid ini berlaku bagi tumbuhan lengkap, bagian-
bagiannya ataupun sel-selnya (Latunra, dkk, 2009).

Pertumbuhan tanaman mula-mula lambat, kemudian berangsur-angsur lebih


cepat sampai tercapai suatu maksimum, akhirnya laju tumbuh menurun. Apabila
digambarkan dalam grafik, dalam waktu tertentu maka akan terbentuk kurva sigmoid
(bentuk S). Bentuk kurva sigmoid untuk semua tanaman kurang lebih tetap, tetapi
penyimpangan dapat terjadi sebagai akibat variasi-variasi di dalam lingkungan.

Ukuran akhir, rupa dan bentuk tumbuhan ditentukan oleh kombinasi pengaruh
faktor keturunan dan lingkungan (Tjitrosoepomo, 1999). Kurva pertumbuhan berbentuk
S (sigmoid) yang ideal yang dihasilkan oleh banyak tumbuhan setahun dan beberapa
bagian tertentu dari tumbuhan setahun maupun bertahunan, Pada fase logaritmik ukuran
(V) bertambah secara eksponensial sejalan dengan waktu (t). Ini berarti laju kurva
pertumbuhan (dv/dt) lambat pada awalnya. Tetapi kemudian meningkat terus. Laju
berbanding lurus dengan organisme, semakin besar organisme semakin cepat ia tumbuh.
Fase pertumbuhan logaritmik juga menunjukkan sel tunggal. Fase ini adalah fase
dimana tumbuhan tumbuh secara lambat dan cenderung singkat.pada fase linier,
pertambahan ukuran berlangsung secara konstan, biasanya pada waktu maksimum
selama beberapa waktu lamanya. Laju pertumbuhan ditunjukkan oleh kemiringan yang
konstan pada bagian atas kurva tinggi tanaman oleh bagian mendatar kurva laju tumbuh
dibagian bawah. Fase senescence ditunjukkan oleh laju pertumbuhan yang menurun saat
tumbuhan sudah mencapai kematangan dan mulai menua. (Salisbury dan Ross, 1996).

4
BAB III
METODEOLOGI
3.1 Alat dan Bahan

3.1.1 Alat
 Kertas millimeter.
 Pisau.
 Silet.
 Pot diameter 30 atau 35 cm.
 Penggaris
 Baskom

3.1.2 Bahan

 Kacang jogo ( Phaseolus vulgaris )


 Campuran pasir dan tanah dengan perbandingan 1 : 1.

3.1.3 Metode Kerja

1. Rendam biji kacang jogo selama 2 – 3 jam dalam baskom.

2. Pilih 30 biji dalam percobaan ini

3. Kupas 3 biji buka kotiledonnya, ukur panjang daun embrionya dengan kertas
millimeter,

kemudia hitung nilai rata –ratanya.

4. Tanam 25 biji kacang jogo dalam pot, siram air secukupnya dan pelihara

selama empat minggu.

5. Adakah pengamatan sebagai berikut :

a. Ukur panjang dua daun dan pentiolnya ( daun pertama yang merupakan

sepasang daun tunggal ) pada umur 3,5,7, 10 dan 14 hari. 18,22,26,30 hari.

b. Pengukuran daun pada umur 3-5 hari dilakukan dengan menggali biji,

5
c. Pengukuran selajutnya dilakukan dengan memotong kecambah tanaman

kacang pada pangkal batangnya.

d. Untuk pengukuran daun pilih tanaman yang pertumbuhannya baik.

6. Dari hasil pengukuran ini, buatlah grafik dengan panjang rata – rata daun

termasuk pentiolnya serbagai ordinat dan waktu pengukuran ( umur


tanaman)

sebagai abasinya.

7. Hitung laju pertumbuhan relative ( LPR ) dan laju pertumbuhan absolut


(LPA).

6
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Tabel pengamatan

Tabel 1 hasil pengukuran kotiledon


No Kotiledon Panjang ( ml )
1. Kotiledon 1 7 ml
2. Kotiledon 2 8 ml
3. Kotiledon 3 7 ml

Tabel 2 hasil pengukuran daun.

