Oleh
Rizki Amalia Sari
I4A011020
Pembimbing
dr. Yulizar Darwis, Sp.KJ, MM
1
LAPORAN PEMERIKSAAN PSIKIATRI
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn.AF
Usia : 23tahun
Agama : Islam
Suku : Banjar/Indonesia
RMK : 00 96 03
Autoanamnesa pada hari Senintanggal 7 Desember 2015, jam 15.00 WITA di Jln.
A. KELUHAN UTAMA
Kontrol ulang
2
KELUHAN TAMBAHAN
seperti Zenith, Leksotan, Double L, dan dektro. Sekali minum pasien dapat
meraup hingga 50 butir dalam sehari. Pasien merasa nyaman dan tenang bila
saja maka pasien akan gelisah dan tidak dapat tidur dengan tenang. Pasien
Selain itu pasien juga meminum-minuman keras seperti Malaga, bir, gaduk
(alkohol 95%) dicampur kuku bima, dalam sehari pasien dapat mehabiskan 1-3
botol. Pasien juga merokok 2-4 bungkus dalam sehari. Pasien melakukannya
setiap hari. Pasien mengaku mulai mengkonsumsi obat-obat terlarang dan alkohol
Pada pertengahan tahun 2003, pasien sering bicara sendiri. Ketika ditanya
bicara dengan siapa, dikatakan pasien mendengar bisikan dari seorang laki-laki
yang mengajaknya bicara. Pasien juga tampak sering melamun dan jika malam
tampak sulit tidur. Pasien gelisah jika tidak tidur, tapi tidak sampai menimbulkan
keributan.
Pada awal tahun 2007 pasien sudah mulai mengamuk. Pasien mengamuk
seperti menghempaskan kursi dan memecahkan kaca, pasien juga suka memukuli
3
ibu dan orang sekitarnya. Pasien mengeluarkan kata-kata kasar bila mengamuk
dan sering mengancam membunuh pada warga sekitar. Pasien mulai merasa
curiga dengan orang sekitar karena pasien merasa orang tersebut membicarakan
Pada pertengahan 2008 pasien masuk RS Anshari Shaleh dan dirawat inap
karena mengamuk. Pasien hanya dirawat selama 10 hari, kemudian rawat jalan
bunuh diri dengan mengiris tangannya dengan pisau. Pasien dirawat selama 3
bulan.
Selama pasien dalam kandungan, ibu pasien tidak pernah mengalami masalah
4
2. Basic Trust vs Mistrust
Pasien tidak pernah kejang saat bayi, pasien mengonsumsi ASI saja hingga
umur 3 bulan. Setelah itu pasien diberikan juga air tajin dan bubur sebagai
tambahan.
ibu pasien.
menulis dan mengikuti pelajaran sekolah. Namun pasien selalu berangkat dan
pulang sekolah sendiri bersama teman tanpa pengawasan orang tua. Usia 9
dextro. Sekali minum pasien meraup hingga 50 butir dalam sehari. Konsumsi
alkohol berupa malaga, bir, gaduk (alkohol 95%) dicampur dengan kuku bima,
dalam sehari pasien mehabiskan 2 botol minuman keras. Pasien juga merokok
2-4 bungkus tiap harinya. Setelah mengonsumsi obat dan alkohol, pasien
merasa bahwa ia sering merasa kesal pada orang sekitar. Usia 11 tahun, pasien
5
Setelah lulus SD, pasien melajutkan ke jenjang SMP namun hanya sampai
tahun pertama dan pasien tidak melanjutkan lagi karena malas. Pasien tidak
pernah dimarahi oleh kedua orang tua, hanya mendapat teguran saja saat pasien
sering merasa kesal dan mudah marah. Pasien menganggap dirinya orang
dayak dan orang sekitarnya orang Madura, sehingga pasien ingin membunuh.
Tahun 2011 saat usia pasien 19 tahun, pasien sering melukai orang lain dan
dirinya sendiri. Pasien sering berkata ingin mati dan mengiris pisau
alkohol, tahun pertengahan 2012 saat usia pasien 20 tahun, pasien kejang-
sepenuhnya.
Setelah keluar RSJ sambang lihum pasien rajin kontrol untuk melanjutkan
mengonsumsi awal bulan Desember 2015 sebanyak 10 biji. Pasien sudah tidak
serumah dengan kedua orang tua, namun bila pagi-sore hari pasien lebih sering
keluarga menjadi buruh bangunan hanya bila diajak, bila tidak pasien hanya
6
D. RIWAYAT KELUARGA
Genogram :
Keterangan :
: Penderita
: Laki-laki
: Perempuan
Antasan Timur Kecil. Pasien bekerja sebagai buruh bangunan bila diajak
ayah atau keluarga. Hubungan pasien dengan ibu sering diselingi dengan
7
F. PERSEPSI PASIEN TENTANG DIRI DAN LINGKUNGANNYA
Pasien sadar bahwa apa yang dilakukannya selama ini salah, dan
sangat ingin untuk berhenti serta menjadikan diri lebih baik. Namun
dan merokok.
