Anda di halaman 1dari 8

TUTORIAL KLINIK

SKIZOFRENIA

Disusun oleh :
Zuqna Aldihyah Kuns Putri
20184010059

Diajukan kepada :
dr. Warih Andan Puspitosari, M. Sc, Sp. KJ (K)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2018

Nama : Zuqna Aldihyah Kuns Putri


Tempat Koas : RS PKU MUHAMMADIYAH GAMPING

1. Pengalaman
Seorang pasien laki-laki datang ke poliklinik RS PKU Gamping untuk kontrol
rutin. Dari hasil anamnesa didapatkan informasi:
Pasien pertama kali sering mendengar bisikan-bisikan yang hanya bisa
didengar pasien sejak 10 tahun yang lalu. Bisikan dirasakan pasien tidak menentu
waktunya namun lebih sering apabila pasien sedang melamun. Bisikan berisi
informasi bahwa ada yang ingin membunuh pasien. Selain itu pasien dulu sering
melihat bayangan 2 anak kecil berwarna putih yang terkadang juga mengikutinya.
Pasien tidak ingat persis awal mula mengapa bisa terjadi halusinasi dan kecurigaan
ingin dibunuh. Selain itu terdapat riwayat suka omong-omong sendiri dan senyum-
senyum sendiri. Pasien memiliki riwayat suka ngamuk yang menyebabkan dirinya
dirawat di RSJ Grhasia. Tidak ada riwayat suka nangis, sedih, putus asa, bergembira
berlebihan, suka mondar-mandir.
Saat ini pasien sudah rutin dan mau kontrol ke psikiater dan minum obat.
Sebelumnya, pasien merasa obat yang diberikan adalah narkoba sehingga pasien tidak
mau minum obat dan sering kambuh (halusinasi). Pasien di rumah tinggal bersama
orang tua, kakak, adik, serta keponakannya. Hubungan dengan keluarga baik, saling
mendukung. Saat ini pasien sudah tidak ada gangguan tidur, nafsu makan baik, tetapi
untuk aktivitas dan sosialisasi dengan lingkungan masih kurang. Pasien hanya keluar
rumah untuk membeli rokok di warung.
Pasien mendapatkan terapi Risperidone 2mg 2x1 tab, Clozapin 100mg 1x1
tab, dan Hexymer 2mg 2x1 tab.
STATUS PSIKIATRI
- Kesan Umum : Seorang laki-laki, sesuai usia, perawakan kurus, rawat diri kurang.
- Kesadaran : compos mentis
- Orientasi : baik
- Sikap/Perilaku : normoaktif/ tidak kooperatif
- Mood : eutimia
- Afek : mendatar
- Bentuk pikir : non realistic
- Isi Pikir : waham -
- Progresi Pikir : inkoheren, irrelevan
- Persepsi : halusinasi (+) visual dan auditorik
- Insight : buruk
- Memori : buruk

2. Masalah yang dikaji


a. Mengapa pada skizofrenia bisa terjadi waham dan halusinasi?
b. Faktor apa saja yang mempengaruhi outcome skizofrenia?
c. Bagaimana memilih antipsikotik?
d. How long to continue?
e. Bagaimana jika ingin mengganti antipsikotik?

