Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN KASUS

PRAKTEK KOMPREHENSIF I

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL 39 MINGGU DENGAN


PREEKLAMSIA BERAT

DI RSUD RADEN MATTAHER JAMBI

DOSEN PEMBIMBING : RIA FEBRINA M.KEB

DISUSUN OLEH :

SRI UTARI ANGGRAINI


NPM : 2016 41 026
PRODI D3 KEBIDANAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BAITURRAHIM


JAMBI
TAHUN 2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan karunia-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus Asuhan
Kebidanan.
Penulisanan laporan ini dalam rangka menerapkan praktik klinik
kebidanan yang merupakan salah satu mata kuliah atau kurikulum yang
harus dilalui dalam proses pendidikan. Dalam penyusunan laporan ini
penulis banyak mendapatkan bantuan, bimbingan serta pengarahan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis ingin
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
Kakak-kakak bidan dan perawat di RSUD Raden Mattaher Jambi serta
rekan-rekan yang telah memberi banyak masukan dalam laporan ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini masih jauh dari


kesempurnaan dengan demikian penulis sangan mengharapkan petunjuk dan
saran serta kritik dari dosen pembimbing. Akhir kata semoga hasil laporan
ini memb/erikan manfaat yang berguna bagi yang membutuhkannya.

Jambi, April 2019

Penyusun
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
B.Tujuan
C.Manfaat
BAB II TINJAUAN TEORI
A.Pengertian
B.Etiologi
C.Patofisiologi
D.Manifestasi Klinis
E.Faktor Risiko
F.Diagnosis
G.Macam-macam Hipertensi dalam Kehamilan
H.Penatalaksanaan
BAB III TINJAUAN KASUS
A.Data Subjektif
B. Objective Data
C.Assesment
D.Planning
BAB IV PEMBAHASAN
BAB V PENUTUP
A.Kesimpulan
B.Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Preeklampsia merupakan penyulit kehamilan yang akut dan dapat
terjadi ante, intra dan post partum. Dari gejala-gejala klinik pre eklampsia
dapat dibagi menjadi preeklampsia ringan dan preklampsia berat.
Pembagian preeklampsia menjadi berat dan ringan tidaklah berarti adanya
dua penyakit yang jelas berbeda, sebab seringkali ditemukan penderita
dengan preeklampsia ringan dapat mendadak mengalami kejang dan jatuh
dalam koma (Sarwono, 2010). Preeklampsia (dahulu disebut gestosis)
merupakan hipertensi yang dipicu oleh kehamilan dan terjadi pada 5-20%
perempuan khususnya primigravida, ibu hamil dengan kehamilan kembar,
ibu yang menderita diabetes mellitus dan hipertensi essensial. Bahaya dari
preeklampsia meliputi solutio placenta, kegagalan ginjal, jantung, hemorargi
serebral, insupisiensi placenta dan gangguan pertumbuhan janin (Denis
Tiran, 2006). sifikasikan ke dalam penyakit hipertensi yang disebabkan
karena kehamilan. PEB ditandai oleh adanya hipertensi sedang-berat, edema
dan proteinuria yang masif. Sedangkan eklampsia ditandai oleh adanya
koma dan/atau kejang di samping ketiga tanda khas PEB.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mempersiapkan peserta didik untuk menjadi kandidat bidan dalam
mengaplikasikan ilmu diperkuliahan agar menjadi bidan yang profesional.
2. Tujuan Khusus
Mahasiswa mengetahui pengkajian secara sistematis yang
dilakukan pada pasien dengan Preeklampsia berat di Mahasiswa mengetahui
pemeriksaan fisik dan penunjang yang dilakukan pada pasien dengan
Preeklampsia berat di Rsud Raden Mattaher Jambi.
a) Mahasiswa mengetahui diagnosis pada pasien dengan Preeklampsia
berat di Rsud Raden Mattaher Jambi.
b) Mahasiswa mengetahui penatalaksanaan pada pasien dengan
Preeklampsia berat di Rsud Raden Mattaher Jambi.

