Anda di halaman 1dari 6

HUKUM ADMINISTRASI NEGARA

Perbandingan Keputusan Menurut W.F. Prins, Mr. Drs. E.


Utrecht, dan UU Peradilan Tata Usaha Negara

Disusun oleh:
I Gede Ketut Alit Putra Jayantara
1604551140
Kelas C

DENPASAR
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS UDAYANA
2017
Terminologi Keputusan

Istilah Keputusan, berasal dari bahasa Belanda yaitu beschikking, di Jerman


vermaltungsukt, dan acte administrative dalam bahasa Perancis. Beschikking
adalah salah satu bentuk kegiatan pemerintah dalam menjalankan peranannya yang
tergolong dalam perbuatan hukum pemerintah (Rechtshandelingen). Beschikking
dapat dikatakan sebagai sifat hukum yang diperoleh dari atau berdasarkan
wewenang atau kekuasaan istimewa. Wewenang atau kekausaan istimewa tersebut
diperoleh dari undang-undang berdasarkan azas legalitas, karena perbuatan
pemerintah harus berdasarkan pada peraturan dimana wewenang tersebut
dicantumkan. Dengan maksud terjadinya perubahan dalam lapangan hubungan
hukum, perbuatan pemerintah harus merupakan perbuatan hukum
(rechtshandelingen) yang menimbulkan akibat-akibat hukum tertentu
yangkemudian melahirkan dan atau dituangkan dalam bermacam-macam jenis
keputusan atau penetapan.

Keputusan Menurut W.F. Prins, Mr. Drs. E. Utrecht, dan


UU Peradilan Tata Usaha Negara
 W.F. Prins
Menurut W.F. Prins, Keputusan merupakan Tindakan hukum sepihak dalam
lapangan pemerntahan yang dilakukan oleh alat pemerintahan berdasarkan
wewenang yang ada pada alat atau organisasi tersebut. W.F. Prins membagi
keputusan dalam berbagai golongan, yaitu :
A. Keputusan sebagai tindakan pemerintah
Keputusan merupakan tindakan dalam hubungan pemerintahan. Akan tetapi tidak
selamanya tindakan tersebut merupakan tindakan suatu badan yang secara
organisatoris termasuk pemerintahan atau administrasi negara. Bdan yang tugas
utamanya melakukan fungsi perundang-undangan dengan kekuasaan kehakiman
yang juga melakukan beberapa tindakan pemerintahan, dapat dipandang sebagia
keputusan.
B. Keputusan sebagai tindakan hukum
Keputusan sebagai tindakan hukum (yang positif) dapat melahirkan hak dan atau
kewajiban, akan tetapi untuk keputusan yang dimaksud tidak disyaratkan bentuk
yanmg umum. Menurut bentuknya, keputusan tidak selalu dapat dibedakan dari
tindakan pemerintah lainnya yang tidak mempunyai akibat seperti itu.
C. Keputusan sebagai tindakan hukum pemerintah
Bila pemerintah secara organisatoris tidak termasuk pemerintahan atau
administrasi negara, seperti pembuat undang-undang yang menganggap hutang
telah lunas, dan hakim yang mengangkat seorang wali, tindakan tersebut
dimaksud dalam tindakan pemerintahan.
D. Keputusan sebagai tindakan hukum publik
Tindakan suatu badan atau administrasi negara yang berdasarkan suatu
kewenangan yang luar biasa.
E. Keputusan sebagai tindakan sepihak
Hubungan hukum publikbanyak berisi perjanjian yang terjadi karena tindakan
sepihak administrasi negara. Tindakan ini disebut keputusan.
F. Keputusan negatif
Keputusan yang mempunyai maksud supayasuatu tindakan dalam hubungan
hukum jangan dilakukan dan biasanya terjadi bila ada permohonan yang
diusulkan.

 Mr. Drs. E. Utrecht


Menurut E. Utrecht, Perbuatan hukum yang bersegi satu yang dilakukan oleh alat-
alat pemerintahan berdasarkan suatu kekuasaan istimewa disebut beschikking.
Professor E. Utrecht menyebut beschikking sebagai suatu ketetapan. Perbuatan
yang mengadakan suatu ketetapan disebut perbuatan penetapan (beschikking-
handeling). Penetapan menurut perbuatannya dibedakan menjadi :
A. Ketetapan Intern yakni suatu ketetapan yang dibuat dengan maksud
menyelenggarakan hubungan-hubungan dalam lingkungan alat negara
(stantorgaan) yang membuatnya.
B. Ketetapan Ekstern (esternlbeschikking) yakni merupakan gerakan hubungan-
hubungan hukum antara alat negara yang membuatnya dengan seorang
partikelir (swasta, pribadi) atau antara dua atau lebih alat negara.

