Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN KASUS

PRAKTEK KOMPREHENSIF 1
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU G4P3A0 HAMIL 10 MINGGU

DENGAN HIPEREMESIS GRAVIDARUM TINGKAT II

DI BPM NIDA AIGUS

DOSEN PEMBIMBING : RIA FEBRINA M.KEB

DISUSUN OLEH :

SRI UTARI ANGGRAINI


NPM : 2016 41 026
PRODI D3 KEBIDANAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BAITURRAHIM


JAMBI
TAHUN 2019

0
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT Penulis ucapkan karena oleh-Nya Penulis
diberi rahmat serta inayahnya sehingga Penulis bisa menyelesaikan laporan kasus
asuhan kebidanan ini dengan tidak ada halangan suatu apapun.
Tidak lupa Penulis ucapkan banyak terimakasih atas bantuan dan
bimbingan dari berbagai pihak kepada dosen pembimbing lahan (CI lapangan)
dan teman-teman yang telah membantu dan memberikan dukungan
sehingga laporan ini bisa selesai tepat waktu.
Semua dorongan yang telah diberikan kepada penulis sangat berarti,
semoga dapat balasan yang lebih dari Allah SWT, Amin. Penulis menyadari
dalam menyusun laporan kasus ini jauh dari sempurna, maka dari itu penulis
sangat mengharapkan keritik serta saran yang sifatnya membangun demi
perbaikan laporan kasus ini.

Jambi, Maret 2019

penulis

1
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR ..................................................................................... 1

DAFTAR ISI .................................................................................................... 2

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 3

BAB II TINJAUAN TEORI ........................................................................... 4

BAB III TINJAUAN KASUS......................................................................... 12

BAB IV PEMBAHASAN ................................................................................ 18

BAB V PENUTUP ........................................................................................... 20

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 21

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Angka kematian dan kesakitan ibu hamil, bersalin, dan nifas masih
merupakan masalah besar bagi negara berkembang termasuk Indonesia Angka
kematian ibu di Indnesia Menurut Survei Demografi Kesehatan Indonesia
(SDKI) pada tahun 2012 yaitu 359 per 100.000 kelahiran hidup. Penyebab
kematian tersebut terjadi pada masa kehamilan persalinan dan nifas. Masa
kehamilan adalah masa yang sangat rentan, 50% - 90% dari seluruh kehamilan
di Indonesia disertai dengan mual dan muntah.
Pada ibu hamil ada kemungkinan muncul mual muntah yang ringan dan
tidak mengganggu aktifitas sehari-hari, namun pada kondisi tertentu mual dan
muntah dapat terjadi lebih sering dan lama bahkan memperburuk kondisi ibu.
Mual dan muntah yang tidak ditangani dengan tepat dapat menyebabkan
terjadinya hiperemesis gravidarum. Hiperemesis gravidarum adalah mual dan
muntah berlebihan selama kehamilan dengan intensitas lebih sering dan durasi
lebih lama serta menganggu aktifitas ibu sehari-hari.
Hiperemesis gravidarum biasanya terjadi pada kehamilan pertama namun
pada kasus dapat terjadi dalam beberapa kehamilan. Mual dan muntah dapat
muncul sejak trimester pertama dan terkadang menetap pada derajat yang
bervariasi sepanjang masa kehamilan. Frekuensi kejadian hiperemesis
grvidarum adalah 2 per 1000 kehamilan. Salah satu penelitian menemukan
bahwa angka kejadian hiperemesis gravidarum di Indonesia yaitu 25,4 % dari
seluruh kehamilan. Faktor predisposisi pada hiperemesis gravidarum yaitu,
primi gravida, mola hidatidosa, kehamilan ganda, factor organik, faktor
psikosomantik, dan faktor endokrin lainnya seperti hipertiroid dan diabetes.
Komplikasi hiperemesis gravidarum antara lain dehidrasi, gangguan kesadaran
dan saraf, ensefalopati wernicke dengan gejala nistagmus, diplopia dan
perubahan mental. Pada janin umumnya akan terjadi seperti abortus, berat
bayi lahir rendah, kelahiran prematur, serta IUGR.

3
Pada kasus hiperemesis gravidarum ibu kurang mendapatkan asupan gizi
karena sebagian besar yang dimakan dan diminum dimuntahkan kembali
sehingga dapat menyebabkan anemia. Anemia dapat menyebabkan perdarahan
kemudian syok dan keadaan yang lebih buruk yaitu kematian pada ibu. Saat
tidak ada makanan yang bisa dicerna oleh tubuh maka tubuh akan kekurangan
karbohidrat sehinggatidak adaenergi yang dapat dihasilkan. Kondisi ini
menyebabkan terjadinya metabolisme lemak dan asam lemak yang berlebihan.
Metbolisme lemak dan asam lemak menghasilkan keton,yang kemudian
dikeluarkan tubuh melalui urine (ketonuria).

B. Rumusan masalah
Bagaimana penerapan asuhan kebidanan antenatal pada Ny. T dengan
hiperemesis gravidarum tingkat II di Bpm Nida Aigus.

C. Tujuan penulisan
Agar penulis mampu memahami dan menerapkan asuhan kebidanan pada
pasien Ny. T dengan hiperemesis gravidarum tingkat II di Bpm Nida Aigus.

D. Manfaat penulisan
Menambah wawasan dalam memberikan pelayanan dan pengetahuan
dalam melakukan asuhan kebidanan antenatal dengan sesuai standar asuhan
kebidanan yang berlaku.

4
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian Kehamilan
Kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari
spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi.
Kehamilan dan persalinan merupakan proses alamiah (normal) dan bukan
proses patologi tetapi kondisi normal dapat menjadi patologi/abnormal.
Menyadari hal tersebut dalam melakukan asuhan tidak perlu melakukan
intervensi yang tidak perlu kecuali ada indikasi. Dan setiap perempuan
berkpribadian unik,dimana terdiri dari bio,psiko,dan sosial yang berbeda
sehingga dalam memperlakukan pasien satu dengan yang lainnya juga berbeda
dan tidak boleh disamakan.

B. Konsep dasar hiperemesis gravidarum


a. Pengertian
Hiperemesis gravidarum adalah mual muntah yang terjadi pada
kehamilan trimester pertama, muntah begitu hebat dimana apa yang
segala dimakan dan diminum dimuntahkan sehingga mempengaruhi
keadaan umum dan pekerjaan sehari-hari, berat badan menurun,
mengalami dehidrasi dan terdapat aseton dalam urin bukan karena
penyakit seperti apendisitis, pielititis dan sebagainya. Biasanya
hiperemesis garvidarum terjadi pada kehamilan pertama dan umumnya
mengenai ibu hamil dengan keadaan yang mengakibakan kadar HCG
yang tinggi seperti pada penyakit trofoblastik kehamilan atau kehamilan
kembar .

b. Etiologi
Penyebab hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti.
Frekuensi kejadian adalah 2 per 1000 kehamilan. Faktor-faktor
predisposisi yang dikemukakan adalah sebagai berikut :

5
a. Umumnya terjadi pada Primigravida karena primigravida belum
mampu beradaptasi terhadap hormone estrogen dan gonadotropin
korionik, mola hidatidosa karena jumlah hormone yang di keluarkan
cukup tinggi maka bisa menyebabkan terjadinya hiperemesis
gravidarum, dan kehamilan ganda akibat peningkatan kadar HCG.
b. Faktor organik, yaitu karena masuknya vili khoriales dalam sirkulasi
maternal dan perubahan metabollik akibat kehamilan serta resitensi
yang menurun dari pihak ibu terhadap perubahan-perubahan ini serta
adanya alergi yaitu merupakan salah satu respon dari jaringan ibu
terhadap janin.
c. Rumah tangga yang retak, kehilangan pekerjaan, takut terhadap
kehamilan dan persalinan, takut terhadap tanggungan sebagai ibu
dapat menyebabkan konflik mental yang dapat memperberat mual
dan muntah sebagai ekspresi tidak sadar terhadap keengganan
menjadi hamil atau sebagai pelarian kesukaran hidup.
d. Faktor endokrin lainnya : hipertyroid, diabetes dan lain-lain.

c. Patofisiologi
Patofisiologi hiperemesis gravidarum dapat disebabkan karena
peningkatan Hormone Chorionic Gonodhotropin(HCG). HCG adalah
hormone glikoprotein dari keluarga gonadotropin yang awalnya disintesin
oleh embrio manusia, dan kemudian dilanjutkan oleh syncytiotrophoblast.
bagian dari plasenta selama masa kehamilan. dapat menjadi faktor mual
dan muntah. Khusus nya karena periode mual dan muntah gestasional
yang paling umum adalah 12-16 minggu pertama, yang pada saat itu HCG
mencapai kadar tertingginya HCG sama dengan LH dan disekresikan oleh
sel-sel tropoblas blastoit. Peningkatan kadar hormon progesteron
menyebabkan otot polos pada sistem gastrointestinal mengalami relaksasi
sehingga motilitas menurun dan lambung menjadi kosong.

6
d. Tingkatan dan Gejala
Berdasarkan keparahan gejalanya, hiperemesis gravidium
dibedakan menjadi 3 tingkatan. Penderita gejala paling ringan termasuk
hiperemesis gravidarum tingkat 1, gejala sedang termasuk hiperemesis
gravidarum tingkat 2, gejala paling parah termasuk tingkat 3.
Informasi terkait kehamilan
1. Hiperemesis Gravidarum Tingkat 1
Hiperemesis gravidarum dengan gejala paling ringan termasuk
dalam golongan tingkatan 1. Kondisi dapat disebabkan ol eh beberapa
faktor, diantaranya yaitu perubahan hormon estrogen dalam tubuh,
peningkatan hormon HCG (Human Chorionic Gonadotropin) yang
diproduksi plasenta, kegemukan (obesitas), memiliki riwayat
hiperemesis gravidarum, hamil pertama kali, genetik (ada keluarga
yang mengalami hiperemesis gravidarum), hamil anggur, mengandung
anak kembar, dan mengandung anak perempuan.

2. Hiperemesis Gravidarum Tingkat 2


Tingkatan hiperemesis gravidarum ke-2 ini umumnya terjadi saat
gejalanya tak kunjung usai. Untuk penyebab hiperemesis gravidarum
tingkat 2 hampir sama dengan tingkat 1, yakni perubahan hormon
HCG, obesitas, genetik (salah satu keluarga pernah mengalami
hiperemesis gravidarum), hamil anak kembar, mengandung anak
berjenis kelamin perempuan, hamil anggur, obesitas dan daya imun
lemah.

3. Hiperemesis Gravidarum tingkat 3


Pada tahap ini, kondisi hiperemsis gravidarum sudah sangat parah.
Penderita mengalami gejala komplikasi yang membuatnya merasa
tidak nyaman. Sehingga tak jarang penderita harus menjalani rawat
inap di rumah sakit. Faktor penyebab dari hiperemesis gravidarum
tingkat 3 yaitu adanya gangguan ginjal, gangguan pada proses oksidasi

7
lemak, kenaikan kadar hormon HCG, obesitas, daya imun sangat
menurun, kekurangan nutrisi, kemungkinan hamil anggur,
mengandung anak kembar, mengandung anak perempuan, genetik,
kondisi morning sickness berlebihan, masalah hiperemesis gravidarum
tingak 1 dan 2 yang tidak segera diatasi.

5. Diagnosis
Diagnosis hiperemis gravidarum biasanya tidak sukar. Harus
ditentukan adanya kehamilan muda dan muntah yang terus menerus,
sehingga mempengaruhi keadaan umum. Hiperemesis gravidarum yang
terus menerus dapat menyebabkan kekurangan makanan yang dapat
mempengaruhi perkembangan janin, sehingga pengobatan perlu segera
diberikan. Diagnosis dapat ditegakkan jika ditemui tanda berikut
a. Amenore disertai muntah hebat, pekerjaan sehari-hari terganggu.
b. Fungsi vital : nadi meningkat 100x/menit, Tekanan darah menurun
pada keadaan berat, subfebril, dan gangguan kesadaran (apatis-koma)
c. Fisik : Dehidrasi, kulit pucat, ikterus, sianosis, berat badan menurun,
pada vaginal toucher uterus besarnya sesuai usia kehamilan,
konsistensi lunak, pada pemeriksaan inspekulo serviks berwarna biru.
d. Pemeriksaan USG : untuk mengetahui adanya kehamilan kembar,
molahidatidosa dan kondisi kesehatan janin.
e. Laboratorium : kenaikan relative hemoglobin dan hematokrit, benda
keton, dan proteinuria.
f. Pada keluhan hiperemesis yang berat atau berulang pikirkan untuk
konsultasi psikologi.

6. Penatalaksanaan
Penyakit ini biasanya dapat membatasi diri, namun demikian pada
tingkatan yang berat, penyakit ini dapat mengancam jiwa ibu dan janin.
Adapun tatalaksana hiperemesis gravidarum secara umum :

8
a. Tatalaksana Umum
1) Memberikan penjelasan tentang kehamilan dan persalinan
sebagai suatu proses yang fisiologis.
2) Memberikan keyakinan bahwa mual dan kadang-kadang muntah
merupakan gejala fisiologis pada kehamilan muda dan akan
hilang setelah kehamilan 4 bulan.
3) Menganjurkan mengubah makan sehari-hari dengan makanan
dalam jumlah kecil tetapi sering.
4) Menganjurkan pada waktu bangun pagi jangan segera turun dari
tempat tidur, terlebih dahulu makan roti kering atau biscuit
dengan teh hangat.
5) Makanan yang berminyak dan berbau lemak sebaikya
dihindarkan.
6) Makanan sebaiknya disajikan dalam keadaan panas atau sangat
dingin.
7) Defekasi yang teratur.
8) Menghindari kekurangan karbohidrat merupakan faktor yang
penting, dianjurkan makanan yang banyak mengandung gula.
9) Obat-obatan
Sedative yang sering digunakan adalah phenobarbital.
Vitamin yang dianjurkan vitamin B1 dan B6. Anti histaminika
juga dianjurkan juga seperti dramamin, avomin. Pada keadaan
lebih berat diberikan antiemetic seperti disiklomin hidrokhonae
atau khlorpromasin. Penanganan hiperemesis gravidarum yang
berat perlu dikelola dirumah sakit.
7. Kewenangan bidan dalam asuhan hiperemesis gravidarum
Dalam melaksanakan tugasnya sebagai bidan pelaksana, bidan
memiliki kewenangan yang menjadi pedoman dalam memberikan asuhan
kebidanan khususnya dalam kasus hyperemesis gravidarum. Pedoman
yang dimaksud adalah sebagai berikut :
1. Standar kompetensi

