4
II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Jalan Raya
Pengertian jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala
bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya di peruntukkan
bagi lalu lintas, yang berada pada pemukaan tanah, di bawah permukaan tanah
dan air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan lori, dan jalan
kabel.
2.1.1 Definisi Jalan
Menurut Undang-undang No. 34 Tahun 2006, jalan adalah suatu prasarana
penghubungan darat dalam bentuk apapun meliputi bagian jalan termasuk
bangunan perlengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu-lintas.
Bagian jalan yang dimaksud adalah Daerah Manfaat Jalan (DAMAJA), Daerah
Milik Jalan (DAMIJA), Daerah Pengawasan Jalan (DAWASJA).
2.1.2 Klasifikasi Jalan
Klasifikasi jalan dibagi menurut fungsi, kelas jalan, medan jalan dan
wewenang pembinaan jalan (Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota,
1997).
Klasifikasi jalan menurut fungsinya terbagi atas;
1. Jalan Arteri
Jalan yang melayani angkutan utama dengan ciri-ciri perjalanan jarak jauh,
kecepatan rata-rata tinggi,dan jumlah jalan masuk dibatasi secara efisien.
5
2. Jalan Kolektor
Jalan yang melayani angkutan pengumpul atau pembagi dengan ciri-ciri
perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata sedang dan jumlah jalan termasuk
dibatasi.
3. Jalan Lokal
Jalan yang melayani angkutan setempat dengan ciri-ciri perjalanan jarak
dekat, kecepatan rata-rata rendah, dan jumlah jalan masuk dibatasi.
Klasifikasi menurut kelas jalan berkaitan dengan kemampuan jalan untuk
menerima beban lintas yang dinyatakan dalam muatan sumbu terberat (MST)
dalam satuan ton;
Tabel. 2.1 Klasifikasi menurut kelas jalan
Fungsi Kelas Muatan Sumbu Terberat
MST (Ton)
Arteri I > 10
II 10
IIA 8
Kolektor IIIA 8
IIIB 8
Sumber: Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota, 1997
Medan jalan diklasifikasi berdasarkan kondisi sebagian besar kemiringan
medan yang diukur tegak lurus garis kontur. Klasifikasi menurut medan jalan
untuk perencanaan dapat dilihat dalam Tabel. 2.2.
6
Tabel. 2.2 Klasifikasi menurut medan jalan
No Jenis Medan Notasi Kemiringan Mean
(%)
1. Datar D <3
2. Perbukitan B 1 – 25
3. Pergunungan G 2
> 25
Sumber: Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota, 1997
Klasifikasi jalan menurut wewenang pembinaannya sesuai PP No. 26/
1985 adalah jalan Nasional, Jalan Provinsi, Jalan Kabupaten/ Kotamadya, Jalan
Desa dan Jalan Khusus.
2.2 Kotruksi Badan Jalan
Kontruksi perkerasan jalan terdiri dari lapisan diatas tanah dasar yang
telah dipadatkan. Lapisan-lapisan tersebut berfngsi untuk menerima beban lalu
lintas dan mengebarkannya kelapisan dibawahnya. Struktur perkerasan jalan
secara umum terdiri dari bebrapa lapisan perkerasan, yaitu sebagia berikut:
1. Tanah Dasar (Sub Grade)
Lapisan tanah dasar adalah bagian terbawah dari perkerasan jalan raya.
Apabila kondisi tanah pada lokasi pembangunan jalan mempunyai spesifikasi
yang direncanakan, maka tanah tersebut akan langsung dipadatkan dan digunakan.
Tebalnya berkisar antara 50-100 cm. Fungsi utamanya adalah sebagai tempat
perletakan jalan raya.
7
2. Lapisan Pondasi Bawah (Subbase Course)
Lapisan ini berada dibawah lapisan atas dan diatas lapisan dasar. Lapisan
ini berfungsi untuk menyebarkan beban dari lapisan pondasi bawah ke lapisan
tanah dasar, untuk menghemat penggunaan material yang digunakan pada lapisan
pondasi atas, karena biasanya menggunakan material yang lebih murah. Selain itu
lapisan pondasi bawah berfungsi untuk mencegah partikel halus tanah masuk
kedalam material perkerasan jalan dan melindungi agar air tidak masuk ke lapisan
dibawahnya.
3. Lapis Pondasi Atas (Base Course)
Lapisan pondasi atas terletak pada lapisan dibawah lapisan permukaan.
Lapisan ini terutama berfungsi untuk menahan gaya lintang akibat beban roda dan
meneruskan beban ke lapisan dibawahnya, sebagai bantalan untuk lapisan
permukaan dan lapisan peresapan untuk lapisan pondasi bawah. Material yang
digunakan untuk lapisan ini harus material dengan kualitas yang sangat tinggi
sehingga kuat untuk menahan beban yang direncanakan.
