Anda di halaman 1dari 4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi

Gangguan depresif merupakan suatu masa terganggunya fungsi manusia yang berkaitan
dengan alam perasaan yang sedih dengan gejala penyerta termasuk perubahan pola tidur,
nafsu makan, psikomotor, konsentrasi, anhedonia, kelelahan, rasa putus asa, tak berdaya
dan gagasan bunuh diri. Depresi adalah penyakit yang menyerang "keseluruhan hidup
seseorang", meliputi seluruh tubuh, suasana perasaan dan pikiran. ia juga mempengaruhi
pola makan dan tidur. Gangguan ini tidak sama dengan seorang yang dalam keadaan
kelelahan atau malas. Seorang yang mengalami gangguan depresi tidak dapat "menguasai
diri" dan keadaaannya untuk dapat kembali pada keadaannya seperti semula. Tanpa
penanganan yang baik maka gejala-gejala tersebut mengakibatkan terganggunya fungsi
sosial, pekerjaan atau fungsi penting lainnya dari seseorang dan gejala tersebut
berlangsungnya jadi lebih lama. Penatalaksanaan yang sesuai dapat menolong seseorang
yang mengalami depresi untuk cepat kembali seperti semula lebih baik. Definisi gangguan
depresi adalah gangguan mental yang dikarakteristikan dengan rasa sedih yang dalam dan
berkepanjangan. Penderita hilang minat (interest) pada sesuatu yang sebelumnya
menyenangkan baginya. Biasanya disertai dengan perubahan- perubahan lain pada dirinya
misalnya berkurangnya energi, mudah lelah dan berkurangnya aktivitas, konsentrasi dan
perhatian yang berkurang, harga diri dan kepercayaan diri yang berkurang, rasa bersalah
dan tidak berguna, pandangan masa depan yang suram dan pesimistis, gagasan atau
perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri, tidur terganggu, dan nafsu makan berkurang

2.2 Epidemiologi

Gangguan depresi berat adalah suatu gangguan yang sering terjadi, dengan prevalensi
seumur hidup kira-kira 15 % dan kemungkinan sekitar 20%-25 % terjadi pada wanita dan
10%-12% pada laki-laki.

Terlepas dari kultur atau negara, prevalensi gangguan depresi berat dua kali lebih besar
pada wanita dibandingkan laki-laki. Rata-rata usia onset untuk gangguan depresi berat kira-
kira 40 tahun, 50 % dari semua pasien mempunyai onset antara 20 dan 50 tahun.

Beberapa data epidemiologi baru-baru ini menyatakan bahwa insidensi gangguan depresi
berat mungkin meningkat pada orang-orang yang berusia kurang dari 20 tahun. Jika
pengamatan tersebut benar, mungkin berhubungan dengan meningkatnya penggunaan
alkohol dan zat-zat lain pada kelompok usia tersebut.
Pada umumnya gangguan depresi berat terjadi paling sering pada orang tua yang tidak
memiliki hubungan interpersonal yang erat atau berpisah.

.
2.3 Etiologi

Dasar umum untuk gangguan depresi berat tidak diketahui, tetapi diduga faktor-faktor
dibawah ini berperan :

Faktor Biologis

Data yang dilaporkan paling konsisten dengan hipotesis bahwa gangguan depresi berat
adalah berhubungan dengan disregulasi pada amin biogenik (norepineprin dan serotonin).
Penurunan serotonin dapat mencetuskan depresi dan pada beberapa pasien yang bunuh diri
memiliki konsentrasi metabolik serotonin di dalam cairan serebrospinal yang rendah serta
konsentrasi tempat ambilan serotonin yang rendah di trombosit.

Faktor neurokimiawi lain seperti adenylate cyclase, phospotidylinositol dan regulasi


kalsium mungkin juga memiliki relevansi penyebab. Kelainan pada neuroendokrin utama
yang menarik perhatian dalam adalah sumbu adrenal, tiroid dan hormon pertumbuhan.
Neuroendokrin yang lain yakni penurunan sekresi nokturnal melantonin, penurunan
pelepasan prolaktin karena pemberian tryptopan, penurunan kadar dasar folikel stimulating
hormon (FSH), luteinizing hormon (LH) dan penurunan kadar testosteron pada laki-laki.