9
Berdasarkan Kepmenkes nomor 369 tahun 2007 tentang standar
profesi bidan bahwa terdapat 9 kompetensi yang harus dimiliki oleh
seorang bidan dalam memeberikan pelayanannya,diantaranya yaitu
pada kompetensi ke-3 tentang memberi asuhan antenatal bermutu
tinggi untuk megoptimalkan kesehatan selama kehamilan yang
meliputi : Deteksi dini, pengobatan maupun rujukan dari komplikasi
tertentu. Untuk penanganan dari hyperemesis gravidarum yang dapat
dilakukan oleh bidan terdapat pada standar pelayanan kebidanan
yaitu :
a. Standar 3 : pemeriksaan dan pemantauan antenatal
Mengenal tanda dan gejala anemia ringan, berat, hyperemesis
gravidarum, kehamilan ektopik terganggu, abortus imminen dan
komplikasinya.
b. Standar 4 : pemeriksaan dan pemantauan antenatal.
Bidan memberikan pelayanan antenatal berkualitas dan deteksi
dini komplikasi kehamilan, bidan memberikan sedikitnya 4 kali
pelayanan antenatal dan bidan harus mengenal kehamilan dengan
resiko tinggi.
2. UU No. 28 tahun 2017
Berdasarkan UU No. 28 tahun 2017 tentang Izin dan
Penyelenggaraan Praktik Bidan pada pasal 19 ayat (2). Pada ayat (2)
bahwa dalam memberikan pelayanan kesehatan ibu, bidan berwenang
melakukan :
a. Konseling pada masa sebelum hamil,
b. Antenatal pada kehamilan normal,
c. Persalinan normal,
d. Ibu nifas normal,
e. Ibu menyusui normal, dan
f. Konseling pada masa dua kehamilan.
Berdasarkan Isi Keputusan Menteri Kesehatan nomor
900/Menkes/SK/VII/2002 tentang Registrasi dan Praktik Bidanyang

10
berbunyi dalam menjalankan pelayanan bidan berwennang
melakukan pertolongan pada kehamilan abnormal yang mencakup
ibu hamil dengan arbotus iminens dan hiperemesis gravidarum
tingkat I. Jika terdapat pasien hiperemesis gravidarum tingkat II dan
III segera dilakukan tindakan rujukan karena bukan dalam
wewenang bidan.

11
BAB IV

PEMBAHASAN

Pada BAB ini penulis akan membahas kesenjangan dan kesesuaian antara
teori dengan kenyataan yang ada di lapangan serta faktor penunjang dan
penghambat selama penulis melakukan asuhan pada Ny. T dengan hyperemesis
gravidarum tingkat II di Bpm Nida Aigus.

A. Data Subjektif
Dari data yang diperoleh dengan cara anamnesa pada Ny.T usia 36 tahun
didapatkan data klien Ibu mengaku hamil 10 minggu HPHT 29-12-2018
mengatakan hamil pertama, belum pernah keguguran. Ibu mengeluh mual dan
muntah sejak 2 minggu yang lalu, muntah 17 kali sehari. Hal ini sesuai dengan
teori bahwa mual muntah yang berlebihan pada usia kehamilan kurang dari 12
minggu,dengan frekuensi ≥ 10 kali dalam 24 jam dan menganggu aktifitas
merupakan tanda hiperemesis gravidarum tingkat II.
B. Data Objektif
Pada pengkajian data objektif yang didapatkan dari hasil pemeriksaan fisik
kepada Ny T 36 tahun yang meliputi pemeriksaan umum, pemeriksaan tanda-
tanda vital, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.
C. Analisa
Berdasarkan data yang diperoleh dari data subjektif dan data objektif
Penegakkan hiperemesis gravidarum pada kasus ini berdasarkan teori bahwa
tanda gejala hiperemesis gravidarum tingkat II adalah penderita tampak
lemah, turgor kulit mengurang, lidah terlihat kotor dan kering, nadi cepat,
berat badan turun, dan mata menjadi cekung, tensi turun, hemokonsentrasi,
oliguria, dan konstipasi. Pada pemeriksaan laboratorium ditemukan bahwa
Keton (+++) yang dapat penegakkan diagnosa dari hiperemesis gravidarum.
Maka analisa yang dapat ditegakan pada Ny. T usia 36 tahun, G4P3A0,
hamil 10 minggu dengan hiperemesis gravidarum tingkat II.

18
D. Penatalaksanaan
Setelah dilakukan pemeriksaan dan pengkajian untuk memperoleh data
subjektif dan objektif serta menyusun sebuah analisa agar diperoleh diagnosa
untuk menetukan masalah dan kebutuhan potensial Ny. T maka diberikan
penatalaksanaan sesuai masalah tersebut.