A. DESKRIPSI UMUM
1. Penampilan
cokelat. Pasien mengenakan baju kaos abu-abu dan celana panjang. Pasien
tampak terawat dan berpenampilan sesuai usia. Pasien tampak tenang dan
banyak bicara jika ditanya. Mimik wajahnya datar. Mata pasien dapat
pertanyaan.
2. Kesadaran
Jernih
Normoaktif
4. Pembicaraan
Kooperatif
6. Kontak Psikis
8
Kontak (+) wajar (+) dapat dipertahankan.
1. Afek(mood) : Euthym
3. Keserasian : Appropriate
5. Stabilitas : Baik
7. Sungguh-sungguh/Tidak : Sungguh-sungguh
8. Dalam/Dangkal : Dalam
C. FUNGSI KOGNITIF
1. Kesadaran : komposmentis
Tempat : baik
Orang : baik
Situasi : baik
3. Konsentrasi : baik
Segera : baik
9
5. Intelegensia dan Pengetahuan Umum : sesuai dengan tingkat
pendidikan
D. GANGGUAN PERSEPSI
1. Halusinasi auditorik/visual/olfaktorik/gustatorik/taktil
E. PROSES PIKIR
b.Kontinuitas :Lancar,relevan
F. PENGENDALIAN IMPULS
Baik
G. DAYA NILAI
H. TILIKAN
Tilikan 5
Dapat dipercaya
10
IV. PEMERIKSAAN DIAGNOSIS LANJUT
1.STATUS INTERNUS
N : 84 x/menit
RR : 20 x/menit
T : 36,7 C
P : Pulmo : sonor
Abdomen I : simetris
P : timpani
A : BU (+) normal
11
Ekstremitas Superior : edema -/- parese -/- tremor -/-
2. STATUS NEUROLOGIS
N I-XII : normal
Autoanamnesis
dicampur kuku bima, dalam sehari pasien dapat mehabiskan 1-3 botol.
Afek(mood) : Euthym
12
Penilaian realita : Baik
1. Aksis I : F19.5
1. Organobiologik
2. Psikologik
3. Sosial Keluarga
VIII.PROGNOSIS
13
Riwayat herediter : dubia ad bonam
Haloperidol 3 x 5 mg
Triheksilpenidil 3 x 2 mg
Clorilex 3 x 25 mg
14
X. DISKUSI
merujuk pada kriteria diagnostik dari PPDGJ III, penderita dalam kasus ini
pekerja, atau sebagai orang tua), menempatkan diri dalam situasi di mana
terletak pada obat-obatan tersebut, tapi pada cara orang yang memakai obat-
obatan tersebut.
15
Bahan-bahan yang digunakan dapat disalahgunakan atau
ini (2):
Suatu pola penggunaan zat yang maladaptif mengarah pada gangguan atau
penderitaan yang bermakna klinis, bermanifestasi sebagai 3 (tiga) atau lebih
hal-hal berikut yang terjadi pada tiap saat dalam periode 12 bulan:
1. Toleransi yang didefinisikan sebagai berikut :
a. Peningkatan nyata jumlah kebutuhan zat untuk mendapatkan efek
yang didamba atau mencapai intoksikasi.
b. Penurunan efek yang nyata dengan penggunaan kontinyu jumlah
yang sama dari zat.
2. Withdrawal, bermanifestasi sebagai salah satu dari:
a. Sindroma withdrawal khas untuk zat penyebab (criteria A dan B dari
gejala withdrawal zat).
b. Zat yang sama atau sejenis digunakan untuk menghilangkan atau
menghindari gejala-gejala withdrawal.
3. Zat yang dimaksud sering digunakan dalam jumlah yang besar atau
melewati batas pemakaiannya.
4. Adanya hasrat menetap atau ketidakberhasilan mengurangi atau
mengendalikan pemakaian zat
5. Adanya aktivitas yang menyita waktu untuk mendapatkan zat (misalnya
mendatangi berbagai dokter atau sampai melakukan perjalan jauh),
untuk menggunakan zat (merokok tiada sela) atau untuk pulih dari efek-
efeknya.
6. Kegiatan-kegiatan sosial yang tidak penting, pekerjaan atau rekreasi
dilalaikan atau dikurangi karena penggunaan zat.
7. Penggunaan zat tetap berlanjut meskipun mengetahui bahwa problem-
problem fisik dan fisiologis menetap atau berulang disebabkan oleh
penggunaan zat tersebut.
16
Santrock (1999) menyebutkan jenis ketergantungan menjadi 2 jenis,
meliputi (3):
17
akhirnya Os masuk ke dalam tingkatan ketergantungan. Kriteria DSM-IV TR
adalah:
1. Adanya toleransi
dimilikinya.Obat ini hampir tidak memiliki efek psikoaktif pada dosis yang
disosiasi pikiran dari tubuh dan peningkatan sensasi taktil (6,7). Umumnya
18
dengan efek withdrawal SSRI yaitu depresi, iritabilitas, sakit pada otot,
euphoria akan semakin meningkat disertai halusinasi. Pada dosis tinggi (600
(12):
kembali.
