Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN
Pemerintahan Dinasti Abbasiyah dinisbatkan kepada Al-Abbas, paman
Rasulullah saw, sementara Khalifah pertama dari pemerintahan ini adalah
Abdullah Ash-Shaffah bin Muhammad bin Ali bin Abdulullah bin Abbas bin
Abdul Muthalib.

Dinasti Abbasiyah didirikan pada tahun 132 H/750 M, oleh Abdul Abbas
Ash-Shafah, dan sekaligus sebagai Khalifah pertama. Kekuasaan Dinasti
Abbasiyah berlangsung dalam rentang waktu yang panjang yaitu selama lima
abad dari tahun 132-656 H (750 M-1258 M). Berdirinya pemerintahan ini
dianggap sebagai kemenangan pemikiran yang pernah dikumandangakan oleh
Bani Hasyim (Alawiyun) setelah meninggalnya Rasulullah dengan mengatakan
bahwa yang berhak untuk berkuasa adalah keturunan Rasulullah dan anak-
anaknya.

Sebelum berdirinya Dinasti Abbasiyah terdapat tiga poros utama yang


merupakan pusat kegiatan, antara satu dengan yang lain memiliki kedudukan
tersendiri dalam memainkan peranannya untuk menegakkan kekuasaan keluarga
besar paman Rasulullah saw, Abbas bin Abdul Muthalib. Dari nama Al-Abbas
paman Rasulullah inilah nama ini disandarkan pada tiga tempat pusat kegiatan,
yaitu Humaimah, Kufah, dan Khurusan. Humaimah merupakan tempat yang
tentram, bermukim di kota itu keluarga Bani Hasyim, baik dari kalangan
pendukung Ali maupun pendukung keluarga Abbas.

Propaganda Abbasiyah dilaksanakan dengan strategi yang cukup matang


sebagai gerakan rahasia. Akan tetapi, Imam Ibrahim pemimpin Abbasiyah yang
berkeinganan mendirikan kekuasaan Abbasiyah, gerakannya diketahui oleh
Khalifah Umayyah terakhir, Marwan bin Muhammad. Ibrahim akhirnya
tertangkap oleh pasukan Dinasti Umayyah dan dipenjarakan di Haran sebelum
akhirnya dieksekusi. Ia mewasiatkan kepada adiknya Abdul Abbas untuk
menggantikan kedudukannya ketika tahu bahwa ia akan terbunuh, dan
memerintahkan untuk pindah ke Kuffah. Sedangkan pemimpin propaganda
dibebankan kepada Abu Salamah. Segera Abul Abbas pindah dari Humaimah ke
Kufah diiringi oleh para pembesar Abbasiyah yang lain seperti Abu Ja’far, Isa bin
Musa, dan Abdulullah bin Ali.

Penguasa Umayyah di Kufah, Yazid bin Umar bin Hubairah, ditaklukkan


oleh Abbasiyah dan diusir ke Wasit. Abu Salamah selanjutnya berkemah di Kufah

1
yang telah ditaklukkan pada tahun 132 H. Abdulullah bin Ali, salah seorang
paman Abul Abbas diperintahkan untuk mengajar Khalifah Umayyah terakhir,
Marwan bin Muhammad bersama pasukannya yang melarikan diri, di mana
akhirnya dapat dipukul di dataran rendah Sungai Zab. Pengejaran dilanjutkan ke
Mausul, Harran dan menyeberangi sungai Eufrat sampai ke Damaskus. Khalifah
itu melarikan diri hingga ke Fustat di Mesir, dan akhirnya terbunuh di Busir,
wilayah Al-Fayyum, tahun 132 H/750 M di bawah pimpinan Salih bin Ali,
seorang paman Al-Abbas yang lain. Dengan demikian, maka tumbanglah
kekuasaan Dinasti Umayyah, dan berdirilah Dinasti Abbasiyah yang dipimpin
oleh Khalifah pertamanya, yaitu Abul Abbas Ash-Shaffah dengan pusat
kekuasaan awalnya di Kufah.