E. Faktor Pendukung
Selama memberikan asuhan pada Ny.T dengan Hiperemesis gravidarum
penulis banyak mendapatkan bantuan dari dokter, CI rungan, bidan-bidan
maupun teman-teman. Selama melakukan asuhan penulis sangat dibimbing
dan diberikan pengetahuan oleh CI rungan sehingga penulis dapat diberi
kepercayaan dalam memberikan asuhan mengenai hyperemesis gravidarrum.
Begitupun dalam pencegahan infeksi di rumah sakit sangat baik karana
tersedia alat pelnduk diri dalam memberikan asuhan. Sehingga terhindar dari
infeksi pada pasien maupun petugas kesehatan.Ny.T dan suami yang
kooperatif sehingga memudahkan penulis menggali permasalahan melalui
pengkajian dan pemeriksaan fisik. Sehingga asuhan yang diberikan kepada ibu
dan bayi dapat dengan mudah dan dapat diterima juga oleh pasien maupun
keluarga.

F. Faktor Penghambat
Dalam memberikan asuhan pada hiperemesis gravidarum ini, tidak
dilakukan pemeriksaan Lab secara lengkap sehingga hasil penunjang tidak
lengkap pada penulisan laporan tugas akhir ini penulis kesulitan mendapatkan
teori dan angka kejadian hiperemesis gravidarum.

19
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
Setelah melakukan asuhan kebidanan pada Ny.T dengan hiperemesis
gravidarum berupa pengumpulan data subjektif, pemeriksaan fisik dan data
penunjang untuk memperoleh data objektif, menentukan analisa untuk
mengetahui masalah yang terjadi pada pasien serta penatalaksanaan yang telah
diberikan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Data Subjektif, Ny.T yang datang dengan keluhan mual muntah sejak 2
minggu yang lalu, muntah sehari kurang lebih 17 kali, tidak ada nafsu
makan, lemas, nyeri pada ulu hati.
2. Data Objektif, hasil pemeriksaan mulut didapatkan bibir kering, lidah
kering, mata cekung, abdomen terasa nyeri pada epigastrium, pada
pemeriksaan penunjang didapatkan urinalisa tes HCG positif, ketonurina
positif (+++).
3. Analisa, berdasarkan data subjektif dan data objektif yang telah
didapatkan ditegakkan alias Ny.T dengan hiperemesis gravidarum tingkat
II.
4. Penatalaksanaan, penanganan hiperemesis gravidarum dilakukan sesuai
SOP, teori dan kompetensi kewenangan bidan meliputi memperbaiki
keadaan umum, menurunkan asam lambung, mengurangi mual muntah,
dan menghilangkan benda keton dalam tubuh serta mengurangi resiko
kesakitan pada ibu dan janin.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas maka dapat diajukan saran untuk
mengaplikasikan teori yang didapat pada masa pendidikan kedalam praktek
lapangan dalam berbagai asuhan sesuai dengan wewenang yang telah
diterapkan sehingga asuhan yang diberikan sesuai dengan standar pelayanan
kebidanan dan bermanfaat bagi klien dan keluarga.

20
DAFTAR PUSTAKA

Sastrawinata, Sulaiman et al. (Obstetri Patologi Ilmu Kesehatan Reproduksi


edisi 2.EGC:Jakarta; 2004.

Varney, Helen. Asuhan Kebidanan. EGC:Jakarta; 2008

Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Pt. Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta; 2014.

Mochtar, R. Sinopsis Obstetri Fisiologis dan Patologi jilid 1. Edisi 2. Jakarta.


Penerbit Buku Kedokteran EGC; 1998

Manuba, Ida Bagus Gde. Ilmu kebidanan, penyakit kandungan, dan KB.
Jakarta:EGC; 2010

Sulistyowati, Ari. Asuhan Kebidanan Pada Masa Kehamilan. Jakarta:


Salemba Medika; 2011.

Wiknjosastro,Hanifa. Ilmu Kandungan. Edisi 2. EGC. Jakarta ;2008.

Prawirohardjo, Sarwono. Ilmu Kebidanan. PT Bina Pustaka Prawirohardjo :


Jakarta;2010.

21

Anda mungkin juga menyukai