NUR KHOIRIYAH
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Formulasi Cincau Jelly
Drink (Premna Oblongifolia L Merr) sebagai Pangan Fungsional Sumber
Antioksidan adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan
belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2014
Nur Khoiriyah
NIM I14100118
ABSTRAK
NUR KHOIRIYAH. Formulasi Cincau Jelly Drink (Premna Oblongifolia L
Merr) sebagai Pangan Fungsional Sumber Antioksidan. Dibawah bimbingan
LEILY AMALIA FURKON.
Cincau memiliki khasiat yang sudah dikenal oleh masyarakat, yaitu
sebagai penurun panas, obat mual, obat radang lambung, batuk dan penurun
tekanan darah tinggi. Selain itu, kandungan senyawa bioaktif yang memiliki
aktivitas antioksidan dan kandungan seratnya membuat cincau berpotensi untuk
dijadikan pangan fungsional. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuat
formula jelly drink berbahan dasar cincau hijau (Premna oblongifolia L Merr),
menganalisis organoleptik produk, serta menganalisis kandungan gizi, kadar serat
dan total fenol produk terpilih. Nilai ranking menunjukkan bahwa produk terpilih
adalah formula 1 (0.3% karagenan). Analisis proksimat menunjukkan kadar air,
abu, protein, lemak dan karbohidrat secara berturut-turut yaitu 98.54%, 0.29%,
0.13%, 0.10% dan 0.95% basis basah. Kadar serat pangan total produk terpilih
adalah sebesar 2%, dengan kadar serat pangan larut sebesar 1.1% dan serat
pangan tidak larut sebesar 0.9%. Kadar fenol total produk terpilih adalah sebesar
78.32 mg GAE/100 g. Aktivitas antioksidan produk cincau jelly drink yang
ditunjukkan oleh nilai IC50 adalah sebesar 4.47 µL yang termasuk dalam kategori
daya hambat kuat. Daya terima produk kepada sasaran sebesar 69.07% yang
termasuk dalam kategori daya terima sedang, dengan atribut yang paling disukai
adalah aroma melon.
Kata kunci: cincau, fenol total, jelly drink, pangan fungsional, serat pangan.
ABSTRACT
NUR KHOIRIYAH. Formulation of Cincau Jelly Drink (Premna Oblongifolia L
Merr) as a Functional Food of Antioxidative Source. Supervised by LEILY
AMALIA FURKON.
Cincau has many functions which had known by community, it’s for
lowering fever, nausea medicine, stomach inflamed medicine, cough medicine
and lowering high blood tension. Moreover, bioactive component of cincau which
has antioxidant activity and the fiber content make it potential to be made as
functional food. The purposes of this study were to make formulation of jelly
drink product made of clump cincau leaf (Premna oblongifolia L Merr), analyzing
hedonic and hedonic quality of product, nutrient content, fiber, total phenol and
antioxidative activity of selected product. Ranking score showed that the selected
product was the first formulation (0.3% of carrageenan). Nutrient content of
selected product indicated that the content of water, ash, protein, fat and
carbohydrate were 98.54%, 0.29%, 0.13%, 0.10%, and 0.95% (wet basis). The
content of total dietary fiber of selected product was 2%, respectively soluble and
insoluble dietary fibers were 1.1% and 0.9%. The total phenol of selected product
is 78.32 mg GAE/100g. Antioxidant activity of cincau jelly drink product which
showed by IC50 value was 4.47 µL, its categories was strong blocked capacity.
The acceptance of product for consumer was 69.07% its category was moderate
acceptance, with the most preference attribute was watermelon aromatic.
Keywords: cincau, dietary fiber, functional food, jelly drink, total phenol,
FORMULASI CINCAU JELLY DRINK (Premna oblongifolia
L Merr) SEBAGAI PANGAN FUNGSIONAL
SUMBER SERAT DAN ANTIOKSIDAN
NUR KHOIRIYAH
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Gizi
dari Program Studi Ilmu Gizi pada
Departemen Gizi Masyarakat
Disetujui oleh
Diketahui oleh
Dr. Rimbawan
Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga penulis dimaukan untuk menyelesaikan karya ilmiah
ini. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret
2014 ini adalah pangan fungsional, dengan judul Formula Cincau Jelly Drink
(Premna Oblongifolia L Merr) sebagai Pangan Fungsional Sumber Antioksidan
Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Leily Amalia Furkon, S.TP., M.Si
selaku pembimbing atas semua waktu, pemikiran, dorongan, dan semangatnya
untuk penelitian ini. Serta kepada Ibu Dr. Ir. Lilik Kustiyah, M.Si selaku pemandu
seminar dan penguji atas saran dan masukan yang diberikan sehingga dapat
terselesaikannya karya ilmiah ini. Disamping itu, penghargaan juga penulis
sampaikan kepada pihak Laboran Departemen Gizi Masyarakat (Pak Mashudi,
Mbak Ine) atas bantuannya dalam melaksanakan penelitian ini. Ungkapan terima
kasih juga disampaikan kepada Bapak, Ibu, Adek (Nia), mas Amam, serta sahabat
(Lilis, Isna) dan seluruh keluarga atas segala dukungan, doa dan kasih sayangnya.
Terima kasih juga kepada teman-teman kelompok PKM-P (Indah, Maryam) yang
berkontribusi dalam penelitian ini serta seluruh mahasiswa Gizi Masyarakat
angkatan 47.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan karya
ilmiah ini. Oleh karena itu, penulis berharap kritik dan saran dari semua pihak.
Semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Nur Khoiriyah
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL vi
DAFTAR GAMBAR vi
DAFTAR LAMPIRAN vi
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Rumusan Masalah 2
Tujuan 2
Manfaat 2
METODE 2
Waktu dan Tempat Pelaksanaan 2
Bahan 2
Alat 3
Tahap Penelitian 3
Rancangan Percobaan 6
Pengolahan dan Analisis Data 6
HASIL DAN PEMBAHASAN 6
Formulasi Cincau Jelly Drink 6
Hedonik dan Mutu Hedonik 7
Kandungan Gizi Produk Terpilih 9
Kadar Serat Produk Terpilih 11
Fenol Total Produk Terpilih 12
Aktivitas Antioksidan Produk Terpilih 12
Daya Terima Sasaran terhadap Produk 13
SIMPULAN DAN SARAN 14
Simpulan 14
Saran 15
DAFTAR PUSTAKA 15
LAMPIRAN 18
RIWAYAT HIDUP 28
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
1 Kurva standar larutan asam galat 5
2 Kurva aktivitas antioksidan 5
3 Persentase daya terima sasaran 14
4 Tingkat kesukaan panelis terhadap produk 15
DAFTAR LAMPIRAN
1 Formulir uji hedonik dan mutu hedonik 19
2 Cara perhitungan sukralosa 21
3 Analisis kadar air 21
4 Analisis kadar abu 21
5 Analisis kadar protein 22
6 Analisis kadar lemak 22
7 Analisis karbohidrat 22
8 Analisis kadar serat enzimatis 22
9 Analisis fenol total 24
10 Nilai absorbansi larutan standar asam galat 25
11 Tahapan analisis aktivitas antioksidan 25
12 Perhitungan kesetaraan nilai IC50 ekstrak cincau dengan produk cincau
jelly drink 26
13 Hasil uji statistik non parametrik Kruskal Wallis 27
14 Hasil tabulasi silang (crosstab) hedonik warna dan mutu kecerahan 27
15 Hasil tabulasi silang (crosstab) hedonik aroma dan mutu aroma melon 28
16 Hasil tabulasi silang (crosstab) hedonik rasa dan mutu rasa manis 28
17 Hasil tabulasi silang (crosstab) hedonik tekstur dan mutu kekenyalan 28
18 Kuisioner daya terima sasaran 29
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan
Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk memformulasikan produk cincau jelly drink
sebagai pangan fungsional sumber antioksidan.
Tujuan Khusus
Tujuan khusus penelitian ini adalah:
1. Membuat formula cincau jelly drink
2. Menganalisis organoleptik produk (hedonik dan mutu hedonik) cincau jelly
drink hasil formulasi
3. Menganalisis kandungan gizi, serat dan fenol total produk terpilih
4. Menganalisis aktivitas antioksidan produk terpilih
5. Menganalisis daya terima produk terpilih kepada kelompok sasaran
Manfaat
METODE
sitrat dan air. Bahan kimia yang digunakan antara lain akuades, H2SO4 pekat,
selenium mix, NaOH, pelarut heksan, HNO3, HCl, amonium molibdat, potassium
dihidrogen, etanol 95%, indikator metil merah, indikator metil biru, enzim pepsin,
pankreatin, asam galat, pereaksi folin ciocalteau dan bahan kimia lainnya.
Alat
Alat yang digunakan untuk pembuatan jelly yaitu: baskom, mangkok,
gelas, blender, panci, kompor, sendok sayur, gelas ukur, dan timbangan. Alat yang
digunakan untuk analisis kimia adalah cawan alumunium, cawan porselen, oven,
tanur, soxhlet, desikator, kondensor, vorteks, penangas air, gelas piala, labu
kjeldahl, alat destilasi labu Erlenmeyer, inkubator, pompa vakum, labu takar,
gelas ukur, buret, pipet, pipet mikro, rak tabung, pengaduk, kertas saring,
spektrofotometer, tisu, dan penjepit.
Tahap Penelitian
Pembuatan produk cincau jelly drink
Tahap awal pembuatan cincau jelly drink yaitu dengan menyiapkan daun
cincau dan air dengan perbandingan 1:10. Setelah itu, daun dicuci bersih dan
dituangi air panas (mendidih) selama ±1 menit sambil diaduk-aduk agar air panas
merata ke seluruh bagian daun. Setelah daun cincau agak layu, air panas dibuang
dan diganti dengan air biasa. Daun cincau kemudian diremas-remas sampai
hancur dan disaring. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan ekstrak cincau tanpa
residu. Setelah itu, diberikan perlakuan menurut formula yang akan dibuat yaitu
formula 1 (F1) dengan tambahan 0.3% karagenan, formula 2 (F2) dengan
tambahan 0.4% karagenan dan formula 3 (F3) dengan tambahan 0.5% karagenan.
Masing-masing formula diberikan bahan tetap per mL ekstrak antara lain:
sukralosa 13%, garam 0.1%, kalium sitrat 0.15% dan perisa buah 0.4%. Larutan
dimasukkan ke dalam panci kemudian dipanaskan di atas kompor sampai suhu
±70oC sekitar 4-6 menit sambil diaduk. Setelah mencapai suhu yang diinginkan,
kompor dimatikan dan panci diangkat. Kemudian dihilangkan uap panasnya dan
dituang ke dalam gelas ukuran 200 mL, lalu didiamkan hingga membentuk jelly.
Pada tahap awal penentuan formula, dilakukan trial and error dalam
penggunaan gelling agent, yaitu antara karagenan atau kombinasi karagenan dan
CMC (carboxymethil cellulose). Hasil trial and error tersebut menunjukkan
bahwa penambahan karagenan saja memiliki tekstur jelly yang lebih baik daripada
kombinasi karagenan dan CMC yang cenderung lembek seperti bubur.
Berdasarkan hal tersebut, maka gelling agent yang digunakan dalam penelitian ini
cukup dengan karagenan saja. Tingkat kemanisan diujikan kepada panelis terbatas
sebanyak 5 orang. Panelis diminta untuk mencicipi produk dengan tingkat
kemanisan 10%, 13%, 15% dan 20%. Panelis lebih menyukai produk dengan
tingkat kemanisan 13% yaitu tidak tertalu manis.
Uji organoleptik
Uji organoleptik meliputi uji hedonik dan uji mutu hedonik. Ketiga
formula produk jelly drink diujikan secara duplo sehingga terdapat 6 sampel yang
diujikan kepada 38 panelis Mahasiswa Gizi Masyarakat semester 4–8. Sampel
terdiri dari sampel 1 dan 2 (F1), sampel 3 dan 4 (F2), sampel 5 dan 6 (F3).
Parameter yang diujikan meliputi atribut warna, aroma, rasa dan tekstur. Penilaian
4
ditetapkan secara deskriptif dengan skala 1=sangat tidak suka, 2=tidak suka,
3=biasa, 4=suka dan 5=sangat suka.