4. Lapisan Permukaan (Surface Course)
Lapisan permukaan terletak paling atas pada suatu jalan raya. Lapisan
yang biasanya kita pijak, atau lapisan yang bersentuhan langsung dengan ban
kendaraan. Lapisan ini berfungsi sebagai penahan beban roda. Lapisan ini
memliki stabilitas yang tinggi, kedap air, untuk melindungi lapisan dibawahnya
sehingga air mengalir ke saluran di samping jalan, tahan terhadap keausan akibat
gesekan rem kendaraan, dan diperuntukkan untuk meneruskan beban kendaraan
kelapisan pondasi di bawahnya.
8
2.3 Metode Pelaksanaan Perkerasan Jalan
Metode Pelaksanaan Perkerasan Jalan adalah suatu cara untuk
melaksanakan suatu proyek jalan yang melibatkan peralatan, tenaga kerja, dan
material yang tahapan pekerjaannya meliputi Lapisan tanah dasar (Subgrade)
adalah bagian terbawah dari perkerasan jalan raya. Apabila kondisi tanah pada
lokasi pembangunan jalan mempunyai spesifikasi yang direncanakan maka tanah
tersebut akan langsung dipadatkan dan digunakan. Tebalnya berkisar antara 50-
100 cm. Pada pekerjaan ini dipergunakan alat gali, alat muat, alat angkut, alat
hampar dan alat pemadatan.
2.4 Rencana Anggaran Biaya
Menurut Ibrahim (1993), yang dimaksud rencana anggaran biaya
(Begrooting) suatu bangunan atau proyek adalah perhitungan banyaknya biaya
yang diperlukan untuk bahan dan upah, serta biaya-biaya lain yang berhubungan
dengan pelaksanaan bangunan atau proyek tersebut.
Menurut Djojowirono (1984), rencana anggaran biaya merupakan
perkiraan biaya yang diperlukan untuk setiap pekerjaan dalam suatu proyek
konstruksi sehingga akan diperoleh biaya total yang diperlukan untuk
menyelesaikan suatu proyek.
Adapun menurut Niron (1992), rencana anggaran biaya mempunyai
pengertian sebagai berikut :
a. Rencana Himpunan planning termasuk detail dan tata cara pelaksanaan
pembuatan sebuah bangunan.
9
b. Anggaran Perhitungan biaya berdasarkan gambar bestek (gambar
rencana) pada suatu bangunan.
c. Biaya Besarnya pengeluaran yang ada hubungannya dengan borongan
yang tercantum dalam persyaratan yang ada.
Jadi Rencana Anggaran Biaya menurut Niron (1992), adalah harga dari
bangunan yang dihitung dengan teliti, cermat dan memenuhi syarat. Anggaran
biaya pada bangunan yang sama akan berbeda-beda di masing-masing daerah,
disebabkan karena perbedaaan harga bahan dan upah tenaga kerja.
Dari beberapa pengertian diatas secara umum dapat disimpulkan bahwa
biaya (anggaran) adalah jumlah dari masing-masing hasil perkiraan volume
dengan harga satuan pekerjaan yang bersangkutan. Atau dengan kata lain
anggaran biaya adalah :
RAB =∑ (Volume) x Harga Satuan Pekerjaan
Rencana atau penaksiran anggaran biaya adalah proses perhitungan
volume pekerjaan, harga dari berbagai macam bahan dan pekerjaan yang akan
terjadi pada suatu konstruksi. Karena taksiran dibuat sebelum dimulainya
pembangunan maka jumlah ongkos / biaya yang diperoleh ialah "taksiran biaya"
bukan "biaya sebenarnya" atau Actual Cost.
Anggaran biaya merupakan harga dan bangunan yang dihitung dengan
teliti, cermat dan memenuhi syarat. Anggaran biaya pada bangunan yang sama
akan berbeda di masing-masing daerah, disebabkan karena perbedaan harga bahan
dan upah tenaga kerja. Rencana Anggaran Biaya Pelaksanaan Proyek adalah salah
10
satu dokumen kelengkapan yang dibutuhkan dalam suatu operasional pelaksanaan
proyek, sebagai acuan/pedoman operasional pelaksanaan proyek. Khususnya
dalam pengelolaan yang berhubungan dengan hasil usaha proyek, yaitu sebagai
pedoman dalam mencapai pendapatan proyek dan mengendalikan biaya proyek,
agar minimal tercapai seperti yang direncanakan.
Menurut Soedrajat (1994), lima hal pokok dalam menghitung biaya:
1. Bahan-bahan: menghitung banyaknya bahan yang dipakai dan harganya;
2. Tenaga kerja: menghitung jam kerja yang diperlukan dan jumlah biayanya;
3. Peralatan: menghitung jenis dan banyaknya perlatan yang dipakai dan
biayanya;
4. Overhead: menghitung biaya-biaya tidak terduga yang perlu diadakan;
5. Profit: menghitung presentase keuntungan dari waktu, tempat, dan jenis
pekerjaan.