C. Manfaat
1) Bagi Institusi
Dapat digunakan sebagai informasi bagi institusi pendidikandalam peng
embangan dan peningkatan mutu pendidikan dimasa yang akan datang.
2) Bagi Petugas Kesehatan
Dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan keterampilan dan mutu
pelayanan yang profesional oleh tenaga kesehatan untuk memberikan
asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan preeklamsia berat
3) Bagi Mahasiswa
Menambah wawasan keilmuan dan pengalaman sertaketerampilan dala
m melakukan asuhan kebidanan pada ibu dengan preeklampsia berat.
4) Bagi Klien
Dapat mengetahui dan mengerti asuhan yang diberikan selama masa
hamil dengan preeklampsi berat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. PENGERTIAN
Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin.
Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu/ 9 bulan 7 hari) dihitung
dari hari pertama haid terakhir. Kehamilan dibagi menjadi tiga triwulan.
Triwulan pertama dimulai dari konsepsi sampai 3 bulan, triwulan kedua dari
bulan ke 4 sampai 6 bulan, triwulan ketiga dari bulan ke 7 sampai 9 bulan
(Prawirohardjo, 2008).
Tanda bahaya yang perlu diperhatikan dan diantisipasi dalam
kehamilan lanjut, adalah :
1. Perdarahan pervaginam
2. Sakit kepala yang hebat
3. Penglihatan kabur
4. Bengkak diwajah dan tangan
5. Keluar cairan pervaginam
6. Gerak janin terasa dan nyeri perut yang hebat (Suryati, 2011)
Preeklampsia (PE) adalah gangguan yang terjadi setelah minggu ke-20
kehamilan dan ditandai dengan hipertensi dan proteinuria (Silasi Michele,
2010). Penyakit digolongkan berat bila satu atau lebih tanda gejala dibawah
ini :
1. Proteinuria 5 g atau lebih dalam 24 jam; 3 atau 4 + pada pemeriksaan
kualitatif.
2. Oliguria, air kencing 400 ml atau kurang dalam 24 jam.
3. Tekanan sistolik 160 mmHg atau lebih, atau tekanan diastolik 110
mmHg atau lebih.
4. Keluhan serebral, gangguan penglihatan atau nyeri di daerah
epigastrium.
5. Edema paru dan sianosis (Ilmu Kebidanan : 2005).
Memberikan konseling tentang tanda-tanda persalinan
1. Rasa sakit oleh adanya his yang datang lebih kuat, sering dan teratur.
2. Keluar lendir bercampur darah (show) yang lebih banyak karena
robekan-robekan kecil pada servik.
3. Kadang-kadang ketuban pecah dengan sendirinya.
4. Pada pemeriksaan dalam: servik mendatar dan pembukaan telah ada
(Rustam Mochtar, 2009).
Preeklampsi berat adalah suatu komplikasi kehamilan yang ditandai
dengan timbulnya hipertensi 160/110 mmHg atau lebih disertai proteinuria
dan atau disertai udema pada kehamilan 20 minggu atau lebih (Asuhan
Patologi Kebidanan : 2009).
Preeklampsia berat adalah suatu komplikasi kehamilan yang di tandai
dengan timbulnya hipertensi 160/110 mmHg atau lebih di sertai proteiuria
dan/atau edema pada kehamilan 20 minggu atau lebih.(Asuhan Kebidanan
IV:2010).
Jadi, preeklampsia berat adalah suatu kondisi yang spesifik pada
kehamilan yang ditandai dengan timbulnya hipertensi ≥ 160/110 mmHg
disertai proteinuria > 5 gr/24 jam atau oedem yang terjadi pada kehamilan
20 minggu atau lebih.

B. ETIOLOGI
Penyebab pasti terjadinya pre-eklampsi masih belum diketahui.
Penyakit ini dianggap sebagai sesuatu “Maladaptation syndrome” dengan
akibat suatu vasospasme general dengan segala akibatnya (Abadi et al,
2008; Shah, 2009).
Preeklampsi dikaitkan dengan komponen genetik, meskipun
mekanisme aktual masih diperdebatkan. Pre eklamsi juga dikaitkan dengan
mekanisme plasentasi, namun pre eklamsi tidak selalu muncul pada keadaan
patologis plasenta (Abadi et al, 2008; Wilson, 2004)
C. PATOFISIOLOGI
Patofisiologi pre-eklamsi merupakan suatu disfungsi/ kerusakan sel
endotel vaskuler secara menyeluruh dengan penyebab multifaktor, seperti:
imunologi, genetik, nutrisi (misalnya defisiensi kalsium) dan lipid
peroksidasi. Kemudian berlanjut dengan gangguan keseimbangan hormonal
prostanoid yaitu peningkatan vasokonstriktor (terutama tromboxan) dan
penurunan vasodilator (prostasiklin), peningkatan sensitivitas terhadap
vasokonstriktor agregasi platelet (trombogenik), koagulopati dan aterogenik.
Perubahan level seluler dan biomolekuler di atas telah dideteksi pada umur
kehamilan 18-20minggu, selanjutnya sekurang-kurangnya umur kehamilan
24 minggu dapat diikuti perubahan/ gejala klinis seperti hipertensi, oedema
dan proteiuria.
Awalnya adalah defisiensi invasi sel-sel trofoblas atas arteri spiralis
pada plasenta yang dimediasi/ dipengaruhi proses imunologis, dan hal ini
mengakibatkan gangguan perfusi unit fetoplasental. (Abadi et al, 2008)