Faktor Genetika

Data genetik menyatakan bahwa sanak saudara derajat pertama dari penderita gangguan
depresi berat kemungkinan 2 sampai 3 kali lebih besar daripada sanak saudara derajat
pertama subyek kontrol untuk penderita gangguan depresi berat.

Penelitian terhadap anak kembar menunjukkan angka kesesuaian pada kembar monozigotik
adalah kira-kira 50 %, sedangkan pada kembar dizigotik mencapai 10 sampai 25 % terjadi
gangguan depresi berat.

Faktor Psikososial

Peristiwa kehidupan dan stress lingkungan, suatu pengamatan klinis yang telah lama
direplikasi bahwa peristiwa kehidupan yang menyebabkan stress lebih sering mendahului
episode pertama gangguan mood daripada episode selanjutnya, hubungan tersebut telah
dilaporkan untuk pasien dengan gangguan depresi berat.

Data yang paling mendukung menyatakan bahwa peristiwa kehidupan paling berhubungan
dengan perkembangan depresi selanjutnya adalah kehilangan orang tua sebelum usia 11
tahun. Stressor lingkungan yang paling berhubungan dengan onset satu episode depresi
adalah kehilangan pasangan.

Beberapa artikel teoritik dan dari banyak laporan, mempermasalahkan hubungan fungsi
keluarga dan onset dalam perjalanan gangguan depresi berat. Selain itu, derajat
psikopatologi didalam keluarga mungkin mempengaruhi kecepatan pemulihan, kembalinya
gejala dan penyesuaian pasca pemulihan.

2.4 Gambaran Klinis

Suatu mood depresif, kehilangan minat dan kegembiraan serta berkurangnya energi yang
menuju meningkatnya keadaan mudah lelah (rasa lelah yang nyata sesudah kerja sedikit
saja) dan menurunnya aktivitas merupakan tiga gejala utama depresi.
 Gejala lainnya
dapat berupa :

. a) Konsentrasi dan perhatian berkurang 


. b) Harga diri dan kepercayaan diri berkurang 


. c) Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna 


. d) Pandangan masa depan yang suram dan pesimistis 


. e) Gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri 


. f) Tidur terganggu 


. g) Nafsu makan berkurang. 


Gejala-gejala diatas dialami oleh pasien hampir setiap hari dan di nilai berdasarkan
ungkapan pribadi atau hasil pengamatan orang lain misalnya keluarga pasien.

2.5 Terapi
Antidepresan: Selective Serotonin Re-uptake Inhibitors
Fluoxetin 1x10 mg
 Indikasi penggunaan antidepresan pada pasien dikarenakan adanya sindrom depresi
dan hendaya dalam fungsi kehidupan sehari-hari.
 SSRI merupakan terapi pilihan pada depresif.
 SSRI memiliki efek sedasi, kardiologik, dan otonomik yang ringan.
 Dosis anjuran :10-40 mg/hari

Antipsikotik: Thypical Anti Psychotic


Chlorpromazine 1x10 mg

■ Indikasi penggunaan antipsikotik tipikal pada pasien dikarenakan adanya gejala


positif salah satunya adalah gangguan persepsi (halusinasi)

■ SSRI memiliki efek sedasi, otonomik dan ekstra piramidal

■ Dosis anjuran :25-100 mg/hari

Antiparkinson/antimuskarinik
Trihexyphenidyl 3x5 mg

■ Indikasi penggunaan antimuskarinik mengurangi efek kolinergik sentral yang


berlebihan akibat adanya defisiensi dopamin

■ mengurangi gejala Parkinson (tremor dan rigiditas) yang diinduksi oleh obat
antipsikotik.

■ Efek samping antimuskarinik meliputi konstipasi, mulut kering, mual, muntah,


takikardia, pusing.

■ Dosis anjuran :5-15 mg/hari

Anda mungkin juga menyukai