2.5 Standar Harga Barang Kebutuhan Pemerintah Kabupaten Bireuen
Tahun 2015
Dalam rangka efesiensi, efektifitas dan akuntabilitas, pengadaan barang
perlu menetapkan standar barang dan harga satuan barang kebutuhan yang di
keluarkan oleh Pemerintah setempat khususnya kabupaten Bireuen yang
berdasarkan ketentuan pasal 7 ayat (3) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17
Tahun 2007 tentang Pedoman teknis Pengelolaan Barang Milik Daerah
menegaskan Standar Harga Barang ditetapkan dengan Keputusan Kepala Daerah.
11
2.6 Produktivitas
Produktivitas mengandung arti sebagai perbandingan antara hasil yang
dicapai (Output) dengan keseluruhan sumber daya yang digunakan (input),
(Husien, 2002). Dengan kata lain bahwa produktivitas memliliki dua dimensi.
Dimensi pertama adalah efektivitas yang mengarah kepada pencapaian target
berkaitan dengan kuaitas, kuantitas dan waktu. Yang kedua yaitu efisiensi yang
berkaitan dengan upaya membandingkan input dengan realisasi penggunaannya
atau bagaimana pekerjaan tersebut dilaksanakan.
Sehingga semakin tinggi perbandingannya, berarti semakin tinggi produk
yang dihasilkan. Ukuran-ukuran produktivitas bisa bervariasi, tergantung pada
aspek-aspek output atau input yang digunakan sebagai agregat dasar, misalnya:
indeks produktivitas buruh, produktivitas biaya langsung, produktivitas biaya
total, produktivitas energi, produktivitas bahan mentah, dan adapun aspek-aspek
lainnya dalam sumber daya produktivitas.
2.7 Produktivitas Alat Berat dan Koefesien Alat.
Dalam menghitung waktu penggunaan peralatan, maka dapat digunakan
rumus yang terdapat dalam Analisa Anggaran Biaya Pelaksanaan (Soedrajat,
1994) serta alat-alat berat dan penggunaannya (Rochmanhadi, 1984) sesuai
dengan jenis pekerjaan yang dikerjakan.
Menurut (Rostiyanti, 2002), pemilihan alat berat dilakukan pada tahap
perencanaan dimana jenis, jumlah, dan kapasitas alat merupakan faktor penentu.
Tidak setiap alat berat dapat digunakan untuk setiap proyek konstruksi, oleh
12
karena itu pemilihan alat berat yang tepat sangat diperlukan. Apabila terjadi
kesalahan dalam pemilihan alat berat maka akan terjadi keterlambatan dalam
pelaksanaannya, biaya proyek yang membengkak, dan hasil tidak sesuai dengan
rencana.
Produktifitas alat berat pada kenyataannya dilapangan tidak sama jika
dibandingkan dengan kondisi ideal alat dikarenakan hal-hal tertentu seperti
topografi, keahlian operator, pengoperasian dan pemeliharaan alat. Produktifitas
per jam alat yang harus diperhitungkan dalam perencanaan adalah produktifitas
standart alat pada kondisi ideal dikalikan suatu faktor yang disebut efisiensi kerja.
Besarnya nilai efisiensi kerja ini sulit ditentukan secara tepat tetapi berdasarkan
pengalaman-pengalaman dapat ditentukan efisiensi kerja yang mendekati
kenyataan.
Bagaimana efektivitas alat tersebut bekerja tergantung dari beberapa hal
yaitu :
1. Kemampuan operator pemakai alat.
2. Pemilihan dan pemeliharaan alat,
3. Perencanaan dan pengaturan letak alat,
4. Topografi dan volume pekerjaan,
5. Kondisi cuaca,
6. Metode pelaksanaan alat.
Pada pembangunan proyek jalan penggunaan alat berat diperlukan sesuai
dengan kebutuhan baik menyangkut kondisi medan, kondisi alat, operator,
13
sehingga produktivitas alat dapat dimaksimalkan. Untuk selanjutnya jenis - jenis
alat berat sebagai berikut:
2.7.1 Wheel Loader
Wheel Loader adalah alat berat mirip dozer shovel, tetapi beroda karet
(ban), sehingga baik kemampuan maupun kegunaannya sedikit berbeda yaitu :
hanya mampu beroperasi didaerah yang keras dan rata, kering tidak licin karena
traksi di daerah basah akan rendah, tidak mampu mengambil tanah baik sendiri
atau tanpa dibantu lebih dulu oleh bulldozer (Ronald C.Smith 42:1986 Principles
and Practices of Heavy Construction). Metode pemuatan pada alat pemuat/loader
baik track shovel maupun wheel loader ada 3 macam :
1. I shape/cross loading
2. V shape loading
3. Pass loading
Wheel Loader adalah alat yang mencampurkan dan memuat agregat ke
dalam Dump Truk (Soedrajat,1994).
2.7.2 Motor Grader
Motor Grader adalah alat yang digunakan pada pekerjaan perataan dan
pembentukan permukaan tanah (Soedrajat,1994).