D. MANIFESTASI KLINIS
Kehamilan 20 minggu atau lebih dengan tanda-tanda:
1. Desakan darah sistolik ≥160 mmHg, diastolik ≥110 mmHg.
Desakan darah ini tidak menurun meskipun ibu hamil sudah
dirawat di rumah sakit dan menjalani tirah baring
2. Protein urine ≥5 gram/ 24jam atau kualitatif 4+ (++++).
3. Oliguri jumlah produksi urine  500cc/ 24jam atau disertai
kenaikan kadar kreatinin darah.
4. Adanya gejala-gejala eklampsia impending: gangguan visus,
gangguan serebral, nyeri epigastrium, hiper refleksia.
5. Adanya sindroma HELLP (Hemolysis Elevated Liver enzyme
Low Platelet) (Abadi et al, 2008).
E. FAKTOR RESIKO
Menurut Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiharjo (2005), faktor
resiko pre- eklamsia berat adalah :
1. Riwayat Preeklampsia
2. Primigravida, karena pada primigravida pembentukan antibody
penghambat (blocking antibodies) belum sempurna sehingga
meningkatkan resiko terjadinya Preeklampsia
3. Kenaikan berat badan ibu 1 kg atau lebih per minggu selama 2
kali berturut-turut (2 minggu)
4. Kehamilan ganda, Preeklampsia lebih sering terjadi pada wanita
yang mempunyai bayi kembar atau lebih.
5. Riwayat penyakit tertentu. Penyakit tersebut meliputi hipertensu
kronik, diabetes, penyakit ginjal atau penyakit degenerate seperti
reumatik arthritis atau lupus.

F. DIAGNOSIS
Diagnosis di tegakkan berdasarkan kriteria preeklamsia berat
sebagaimana tercantum di bawah:
1. Tekanan darah sistolik ≥ 160 mmHg dan tekanan diastolic ≥ 110
mmHg.
2. Protein uria lebih dari positif 2 (++)
3. Oliguria yaitu produksi urine kurang dari 400 cc/ 24 jam
4. Edema paru : Nafas pendek, sianosis, ronkhi +
5. Nyeri daerah epigastrium
6. Gangguan penglihatan
7. Nyeri kepala hebat
8. Terdapat mual sampai muntah
G. MACAM-MACAM HIPERTENSI DALAM KEHAMILAN
Hipertensi pada kehamilan dapat diklasifikasikan dalam 4 kategori,
yaitu:
1. Hipertensi kronik: hipertensi (tekanan darah lebih dari 140/90
mmHg yang diukur setelah beristirahat selama 5-10 menit dalam
posisi duduk) yang telah didiagnosis sebelum kehamilan terjadi
atau hipertensi yang timbul sebelum mencapai usia kehamilan 20
minggu.
2. Preeklamsia-Eklamsia: peningkatan tekanan darah yang baru
timbul setelah usia kehamilan mencapai 20 minggu, disertai
dengan penambahan berat badan ibu yang cepat akibat tubuh
membengkak dan pada pemeriksaan laboratorium dijumpai
protein di dalam air seni (proteinuria). Eklamsia: preeklamsia
yang disertai dengan kejang.
3. Preeklamsia superimposed pada hipertensi kronik: preeklamsia
yang terjadi pada perempuan hamil yang telah menderita
hipertensi sebelum hamil.
4. Hipertensi gestasional: hipertensi pada kehamilan yang timbul
pada trimester akhir kehamilan, namun tanpa disertai gejala dan
tanda preeklamsia, bersifat sementara dan tekanan darah kembali
normal setelah melahirkan (postpartum). Hipertensi gestasional
berkaitan dengan timbulnya hipertensi kronik suatu saat di masa
yang akan datang.