19
Pleteu keempat : 15,0 mg/kgBB atau lebih menimbulkan hilangnya
Pleteu sigma : 2,5-7,5 mg/kgBB setiap 3 jam selama 9-12 jam. Gejala
tersebut.
muskuloskeletal pada orang dewasa (13). Obat ini banyak digunakan pada
substitusi pada atom hidrogen untuk kelompok isopropil pada salah satu
20
dengan potensi penyalahgunaan benzodiazepin (15).Oleh karena itu dapat
penyalahgunaan.
Mekanisme aksi yang jelas dari carisoprodol tidak diketahui, tetapi obat
efek klinis denggan aktivitas mirip aktivasi barbiturat pada reseptor GABA
(19,20). seberapa banyak efek klinis yang diamati pada pasien yang
Pada kasus, Os merasakan nyeri kepala, sulit tidur, leher tegang dan sulit
mungkin untuk gejala setelah penghentian asupan dosis besar carisoprodol adalah
21
penghentian carisoprodol sangat mirip dengan penghentian meprobamate, gejala
dan ataksia.Halusinasi, delirium tremens, dan kejang juga dilaporkan terjadi pada
GABA dengan mekanisme yang mirip meprobamate dan depresan SSP lainnya
(21).
diri.
22
Halusinasi : dapat berupa auditorik maupun visual, umumnya terjadi pada
pekerjaan.
serta halusinasi.
nyata dan ketat yang diyakinkan dan diperkuat dengan memberikan reward
23
dilakukan meliputi terapi individual dan kelompok, sesi encounter yang
sampai delapan belas bulan yang diikuti dengan program aftercare jangka
pendek.
2. Model Medik, model ini berbasis pada biologik dan genetik atau
program rawat inap sampai kondisi bebas dari rawat inap atau kembali ke
fasilitas di masyarakat.
dan Johnson Institute. Model ini fokus pada abstinen atau bebas NAPZA
24
langkah. Diperlukan pula staf profesional seperti dokter, psikolog, pekerja
hal-hal praktis dan keyakinan yang selama ini sudah dijalankan. Program
bersifat jangka pendek dengan aftercare singkat atau tidak sama sekali.
tidakmenggunakan farmakoterapi.
25
Pada fase gawat darurat NAPZA , hal yang umumnya dilakukan adalah
datang dengan gejala intoksikasi alkohol dan halusinogen.Pada fase ini diberikan
terapi suportif pada pasien hingga keadaannya stabil. Untuk intoksikasi NAPZA
darurat dapat dilanjutkan dengan perawatan rawat inap atau detoksifikasi untuk
kasus putus NAPZA atau berobat jalan untuk suatu kondisi yang sudah
Pada fase rawat jalan, terapi yang digunakan umumnya berfungsi untuk
bertujuan untuk menghilangkan gejala putus zat. Lama fase ini berkisar 1-3
minggu tergantung jenis zat dan gejala pasien. Khusus untuk detoksifikasi heroin
(opioid) selain simptomatis juga ada yang mempunyai pengalaman tapering off
pendek (1-3 bulan) dengan fokus penanganan masalah medis, psokologis dan
26
DAFTAR PUSTAKA
27
13. Toth PP, Urtis JU. Commonly used muscle relaxant therapies for acute
low back pain: A review of carisoprodol, cyclobenzaprine hydrochloride,
and metaxalone. Curr Ther 2004; 26: 1355-67.
14. Littrell RA, Hayes LR, Stillner V. Carisoprodol (Soma): A new and
cautious perspective on an old agent. South Med J 1993; 86: 753-6.
15. Roache JD, Griffith RR. Lorazepam and meprobamate dose effects in
humans: behavioral effects and abuse liability. J Pharmacol Exp Ther
1987; 243: 978-88.
17. Meyer MC, Straughn A. Meprobamate. J Am Pharm Assoc 1977; 17: 173-
5.
18. Rho JM, Donevan SD, Rogawski MA. Barbiturate like actions of the
propanediol dicarbamates felbamate and meprobamate. J Pharm Exp Ther
1997; 280: 1383-91.
20. Gonzalez LA, Gatch MB, Forster MJ, Dillon GH. Abuse potential of
Soma: the GABAA receptor as a target. Mol Cell Pharmacol 2009; 1: 180-
6.
21. Roy R. Reeves and Randy S. Burke. Carisoprodol: Abuse Potential and
Withdrawal Syndrome. Current Drug Abuse Reviews 2010; 3: 33-38.
22. Sadock BJ, 2007. Kaplan & Sadock’s Synopsis of Psychiatry 10th ed.
Phildelpia: Lippincott Williams and Wilkins
23. Daives T and Craig TKJ. 2009. ABC of Mental Health. Jakarta: EGC.
24. Joewana, Satya. 2005. Gangguan Mental dan Perilaku Akibat Penggunaan
Zat Psikoaktif. Jakarta: EGC.
28