2.7.3 Dump Truck
Dump Truck digunakan untuk mengangkut material dari quarry ke lokasi
pekerjaan proyek. Menurut (Rochmanhadi,1992).
14
2.7.4 Vibrator Roller
Vibrator Roller adalah alat yang digunakan untuk pemadatan dengan
getaran. Alat ini memungkinkan digunakan secara luas dalam tiap jenis pekerjaan
pemadatan. Efek yang diakibatkan alat ini adalah gaya dinamis terhadap tanah.
Butir-butir tanah cenderung mengisi bagian-bagian kosong yang terdapat diantara
butir-butirnya. Sehingga akibat getaran ini tanah menjadi padat, dengan susunan
yang lebih kompak (Rochmanhadi,1992).
2.7.5 Water Tank Truck
Water Tank Truck adalah alat pengangkut air untuk proses pemadatan, air
tersebut ada yang dimasukkan kedalam roda Tandem Roller pada saat pemadatan,
ada juga yang langsung disiram di badan jalan yang akan di padatkan.
2.7.6 Compressor
Compressor adalah alat yang digunakan untuk membersihkan permukaan
jalan dari kotoran dan debu.
2.7.7 Asphalt Sprayer
Asphalt Sprayer adalah alat yang digunakan untuk mengolah material lapis
pengikat (Soedrajat,1994).
15
2.7.8 Asphalt Finisher
Asphalt finisher adalah alat untuk penghamparan Asphalt Treated Base
(ATB) atau lapisan asphalt yang dihamparkan pada permukaan badan jalan.
(Soedrajat,1994).
2.7.9 Tandem Roller
Tandem Roller berfungsi sebagai alat pemadatan awal pada saat penebaran
aspal (Soedrajat, 1994).
2.7.10 Pneumatic Tired Roller
Pneumatic Tired Roller berfungsi sama seperti Tandem Roller yaitu untuk
pemadatan, perbedaannya hanya waktu penggunaannya saja. Pneumatic Tired
Roller digunakan pada pemadatan terakhir setelah dipadatkan terlebih dahulu
dengan Tandem Roller (Soedrajat, 1994).
2.7.11 Pedestrian Roller
Baby Roller atau Hand Guided Roller atau juga biasa disebut pedestrian
roller, biasa dipakai untuk pemadatan timbunan tambalan atau patching yang
lebih luas atau bahkan untuk pemadatan bahu jalan yang sempit. Pedestrian
Roller ini ada yang mempunyai roda satu (Single Drum), ada juga yang
mempunyai dua roda (Double Drum).
16
2.7.12 Asphalt Mixing Plant
Menurut Sukirman (1999), proses pengolahan aspal dan Mixed Bitummois
material lainnya untuk kepentitngan pembuatan jalan, dalam kontruksi secara
besar–besaran dilakukan dalam sebuah plant (pengolahan aspal). Cold bin
(sebagai tempat penimbunan bahan) yang terdiri dari beberapa buah corong yang
merupakan tempat penimbunan batuan yang berbeda-beda ukurannya. Selain itu
Cold bin harus dapat mendistribusikan bahan untuk dapat dibawa ke drayer.
Drayer merupakan tabung berputar yang dibuat miring denag sudut tertentu,
kemudian dipanasi dengan tiupan burnet/ pemanas agar pengaliran batuan dapat
berjalan lancar. Pada drayer batu dikeringkan dan dipanaskan sebelum dicampur
dengan aspal, batuan disaring melalui ayakan untuk memisahkan ukurannya.
Suhu aspal pada saat pencampuran adalah 1400 C dan agregat dipanaskan
pada suhu 1350–1630 C kedua bahan ini dicampur menjadi satu, kemudian
diangkut kelokasi pekerjaan penghamparan, sewaktu aspal dalam keadaan panas,
lalu dipadatkan atau digilas. Pada saat pemadatan suhu minimum ± 1250 C dan
harus sudah selesai digilas pada temperatur diatas 800 C. dalam produksi aspal
berkapasitas besar dilakukan dengan sebuah plant (tempat pengolahan aspal).
2.8 Pedoman Analisa Harga Satuan Pekerjaan Bina Marga Tahun 2010
Analisa harga satuan pekerjaan adalah estimasi biaya definitif dengan
ruang lingkup pekerjaan yang sudah jelas. Komponen untuk menyusun harga
satuan pekerjaan (HSP) diperlukan 3 komponen utama yaitu data harga satuan
dasar (HSD) bahan, HSD tenaga kerja dan HSD alat.
17
2.8.1 Biaya Tenaga Kerja
Komponen tenaga kerja berupa upah yang digunakan dalam mata
pembayaran tergantung pada jenis pekerjaannya. Faktor yang mempengaruhi
harga harga satuan dasar tenaga kerja antara lain jumlah tenaga kerja dan tingkat
keahlian tenaga kerja. Penetapan jumlah dan keahlian tenaga kerja mengikuti
produktivitas peralatan utama. (BALITBANG PU, 2010).
1. Kualifikasi Tenaga Kerja
Dalam pelaksanaan pekerjaan jalan dan jembatan diperlukan keterampilan
yang memadai untuk dapat melaksanakan suatu jenis pekerjaan. Tenaga
kerja yang terlibat dalam suatu jenis pekerjaan jalan dan jembatan terdiri
dari :
- Pekerja - Sopir
- Tukang - Pembantu sopir
- Mandor - Mekanik
- Operator - Pembantu mekanik
- Pembantu operator - Kepala tukang
2. Standar Upah
Sumber data harga standar upah berdasarkan UMR (Upah Minimum
Regional) didapat dari ketetapan yang dikeluarkan Menteri Tenaga Kerja
mengenai besarnya Upah Minimum Regional yang selalu diadakan
peninjauan kembali setiap tahun.
18
Upah Minimum Regional (UMR) adalah upah pokok terendah termasuk
tunjangan tetap yang diterima oleh pekerja di wilayah tertentu dalam satu
provinsi, dan ini adalah sebagai harga dasar upah.
Dalam suatu perusahaan, upah minimum regional (UMR) ini akan terjadi
pula sebagai harga dasar upah. Komponen upah dasar tenaga kerja, adalah
upah berdasar UMR, di samping tunjangan seperti :
- Makan
- Transport
- Pengobatan dan pengamanan
- Rumah atau tempat tinggal sementara atau tempat penampungan
sementara para pekerja selama kegiatan pekerjaan berjalan
- Perlengkapan K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja) konstruksi.
3. Hari Orang Standar (Standard Man Day)
Yang dimaksud dengan pekerja standar di sini adalah pekerja yang bisa
mengerjakan satu macam pekerjaan seperti pekerja galian, pekerja
pengaspalan, pekerja pasangan batu, pekerja las dan lain sebagainya.
Dalam sistem pengupahan digunakan satu satuan upah berupa orang hari
standar (Standard Man Day) yang disingkat orang hari (OH) atau MD
(man day), yaitu sama dengan upah pekerjaan dalam 1 hari kerja (8 jam
kerja termasuk 1 jam istirahat).
4. Jam Orang Standar (Standard Man Hour)
Orang hari standar atau satu hari orang bekerja adalah 8 jam, terdiri atas 7
jam kerja (efektif) dan 1 jam istirahat. Apabila perhitungan upah
19
dinyatakan dengan upah orang per jam (OJ) maka upah orang per jam
dihitung sebagai berikut :
upahorangperhari
Upah orang per jam (OJ) = ........................ (2.1)
7 jam ker ja
5. Koefisien dan Jumlah Tenaga Kerja
Jumlah jam kerja merupakan koefisien tenaga kerja atau kuantitas jam
kerja per satuan pengukuran. Koefisien ini adalah faktor yang
menunjukkan lamanya pelaksanaan dari tenaga kerja yang diperlukan
untuk menyelesaikan satu satuan volume pekerjaan. Faktor yang
mempengaruhi koefisien tenaga kerja antara lain jumlah tenaga kerja dan
tingkat keahlian tenaga kerja. Penetapan tenaga kerja dan keahlian tenaga
kerja mengikuti produktifitas peralatan pertama.
2.8.2 Biaya Operasional Alat
Biaya pengoperasian alat akan timbul setiap saat alat berat dipakai. Biaya
pengoperasian meliputi biaya bahan bakar, gemuk, pelumas, perawatan dan
perbaikan, serta alat penggerak roda dua. (BALITBANG PU, 2010).
1. Uraian Peralatan
Komponen alat digunakan dalam mata pembayaran tergantung pada jenis
pekerjaannya. Beberapa jenis peralatan yang digunakan untuk pekerjaan
secara mekanis dan digunakan dalam mata pembayaran tertentu, maka
besarnya suatu produktivitas ditentukan oleh peralatan utama yang
digunakan dalam mata pembayaran tersebut.
20
Berdasarkan pedoman analisis harga satuan pekerjaan (AHSP) bidang
pekerjaan umum Direktorat Jendral Bina Marga, berikut ini adalah yang
diperlukan dalam perhitungan biaya alat per satuan waktu.
a. Jenis alat
Jenis alat yang diperlukan dalam suatu mata pembayaran disesuaikan
dengan ketentuan yang tercantum dalam spesifikasi teknis, misalnya dalam
mata pembayaran Hot Rollet Sheet dalam spesifikasi diharuskan
menggunakan alat pemadat roda baja (Tandem Roller) dan alat pemadat
roda karet (Pneumatic Tire Roller).
b. Tenaga mesin
Tenaga mesin (PW) merupakan kapasitas tenaga mesin penggerak dalam
satuan tenaga kuda atau horse power (HP)
c. Kapasitas alat
Adalah kapasitas peralatan (Cp) yang dipergunakan, misalnya AMP 50
ton/jam (kapasitas produksi per jam), Wheel Loader 1,20 M3 (kapasitas
bucket untuk tanah gembur, kondisi munjung atau heaped).