H. PENATALAKSANAAN
Ditinjau dari umur kehamilan dan perkembangan gejala-gejala pre-
eklamsia berat selama perawatan maka perawatan dibagi menjadi perawatan
aktif yaitu kehamilan segera diakhiri atau diterminasi ditambah pengobatan
medicinal dan perawatan konservatif yaitu kehamilan tetap dipertahankan
ditambah pengobatan medicinal (AYeyeh.R, 2011). Adapun penjelasannya
adalah sebagai berikut :
1. Perawatan aktif
Pada setiap penderita sedapat mungkin sebelum perawatan aktif
dilakukan pemeriksaan fetal assesment yakni pemeriksaan nonstrees test
(NST) dan ultrasonograft (USG), dengan indikasi (salah satu atau lebih),
yakni :
a) Pada ibu
Usia kehamilan 37 minggu atau lebih, dijumpai tanda-tanda atau
gejala impending eklamsia, kegagalan terapi konservatif yaitu
setelah 6 jam pengobatan meditasi terjadi kenaikan desakan
darah atau setelah 24 jam perawatan edicinal, ada gejala-gejala
status quo (tidak ada perbaikan).
b) Janin
Hasil fetal assesment jelek (NST dan USG) yaitu ada tanda intra
uterine growth retardation (IUGR)
c) Hasil laboratorium
Adanya HELLP sindrom (haemolisis dan peningkatan fungsi
hepar dan trombositopenia).
2. Penanganan kejang
a) Beri obat antikonvulsan
b) Pelengkapan untuk penanganan kejang (jalan nafas, sedotan,
masker oksigen, oksigen)
c) Lindungi pasien dari kemungkinan trauma
d) Aspirasi mulut dan tenggorokan
e) Baringkan pasien pada sisi kiri, posisi trandelenburg untuk
mengurangi resiko aspirasi
f) Beri O2 4-6 liter/menit
3. Penanganan umum
a) Jika tekanan diastolik >110 mmHg, berikan anti hipertensi,
sampai tekanan diastolik antara 90-100 mmHg
b) Pasang infus RL dengan jarum besar (16 gauge atau lebih)
c) Ukur keseimbangan cairan, jangan sampai terjadi overload
d) Kateterisasi urin untuk pengeluaran volume dan proteinuria
e) Jika jumlah urine <30 ml per jam :
 Infus cairan dipertahankan 1 1/8 jam
 Pantau kemungkinan edema paru
f) Jangan tinggalkan pasien sendirian, kejang disertai aspirasi dapat
mengakibatkan kematian ibu dan janin
g) Observasi tanda-tanda vital, reflex, dan DJJ setiap jam
h) Auskultasi paru untuk mencari tanda-tanda edema paru
(Maternal dan Neonatal, 2010)

4. Pengobatan dengan MgSO4


a) Dosis awal
 MgSO4 4gr IV sebagai larutan 20% 5 menit
 Diikuti dengan MgSO4 (50%) 5gr IM dengan 1 ml
ligonain 2%
b) Dosis Pemeliharaan
 MgSO4 (50%) 5gr + ligonokain 2% 1 ml IM setiap 4
jam
 Sampai 24 jam pasca persalinan atau kejang berakhir
(Maternal dan Neonatal, 2007).
5. Pengobatan Obstetrik
Pengobatan obstetri dilakukan dengan cara
terminasi terhadap kehamilan yang belum inpartu, yaitu :
a) Induksi persalinan: tetesan oksitocyn dengan syarat nilai bishop
5 atau lebih dan dengan fetal heart monitoring.
b) Seksio Sesaria (dilakukan oleh dokter ahli kandungan), bila:
fetal assessment jelek. Syarat tetesan oksitocyn tidak dipenuhi
(nilai bishop < 5) atau adanya kontraindikasi tetesan oksitocyn;
12 jam setelah dimulainya tetesan oksitocyn belum masuk fase
aktif. Pada primigravida lebih diarahkan untuk dilakukan
terminasi dengan seksio sesaria.
BAB IV
PEMBAHASAN