 UU Peradilan Tata Usaha Negara


Beschiking Menurut UU No.5 Tahun 1986 jo. UU No.9 Tahun 2004 Undang-
undang No. 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara menyebutkan
bahwa Keputusan Tata Usaha Negara adalah suatu penetapan tertulis yang
dikeluarkan oleh Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara yang berisi tindakan
hukum Tata Usaha Negara yang berdasarkan peraturan perundang-undangan yang
berlaku, yang bersifat konkret, individual, dan final, yang menimbulkan akibat
hukum bagi seseorang atau badan hukum perdata. Dari definisi menurut UU
Nomor 5 Tahun 1986 tersebut dapat dirumuskan unsur-unsur keputusan sebagai
berikut, yaitu;
– penetapan tersebut tertulis dan dikeluarkan oleh badan atau Pejabat Tata
Usaha Negara,
– berisi tindakan hukum dalam bidang Tata Usaha Negara,
– berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku,
– bersifat konkrit, individual, dan final,
– serta menimbulkan akibat hukum bagi seseorang atau badan hukum
perdata .

Perbandingan Keputusan Menurut W.F. Prins, Mr. Drs. E.


Utrecht, dan UU Peradilan Tata Usaha Negara
Seperti yang telah tertuang sebelumnya, W.F. Prins menyatakan bahwa keputuan
merupakan suatu tindakan hukum sepihak dalam lapangan pemerintahan yang dilakukan oleh
alat pemerintahan berdasarkan wewenang yang ada pada organ tersebut. Mr. Drs. E. Utrecht
Keputusan adalah suatu perbuatan hukum public yang bersegi satu yang dilakukan oleh alat alat
pemerintahan berdasarkan suatu kekuasaan istimewa. Sedangkan menurut UU No.5 Tahun 1986
jo. UU No.9 Tahun 2004 tentang Peradilan Tata Usaha Negara menyebutkan bahwa Keputusan
Tata Usaha Negara adalah suatu penetapan tertulis yang dikeluarkan oleh Badan atau Pejabat
Tata Usaha Negara yang berisi tindakan hukum Tata Usaha Negara yang berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku, yang bersifat konkret, individual, dan final, yang
menimbulkan akibat hukum bagi seseorang atau badan hukum perdata.
Telah terlihat dengan jelas dari beberapa definisi di atas terdapat penekanan dari masing-
masing sudut pandang. Sebagai contoh, dari sudut pandang W.F. Prins, ia lebih menekankan
bahwa keputusan merupakan sebuah tindakan sepihak. Yang dimaksud dengan sepihak adalah
keputusan tersebut tidak berarti harus mendapat persetujuan dari pihak yang lainya, dalam hal ini
masyarakat. Apabila dilihat, pendapat E. Utrecht juga kurang lebih memiliki kesamaan dengan
W.F. Prins yaitu bahwa keputusan merupakan suatu perbuatan hukum yang bersegi satu atau
diambil secara sepihak. Namun W.F. Prins tidak menjelaskan dengan rinci perbuatan hukum
sepihak apa yang dimaksudkan. E. Utrecht telah menyatakan bahwa perbuatan hukum yang
dimaksud adalah hukum public, yang pelaksanaanya berkenaan dengan masyarakat luas. Namun
kelemahan dari pendapat E. Utrecht adalah tidak adanya penjelasan mengenai kekuasaan
istimewa. E. Utrecht tidak menjelaskan apa yang dimaksud dengan kekuasaan istimewa dan juga
tidak memberikan penjelasan dengan detail mengenai kekuasaan yang istimewa. Apabila dilihat
secara kasar, W.F. Prins menyatakan bahwa keputusan merupakan suatu wewenang yang dimiliki
oleh suatu instansi pemerintahan, sedangkan menurut E. Utrecht, keputusan merupakan suatu
kekuasaan yang dimiliki oleh pihak pemerintah.
Undang-undang No. 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara menjelaskan
dengan lebih rinci apa yang dimaksud dengan keputusan. Undang-undang tersebut telah
menjelaskan pihak yang mengeluarkan ketetapan yang isinya adalah tindakan yang didasari oleh
peraturan perundang-undangan yang berlaku. Selain itu, undang-undang tersebut juga telah
menjelaskan sifat dari ketetapan yang dimaksudkan harus konkret, individual, dan final serta
memiliki akibat hukum bagi seluruh lapisan masyarakat termasuk badan atau organisasi hukum.
Sayangnya, kelemahan dari pengertian keputusan menurut Undang-undang kurang begitu jelas
dalam menekankan definisinya. Hanya dijelaskan bahwa keputusan adalah suatu penetapan
tertulis. Tidak dijelaskan mengenai apa-apa saja yang dapat ditetapkan. Sehingga cakupan dari
definisi yang dimaksudkan juga masih tergolong luas namun telah dibatasi dengan pembahasan
mengenai subyek pemberlaku dan pelaku. Sehingga dapat dikatakan bahwa pengertian keputusan
menurut Undang-undang No. 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara telah
memberikan pengertian dengan rinci mengenai Keputusan lebih dari pendapat W.F. Prins, Mr.
Drs. E. Utrecht yang masih membahas keputusan secara umum dan luas.

Anda mungkin juga menyukai