Perhitungan kapasitas produksi peralatan per-jamnya bias dihitung sesuai
dengan cara yang tercantum dalam rumus umum yaitu rumus perhitungan
produksi peralatan per-jam, atau berdasarkan hasil produksi selama
bekerja 4 jam pertama ditambah hasil produksi selama bekerja 3 jam
kedua, kemudian hasil produksi hariannya dibagi 7 untuk memperoleh
hasil produksi rata-rata tiap jamnya.
21
d. Umur ekonomi alat
Umur ekonomi peralatan (A) dapat dihitung berdasarkan kondisi
penggunaan dan pemeliharaan yang normal, menggunakan standard dari
pabrik pembuat.
e. Jam kerja per tahun
Pada peralatan bermesin maka jam kerja peralatan atau jam pemakaian
peralatan akan dihitung dan dicatat sejak mesin dihidupkan sampai mesin
dimatikan. Selama waktu (jam) pelaksanaan kegiatan maka peralatan tetap
dihidupkan, kecuali generating set (gen set)yang selalu tetap dihidupkan,
untuk peralatan tidak bermesin maka jam pemakaiannya sama dengan jam
pelaksanaan kegiatan pekerjaan.
Catatan 1 :
a) Untuk peralatan yang bertugas berat, dianggap bekerja terus menerus
dalam setahun selama 8 jam/hari dan 250 hari/tahun, maka :
W = 8 x 250 = 2000 jam/tahun
b) Untuk peralatan yang bertugas tidak terlalu berat atau sedang,
dianggap bekerja 200 hari dalam 1 tahun dan 8 jam/hari, maka :
W = 8 x 200 = 1600 jam/tahun
c) Untuk peralatan yang bertugas ringan, dianggap bekerja selama 150
hari dalam 1 tahun dan 8 jam/hari, maka :
W = 8 x 150 = 1200 jam/tahun
22
f. Harga pokok alat
Harga pokok perolehan alat (B) yang dipakai dalam perhitungan biaya
sewa alat atau pada analisis harga satuan dasar alat.
g. Nilai sisa alat
Nilai sisa peralatan (C) atau bisa disebut nilai jual kembali (resale value)
adalah perkiraan harga peralatan yang bersangkutan pada akhir umur
ekonomisnya. Untuk perhitungan analisis harga satuan ini, nilai sisa alat
dapat diambil rata-rata 10 % dari harga pokok alat.
Nilai sisa alat : C = 10 % harga alat ............................................. (2.2)
h. Tingkat suku bunga, faktor angsuran modal dan biaya pengembalian
modal
Merupakan tingkat suku bunga bank (i) pinjaman investasi yang berlaku
pada waktu pembelian peralatan yang bersangkutan. Perencana
teknis/pengguna jasa menentukan nilai suku bunga ini dengan mengambil
nilai rata-rata dari beberapa bank komersial terutama diwilayah tempat
kegiatan berada.
Faktor angsuran modal menggunakan rumus :
ix (1 i ) A
D= .............................................................. (2.3)
(1 i ) A 1
Biaya pengembalian modal dengan rumus :
( B C ) xD
E= .................................................................. (2.4)
W
Keterangan :
A : umur ekonomis alat (tahun)
23
I : tingkat suku bunga pinjaman investasi (% per tahun)
B : harga pokok alat (Rp)
C : nilai sisa alat (%)
W : jumlah jam kerja alat dalam satu tahun (jam)
i. Asuransi dan Pajak
Besarnya nilai asuransi (lns) dan pajak kepemilikan peralatan ini
umumnya diambil rata-rata per tahun sebesar 0,1 % untuk pajak, atau
dijumlahkan sebesar 0,2 % dari harga pokok alat, atau 2 % dari nilai sisa
alat (apabila nilai sisa alat = 10% dari harga pokok alat).
InsxB
Asuransi : F = ............................................................ (2.5)
W
Keterangan :
Ins : asuransi (%)
B : harga pokok alat (Rp)
W : jumlah jam kerja alat dalam satu tahun (jam)
j. Upah tenaga
Upah tenaga kerja dalam perhitungan biaya operasi peralatan disini terdiri
atas biaya upah tenaga kerja dalam satuan Rp./jam. Untuk mengoperasikan
alat diperlukan operator (U1) dan pembantu operator (U2).
k. Harga bahan bakar dan pelumas
Harga bahan bakar (H) dan minyak pelumas maupun hidrolik (I), dalam
perhitungan biaya operasi peralatan adalah harga umum yang ditetapkan
pemerintah setempat.
24
2. Proses perhitungan harga satuan dasar alat
Komponen dasar proses harga satuan dasar alat, terdiri atas :
- Biaya pasti (owning cost)
- Biaya tidak pasti atau biaya operasi (operating cost)
A. Biaya pasti
Biaya pasti (owning cost) adalah biaya pengembalian modal dan bunga
setiap tahun. Dihitung sebagai berikut :
( B C ) xD InsxB ( B C ) xD ( InsxD)
G = (E + F) = + = …. 2.6)
W W W
Keterangan :
G : biaya pasti per jam (Rp)
B : harga pokok alat setempat (Rp)
C : nilai sisa alat
D : faktor angsuran atau pengembalian modal
E : biaya pengembalian modal
F : biaya asuransi, pajak dan lain-lain per tahun
= 0,002 x B atau = 0,02 x C
W : jumlah jam kerja alat dalam satu tahun
B. Biaya tidak pasti atau biaya operasi
Komponen biaya operasi tiap unit peralatan dihitung berdasarkan bahan
yang diperlukan. Perhitungan cara pendekatan dengan rumus rata-rata untuk biaya
tidak pasti atau operasi adalah sebagai berikut :
25
a. Harga bahan bakar (H)
Banyaknya bahan bakar per jam yang digunakan oleh mesin penggerak
dan tergantung pada besarnya kapasitas tenaga mesin, biasanya diukur
dengan satuan HP (HorsePower)
H = ( 12,00 s/d 15,00)% x HP...................................................... (2.7)
Keterangan :
I : banyaknya bahan bakar yang dipergunakan dalam 1 jam dengan
satuan liter/jam.
HP : kapasitas tenaga mesin penggerak
12,00% : untuk alat yang bertugas ringan
15,00% : untuk alat yang bertugas berat
b. Biaya minyak pelumas (I)
Banyaknya minyak pelumas (termasuk pemakaian minyak yang lain serta
grease) yang dipergunakan oleh peralatan yang bersangkutan dihitung
dengan rumus dan berdasarkan kapasitas tenaga mesin.
I = (2,5 s/d 3)% x HP.................................................................. (2.8)
Keterangan :
I : banyaknya minyak pelumas yang dipakai dalam 1 jam dengan
satuan liter/jam
HP : kapasitas tenaga mesin (Horse Power)
2,5% : untuk pemakaian ringan
3% : untuk pemakaian berat
26
c. Biaya Bengkel (J)
Besarnya biaya bengkel (workshop) tiap jam dihitung sebagai berikut :
J = (6,25 s/d 8,75)% x B/W ........................................................(2.9)
Keterangan :
B : harga pokok alat setempat
W : jumlah jam kerja alat dalam satu tahun
6,25% : untuk pemakaian ringan
8,75% : untuk pemakaian berat
d. Biaya Perbaikan (K)
Untuk menghitung biaya perbaikan termasuk penggantian suku cadang
yang harus dipakai dengan rumus sebagai berikut :
K = (12,5 s/d 17,5)% x B/W ...................................................... (2.10)
Keterangan :
B : harga pokok alat setempat
W : jumlah jam kerja alat dalam satu tahun
12,5% : untuk pemakaian ringan
17,5% : untuk pemakaian berat
e. Upah Operator/Driver (L) dan pembantu Operator (M)
Upah operator dan pembantu operator atau driver, dihitung :
L = 1 orang/jam x U1................................................................ (2.11)
M = 1 orang/jam x U2............................................................... (2.12)
f. Biaya operasi (P)
Biaya operasi P = H + I + J + K + L + M ................................ (2.13)
27
Keterangan :
H : banyaknya bahan bakar yang dipergunakan dalam 1 jam
I : banyaknya minyak pelumas yang dipergunakan dalam 1 jam
J : besarnya biaya bengkel (workshop) tiap jam
L : upah operator
M : upah pembantu operator
C. Keluaran (output) HSD Alat
Keluaran harga satuan dasar alat (S) adalah harga satuan dasar alat yang
meliputi biaya pasti (G), biaya tidak pasti atau biaya operasi (P), harga satuan
dasar alat :
S = G + P .................................................................................. (2.14)
Keluaran harga satuan dasar alat ini selanjutnya merupakan masukan
(input) untuk proses analisis harga satuan pekerjaan (HSP).
2.8.3 Biaya Material atau Bahan
Faktor yang mempengaruhi harga satuan dasar bahan antara lain adalah
kualitas, kuantitas dan lokasi asal bahan. Faktor-faktor yang berkaitan dengan
kuantitas dan kualitas bahan harus ditetapkan dengan mengacu pada spesifikasi
yang berlaku. (BALITBANG PU, 2010).
Harga satuan dasar bahan dikelompokkan menjadi tiga bagian yaitu :
- Harga satuan dasar bahan baku, misal : batu, pasir, semen, baja tulangan
dan lain-lain.
28
- Harga satuan bahan dasar olahan, misal : agregat kasar dan agregat halus,
campuran beton semen, campuran beraspal dan lain-lain.
- Harga satuan dasar bahan jadi, misal tiang pancang beton pracetak,
geosintetik dan lain-lain.