Preeklampsia (PE) adalah gangguan yang terjadi setelah minggu ke-20


kehamilan dan ditandai dengan hipertensi dan proteinuria (Silasi Michele,
2010). Preeklampsia berat adalah suatu komplikasi kehamilan yang di
tandai dengan timbulnya hipertensi 160/110 mmHg atau lebih di sertai
proteiuria dan/atau edema pada kehamilan 20 minggu atau lebih.(Asuhan
Kebidanan IV:2010). Preeklampsi dikaitkan dengan komponen genetik,
meskipun mekanisme aktual masih diperdebatkan. Pre eklamsi juga
dikaitkan dengan mekanisme plasentasi, namun pre eklamsi tidak selalu
muncul pada keadaan patologis plasenta (Abadi et al, 2008; Wilson, 2004).
Pada hari Selasa 2 April 2019, Ny. M datang ke RSUD Raden
Mattaher bersama dengan suaminya atas rujukan dari bidan karena ibu
mengalami preeklampsi. Ibu mengatakan hamil anak ketiga ±9 bulan ingin
memeriksakan kehamilannya, ibu mengeluh nyeri perut bagian bawah sejak
tadi malam. Setelah dilakukan anamnesa ibu memiliki riwayat preeklampsi
pada anak pertama. Pada hasil pemeriksaan diketahui keadaan umum pada
tekanan darah ibu 170/100 mmHg, hasil palpasi bengkak pada tungkai.
Keadaan janin baik dengan frekuensi djj 145 kali/menit. Berkolaborasi
dengan dokter, disarankan untuk dilakukan pemeriksaan laboratorium yaitu
darah dan protein urine. Kemudian ibu diantar ke ruang VK Bersalin untuk
dilakukan tindakan persalinan melalui operasi section caesarea karena
pemeriksaan laboratorium didapatkan hasil HB 12gr% dan protein urine
positif (++++). Ibu diberikan terapi Nifedipine 10 mg per oral untuk
menurunkan tekanan darah. Setelah dilakukan inform consent kepada ibu
dan suami, ibu direncanakan operasi section caesarea pada Sabtu 20 April
2019.
Asuhan kebidanan yang dilakukan pada Ny. M umur 25 tahun
GIIIP0AII hamil 39 minggu dengan preeklampsi berat mulai dari anamnesa,
pemeriksaan fisik, laboratorium, analisa data serta penatalaksanaan sesuai
dengan teori yang ada.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Preeklampsia berat adalah suatu kondisi yang spesifik pada kehamilan
yang ditandai dengan timbulnya hipertensi ≥ 160/110 mmHg disertai
proteinuria > 5 gr/24 jam atau oedem yang terjadi pada kehamilan 20
minggu atau lebih.
2. Selasa 2 April 2019, Ny. M datang ke RSUD Raden Mattaher Jambi
bersama suaminya ingin memeriksakan kehamilannya atas rujukan dari
bidan. Berdasarkan hasil anamnesa, pemeriksaan fisik dan laboratorium
ibu mempunyai riwayat preeklampsi, tekanan darah 170/100 mmHg,
oedema pada tungkai dan protein urine positif (++++). Ibu diantar ke
Ruang VK Bersalin, ibu mendapatkan terapi Nifedipine 10 mg per oral
dan akan direncanakan untuk dilakukan tindakan persalinan melalui
operasi section caesarea pada hari Selasa 2 April 2019.
3. Asuhan kebidanan yang dilakukan pada Ny. M umur 25 tahun
GIIIP0AII hamil 39 minggu dengan preeklampsi berat mulai dari
anamnesa, pemeriksaan fisik, laboratorium, analisa data serta
penatalaksanaan sesuai dengan teori yang ada.

B. Saran
1. Bagi Institusi
Di harapkan dapat di gunakan sebagai tambahan informasi bagi institusi
pendidikan dalan pengembangan dan peningkatan mutu pendidikan di
masa yang akan datang
2. Bagi Petugas Kesehatan
Di harapkan dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan,keterampilan
dan mutu pelayanan yang profesional oleh tenaga kesehatan untuk
memberikan asuhan kebidanan khususnya pada ibu hamil dengan
preeklamsia berat.
3. Bagi Mahasiswa
Di harapkan mahasiswa dapat menambah wawasan keilmuan dan
pengalaman serta keterampilan dalam melakukan asuhan kebidanan
pada ibu dengan preeklamsia berat.
4. Bagi Klien
Diharapkan klien dapat mengetahui dan mengerti asuhan yang diberikan
selama masa hamil dengan preeklampsi berat.
DAFTAR PUSTAKA

Chapman, Vicky. 2006. Asuhan Kebidanan Persalinan & Kelahiran. ECG.


Jakarta
Manjoer, Arif, dkk. 2009. Kapita Selekta Edisi Ketiga Jilid Ketiga. Media
Aesculapius. Jakarta.
Manuaba, Ida Bagus Gede. 2010. Ilmu Penyakit Kandungan dan KB. ECG.
Jakarta
Prawirohardjo, S. 2008. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal. YBP. Jakarta.
Prawirohardjo, S. 2008. Ilmu Kebidanan. YBP. Jakarta.
Romauli, Suryati. Buku Ajar Asuhan Kehamilan. Nuha Mediha :
Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai