KEGAWATDARURATAN NEONATAL
Dosen pengampu :
Lina Contesa., SST.M.Kes
Nama Kelompok 5
1.Farida Yana NPM: 17.15401.11.10
2.Eci Safitri NPM:17.15401.11.08
3.Sasa Alika NPM:17.15401.11.28
4.Jeni Handariza NPM:17.15401.11.19
Al dan Konsep Kegawatdaruratan Neonatal, serta mahasiswa ikut aktif dalam pelajaran materi
yang telah disampaikan dan dijelaskan.
2. Kompetensi Dasar
Di harapkan mahasiswa mengerti dan memahami materi yang telah disampaikan
3. Indicator
Mahasiswa mampu membaca, merangkum, menyimpulkan apa yang sudah dipelajari
Dari materi yang berjudul Konsep Kegawatdaruratan Maternal Dan Konsep Kegawatdaruratan
Neonatal.
4. Tujuan Pembelajaran
1. Mahasiswa lebih mampu memahami tentang Konsep Kegawatdaruratan Maternal
dan Konsep Kegawatdaruratan Neonatal
2. Mahasiswa mampu mengatasi masalah Kegawatdaruratan Maternal dan
Kegawatdaruratan Neonatal
3. Mahasiswa mampu memberikan penyuluhan tentang Kegawadaruratan Maternal
dan Kegawatdaruratan Neonatal.
A. Latar Belakang
Masalah kematian dan kesakitan ibu dalam masa kehamilan diindonesia masih merupaka-
Kan masalah besar. Angaka kematian ibu ( AKI) saat ini adalah 307 per 100.000 kelahiran
hidup. Angka ini 3-6 kali lebih besar dari wilayah asia tenggara dan lebih dari 50 kali dari angka
kematian ibu dinegara maju. ( Prawirihardjo,2017).
Seperti yang diketahui sebagian besar kematian ibu terjadi pada masa persalinan dan
kejadiannya sebagian besar tidak dapat diperkirakan sbelumnya. Karena itu dalam rangka
percepatan penurunan AKI, strategi pendekatan yang dilakukan adlah mendekatkan pelyanan
berkualitas kepada masyarakat. Salah satu upaya penurunan AKI adalah pelayanan kesehatan
maternal dan neonatal yang berkualitas dekat dengan masyarakat difokuskan pada tiga pesan
kunci Making Pregnancy Saver yaitu pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan, penangan
komplikasi obsestrik dan neonatal, serta pencegahan kehamilan tidak diinginkan dan penangan
komplikasi abortus. ( sujudi,2016).
Perdarahan yang mengancam nyawa selama kehamilan dan dekat cukup bulan meliputi
perdarahan yang terjadi pada minggu awal kehamilan ( abortus. Molahidatidosa, kisat vasikuler,
kehamilan ektopik) dan perdarahan pada minggu akhir kehamilan dan mendekati cukup bulan (
plasenta previa, solusio plasenta, rupture uteri, perdarahan persalinan pervagina setelah SC,
retensio plasenta/ plasenta inkomplit), perdarahan pasca persalinan, hematoma, dan koagulopati
obsestri.
Setiap bayi baru lahir akan mengalami bahaya jiwa saat proses kelahirannya. Ancaman
jiwa berupa kematian tidak dapat diduga secara pasti walaupun dengan bantuan alat-alat medis
modern sekalipun, sering kali memberikan gambaran berbeda terhadap kondisi bayi saat lahir.
Oleh karena itu kemauan dan keterampilan tenaga medis yang menangani kelahiran bayi
mutlak sangat dibutuhkan, tetapi tidak semua tenaga medis memiliki kemauan dan keterampilan
standart, dalam melalukan resisutasi pada bayi baru lahir yang dapat dihandalkan, walaupun
mereka itu memiliki latar belakang pendidikan sebagai professional ahli. ( Sujanto,2015).
B. Materi
1.1 Definisi Kegawatdaruratan Maternal Dan Neonatal
Kegawatdaruratan adalah kejadian yang tidak diduga atau terjadi secara tiba-tiba,
Kegawatdaruratan dapat didefinisikan sebagai situasi serius kadang kala berbahaya yang
terjadi secara tiba-tiba dan tidak terduga dan membutuhkan tindakan segera guna
menyelamatkan jiwa/nyawa. ( Campbell S, Lee C,2016).
Kegawatdaruratan obsestri adalah kondisi kesehatan yang mengancam jiwa yang terjadi
dalam kehamilan atau selama dan sesudah persalinan dan kelahiran. Terdapat sekian banyak
penyakit dan gangguan dalam kehamilan yang mengancam keselamatan ibu dan bayinya (
Chamberlian, Geoffrey & Phillip Steer,2015).
Kasus gawat daruratobsestri adalah kasus obsestri yang apabila tidak segera ditangani
akan berakibat kematian ibu dan janinnya. Kasus ini menjadi penyebab utama kematian ibu janin
dan bayi baru lahir. ( Saifuddin,2015).
Dan mempunyai satu lebih tanda berikut ini: perdarahan, kaku perut, pengeluaran segai prodrk
konsepsi, serviks yang berdilatasi atau uterus yang lebih keci dari sebelumnya. ( Jailani,2016 ).
Jika terjadi perdarahan hebat ( nyata atau tersembunyi ) lakukan persalinana dengan
segera, jika:
Pembukaan servik lengkap, persalinan dengan ekstrasi vakum
Pembukaan belum lengkap, persalinan dengan SC. Pada setiap kasus solusio
plasenta, waspadai terhapat kemungkinan terjadinya perdarahan pasca persalinan.
Jika perdarahan ringan atau sedang ( dimana ibu tidak dalam bahaya) tindakan tergantung
pada denyut jantung janin. ( DJJ )
DJJ normal atau tidak terdengar, pecahkan ketuban dengan kokher:
Jika kontraksi jelek, perbaiki dengna pemberian oksitosin
Jika serviks kenyal, tebal dan tertutup persalinan deng SC.
DJJ abnormal ( kurang dari 100 atau lebih dari 180 kali/menit:
Lakukan persalinan dengan segera
Jika persalinan pervaginam tidak memungkinkan, persalinan diakhiri dengan SC.
3. Plasenta Previa
Plasenta previa adalah keadaan dimana implantasi plasenta terletak pada atau didekat
serviks.
Tidak dianjurkan untuk pemeriksaan dalam pada perdarahan antepartum
Pemeriksaan secara inspekulo secara hati-hati dapat menentukan sumber
perdarahan dari kanalis serviks atau sumber lain ( servistis, polip, keganasa, dan
trauma )
Perbaikan kekurangan cairan/ darah dengan memberikan infuse cairan IV NaCl
0,9 % atau Ringer Laktat.
Lakukan rujukan ketempat yang memadai
4. Pre Eklamsi
Pre eklamsi berat adalah penyakit hipertnsi primigravida yang muda. Bila muuncul pada
Multigravida karena ada factor predosposisi seperti hipertensi, diabetes atau kehamilan ganda.
Eklamsi adalah penyakit hipertensi yang akut dengan kejang dan koma pada wanita
hamil/nifas.
Data subjektif :
Ibu merasa sakit kepala yang keras ( karena vasospasme/ odema otak )
Sakit ulu hati akibat regangan selaput hati karena hemorrhagia
Gangguan penglihatan Karena vasospasmus, oedema atau abratio retinae ( kabur sampai
buta ).
Data objektif:
Distosia bahu adalah kondisi darurat oleh karena bila tidak segera ditangani akan menyebabkan
kematian janin dan terdapat ancaman cidera sysraf daerah leher akibat regangan berlebihan/
terjadinya robekan. ( Widjanarko,2014).
a. Etiologi
Maternal
1. Kelainan bentuk panggul
2. Diabetes dgestasional
3. Kehamilan postmature
4. Riwayat persalinan dengan distosia bahu
5. Ibu yang pendek
Fetal
1. Dugaan macrosomia
b. Tanda dan Gejala
Adanya kehamilan yang melebihi 500 gram atau dugaan berat badan janin yang
dikandung oleh penderita diabetes lebih dari 4500 gram.
c. Penatalaksanann distosia bahu
Penatalaksanaan distosia bahu, ( APN 2007 )
Menggunakan sarung tangan desifektan steril
Melaksanakan episiotomi secukupnya dengan didahului anastesi local
Mengatur posis ibu maneuver Mc.Robert
Pada posisi terlentang minta ibu untuk menarik lutut sejauh mungkin
kearah dadanya dan diupayakan lurus. Minta suami atau keluarga
membantu.
Lakukan penekanan ke bawah dengan mantap diatas posisi pubis untuk
menggerakan bahu anterior keatas simfisi pubis. Tidak diperbolehkan
mendorong fundus uteri, beresiko menjadi rupture uteri.
Ganti posisi ibu dengan posis merangkak dan kepala berada diatas
Tekan keatas untuk melahirkan bahu depan
Tekan kepala janin mantap kebawah untuk melahirkan bahu belakang.
Bersikap relaks
Menyiapkan peralatan tindakan resusitasi
menyiapkan peralatan dan obat-obatan untuk penangan perdarahan
beritahu ibu prosedur yang akan dilakukan
atur posisi Mc.Robert
cek posisi bahu.ibu diminta mengejan .
meminta pendamping persalinan untuk menekan daerah supra public untuk
menekan kepala kearah bawah dan luar.
Bila persalinan belum menunjukkan kemajuan, kosongkan kandung kemih karena
akan mengganggu turunnya bahu.
Mencoba kembali melahirkan bahu
Bila belum berhasil lakukan tindskan maneuver zavenelli yaitu tindakan untuk
memasukkan kepala kedalam jalan lahir dengan cara menekan dinding posterior
vagina, selanjutnya kepala janin ditahan dan dimasukkan, kemudian dilakukan
SC.
2. Atonia Uteri
Atonia uteri adalah suatu kondis kegagalan berkontraksi dengan baik setelah per-
Salinan.( saiffudin, 2015). Pada kondisi normal setelah plasenta lahir ,otot-otot rahim akan
berkontraksi secara sinergis. Otot-otot tersebut saling bekerjasama untuk menghentikan
perdarahan yang berasal dari tempat implantasi plasenta. Namun sebaliknya otot-otot rahim
tersebut ridak mampu berkontraksi kalaupun ada kontraksi kurang kuat. Kondisi demikian akan
menyebabkan perdarahan yang terjadi dari tempat implantasi plasenta tidak akan berhenti dan
akibatnya akan sangat membahayakan ibu. ( Andika,2016 ).
a. Gejala
Uterus tidak berkontraksi dan lembek, gejala ini merupakan gejala terprnting/
khas yang membedakan atonia dengan penyebab perdarahan yang lainnya.
Perdarahan terjadi segera setelah bayi lahir
Tanda dan gejala lainnya
1. Syok
2. Nadi cepat dan lemah
3. Tekanan darah yang rendah
4. Keringat/kulit terasa dingin dan lembab
5. Pernafasan cepat
6. Gelisah,bingung atau kehilangan darah.
b. Pengaruh terhadap maternal
Hal yang menyebabkan uterus meregang lebih dari kondisi normal antara lain:
Kemungkinan terjadi polahindramnion, kehamilan kembar dan makrosomia
peregangan uterus yang berlebihan
Persalinan lama
Perslinan terlalu cepat
Persalinan dengan induksi atau akselerasi oksitosin
Infeksi intrapartum
Paritas tinggi .
c. Penatalaksanann atonia uteri
1. Pemberian oksitosin
periksa fundus uteri untuk memastikan kehamilan tunggal
suntikan Oksitosin 10 IU IM
2. Peregangan tali pusat
Klem tali pusat 5-10 dari vulva/gulung tali pusat
Tangan kiri diatas simfisis menahan bagian bawah uterus, tangan kanan
meregang tali pusat 5-10 cm dari vulva.
Saaat uterus kontraksi,tegangkan tali pusat sementara tangan kiri menekan
uterus dengan hati-hati arah dorso-kranial.
3. Mengeluarkan plasenta
Jika tali pusat terlihat bertambah panjang dan tersa adanya pelepasan plasenta,
minta ibu meneran sedikit sementara tangan kanan menarik tali pusat kearah
bawah kemudian keatas dengan kurve jalan lurus.
4. Masasse uterus
Segera setelah plasenta lahir lakukan masase uterus pada fundus uteri dengan
menggosok fundus secara sirkular dengan menggunakan bagian palmar 4 jam
tangan kiri hingga kontraksi baik
Memeriksa kemungkinan adanya plasenta dan ketuban, kontraksi uterus, dan
perlukaan jalan lahir.
3. Robekan Jalan Lahir
Serviks mengalami laterasi lebih dari separuh kelahiran pervagina, sebagian besar
Berukuran kurang lebih 0,5 cm. robekan yang dalam dapat meluas ke sepertiga atas vagina.
Cedera terjadi setelah rotasi forceps yang sulit aatu pelahiran yang dilakukan pada servik yang
belum membuka penuh dengan daun forceps terpasang pada serviks. Robekan dibawah 2 cm
dianggap normal dan biasanya cepat sembuh dan jarang menimbulkan kesulitan. ( Sitepu,2016 ).
a. Gejala
Darah segar yang terjadi setelah bayi lahir
Uterus kintraksi dan kuat
Plasenta lengkap, dengan gejala lain
Pucat,lemah dan menggil
Berdasarkan tingkat robekan,maka robekan perineum dibagi menjadi 4 yaitu:
Tingkat I : robekan hanya terdapat pada selaput lender vagina dengan atau tanpa
mengenai kulit perineum.
Tingkat II : robekan mengenai selaput lender vagina dan otot parinei transversalis, tetapi
tidak mengenai spinter ani.
Tingkat III : robekan mengenai seluruh perineum dan otot spingter ani
Tingkat IV : robekan sampai mukosarektum
b. Penetalaksanaan robekaan jalan lahir
Penetalaksnaan tergantung pada robekan, penatalksanaan pada masing-masing robekan:
Robekan perineum tingkat I : jahitan angka delapan ( figure of eight )
Robekan jalan lahir tingkat II : Jika di jumpai pinggir robekan yang tidak rata atau
bergigi harus diratakan terlebih dahulu. Pinggirr robekan sebelah kiri dan kaanan diklem
kemudian digunting. Otot dijahit dengan catgut.
Robekan jalan lahir tingkat III ( kewenangan dokter )
Dindidng depan rectum dijahit
Fasia ferirektal dan fasial septum rektovaginal dijahit dengan catgut kromik
Ujung ujung spingter ani yang terpisah akibat robekan dijepit dengan klem,
kemudian dijahit dengan 2-3 jahitan catgut kromik
Selanjutnya robekan dijahit lapis seperti menjahit robekan tingkat II
Robekan jalan lahir tingkat IV( kewenangan dokter ) :
Dianjurkan apabila memungkinkan untuk melakukan rujukan dengan rencana
tindakan perbaikan dirumah sakit kabupaten/kota
Robekan dinding vagina :
Robekan dinding vagina harus dijahit
Ingatlah bahwa robekan tingkat III dan IV bukan kewenangan bidan untuk
melakukan penjahitan.
4. Retensio Plasenta
Retensio plasenta merupakan sisa plasenta dan ketuban yang masih tertinggal dal-
Lam rongga rahim. Hal ini dapat menimbulkan perdarahan postpartum dini atau perdarahan
postpartum lambat ( 6-10 hari ) pasca postpartum.
a. penyebab
Menurut Rustam Muhtar penyebab retensio plasenta adalah :
Plasenta belum terlepas dari dinding rahim karena tumbuh terlalu melekat lebih dalam,
berdasarkan tingkat perlekatannya dapat dibagi menjadi:
Plasenta Adhesive, yang melekat pada desidua endometrium lebih dalam,
kontraksi uterus kurang kuat untuk melepaskan plasenta.
Plasenta Akreta, implantasi jonjot kronion memasuki sebagian miometrium.
Plasenta Inkreta, implantasi menembus hingga miometrium.
Plasenta perkreta, menembus sampai serosa atau peritoneum didsing rahim.
Plasenta normal biasanya menanamkan diri sampai batas atas lapisan
miometrium.
Plasenta sudah lepas tapi belum keluar,karena:
Atonia uteri adalah ketidakmampuan uterus berkontraksi setelah bayi lahir. Hal
ini akan menyebabkan perdarahan yang banyak.
Adanya lingkaran kontraksi pada bagian rahim akibat kesalhan penanganan kala
III.
Penyebab lain:
Kandung kemih atau rectum penuh.
b. Gejala
Palsenta belum lahir dalam 30 menit
Perdarahan segera ( P3 )
Uterus berkontraksi dank keras
Tali pusat putus akibat traksi berlebihan
Inversion uteri akibat tarikan
Perdarahan lannjutan.
c. Penatalaksanaan
Plasenta Manual dilakukan dengan:
Dengan narcosis
Pasang infuse NaCl 0,9 %
Tangan kanan dimasukkan secara obsestrik kedalam vagina
Tangan kiri menahan fundus untuk mencegah korporeksi
Tangan kanan menuju ostium uteri dan terus kelokasi plasenta
Tangan kepinggir plasenta dan mencari bagian plasenta yang dudah lepas
Dengan sisi uliner, plasenta dilepaskan.
Pengeluaran isi plasenta:
Pengeluaran isi plasenta dilakukan dengan cara kuret
Jika memungkinkan sisi plasenta dapat dikeluarkan secraa manual
Kuret harus dilakukan di rumah sakit
Setelah tindakan pengeluaran, dilanjutkan denga pemberian obat uterotonika
melalui suntikan atau peroral
Antibiotika dalam dosis pencegahan sebaiknya deberikan.
Baiasanya disebabkan oleh stophyloccocus aureus, infeksi terjadi melalui luka pada putting susu,
tetapi juga mungkin melalui perdarahan darah apabila tidak segera ditangani menyebabkan abses
payudara( penggumpalan nanah local didalam payudara) merupakan komplikasi berat dri
mastitis. ( Nita L. A 2016 ).
.
C. Rangkuman
Kegawatdaruratan adalah kejadian yang tidak diduga secara tiba-tiba,seringkali merup-
Akan kejadian yng berbahaya dan membutuhukan tindakan segera guna menyelamatkan
jiwa/nyawa.( Campbell,2015). Kegawatdaruratan neonatal adalah situasi yang membutuhkan
evaluasi dan manajemen yang tepat pada bayi baru lahir yang sangat kritis ( < usia 28 hari ).
Kegawatdrauratan dapat terjadi pada kehamilan, persalinan dan juga pada masa nifas.
Cara menjegah kegawatdaruratan ini adalah dengan melakukan perencanaan yang baik,
mengikuti panduan yang baik, dan melakukan pemantauan yng terus menerus terhadap ibu/klien.
Apabila terjadi kegawatdaruratan petugas kesehatan harus mengetahui peran mereka dan
bagaimana mereka seharusnya berfungsi untuk berspon terhadap kegawatdaruratan secara paling
efektif.
Bidan seharusnya tetap tenang jangan panik, jangan membiarkan ibu sendirian tanpa
penjaga/penunggu. Bila tidak ada petugas lain, berteriaklah untuk meminta bantuan. Jika ibu
tidak sadar, lakukan pengkajian jalan nafas, pernafasan dan sirkulasi dengan cepat. Jika dicurigai
adanya syok, mulai segera tindakan membaringkan ibu miring kiri dengan bagian kaki
ditinggikan, longgarkan pakaian yang ketat seperti bra. Ajak bicara ibu/klien dan bantu ibu/klien
untk tetap tenang. Lakukan pemeriksaan dengan cepat meliputu tanda-tanda vital, warna kulit
dan perdarahan yang keluar.
D. Evaluasi
1. Seorang ibu berusia 28 tahun memiliki seorang anak mengaku sedang hamil 8 bulang
Dating ke RB dengan kondisi perdarahan serta ibu mengeluh nyeri. Pada saat dilakukan
pemeriksaan palpasi sangat sulit karena rahim keras seperti papan dan nyeri pada saat ipegang.
Fundus uteri makin lama makin naik,pada saat pemeriksaan auskultasi bunyi jantung janin tidak
ada,pada saat dilakukan VT teraba ketuban tegang terus menerus. Dari kasus diatas ibu
mengalami……….
a. Solusio plasenta
b. Plasenta previa
c. Molahidatidosa
d. Kehamilan ektopik
e. Kontraksi Adekuat
2. Ny. S umur 30 tahun melahirkan anak ke-3 secara spontan pada jam 03.30 WIB. Bidan
Bidan telah memberikan suntikan oksitosin 10 IU/IM pada jam 03.32 WIB, kemudian mencoba
melakukan PTT tetapi plasenta belum lepas. Pada jam 03.45 WIB belum juga didapatkan tanda-
tanda pelepasan plasenta. Yang anda lakukan pada Ny. S adalah…..
Melakukan suntikan oksitosin 10 IU/IM pada jam 03.32 WIB. Bidan kemudian melakukan PTT
tetapi plasenta belum lepas. Pada jam 03.45 WIB belum juga didapatkan tanda-tanda pelepasan
palsenta. Kemudian bidan menyuntikkan iksitosin ke-2 sebanyak 10 IU/IM. Pada pukul 04.00
WIB plasenta masih belum lepas,tampak adanya perdarahan pervaginam, berdasarkan keadaan
tersebut maka diagnosanya adalah…….
a. Atonia uteri
b. Inversion uteri
c. Retensio plasenta
d. Robekan jalan lahir
e. Perdarahan pervaginam
4. Seorang ibu umur 25 tahun melahirkan 20 hari yang lalu dipuskesmas. Ibu mengeluh
Payudara yang sebelah kiri bengkak kemerahan, demam, nyeri dari ringan sampai berat, dan
payudara membesar dan sakit. Kemudian bidan melakukan pemeriksaan TTV. KU dalam
keadaan baik.
a. Mastitis
b. Abses
c. Tumor
d. Kangker
e. Saluran ASI tidak bagus
E. Referensi
Manuaba, Ida Bagus Gde. Ilmu krbidanan penyakit kandungan dan Keluarga Berencana Untuk
Pendidikan Bidan. Jakarta : ECG.2015.
JNPK-KR Asuhan Persalinan Normal-Asuhan Esensial Persalinan. Edisi revisi Cetakan ke-3.
Jakarta : JNPK-KR. 2014.
Vivian Nanny Lia Dewi,2014. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta: Salemba
Medika.
SOAL
5. Seorang ibu berusia 28 tahun memiliki seorang anak mengaku sedang hamil 8 bulang
Dating ke RB dengan kondisi perdarahan serta ibu mengeluh nyeri. Pada saat dilakukan
pemeriksaan palpasi sangat sulit karena rahim keras seperti papan dan nyeri pada saat ipegang.
Fundus uteri makin lama makin naik,pada saat pemeriksaan auskultasi bunyi jantung janin tidak
ada,pada saat dilakukan VT teraba ketuban tegang terus menerus. Dari kasus diatas ibu
mengalami……….
f. Solusio plasenta
g. Plasenta previa
h. Molahidatidosa
i. Kehamilan ektopik
j. Kontraksi Adekuat
6. Ny. S umur 30 tahun melahirkan anak ke-3 secara spontan pada jam 03.30 WIB. Bidan
Bidan telah memberikan suntikan oksitosin 10 IU/IM pada jam 03.32 WIB, kemudian mencoba
melakukan PTT tetapi plasenta belum lepas. Pada jam 03.45 WIB belum juga didapatkan tanda-
tanda pelepasan plasenta. Yang anda lakukan pada Ny. S adalah…..
Melakukan suntikan oksitosin 10 IU/IM pada jam 03.32 WIB. Bidan kemudian melakukan PTT
tetapi plasenta belum lepas. Pada jam 03.45 WIB belum juga didapatkan tanda-tanda pelepasan
palsenta. Kemudian bidan menyuntikkan iksitosin ke-2 sebanyak 10 IU/IM. Pada pukul 04.00
WIB plasenta masih belum lepas,tampak adanya perdarahan pervaginam, berdasarkan keadaan
tersebut maka diagnosanya adalah…….
F. Atonia uteri
G. Inversion uteri
H. Retensio plasenta
I. Robekan jalan lahir
J. Perdarahan pervaginam
8.