Uji mutu hedonik meliputi kecerahan warna dengan skala penilaian
1=sangat buram, sampai skala 5=sangat tidak buram. Rasa manis dinilai dengan
skala 1=sangat tidak manis, sampai skala 5=sangat manis. Aroma melon dinilai
dengan skala penilaian 1=sangat lemah, sampai skala 5=sangat kuat. Kekenyalan
dinilai dengan skala 1=sangat tidak kenyal, sampai skala 5=sangat kenyal. After
taste dinilai dengan skala 1=sangat mengganggu, sampai skala 5=sangat tidak
mengganggu. Setelah itu dilakukan tabulasi silang pada hasil uji hedonik dan uji
mutu hedonik atribut warna, aroma, rasa dan tekstur untuk mengetahui
kecenderungan mutu produk yang disukai oleh panelis. Kuisioner uji organoleptik
disajikan pada Lampiran 1.
Penentuan produk terpilih
Uji hedonik dan mutu hedonik ini merupakan salah satu cara untuk
mengetahui produk terpilih yang paling disukai panelis. Ketika kedua uji
menunjukkan hasil yang tidak signifikan, maka dilakukan uji ranking untuk
menentukan formula produk terpilih. Uji ranking dilakukan dengan memberikan
perankingan 1–6 pada 6 sampel meliputi atribut warna, aroma, rasa dan tekstur
(menurut tingkat kesukaan dan daya terima), dan keseluruhan. Tingkat kesukaan
dilihat dari hasil uji hedonik, sedangkan daya terima dilihat dari persentase jumlah
panelis yang member nilai lebih dari biasa (skala 3). Ranking keseluruhan dinilai
dari pembobotan yang dibuat oleh peneliti dari keempat atribut hedonik yang
paling berpengaruh terhadap perbedaan formulasi produk yaitu 50% untuk atribut
tekstur, 30% untuk atribut rasa, 10% untuk atribut aroma dan 10% untuk atribut
warna. Atribut tekstur diberikan bobot tertinggi karena memiliki pengaruh yang
lebih besar pada produk jelly drink. Produk terpilih adalah produk yang memiliki
nilai ranking paling tinggi.
Analisis kandungan gizi
Analisis kandungan gizi produk terpilih meliputi analisis kadar abu
(metode tanur), kadar air (metode oven), kadar protein (metode semimikro
kjeldahl), kadar lemak (metode weibull) dan karbohidrat (metode by different)
(SNI 01-2891-1992). Analisis ini dilakukan pada sampel duplo dan 2 kali ulangan
untuk mendapatkan hasil yang presisi. Tahapan analisis kandungan gizi disajikan
pada Lampiran 3–7.
Analisis serat produk terpilih
Kadar serat produk terpilih dilakukan dengan menggunakan metode
enzimatis (Asp et al. 1984). Analisis dilakukan pada sampel duplo dan 2 kali
ulangan untuk mendapat hasil yang presisi. Tahapan analisis serat disajikan pada
Lampiran 8.
Analisis fenol total
Analisis fenol total dilakukan dengan metode folin-ciocalteau (AOAC
1995). Prinsip dari metode ini adalah reduksi reagen dengan gugus fenolik
sehingga menghasilkan warna biru (Diana 2010). Analisis pertama-tama
dilakukan dengan pembuatan larutan standar asam galat yaitu 0, 20, 40, 60, 80,
100, 120, 140, 160, 180, 200 ppm. Pembuatan larutan standar disajikan pada
Lampiran 9. Absorbansi larutan dibaca dengan spektrofotometer pada λ=760 nm.
5
Hasil absorbansi sampel disajikan pada Lampiran 10. Setelah itu, dicari rumus
kurva standar menggunakan Microsoft excel. Diperoleh rumus y=0.0039x+0.0091
dengan nilai R2=0.996.
0.8
y = 0.0039x + 0.0091
0.6 R² = 0.9957
0.4
0.2
0
0 50 100 150 200
Larutan standar asam galat
Gambar 1 Kurva standar larutan asam galat
80
y = 0.048x - 0.1674
60 R² = 0.9995
% antioksidan
40
20
0
0 500 1000 1500
-20 mL larutan ekstrak sampel
Gambar 2 Kurva persamaan linier antioksidan
Rancangan Percobaan
Rancangan percobaan produk cincau jelly drink ini menggunakan
rancangan percobaan acak lengkap (RAL) dengan rumus sebagai berikut.
Yij = µ + i + ij
Keterangan:
Yij = nilai pengamatan respon karena pengaruh pemberian karagenan
taraf ke-i ulangan ke-j
µ = nilai rata-rata umum
i = pengaruh pemberian karagenan taraf ke-i
ij = error pemberian karagenan taraf ke-i ulangan ke-j
maupun senyawa lainnya dengan tambahan gula, asam atau tanpa bahan tambahan
pangan lain yang diizinkan. Cincau jelly drink merupakan suatu produk minuman
gel dari bahan dasar ekstrak daun cincau (Premna oblingifolia L Merr) dengan
menggunakan air dan tambahan gula dan bahan tambahan pangan lainnya yang
diizinkan.
Penentuan persentase bahan-bahan pada formula ini diperoleh dari
modifikasi penelitian Pamungkas (2014) dan Yulianti (2008). Bahan tetap yang
ditambahkan adalah kalium sitrat 0.15% dan perisa 0.4%. Perbandingan ekstraksi
daun cincau dan air yaitu 1:10. Berdasarkan penelitian Yulianti (2008)
perbandingan ekstrak (bahan:air) secara umum berkisar antara 1:5, 1:10, 1:15 dan
1:20. Selain itu, pemberian karagenan dimulai dari 0.3% dikarenakan persentase
ini menunjukkan hasil tekstur jelly yang mirip dengan produk jelly drink
komersial (Yulianti 2008). Persentase karagenan pada formula cincau jelly drink
ini adalah 0.3%, 0.4% dan 0.5%. Pemilihan perisa melon berdasarkan penelitian
Pamungkas (2014) yang menunjukkan kesukaan paling tinggi dibanding perisa
jeruk, anggur dan mangga pada minuman jelly daun hantap.
Bahan utama yang digunakan adalah ekstrak daun cincau dengan
perbandingan daun cincau dan air yaitu 1:10. Formulasi cincau jelly drink
disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1 Formulasi produk cincau jelly drink
Bahan (%) F1 F2 F3
Ekstrak daun cincau 99.03 98.93 98.83
Karagenan 0.30 0.40 0.50
Sukralosa 0.02 0.02 0.02
Garam 0.10 0.10 0.10
Kalium sitrat 0.15 0.15 0.15
Perisa 0.40 0.40 0.40
Produk ini menggunakan pemanis sukralosa yaitu gula non kalori agar
tetap memberikan rasa manis namun tidak menyumbang kalori. Menurut FDA
(1998), sukralosa tidak berkalori dan tidak menimbulkan efek karsinogenik,
ataupun gangguan reproduksi dan neurologi. Rumus perhitungan jumlah sukralosa
yang diperlukan untuk mendapatkan tingkat kemanisan 13% disajikan pada
Lampiran 2.
Menurut peraturan BPOM (2011) tentang klaim gizi, suatu pangan disebut
rendah kalori jika memiliki energi kurang dari 40 kkal/takaran saji. Produk cincau
jelly drink yang menggunakan pemanis sukralosa ini tidak mengandung kalori,
maka sudah bisa diklaim sebagai produk rendah kalori. Selain itu, pengguanan
sukralosa 13% yaitu sebesar 40 mg/takaran saji (200 g). Menurut BPOM (2011),
nilai Acceptable Daily Intake (ADI) sukralosa adalah 0–15 mg/kg BB. Jika asumsi
BB wanita dewasa adalah 50 kg, maka ADI sukralosa adalah 0–750 mg. Dengan
demikian, jika produk cincau jelly drink dikonsumsi sebanyak 3 kali/hari, maka
sukralosa yang dikonsumsi adalah 120 mg. Jumlah ini masih berada dalam kisaran
aman untuk dikonsumsi. Dalam penelitian ini, penambahan garam bertujuan
untuk mengimbangi kemanisan dari sukralosa.
Kalium sitrat (potassium citrate) termasuk bahan tambahan pangan yang
diizinkan untuk digunakan. Bahan ini berfungsi sebagai buffer yang dapat
mempertahankan pH produk menjadi stabil. Penelitian Yulianti (2008)
menunjukkan pH daun kelor sebesar 4.6 setelah dibuat jelly daun kelor yang
8
ditambahkan kalium sitrat menjadi stabil dan mendekati netral yaitu antara 5.8
sampai 6. Karagenan ditambahkan sebagai gelling agent agar terbentuk gel. Hal
ini dikarenakan karakteristik fisik cincau yang walaupun sudah dapat membentuk
gel (hidrokoloid), tetapi ketika ditambahkan dengan bahan lain (seperti pemanis
atau perisa) tidak dapat terbentuk gel. Untuk itu, perlu ditambahkan gelling egent
seperti karagenan untuk memperbaiki tekstur gel produk.
Penambahan perisa melon bertujuan untuk meningktakan daya terima
produk dan mengurangi aroma alami daun cincau yang masih terdapat aroma
langu. Pemilihan perisa melon dilakukan berdasarkan hasil penelitian Pamungkas
(2014) yang menunjukkan bahwa kesukaan panelis terhadap jelly daun hantap
dengan perisa melon lebih tinggi daripada perisa mangga, jeruk dan anggur.
Hedonik dan Mutu Hedonik
Nilai rata-rata uji hedonik produk menurut penilaian panelis disajikan pada
Tabel 2. Nilai paling tinggi pada atribut warna adalah sampel 6 (F3). Nilai paling
tinggi pada atribut aroma adalah sampel 1 (F1). Nilai paling tinggi pada atribut
rasa adalah sampel 1 dan 2 (F1). Nilai paling tinggi pada atribut tekstur adalah
sampel 2 (F1) dan 4 (F2). Nilai paling tinggi dari hasil pembobotan keseluruhan
adalah sampel 4 (F2). Namun, rata-rata keseluruhan penilaian paling tinggi adalah
sampel 1 (F1).
Tabel 2 Nilai rata-rata tingkat kesukaan panelis terhadap produk
Formula Sampel Warna Aroma Rasa Tekstur Keseluruhan Rata-rata
1 2.79 3.24 3.08 3.03 3.04 3.03
F1
2 2.68 2.61 3.08 3.26 3.08 2.94
3 2.92 2.71 3.05 2.71 2.71 2.82
F2
4 2.71 2.87 3.03 3.26 3.10 2.99
5 3.21 2.29 2.97 2.92 2.80 2.84
F3
6 3.29 2.47 2.97 2.87 2.79 2.88
Hasil uji Kruskal Wallis menunjukkan bahwa keenam produk yang
disajikan tidak memiliki perbedaan yang signifikan (p>0.05). Hal ini berarti
bahwa keenam produk memiliki karakteristik kesukaan panelis yang sama,
sehingga dapat ditentukan produk manapun sebagai produk terpilih. Oleh karena
itu, penentuan produk terpilih dilakukan dengan menggunakan uji ranking, agar
terlihat tingkat kesukaan panelis yang paling tinggi. Perankingan seluruh sampel
disajikan pada Tabel 3
Tabel 3 Nilai ranking sampel
warna aroma rasa tekstur
Formula Sampel Keseluruhan Total
a b a b a b a b
1 3 2 6 6 5 4 4 4 4 38
F1
2 1 2 3 3 5 3 5 1 5 28
3 4 4 4 4 4 6 1 6 1 34
F2
4 2 1 5 5 3 4 5 5 6 36
5 5 5 1 1 1 1 3 3 3 23
F3
6 6 5 2 2 1 2 2 2 2 24
Keterangan: a : kesukaan, b : daya terima
Tabel 3 merupakan nilai ranking dari 3 sampel yang diuji secara duplo.
Perankingan dilakukan secara ascending, yang artinya semakin tinggi nilai
9
anorganik yang diasumsikan sebagai kadar mineral pada bahan pangan. Metode
analisis kadar abu pada bahan makanan dan hasil pertanian biasa menggunakan
metode pengabuan kering (Andarwulan et al. 2013). .
Kadar abu pada cincau jelly drink sebesar 0.29±0.02% basis basah dan
19.52±1.03% basis kering. Pada basis kering diperoleh nilai yang lebih besar
karena kadar air diasumsikan sudah hilang. Beberapa mineral yang terkandung
dalam daun cincau Premna oblongifolia L. Merr seperti kalsium (Ca), fosfor (P),
zat besi (Fe), magnesium (Mg) dan beberapa mineral lain. Kadar abu pada produk
cincau jelly drink masih lebih besar dibandingkan minuman jelly daun hantap
(0.18%, Pamungkas 2014), ataupun jelly campuran teh hijau dan secang maupun
jelly campuran teh hitam dan secang (masing-masing sebesar 0.08% dan 0.22%,
Zega 2010).
Kadar Protein
Analisis kadar protein dilakukan dengan metode kjeldahl yaitu untuk
menghitung kadar nitrogen dalam bahan pangan (Andarwulan et al. 2013).
Tahapan analisis protein metode kjeldahl adalah destruksi, destilasi dan titrasi.
Tahap destruksi merupakan tahap penghancuran sampel secara sempurna, yaitu
dengan menambahkan asam sulfat pekat dan pemanasan untuk mengoksidasi
karbon dan hidrogen, sehingga nitrogen dapat diubah menjadi ammonium sulfat.
Tahap selanjutnya adalah destilasi, yaitu menambahkan alkali pekat untuk
memecah ammonium sulfat menjadi gas amoniak. Gas amoniak ini akan menguap
dan ditangkap oleh asam borat sehingga membentuk amonium borat. Tahap
berikutnya adalah titrasi yaitu dengan menambahkan asam klorida encer pada
ammonium borat, sehingga asam borat lepas dan membentuk ammonium klorida.
Jumlah asam klorida inilah yang kemudian dihitung untuk mendapat kadar
nitrogen sampel. Setelah itu dikalikan dengan faktor konversi 16% untuk
memperoleh kadar protein total sampel.
Kadar protein cincau jelly drink adalah sebesar 0.13±0.04% basis basah
dan 8.82±3.03% basis kering. Kadar protein produk cincau jelly drink ini
tergolong rendah karena karakteristik gel cincau yang didominasi oleh kadar air.
Menurut BPOM (2011), suatu produk pangan dikatakan sumber protein jika
mengandung minimal 20% protein/100 g produk, sehingga produk ini bukan
merupakan sumber protein. Meskipun demikian, kadar protein cincau jelly drink
lebih tinggi dibandingkan minuman jelly daun hantap 0.1% (Pamungkas 2014),
jelly campuran teh hijau dan secang sebesar 0.05%, maupun jelly campuran teh
hitam dan secang sebesar 0.04% (Zega 2010).
Kadar lemak
Kadar lemak pada bahan pangan dianalisis menggunakan metode Weibull.
Metode ini hampir sama dengan metode soxhlet. Perbedaannya adalah sampel
terlebih dahulu dihidrolisis dengan menambahkan HCl (1:5), kemudian direfluks
sampai berwarna kehitaman. Setelah itu, sampel disaring menggunakan kertas
saring whole sampai pH normal (5–7) dan di oven selama 3 jam (berat tetap).
Kemudian sampel siap untuk dianalisis menggunakan soxhlet. Prinsip penggunaan
soxhlet adalah sampel diekstrak dengan pelarut organik seperti heksan, kemudian
pelarut diuapkan, sehingga lemak dari sampel dapat terpisah dan ditampung dalam
labu lemak untuk dihitung persentase kadar lemaknya (Andarwulan et al. 2013).
Kadar lemak pada produk cincau jelly drink sebesar 0.10±0.01% basis
basah dan 6.52±0.47% basis kering. Kandungan lemak pada produk cincau jelly
12
drink ini tergolong rendah. Menurut BPOM (2011), suatu produk pangan
dikatakan bebas lemak jika mengandung kurang dari 0.5 g lemak/100 g bahan.
Cincau jelly drink dengan kandungan lemak 0.10% ini berarti hanya mengandung
0.1 g lemak/100 g cincau jelly drink. Serving size produk cincau jelly drink adalah
200 g, maka hanya mengandung 0.2 g lemak/serving size nya. Oleh karena itu,
klaim bebas lemak bisa digunakan dalam label produk cincau jelly drink.
Kadar Karbohidrat
Karbohidrat merupakan salah satu komponen penting dalam bahan pangan
sebagai sumber energi. Karbohidrat dikelompokkan menjadi 2 macam
berdasarkan stuktur kimia, penggunaan dan nilai gizinya yaitu karbohidrat dapat
dicerna (digestible carbohydrate) dan karbohidrat tidak dapat dicerna (non-
digestible carbohydrate). Karbohidrat dapat dicerna adalah kelompok
monosakarida, disakarida dan polisakarida yang dapat dipecah oleh enzim α-
amilase. Sedangkan kelompok karbohidrat tidak dapat dicerna sering
dikelompokkan sebagai serat makanan (dietary fiber) yang tidak dapat dipecah
oleh enzim α-amilase (Andarwulan et al. 2013).
Kadar karbohidrat pada produk cincau jelly drink ini sebesar 0.95±0.10%
basis basah dan 65.31±6.95% basis kering. Kadar karbohidrat produk cincau jelly
drink lebih rendah dibandingkan produk minuman jelly daun hantap (12.31%,
Pamungkas 2014), jelly campuran teh hijau dan secang maupun jelly campuran
teh hitam dan secang (masing-masing 14.17% dan 9.55%, Zega 2010).
Kadar Serat Produk Terpilih
Serat merupakan komponen karbohidrat yang tidak dapat dicerna. Serat
dibagi menjadi serat kasar dan serat makanan. Serat kasar merupakan residu dari
bahan pangan yang tidak dapat dihidrolisis oleh enzim pencernaan. Serat kasar
terdiri dari selulosa, dengan sedikit pentose dan lignin (Andarwulan et al. 2013).
Serat makanan dibagi menjadi serat larut (soluble dietary fiber/SDF) dan serat
tidak larut air (insoluble dietary fibre/IDF). Serat larut akan menyerap air dan
menjadi gel dalam proses pencernaan. Beberapa sumber serat larut yang
digunakan dalam formulasi makanan seperti beta-glukan pada oat dan gandum,
glucomannan, arbinogalactan, inulin, oligosakarida (Spano 2012) dan pektin.
Serat larut berfungsi dalam menurunkan kolesterol, sehingga dapat mencegah
penyakit jantung koroner. Serat tidak larut adalah serat makanan yang tidak dapat
larut dalam air sehingga melewati saluran cerna dengan kondisi relatif utuh. Serat
jenis ini dapat mempercepat waktu transit dalam usus, sehingga dapat
melancarkan BAB dan menurunkan risiko konstipasi (Ehrlich 2011).
Beberapa metode yang digunakan untuk analisis kadar serat adalah metode
crude fiber, metode deterjen (gravimetric), dan metode enzimatis. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah metode enzimatis. Metode enzimatis adalah
metode fraksinasi enzimatik, yaitu menggunakan enzim amilase, pepsin dan
pankreatin. Metode ini dapat mengukur kadar serat total, serat larut dan serat tidak
larut (ebookpangan 2009).
Kadar serat dianalisis dengan menggunakan metode enzimatis, yaitu
mereaksikan sampel dengan beberapa enzim pencernaan seperti amilase, pepsin
dan pankreatin. Residu dari reaksi tersebut merupakan serat yang tidak dapat
dihidrolisis oleh enzim pencernaan. Kadar serat total pada produk cincau jelly
drink adalah 2%, dengan kadar serat larut sebesar 1.1% dan kadar serat tidak larut
sebesar 0.9%. Menurut BPOM (2007) tentang acuan label gizi (ALG), kebutuhan
13
serat dalam sehari (untuk umum) adalah sebesar 25 g. Kandungan serat total
dalam produk cincau jelly drink per serving size hanya memenuhi 16% dari
kebutuhan serat sehari. Menurut aturan klaim gizi (BPOM 2011), suatu produk
pangan dikatakan sumber serat jika mengandung 3 g serat/100 g bahan. Produk
cincau jelly drink ini belum memenuhi klaim “sumber serat” karena hanya
mengandung 2 g serat/100 g produk.
Fenol Total Produk Terpilih
Senyawa fenolik merupakan senyawa yang memiliki satu atau lebih gugus
hidroksil pada cincin aromatik (Vermerris dan Nicholson 2006). Terdapat lebih
dari 8000 jenis senyawa yang termasuk golongan senyawa fenolik (Marinova et al
2005). Berdasarkan jumlah atom karbonnya, beberapa senyawa fenolik yang kita
kenal adalah asam fenolat, flavonoid, antosianin, biflavin, xanton, tannin, lignin
dan senyawa fenol lainnya (Vermerris dan Nicholson 2006). Menurut Gupta et al.
(2004), sebagian besar daun yang mengandung khasiat obat, aktivitas
antioksidannya disebabkan oleh senyawa polifenol.
Analisis total fenol dilakukan dengan metode folin-ciocalteu. Prinsip dari
metode ini adalah reduksi reagen dengan gugus fenolik sehingga menghasilkan
warna biru (Diana 2010). Kadar fenol total produk cincau jelly drink adalah
sebesar 78.32 mg GAE/100 g. Kandungan fenol total ini lebih tinggi
dibandingkan fenol total pada minuman fungsional ekstrak daun hantap yaitu 10.6
mg GAE/100 g (Pamungkas 2014) dan ekstrak daun meniran yaitu sebesar 6.5 mg
GAE/100 g yang mempunyai aktivitas antiproliferasi sel tumor (Priskila 2012).
Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa kandungan fenol total pada produk cincau
jelly drink ini berpotensi memperlambat proses pertubuhan sel tumor.
Menurut Olajire dan Azeez (2011), fenol total berkontribusi secara
signifikan terhadap aktivitas antioksidan. Menurut Kumar et al (2008), aktivitas
antioksidan dari senyawa fenolik adalah sebesar 85% total fenol dan 84% total
flavonoidnya. Aktivitas antioksidan pada daun-daunan yang memiliki khasiat obat
disebabkan oleh senyawa polifenol (Gupta et al. 2004). Konsumsi pangan sumber
antioksidan dapat mencegah penyakit akibat radikal bebas (Sumazian et al. 2010,
Faujam et al. 2009). Oleh karena itu, produk cincau jelly drink ini mampu menjadi
suatu alternatif pilihan produk pangan fungsional sumber antioksidan.
Aktivitas Antioksidan Produk Terpilih
Analisis aktivitas antioksidan dilakukan dengan metode DPPH untuk
menghitung nilai IC50 (inhibitor concentration 50%). Nilai IC50 ini ditunjukkan
dengan volume yang diperlukan untuk mereduksi aktivitas radikal DPPH sebesar
50%. Dengan demikian, nilai IC50 menunjukkan kemampuan antioksidan dalam
mereduksi 50% aktivitas radikal DPPH. Semakin kecil nilai IC50, maka aktivitas
antioksidan semakin kuat. Nilai IC50 cincau jelly drink disajikan pada Tabel 6.
Tabel 6 Aktivitas antioksidan produk jelly
Produk Ekstrak Cincau Jelly drink Jelly drink Jelly drink
cincau jelly jelly daun hantapa rumput Spirulina
drink drink lautb platensisb
IC50 (µL) 2.23 4.47 464.02 931 1625
Keterangan : a: Pamungkas 2014, b: Masluha 2013
14
30.93
daya terima
sisa
69.07
tingkat kesukaan
2.5 2.8
2.6
2 2.4 2.3
1.5
1
0.5
0
warna aroma rasa tekstur
atribut
Simpulan
Hasil uji hedonik produk tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan.
Oleh karena itu, penentuan produk terpilih dilakukan dengan uji ranking. Hasil uji
ranking didapatkan produk terpilih adalah formula 1 dengan 0.3% karagenan
dengan total ranking 38.
Kadar air, kadar abu, kadar protein, kadar lemak dan kadar karbohidrat
dari produk terpilih secara berturut-turut yaitu 98.54±0.10%, 0.29±0.02%,
0.13±0.04%, 0.10±0.01% dan 0.95±0.10% basis basah, serta 0.00±0.00%,
19.52±1.03%, 8.82±3.03%, 6.52±0.47% dan 65.31±6.95% basis kering. Kadar
serat pada produk cincau jelly drink terpilih adalah sebesar 2% yang terdiri dari
1.1% serat pangan larut dan 0.9% serat pangan tidak larut. Produk cincau jelly
drink ini belum bisa diklaim menjadi sumber serat karena hanya mengandung 2 g
serat/100 g produk nya. Kandungan serat pada tiap serving size cincau jelly drink
memenuhi 16% dari kebutuhan serat sehari yaitu 25 g. Kadar fenol total cincau
jelly drink adalah sebesar 78.32 mg GAE/100 g dan merupakan produk pangan
fungsional sumber antioksidan. aktivitas antioksidan ditunjukkan oleh nilai IC50
termasuk dalam kategori day ahambat kuat yaitu 4.47 µL. Daya terima produk
kepada panelis umum sudah cukup baik dengan penilaian biasa cenderung suka,
terutama pada atribut aroma.
Saran
Beberapa saran untuk penelitian lanjutan adalah perlu adanya analisis sifat
fisik dari produk cincau jelly drink ini yaitu meliputi kondisi sineresis, aktivitas
air, kekuatan gel, pH serta daya tahan produk. Perlu dilakukan intervensi untuk
16
melihat pengaruh produk terhadap kondisi klinis. Perlu dilakukan uji daya terima
sasaran pada hari biasa (bukan saat bula Ramadhan) agar tidak menimbulkan bias.
DAFTAR PUSTAKA
[FDA] Food and Drug Administration. (US). 1998. Additional information about
high-intensity sweeteners permittes for use in food in the United Stated.
[internet]. Tersedia pada http://www.fda.gov/food/ingredientspackaging
labeling/foodadditivesingredients/ucm397725.htm. diunduh 25 Mei 2014
Gregorie MB, Spears MC. 2007. Food service organization: A managerial and
system approach 6th ed. New jersey: Pearson Education.
Gupta M, Mazumdar, UK, Gomathi P, Kumar RS. 2004. Antioxidant and Free
Radical Scavenging Activities of Ervatamia coronaria Stapf. Leaves.
Iranian Journal of Pharmaceutical Research. 2: 119–126
Kharb S, Ghalaut V S, Ghalaut P S. 1998. A comparison of antioxidant status and
free radical peroxidation in healthy person. Med J Indones. 7(4):196–204.
Kumar TS, Shanmugam S, Palvannan T, Kumar VMB. 2008. Evaluation of
antioxidant properties of elaeocarpus ganitrus Roxb. Leaves. Iranian
Journal of Pharmaceutical Research. 7(3):211–215.
Kusharto CM, Nurdin, Tanziha I, & Januwati M. 2009. Kandungan klorofil
berbagai jenis daun tanaman dan Cu-turunan klorofil serta karakteristik
fisiko-kimianya. Jurnal Gizi dan Pangan. (491):13–19.
Li Z, Henning SM, Zhang Y, Zerlin A, Li L, Gao L, Ru-Po lee, Karp H, Thames
G, Bowerman S, et al. 2010. Antioxidant-rich spice added to hamburger
meat during cooking results in reduced meat, plasma, and urine
malondialdehyde concentrations. Am J Clin Nutr 2010;91:1180–4.
Makaryani I. 2014. Pengaruh pemberian pangan antioksidan terhadap kadar
malondialdehid dan profil lipid darah mahasiswi pengonsumsi gorengan.
[skripsi]. Bogor (ID). IPB
Malik VS, Schulze MB, Hu FB. 2009. Intake pf sugar-sweetened beverages and
weight gain: a systemic review. Am J Clin Nutr. 84(2):274–288.
Malik VS, Popkin BM, Bray GA, Hu FB. 2010. Sugar-sweetened beverages,
obesity, type 2 diabetes mellitus, and cardiovascular disease risk.
Circulation. 121:1356–1364. Doi: 10.1161/CIRCULATIONAHA.
109.876185
Marinova D, Ribarova F dan Atanassova M. 2005. Total phenolic and total
flavonoids in Bulgarian fruits and vegetables. J. university Chem. Tech.
metallurgy, 40(3):255–260.
Masluha D. 2013. Formulasi Jelly Drink Berbasis Rumput Laut (Eucheuma
cottonii) dan Spriulina platensis [skripsi]. Bogor (ID). IPB.
Moharib S. A. El-Batran S.A. 2008. Hypoglycemic effect of dietary fibre in
diabetic rats. Research Journal of Agricultural and Biological Science.
4(5):455–461.
Molyneux P. 2004. The Use of the stable free radical diphenylpicrylhydrazyl
(DPPH) for estimating antioxidant activity. Journal Science and
Technology. 26:211–219.
18
Yulianti R. 2008. Pembuatan minuman jeli daun kelor (Moringa oleifera lamk)
sebagai sumber vitamin C dan β-karoten. [skripsi]. Bogor (ID). IPB
Zega Y. 2010. Pengembangan produk jelly drink berbasis teh (Camelia sinensis)
dan secang (Caesalpinia sappan L.) sebagai pangan fungsional. [skripsi].
Bogor (ID). IPB.
LAMPIRAN
Nama Panelis :
Jenis Kelamin :
No. telp/hp :
Instruksi :
1. Ciciplah sampel satu persatu.
2. Nyatakan penilaian Anda terhadap sampel dengan memberi nomor (lihat
pada keterangan) pada kolom yang tersedia berdasarkan tingkat kesukaan.
3. Netralkan indera pengecap Anda dengan air putih setelah mencicipi satu
sampel.
4. Jangan membandingkan tingkat kesukaan antar sampel.
5. Setelah selesai mencicipi semua sampel, silahkan memberikan komentar
pada ruang yang telah disediakan.
Kode Sampel
Indikator
057 720 169 815 369 421
Warna
Aroma
Rasa
Tekstur
Keterangan:
-sangat suka :5
-suka :4
-biasa :3
-kurang suka :2
-tidak suka :1
Nama Panelis :
Jenis Kelamin :
No. telp/hp :
Instruksi :
1. Ciciplah sampel satu persatu.
2. Nyatakan penilaian Anda terhadap sampel dengan memberi nomor (lihat
pada keterangan) pada kolom yang tersedia berdasarkan mutu sampel.
3. Netralkan indera pengecap Anda dengan air putih setelah mencicipi satu
sampel.
4. Jangan membandingkan tingkat kesukaan antar sampel.
5. Setelah selesai mencicipi semua sampel, silahkan memberikan komentar
pada ruang yang telah disediakan.
Keterangan:
-kecerahan warna: -rasa manis: -aroma melon:
Sangat cerah :5 -sangat manis :5 -sangat kuat : 5
Cerah :4 -manis :4 -kuat :4
Biasa :3 -biasa :3 -normal :3
Buram :2 -tidak manis :2 -lemah :2
Sangat buram :1 -sangat tidak manis :1 -sangat lemah : 1
Prinsip pengukuran kadar air yaitu sampel dikeringkan dalam oven bersuhu
100°C-105°C selama kurang lebih 30 menit sampai diperoleh berat tetap. Sampel
ditimbang sebanyak 2 g (B) dalam cawan petri kosong yang sudah ditimbang
beratnya (B1) dan sudah dikeringkan dalam oven kemudian didinginkan dalam
desikator. Kemudian cawan yang berisi sampel ditutup dan dimasukkan ke dalam
oven bersuhu 100°C-105°C selama 3-5 jam. Setelah itu, cawan didinginkan dalam
desikator dan ditimbang (B2).
Perhitungan :
Kadar air (basis basah) (%) = (B1 – B2) x 100%
B
Keterangan:
B = berat sampel
B1 = berat sampel + cawan sebelum dikeringkan
B2 = berat sampel + cawan setelah dikeringkan
NaOH, petrolium eter, pepsin NF, etanol teknis 95%, Aseton puriss, enzym
termamyl 60 mL, pankreatin 4x NF. Berikut ini adalah prosedur analisis serat
metode enzimatis:
Sampel basah dihomogenasi dan digiling
↓
Lemak diekstraksi menggunakan petroleum eter selama 15 menit
↓
Sampel seberat 1 gram ditimbang dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer dan
ditambahkan 25 mL 0,1 M buffer Natium fosfat pH 6 lalu diaduk
↓
Ditambahkan enzim termamyl, kemudian diinkubasi selama 15 menit
↓
Dibiarkan dingin dan ditambahkan air aquades sehingga pH menjadi 1,5
↓
Ditambah dengan 100 mg pepsin lalu diinkubasi selama 60 menit pada suhu
40ºC
↓
Ditambah 20 mL air destilasi dan pH diatur menjadi 6,8 dengan
menggunakan NaOH 0.1 N
↓
Ditambah dengan 100 mg pankreatin, lalu erlenmeyer ditutup dan
diinkubasi selama 60 menit suhu 40oC
↓
Diatur pH menjadi 4,5 dengan HCl 0.1 N
↓
Disaring dengan crucible
Residu
Residu dicuci dengan 2x10 mL etanol 95 % dan 2x10 mL aseton
↓
Dikeringkan pada suhu 105ºC
↓
Diabukan mengguanakan tanur dengan suhu 550ºC selama 5 jam
Filtrat
Volume filtrat diatur menjadi 100 mL dengan etanol
↓
Ditambahkan 400 mL etanol 95 %, dibiarkan mengendap selama 1 jam
↓
Disaring dengan crucible
↓
Dicuci dengan 2x10 mL etanol 78 %, 2x10 mL etanol 95 % dan 2x10 mL
aseton
↓
Dikeringkan pada suhu 105ºC semalaman
24
Perhitungan :
Serat total (%) = serat larut (%) + serat tak larut (%)
Keterangan :
C1 = Berat cawan kosong (g)
C2 = Berat cawan + kertas saring setelah pengabuan (g)
K = Berat kertas saring kosong (g)
KF = Berat kertas saring filtrat (g)
KR = Berat kertas saring residu (g)
Jadi, untuk membuat larutan asam galat 20 ppm dalam 10 mL adalah sebagai
berikut:
= 20 ppm x 10 mL
1000 ppm
= 0.2 mL larutan induk asam galat, kemudian ditambah 9.8 mL
aquades (sampai volume 10 mL larutan)
Larutan standar
x
25
divorteks
Analisis fenol total pada sampel yaitu 0.1 mL ekstrak ditambah 4 mL akuades
kemudian diberi perlakuan yang sama seperti larutan standar.
x
26
volume abs % AO
0 0.925 0.000
400 0.744 19.57
600 0.670 27.57
800 0.499 46.05
1000 0.482 47.89
1200 0.391 57.73
1400 0.305 67.04
Volume cincau jelly drink setara dengan nilai IC50 ekstrak cincau jelly drink
Lampiran 14 Hasil tabulasi silang (crosstab) hedonik warna dan mutu kecerahan
28
Lampiran 15 Hasil tabulasi silang (crosstab) hedonik aroma dan mutu aroma
melon
Lampiran 16 Hasil tabulasi silang (crosstab) hedonik rasa dan mutu rasa manis
Biodata Responden
Nama :
Umur :
Pendidikan : (a) SD (b) SMP (c)SMA (d) D3, lainnya……
Pekerjaan :
Kesukaan terhadap cincau tawar: (a) suka (b) biasa (c) tidak suka
Protokol
1. Responden dipersilahkan untuk mengkonsumsi sampel yang sudah disediakan.
2. Responden dipersilahkan untuk mengisi tabel dengan mencentang (√) pada
kolom kesukaan berdasarkan atribut yang tersedia!
3. Silahkan mengisi alasan-alasan yang tersedia (boleh memilih lebih dari 1
alasan)
Kesukaan
Atribut
Tidak suka Biasa Suka
Warna
Aroma
Rasa
Tekstur
RIWAYAT HIDUP
Penulis adalah anak pertama dari 2 bersaudara dari Bapak Suparlan dan Ibu
Supriani. Penulis lahir di Kabupaten Nganjuk, 05 September 1991. Penulis
menyelesaikan pendidikan Sekolah Menengah Atas di SMA POMOSDA (Pondok
Modern Sumber Daya AT-Taqwa) di Tanjunganom, Nganjuk pada tahun 2010.
Kemudian melanjutkan pendidikan tingkat perguruan tinggi di IPB melalui jalur
beasiswa PBSB (Penerimaan Beasiswa Santri Berprestasi) dari Kementerian
Agama RI pada tahun 2010. Penulis pernah mengikuti Program Kreativitas
Mahasiswa (PKM) dan mendapatkan hibah pada bidang PKM-KC (karsa cipta)
tahun 2012 berjudul “TRIPLEM: Desain Meja Makan Multifungsi untuk Dapur
Minimalis” bersama Tim. Karya ini berhasil mendapat juara 1 kategori presentasi
pada PIMNAS 25 di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Karya ini juga
berhasil membawa penulis beserta Tim menjadi finalis Tanoto Student Research
Award (TSRA) dan TRI-U International Joint Seminar and Symposium, serta
mendapat penghargaan sebagai Inovator dalam 105 Inovasi Indonesia
Terprospektif Tahun 2013. Tahun 2014, penulis bersama Tim juga mendapat
hibah PKM bidang penelitian dengan judul “Potensi Jelly Cincau (Premna
oblongifolia L. Merr) dalam menurunkan kadar MDA, Hs-CRP dan memperbaiki
Profil Lipid Darah”. Penulis pernah mengisi acara perayaan tahun baru Hijriyah di
gedung GWW (Graha Widya Wisuda) dengan kesenian Islam marawis bersama
Tim “Marawis CSS MoRA IPB”. Kegiatan KKP (Kuliah Kerja Praktek) penulis
dilakukan pada tahun 2013 di Desa Malasari, Kec. Nanggung, Kab. Bogor.
Kegiatan ID (Internship Dietetic) dilakukan pada tahun 2014 di RSUD Ciawi,
Bogor.