3. Analisis
a. Patofisiologi
 Jaras yang berperan dalam gangguan psikotik adalah jaras mesolimbik,
mesokortikal, nigrostriatal, tuberoinfundibular, dan talamus. Jaras yang
beperan pada gejala psikotik adalah jaras mesolimbik dan mesokortikal.
Jaras mesolimbik melewati ventral tegmental area menuju striatum ventral.
Jika terjadi peningkatan dopamin pada jaras ini, maka timbulah gejala
positif, impulsif, dan agresif. Jaras Mesokortikal meliputi area ventral
tegmental area menuju dorsolateral cortex (DLPFC) dan ventromedial
prefrontal cortex (VMPFC). Jika terjadi penurunan dopamin pada jaras
DLPFC, maka akan terjadi gejala penurunan fungsi kognitif dan timbul
gejala negatif. Jika terjadi peurunan dopamin pada jaras VMPFC maka
akan terjadi penumpulan afek dan timbul gejala negatif.
 Disfungsi dopaminergik, 4 jalur dopaminergik yang terlibat:
- Jalur nigrostriatal dimulai di substantia nigra dan berakhir di nukleus
cauda. Tingkat dopamin rendah di jalur ini mempengaruhi sistem
ekstrapiramidal, yang menyebabkan timbul gejala motorik.
- Jalur mesolimbic mungkin memainkan peran dalam gejala positif
skizofrenia yaitu adanya kelebihan dopamin.
- Gejala negatif dan defisit kognitif di skizofrenia dipicu oleh rendahnya
tingkat dopamin di mesokortikal.
- Pengurangan atau blokade dopamin tubero-infundibular menyebabkan
prolaktin tinggi sehingga dapat terjadi galaktorea, amenore, dan penurunan
libido.
 Zat lain yang mempengaruhi sistem dopamin adalah amfetamin dan
kokain. Amfetamin menyebabkan pelepasan dopamin dan kokain
menghambat pengambilan dopamin. Kedua zat tersebut menyebabkan
meningkatnya jumlah dopamin dalam sinapsis, sehingga timbul gejala
psikosis.
b. Faktor apa saja yang mempengaruhi outcome skizofrenia?
 Gender : wanita lebih cenderung memiliki fungsi sosial yang lebih baik
daripada laki-laki. Secara umum, hasil untuk penderita skizofrenia wanita
lebih baik daripada penderita skizofrenia pria
 Pekerjaan : Ketika seorang pasien skizofrenia terlibat dalam pekerjaan,
maka akan kontak dengan lingkungan sosial dan aktivitas rutin  mereka
menjadi bagian dari masyarakat dan mendapat dukungan dari lingkungan,
sehingga mendorong mereka untuk menjalani kehidupan normal.
 Marital status : Pasien yang mengalami konflik dalam rumah tangga, di
samping stres penyakit mental yang mereka alami, ini dapat menjadi faktor
kontribusi signifikan terhadap hasil outcome skizofrenia
 Dukungan dari keluarga dan masyarakat : mendapatkan perawatan yang
baik dan memadai dari keluarga dan masyarakat menurunkan kekambuhan
 Riwayat penyakit : Keterlambatan dalam mencari pengobatan untuk orang
dengan skizofrenia, ketidaktahuan, takhayul, dan kesalahpahaman tentang
penyakit mempengaruhi outcome dari skizofrenia.
 Beban keluarga/ Family burden : perilaku pasien yang tidak dapat
diprediksi dan ketidakpuasan dengan bantuan dari ahli perawatan
kesehatan juga dapat dianggap sebagai beban, beban menurun dengan
berkurangnya gejala pasien dan meningkatkan kepatuhan terhadap obat.
 Duration of untreated psychosis (DUP) : Studi menunjukkan bahwa durasi
psikosis yang tidak diobati dikaitkan dengan hasil yang lebih buruk,
sejumlah besar pasien datang terlambat untuk pengobatan dengan alasan
kurangnya kesadaran, keyakinan kuat dalam penyebab magis atau agama,
aksesibilitas yang buruk ke sistem perawatan kesehatan dan kurangnya
perawatan masyarakat. Ketidakpatuhan terhadap obat-obatan antipsikotik
yang diresepkan meningkatakan risiko eksaserbasi penyakit dan rawat inap
kembali.
c. Bagaimana memilih antipsiotik?
 Saat ini, tidak ada biomarker atau farmakogenetik spesifik tes untuk
memandu pilihan perawatan. Menurut Institut Nasional untuk kesehatan
dan pedoman perawatan keunggulan, seseorang yang menyajikan dengan
episode pertama skizofrenia atau episode pertama psikosis (FEP) harus
ditawarkan perawatan dengan antipsikotik. Permulaan respons terhadap
pengobatan sangat bervariasi, tetapi meta-analisis menunjukkan bahwa
bagian terbesar dari efek obat antipsikotik berlangsung dalam minggu
pertama (tidak termasuk penggunaan clozapine). Jika seorang pasien tidak
memiliki respons terhadap antipsikotik pengobatan pada 4-6 minggu,
maka rekomendasinya adalah beralih ke obat antipsikotik dengan profil
pengikatan reseptor yang berbeda.
d. How long to continue?
 Perawatan dianjurkan untuk semua, dengan pasien episode pertama
dirawat setidaknya 1 tahun, sementara orang-orang dengan multi-episode
harus menjalani perawatan setidaknya 5 tahun. Lebih lanjut, tingkat
keparahan episode akut, yaitu derajat simtomatologi dengan risiko
kekerasan dan bunuh diri, yang mungkin terkait dengan episode akut, akan
meningkatkan kemungkinan jangka panjang perawatan pemeliharaan
dianjurkan. Penghentian obat antipsikotik telah terbukti terkait dengan
peningkatan risiko lima kali lipat kambuh selama 5 tahun masa tindak
lanjut dibandingkan dengan terapi pemeliharaan. Ini adalah praktik standar
untuk melanjutkan pengobatan yang efektif dalam fase akut selama itu
ditoleransi dengan baik.
e. Switching Antipsikotik
 Ada beberapa metode berbeda untuk mengganti obat-obatan antipsikotik,
satu obat secara bertahap sementara obat kedua bersamaan dititrasi hingga
dosis penuh. Pendekatan lain yaitu dengan menghentikan obat pertama
secara tiba-tiba dengan pengenalan obat baru pada dosis terapeutik (paling
tepat digunakan dalam kasus psikosis akut dalam pengaturan rawat inap),
atau obat asli secara perlahan dihentikan dan hanya ketika berhenti akan
obat berikutnya dimulai (paling baik digunakan bagi mereka yang berisiko
rendah kambuh). Dengan beralih obat antipsikotik, individu berada pada
risiko tinggi untuk kambuh atau eksaserbasi, membutuhkan pemantauan
ketat untuk kondisi mental individu selama proses switching ini.

4. Identitas pasien
Nama : Tn. D
Usia : 32 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pekerjaan :-
Status pernikahan : belum menikah
Pendidikan terakhir : Sekolah Menengah Atas (SMA)
Alamat : Kasihan, Bantul

5. Referensi
- Factors contributing the outcome of Schizophrenia in developing and developed
countries: A brief review Naheed et al., International Current Pharmaceutical Journal
2012, 1(4): 81-85
- Bunuh Diri Pada Skizofrenia dr. Anak Ayu Sri Wahyuni, SpKJ, Universitas Udayana
2018
- Fatani, B et al., Schizophrenia: Etiology, Pathophysiology and Management - A
Review, The Egyptian Journal of Hospital Medicine (October 2017) Vol. 69 (6), Page
2640-2646
- Antipsychotic medication in schizophrenia: a review Lally et al., British Medical
Bulletin, 2015, 114:169–179 doi: 10.1093/bmb/ldv017 Advance Access Publication
Date: 8 May 2015

Anda mungkin juga menyukai