2
BAB II

PEMBAHASAN
1. Peradaban Islam Pada Masa Abbasiyah
a. Pendirian Bani Abbas (750-857 M. – 132-232 H.)
Kekuasaan dinasti Bani Abbas atau khilafah Abbassiyah, sebagaimana
disebutkan, melanjutkan kekuasaan dinasti Bani Ummayah. Dinamakan khilafah
Abbassiyah karena para pendiri penguasa dinasti ini adalah keturunan Al-Abbas
paman Nabi Muhammad Saw. Dinasti Abbasiyah didirikan oleh Abdullah Al-
Saffah ibn Muhammad ibn Ali ibn Abdullah ibn Al-Abbas. Kekuasaannya
berlangsung dalam rentang waktu yang panjang, dari tahun 132 H (750 M) s.d.
656 (128 M) 1. Pada tahun 132 Hijriyah pemerintahan Bani Umayyah jatuh. Lalu
keturunan Al-Abbas pun naik untuk menduduki kursi Khalifah. Dalam kejadian
tersebut ada revolusi besar yang oleh para sejarawan hendak ditafsirkan. Dengan
segera, pemikiran pun berpendapat bahwa revolusi tersebut adalah revolusi dari
bangsa persia terhadap pemerintahan Arab.2
Babak ketiga dalam drama besar politik Islam dibuka oleh Abu Al-Abbas
(750-754) yang berperan sebagai pelopor. Irak menjadi panggung drama besar itu.
Dalam Khotbah penobatannya, yang disampaikan setahun sebelumnya di masjid
kuffah, Khaliffah Abbasiyah pertama itu menyebut dirinya as-saffih. penumpah
darah yang kemudian menjadi julukannya. Julukan itu merupakan pertanda buruk
karena dinasti yang baru muncul ini mengisyaratkan bahwa mereka lebih
mengutamakan kekuatan dalam menjalankan kebijakannya. As-Saffah menjadi
pendiri dinasti Arab Islam Ketiga –setelah Khulafa Ar-Rasyidun dan Dinasti
Umayah –yang sangat besar dan berusia lama. Dari 750 M. Hingga 1258 M.,
Penerus Abu Al-Abbas memegang pemerintahan, meskipun mereka tidak selalu
berkuasa. Orang Abbasiyah mengklaim dirinya sebagai pengusung konsep sejati

1
Dr. Badri Yatim. Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamiyah II. Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada, 2016.,hlm. 49.
2
Dr. Yusuf Al-Isy. Dinasti Abbasiyah. Jakarta: pustaka Al-Kautsar, 2007., hlm. 9.
3
kekhalifahan, yaitu gagasan negara teokrasi, yang menggantikan pemerintahan
sekuler(mulk) Dinasti Umayah. Sebagai ciri khas keagamaan dalam istana
kerajaannya, dalam berbagai kesempatan seremonial, seperti ketika dinobatkan
sebagai Khalifah dan pada shalat jumat, Khalifah mengenakan jubah (burdah)
yang pernah dikenakan oleh saudara sepupunya, Nabi Muhammad. Akan tetapi,
masa pemerintahannya, begitu singkkat. As-Saffah meninggal (754-775 M.)
karena penyakit cacar air ketika berusia 30-an.
Saudaranya yang juga penerusnya, Abu Ja’far (754-775), yang mendapat
julukan Al-Manshur adalah khalifah terbesar Dinasti Abbasiyah. Meskipun bukan
seorang muslim yang saleh, tetapi yang benar-benar membangun dinasti baru itu
bukan As-Saffah. Seluruh Khalifah yang berjumlah 35 orang berasal dari garis
keturunannya.3
Selama Dinasti ini berkuasa, pola pemerintahan yang diterapkan berbeda-
beda sesuai dengan perubahan politik, sosial, dan budaya. Berdasarkan perubahan
politik, sosial dan budaya. Berdasarkan perubahan pola pemerintahan dan politik
itu, para sejarahwan biasanya membagi masa pemerintahan Bani Abbas menjadi
lima periode;
1. Periode pertama (132 H./750 M. s.d. 232 H./847 M.), disebut periode
pengaruh Persia Pertama;
2. Periode kedua (232 H./487 M. s.d. 334 H./945 M.), disebut periode pengaruh
Turki Pertama;
3. Periode ketiga (334 H./945 M. s.d. 447 H./1105 M.), masa kekuasaan Dinasti
Buwaihi dalam pemerintahan Khalifah Abbasiyah. Periode ini disebut juga
pengaruh Persia Kedua;
4. Periode keempat (447 H../1105 M. s.d. 590 H./1195 M.), masa kekuasaan
Dinasti Saljuk yang biasa disebut dengan masa pengaruh Turki Kedua;

3
Dedi Supriadi,Sejarah Peradaban Islam. Bandung:Pustaka Setia,2008.hlm.,129.
4
5. Periode kelima (590 H./1194 M. s.d. 656 H./1258 M.), masa Khalifah bebas
dari pengaruh dinasti lain, tetapi kekuasaannya hanya efektif di Baghdad4.
Pada periode pertama pemerintahan Bani Abbasiyah mencapai masa
keemasannya. Secara politis, para Khalifah betul-betul tokoh yang kuat dan
merupakan pusat kekuasaan, politik dan agama. Disisi lain kemakmuran,
masyarakat menapai tingkat tertinggi. Periode ini juga berhasil menyiapkan
landasan bagi perkembangan filsafat dan ilmu pengetahuan dalam islam.
Pada periode pertama Bani Abbasiyah mencapai keemasan, dibawah
pimpinan al-Mahdi, al-Hadi, Harun ar-Rasyid, al-Ma’mun, al-Mu’tashim, al-
Wasiq dan al-Mutawakil.5
Pada masa al-Mahdi perekonomian mulai meningkat dengan peningkatan di
sektor pertanian, melalui irigasi dan peningkatan hasil pertambangan seperti
perak, emas, tembaga dan besi. Serta, dagang transit antara Timur dan Barat juga
banyak membawa kekayaan. Bashrah menjadi pelabuhan yang penting.
Popularitas daulat Abbasiyah mencapai puncaknya di zaman khalifah Harun
Ar-Rasyid (786-809 M) dan putaranya Al-Ma’mun (813-833 M). kekayaan yang
banyak dimanfaatkan Harun Al-Rasyid untuk keperluan sosial. Rumah sakit,
lembaga pendidikan dokter dan farmasi didirikan. Pada masanya, sudah terdapat
paling tidak sekitar 800 orang dokter. Di samping itu, pemandian-pemandian
umum juga di bangun. Tingkat kemakmuran yang paling tinggi terwujud pada
zaman khalifah ini. Kesejahteraan sosial, kesehatan, pendidikan, ilmu
pengetahuan, dan kebudayaan serta kesusasteraan berada pada zaman
keemasannya. Pada masa inilah negara Islam menempatkan dirinya sebagai
negara terkuat dan tak tertandingi.
Al-Mu’tashim, khalifah berikutnya (833-842 M), memberi peluang besar
kepada orang-orang Turki untuk masuk dalam pemerintahan, keterlibatan mereka
dimulai sebagai tentara pengawal. Tidak seperti pada masa daulat Ummayah,
dinasti Abbasiyah megadakan perubahan sistem ketentaraan. Praktik orang-orang

4
Dr. Fatah Syukur,Sejarah Peradaban Islam. Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra.
2002.hlm.,94.
5
Ibid., hlm.,97.
5
muslim mengikuti perang sudah terhenti. tentara dibina secara khusus menjadi
prajurit-prajurit profesional. Dengan demikian, kekuatan militer dinasti Abbas
menjadi sangat kuat6. Abu Ishak Muhammad Al-Mu’tashim lahir pada tahun 187
H. Mu’tashim seorang pejuang mutazilisme di istananya. Kebebesan diskusi
tentang semua masalah diizinkan kecuali tentang dogma-dogma keyakinan yang
baru. Khalifah pindah bersama korps-korps kayangannya kesuatu tempat yang
disebut samara. Disana beliau mendirikan sebuah istana, masjid dan sekolah-
sekolah.
Al-Watsiq dilahirkan tahun 196 H. Al-Watsiq adalah penguasa yang sangat
cakap. Pemerintahan nya mantap dan penuh perhatian. Beliau seorang pelindung
besar bagi pemkiran bebas, beliau banyak memberikan uang untuk derma dan
menolong ilmu ilmu pengetahuan sepenuhnya. Beliau mempunyai keahlian dalam
musik, dan dikabarkan telah menciptakan seratus buah lagu dan nyanyian selama
pemerintahannya, industri tumbuh subur, perdagangan antara Timur dan Barat
yang diperlancar oleh Bani Abbas meningkat sampai pada puncaknya.
Ja’far al-Mutawakkil adalah putera al-Mu’tashim Billah (833-842) dari
seorang wanita Persia. Pemerintahan al-Mutawakkil dikenal dengan reformasi-
reformasinya dan dipandang sebagai masa keemasaan Bani Abbasiyah. Ia adalah
khalifah terbesar terakhir Abbasiyah; setelah kematiannya khilafah mulai
mundur.7

b. Kemajuan Masa Abbasiyah


Masa ini adalah masa keemasan atau masa kejayaan umat Islam sebagai
pusat dunia dalam berbagai aspek peradaban. Kemajuan itu hampir mencakup
semua aspek kehiidupan:
1. Administratif pemerintahan dengan biro-bironya;
2. Sistem organisasi militer;
3. Administrasi wilayah pemerintahan;

6
Dr. Badri Yatim, op, cit.., hlm.,53.
7
Dr. Fatah Syukur. Op,cit., hlm.,102.
6
4. Pertanian, perdagangan, dan industri;
5. Islamisasi pemerintahan;
6. Kajian dalam bidang kedokteran, astronomi, matematika, geografi,
historiografi, filsafat islam, teologi, hukum (fiqh), dan etika islam, sastra,
seni, dan penerjemahan;
7. Pendidkan, kesenian, arsitektur, meliputi pendidikan dasar (kuttab),
menengah, dan perguruan tinggi; perpustakaan dan toko buku, media tulis,
seni rupa, seni musik, dan arsitek.8

c. Para Khalifah Dinasti Abbasiyah


Sebelum Abul Abbas Ash-Shaffah meninggal, ia sudah mewasiatkan siapa
penggantinya, yakni saudaranya, Abu Ja’far, kemudian Isa bin Musa,
keponakannya. Sistem pengumuman putra mahkota itu mengikuti cara Dinasti
Bani Ummayah. Dan satu hal yang baru lagi bagi para Khalifah Abbasiyah, yaitu
pemakaian gelar. Abu Ja’far misalnya, ia memakai gelar Al-Manshur. Para
Khalifah Bani Abbasiyah berjumlah 37 Khalifah, mereka adalah:
1. Abbul Abbas As-Shaffah. (Pendiri) 749-754 M
2. Abu Ja’far Al-Manshur 754-775 M
3. Abu Abdullah Muhammad Al-Mahdi 775-785 M
4. Abu Muhammad Musa Al-Hadi 785-786 M
5. Abu Ja’far Harun Ar-Rasyid 786-809 M
6. Abu Musa Muhammad Al-Amin 809-813 M
7. Abu Ja’far Abdullah Al-Ma’mun 813-833 M
8. Abu Ishaq Muhammad Al-Mu’tashim 833-842 M
9. Abu Ja’far Harun Al-Watsiq 842-847 M
10. Abu Fadl Ja’far Al-Mutawakil 847-861 M
11. Abu Ja’far Muhammad Al-Muntashir 861-862 M
12. Abu Abbas Ahmad Al-Musta’in 862-866 M
13. Abu Abdullah Muhammad Al-Mu’taz 866-869 M

8
Dedi Supriadi, op.,cit. Hlm., 130.
7
14. Abu Ishaq Muhammad Al-Muhtadi 869-870 M
15. Abul Abbas Ahmad Al-Mu’tamid 870-892 M
16. Abul Abbas Ahmad Al-Mu’tadid 892-902 M
17. Abul Muhammad Ali Al-Muktafi 902-905 M
18. Abul Fadl Ja’far Al-Muqtadir 905-932 M
19. Abu Manshur Muhammad Al-Qahir 932-934 M
20. Abu Abbas Ahmad Ar-Radi 934-940 M
21. Abu Ishaq Ibrahim Al-Muttaqi 940-944 M
22. Abul Qasim Abdullah Al-Mustaqfi 944-946 M
23. Abul Qasim Al-Fadl Al-Mu’ti 946-974 M
24. Abul Fadl Abdul Karim At-Thai 974-991 M
25. Abul Abbas Ahmad Al-Qadir 991-1031 M
26. Abu Ja’far Abdullah Al-Qaim 1031-1075 M
27. Abul Qasim Abdullah Al-Muqtadi 1075-1094 M
28. Abul Abbas Ahmad Al-Mustadzir 1094-1118 M
29. Abu Manshur Al-Fadl Al-Mustarsyid 1118-1135 M
30. Abu Ja’far Al-Mansur Ar-Rasyid 1135-1136 M
31. Abu Abdullah Muhammad Al-Muqtafi 1136-1160 M
32. Abul Mudzafar Al-Mustanjid 1160-1170 M
33. Abu Muhammad Al-Hasan Al-Mustadi 1170-1180 M
34. Abu Al-Abbas Ahmad An-Nasir 1180-1225 M
35. Abu Nasr Muhammad Az-Zahir 1225-1226 M
36. Abu Ja’far Al-Manshur Al-Mustansir 1226-1242 M
37. Abu Ahmad Abdullah Al-Mu’tashim Billah 1242-1258 M9

d. Lahirnya Tokoh Intelektual Muslim


Seperti yang telah diterangkan bahwa dalam zaman ini berbagai cabang
ilmu islam telah tumbuh subur seperti yang dituliskan ahli sejarah jarji Zardan.
Pada awal sejarahnya, ilmu-ilmu Islam berkembang dalam bidang qira’ah, tafsir

9
Samsul Munir Amin. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Amzah.2014.hlm.,66.
8
dan hadist kemudian menyusul ilmu fiqih. Ilmu-ilmu ini berkembang subur,
sesuai dengan evolusi kemajuan masyarakat. Telah diketahui bahwa fiqih telah
matang dan berkembang kaidah-kaidahnya pada masa daulat Abbasiyah II. Dari
ijtihad dan semangat riset, maka para ahli pengetahuan, para alim ulama, berhasil
menemukan berbagai keahlihan berupa penemuan keahlian bidang-bidang ilmu
pengetahuan.10
1. Para ilmuwan bidang ilmu filsafat
a. Al-Kindi, (194-260 H)./809-875 M.) buku karangannya sebanyak 236
judul.
b. Al-Farabi, (wafat tahun 390 H./916 M.). Orang menyebutnya al-Farobius,
karangannya yang masih tinggal 12 judul.
c. Ibnu Bajah (wafat tahun 523 H.).
d. Ibnu Thufail (wafat tahun 581 H.).
e. Ibnu Shina, (370-428 H./980-1037 M.), Orang eropa menyebutnya
Avicena. Di samping seorang filosof ia juga seorang doktor dan ahli musik
karangannya yang terkenal adalah: Shafa, 18 jilid; Najat; Qonun;
Sadidiya, 5 jilid; Danas Name; Majmul Hikmah, 10 jilid; Al-Qonun fi ath-
Thib.
f. Al-Qhazali, (450-505 H./1058-1101 M.), Ia digelari sebagai hujjatul Islam,
buku karangannya berjumlah 70 judul karangannya adalah: Al-Munqis
minadh Dhalal, Tuhfatul Falsafiyah, Mizanul Amal, Tafsir Urzuja, Al-
Wajiz, Mahkkun Nazar, Miyazul Ilmi, Maqasidul Falasafiyah.
g. Ibnu Rusyd, (520-595 H./1126-1198 M.), di Barat namanya dikenal
Oveoes. Diantaranya buku karangannya yang dikenal adalah: Mabadiul
Falasafiyah, Kulliyat, Tafsir Urjuja, Kasful Alfillah, Kitab dogma-dogma
lainnya.
2. Bidang Kedokteran
Ada beberapa perguruan tinggi kedokteran yang terkenal, antara lain
adalah:

10
Dr. Fatah Syukur. Op,cit., hlm.,103.
9
a. Sekolah tinggi kedokteran di Yunda Shapus.
b. Sekolah tinggi kedokteran di Hirran, Syeria.
c. Sekolah tinggi kedokteran di Baghdad.
Para dokter dan ahli kedokteran yang terkenal antara lain:
a. Jabir ibn Hayyan, (wafat tahun 161 H./778 M.), sebagai Bapak ilmu kimia.
b. Hunain ibn Ishaq, (194-264 H./836-901 M.), ahli mata yang terkenal.
c. Tabib ibn Qurra (221-228 H./836-901 M.)
d. Ar-Raji (251-313 H./809-873 M.)
3. Bidang Matematika
Para ahli ilmu tersebut salah satunya adalah al-Khawarizmi, penemu angka
nol. Muhammad ibn Musa al-Khaawarizmi adalah seorang ahli matematika,
astronomi, astrologi, dan geografi yang berasal dari Parsia.
Buku pertamanya, Al-Jabar, adalah buku pertama yang membahas solusi
sistematik dari linear dan notasi kuadarat. Translasi bahasa latin dari aritmatika
beliau, yang memperkenalkan angka India, kemudian diperkenalkan sebagai
sistem penomoran posisi Desimal didunia Barat abad ke 12. Ia merevisi dan
menyesuaikan Geografi Ptolemeus sebaik mengerjakan tulisan-tulisan tentang
astronomi dan astrologi.
4. Bidang Seni Ukir
Dalam bidang ini, umat islam cukup terkenal dengan hasil seninya pada
botol tinta, papan catur, payung, vas, burung-burungan, pohon-pohonan. Beberapa
seniman ukir terkenal antara lain Badr dan Tariff.11

11
Ibid., hlm., 105.
10
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Kekuasaan dinasti Bani Abbas atau khilafah Abbassiyah, sebagaimana
disebutkan, melanjutkan kekuasaan dinasti Bani Ummayah. Dinamakan
khilafah Abbassiyah karena para pendiri penguasa dinasti ini adalah
keturunan Al-Abbas paman Nabi Muhammad Saw. Dinasti Abbasiyah
didirikan oleh Abdullah Al-Saffah ibn Muhammad ibn Ali ibn Abdullah
ibn Al-Abbas. Kekuasaannya berlangsung dalam rentang waktu yang
panjang, dari tahun 132 H (750 M) s.d. 656 (128 M).
2. Kemajuan masa Abbasiyah adalah masa keemasan atau masa kejayaan
umat islam sebagai pusat dunia dalam berbagai aspek peradaban.
3. Sebelum Abul Abbas Ash-Shaffah meninggal, ia sudah mewasiatkan siapa
penggantinya, yakni saudaranya, Abu Ja’far, kemudian Isa bin Musa,
keponakannya. Sistem pengumuman putra mahkota itu mengikuti cara
Dinasti Bani Ummayah. Dan satu hal yang baru lagi bagi para Khalifah
Abbasiyah, yaitu pemakaian gelar. Abu Ja’far misalnya, ia memakai gelar
Al-Manshur. Para Khalifah Bani Abbasiyah berjumlah 37 Khalifah
4. ilmu-ilmu Islam berkembang dalam bidang qira’ah, tafsir dan hadist
kemudian menyusul ilmu fiqih. Ilmu-ilmu ini bertambah subur
berkembang, sesuai dengan evolusi kemajuan masyarakat. Telah diketahui
bahwa fiqih telah matang dan berkembang kaidah-kaidahnya pada masa
daulat Abbasiyah II. Dari ijtihaddan semangat riset, maka para ahli
pengetahuan, para alim ulama, berhasil menemukan berbagai keahlihan
berupa penemuan keahlian bidang-bidang ilmu pengetahuan

B. Saran
11
Dengan pembahasan makalah ini, marilah kita bangun kebiasaan membaca
sejarah dan mempelajarinya. Mempelajari sejarah kebudayaan Islam mempunyai
manfaat yang sangat penting di kehidupan kita untuk masa sekarang maupun
masa yang akan datang. Semoga makalah ini bisa menjadi penambah pengetahuan
kita tentang sejarah Islam khusus nya ada masa Bani Abbasiyah.

DAFTAR PUSTAKA
Al-Isy, Yusuf. Dinasti Abbasiyah. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar.2007.

Amin, Samsul Munir. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Amzah.2014.

Supriadi, Dedi. Sejarah Peradaban Islam. Bandung: Pustaka Setia. 2008.

Syukur, Fatah. Sejarah Peradaban Islam. Semarang: PT Pustaka Rizki Putra.2002

Yatim, Badri. Sejarah Peradaban Islam Islam Dirasah Islamiyah II. Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada.2016.

12

Anda mungkin juga menyukai