Waktu pengamatan Panjang daun Rata panjang daun


(hari setelah tanam) (mm) (mm)
0 0 0
3 2; 2 2
5 4,5; 5 4,75
7 5,7; 5; 3,7; 3,7; 3,9 18,88
10 5,3; 4,6; 4,6; 4,6; 6 5,02
14 5,3; 4,5; 6; 6,8; 5,5; 4,32
1,9; 2,7; 1,9
18 5,2; 4,6; 5; 5,2; 6; 5; 5,008
7,8; 6,8; 4,3; 3; 4,6; 3,5
22 5,2; 4,5; 6,3; 7,5; 7; 4,69
6,4; 5,2; 6,1; 4,5; 1,1;
1,4; 1,1
26 5; 4,5; 5,6; 7,2; 6,5; 5,037
6,9; 5,7; 6,8; 4,6; 6,9;
6,1; 5,2; 5; 1,8; 1,4; 1,4
30 4,9; 4,4; 5,4; 7; 6,5; 5,193
4,3; 6,8; 6,8; 5,7; 2,1;
3,2; 6,2; 7,4; 6,1; 2,9;
3,4
Grafik 1.1 Kurva Sigmoid Pertumbuhan

7
rata panjang daun 5008 5037 5193

0 2 0 0 0 0 0

0 3 5 7 10 14 18 22 26 30
waktu pengamatan

4.2 Perhitungan

4.2.1 Perhitungan Kotiledon


Menghitung rata – rata kotiledon
Didapat hasil pengukuran kotiledon adalah sebagai berikut : Pada
kotiledon1 didapat panjang 7 ml, pada kotiledon 2 didapat panjang 8 ml
dan pada kotiledon 3 di dapat panjang 7 ml.

7+ 8=7
x́ ¿ =¿ 7,333 ml
3

4.3 Pembahasan

8
Percobaan mengenai kurva sigmoid ini bertujuan untuk mengamati laju
tumbuh daun sejak dari embrio dalam biji hingga daun mencapai ukuran tetap
pada tanaman. Pada percobaan ini dilakukan pengamatan menggunakan 15 biji
kacang jogo ( Phaseolus vulgaris ) yang dilakukan selama 30 hari. Dimulai dari
biji jogo ( Phaseolus vulgaris ) yang direndam terlebih dahulu sebelum
dilakukan penanaman. Biji jogo ( Phaseolus vulgaris ) yang direndam berfungsi
untuk mendapatkan biji yang baik ditanam yaitu dengan ciri biji tersebut tidak
mengapung dan juga berfungsi untuk dapat mempercepat proses
perkecambahan. Hal ini dapat terjadi karena di dalam biji merangsang
pengaktifan enzim, sehingga perkecambahan berlangsung cepat. Biji jogo (
Phaseolus vulgaris ) setelah beberapa hari kemudian mengalami perkecambahan
hypogeal, yaitu perkecambahan yang kotiledon tertinggal dalam tanah dan
plumula muncul di atas tanah. Dan diukur setiap 3,5,7, 10 dan 14 hari. 18,22,26,
30 hari.

4.3.1 Perhitungan Kotiledon

Sebelum biji jogo ( Phaseolus vulgaris ) ditanam dalam


tanam, diambil 3 samplel biji jogo ( Phaseolus vulgaris ) untuk
dikupas kulitnya dan dihitung terlebih dahulu kotiledonnya
menggunakan kertas millimeter.

Dan didapat hasil sebagai berikut : Pada kotiledon 1


didapat panjang 7 ml, pada kotiledon 2 didapat panjang 8 ml dan
pada kotiledon 3 di dapat panjang 7 ml. Dengan rata – rata
kotiledon 7,333 ml.

4.3.2 pengukuran daun dan kurva sigmoid.

Kurva sigmoid menunjukkan beberapa fase yang terjadi


antara lain fase eksponensial, fase linier, dan fase penuaan. Pada
praktikum ini terjadi pertumbuhan dengan fase eksponsial. Fase
eksponsial adalah pertambahan ukuran bagian tumbuhan yang

9
berlangsung secara pesat yang terjadi pada hari 14 dan fase
stasioner yaitu pertambahan ukuran bagian tumbuhan yang
berlangsung konstan pada hari ke 18.

Pengukuran dilakukan pada daun. Ini dilakukan untuk


mengetahui pertumbuhan daun dari hari ke-0 sampai hari ke-30 .
Pertumbuhan pada daun terjadi di seputar kubah apikal dari
meristem apikal tajuk. Tahapannya adalah organogenesis; sel-sel
diseputar kubah apikal dari meristem apikal tajuk membelah
secara cepat, tumbuh mencuat keluar dan menghasilkan primordia
daun yang akan berkembang menjadi daun. Perkembangan
suborgan; beberapa daerah primordia terdiferensiasi menjadi
bagian-bagian spesifik daun mengikuti 3 poros. Diferensiasi sel
dan jaringan; dalam perkembangannya, terjadi diferensiasi
jaringan dan sel.

Jika tumbuh dinyatakan dalam berat kering, maka akan


terjadi perbedaan bentuk kurva karena titik awal tidak dimulai
dari nol. Berat kering juga akan mengalami penurunan (kondisi
biji kering) dan meningkat dengan cepat pada proses
pendewasaan sel. Sehingga kurva yang didapat tidak dapat
dipastikan sebagai kurva sigmoid. Berat kering juga bukan
merupakan ukuran yang tidak dapat balik yang berubah menurut
waktu sehingga tidak menggambarkan laju pertumbuhan dengan
baik, Pertumbuhan daun dapat dipengaruhi beberapa faktor, baik
secara internal maupun eksternal. Faktor internal yaitu laju
fotosintesis, respirasi, pigmen, pengaruh gen, aktifitas enzim,hara
mikro,hara makro dan lain-lain.contohnya pada percobaan yang
dapat terlihat seperti kekurang unsurhara mikro Baron,yaitu Daun
mengalami Klorosis dimulai dari bagian bawah daun lalu
menjalar ke bagian samping kemudian mengering yang terjadi
pada hari ke 22,Sedangkan pengaruh eksternal yaitu iklim,
tanah,dan angin ,Sebagai contoh nya ada beberapa tanaman yang
patah dikarenakan angin dan penempatan percobaan yang berada

10
di lantai 4 mifa 2 memungkinkan adanya angin yang merusak
batang tumbuhan.

11
BAB V

12
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dari hasil Percobaan ini dilakukan dengan metode kurva sigmoid,


digunakan kurva sigmoid ini bertujuan untuk mengamati laju tumbuh daun
sejak dari embrio dalam biji hingga daun mencapai ukuran tetap pada tanaman.
Pada percobaan ini dilakukan pengamatan menggunakan 15 biji kacang jogo (
Phaseolus vulgaris ) yang dilakukan selama 30 hari. Laju pertumbuhan daun
dan waktu tumbuh digambarkan dengan kurva sigmoid. Fase yang terjadi pada
tumbuhan yaitu fase eksponensial, fase linier, Pertumbuhan dipengaruhi oleh
faktor internal dan eksternal.

13
5.2 Saran

Berdasarkan hasi praktikum acara I Kurva Sigmoid Pertumbuhan saran saya adalah :

a. Praktikan melakukan perawatan yang baik agar pertumbuhan daun dapat


terjadi secara optimal.

b. Benih yang digunakan juga seharusnya merupakan benih yang baik agar
dapat tumbuh secara baik pula.

14
DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Z. 1984. Dasar Pengetahuan Ilmu Tanaman. Bandung: Penerbit Angkasa Bandung

Bewley, J, D. dan Black, M. 1985. Seed Physiology of Development and Germination.

Plenim Press. New YorK.

Latunra. 2007. Penuntun Praktikum Fisiologi Tumbuhan II. Makassar: Universitas


Hasanuddin.

Mayer, A. M. dan Poljakoff-Mayber, A. 1975. The Germination of Seeds. Second Edition.

Volume 5. Pergamon Press Ltd. USA.

McDonald, M. B. dan Copeland, L. 1997. Seed Production: Principles and Practices.


Chapman

and Hall. New York

Pratiwi D.A, dkk. 2007. Biologi. Jakarta: Erlangga.

Saputra, “Pengertian Kacang Merah.” 2014. [Online].


http://darsatop.lecture.ub.ac.id/2015/07/kacang-merah-phaseolus-vulgarisl/
[Accessed 28 February 2017].

Salisbury, F. B. 1974. Seed Size and Mass in Relation to Environment. Proceedings of The

Royal Society of London. P. 186 : 83 – 88. London.

Salisbury, F.B dan C.W. Ross., 1992. Fisiologi Tumbuhan Jilid Tiga Edisi Keempat.

ITB-Press: Bandung.

Tjitrosoepomo, G. 1999. Botani Umum 2. Angkasa : Bandung

15
16

Anda mungkin juga menyukai