Harga bahan yang dibutuhkan dalam proses perhitungan HSD bahan yaitu
harga komponen bahan per satuan pengukuran. Satuan pengukuran bahan
tersebut misalnya M1, M2, M3, Kg, Ton, Zak, dan sebagainya.
1. Harga Satuan Dasar Bahan Baku
Bahan baku biasanya diperhitungkan dari sumber bahan (quarry), tetapi
dapat pula diterima di Base Camp atau di gudang setelah
memperhitungkan ongkos bongkar-muat dan pengangkutannya.
Survei bahan baku biasanya dilakukan terlebih dahulu untuk mengetahui
jarak lokasi sumber bahan dan pemenuhan terhadap spesifikasinya,
kemudian diberi keterangan, misal : harga bahan di quarry (batu kali, pasir
dan lain-lain) atau bahan diambil dari pabrik atau gudang grosir (semen,
aspal, besi dan sebagainya).
Sebagai rujukan untuk harga satuan dasar bahan baku dan sesuai dengan
Perpres Nomor 54 Tahun 2010 Pasal 66 ayat (7), bahwa penyusunan HPS
didasarkan pada data harga pasar setempat, yang diperoleh berdasarkan
hasil survey menjelang dilaksanakannya pengadaan.
2. Harga Satuan Dasar Bahan Olahan
Bahan olahan merupakan hasil produksi di plant (pabrik) atau dibeli dari
produsen di luar kegiatan pekerjaan. Bahan olahan misalnya agregat atau
29
batu pecah yang diambil dari bahan baku atau bahan dasar kemudian
diproses dengan alat mesin pemecah batu menjadi material menjadi
beberapa fraksi. Melalui proses penyaringan atau pencampuran beberapa
fraksi bahan dapat dihasilkan menjadi Agregat kelas A dan kelas B,
sebagai bahan pondasi jalan. Bahan olahan lainnya misalnya bahan baku
batu kali dipecah dengan Stone Crusher menjadi agregat kasar dan agregat
halus.
a. Masukan
- Jarak quarry (bila sumber bahan baku diambil dari quarry)
- Harga satuan dasar tenaga kerja
- Harga satuan dasar alat
- Harga satuan dasar bahan baku atau bahan dasar
- Kapasitas alat
Merupakan kapasitas dari alat yang dipergunakan, misalnya alat
pemecah batu (Stone Crusher) dalam ton per jam, dan Wheel Loader
dalam M3 heaped (kapasitas bucket).
- Faktor efisiensi alat
Hasil produksi yang sebenarnya dari suatu peralatan yang digunakan
tidak akan sama dengan hasil perhitungan berdasarkan data kapasitas
yang tertulis pada brosur, karena banyaknya faktor-faktor yang
mempengaruhi proses produksi.
- Faktor kehilangan bahan
30
b. Proses
Proses perhitungan dapat dilakukan secara manual atau mengunakan
perangkat lunak secara sederhana dengan Microsoft Word Office, Excel.
c. Keluaran
Proses perhitungan di atas akan menghasilkan harga satuan dasar bahan,
misal : untuk agregat kasar dan agregat halus sebagai keluaran. Harga
satuan dasar bahan olahan ini merupakan masukan dalam proses
perhitungan analisis harga satuan pekerjaan.
3. Harga Satuan Dasar Bahan Jadi
Bahan jadi diperhitungkan diterima di Base Camp/gudang atau di pabrik
setelah memperhitungkan ongkos bongkar-muat dan pengangkutannya
serta biaya pemasangan (tergantung perjanjian transaksi).
Untuk harga satuan dasar bahan jadi, harus diberi keterangan harga bahan
diterima sampai di lokasi tertentu, misal lokasi pekerjaan, base camp atau
bahan diambil di pabrik/gudang grosir.
Bahan jadi dapat berasal dari pabrik/pelabukan/gudang kemudian diangkut
ke lokasi pekerjaan menggunakan tronton/truk, sedang untuk memuat dan
menurunkan barang menggunakan Crane atau alat bantuan lainnya.
31
2.9 Harga Satuan Pekerjaan Tebal Perkerasan.
2.9.1 Pekerjaan Bahu Jalan.
Koefesien satuan pekerjaan bahu jalan adalah angka atau indek yang
terdapat pada analisa upah, analisa bahan dan analisa alat sebagai faktor penggali
untuk koefesien pekerjaan bahu jalan. Pekerjaan Bahu Jalan meliputi tahapan
pekerjaan sebagai berikut:
1. Lapis Pondasi Agregat Kelas B
2. Lapis Resap Pengikat
2.9.2 Pekerjaan Perkerasan Berbutir
Pekerjaan Berbutir meliputi tahapan pekerjaan sebagai berikut:
1. Lapis Pondasi Agregat Kelas A
2. Lapis Pondasi Agregat Kelas B
2.9.3 Perkerjaan Asphal
Pekerjaan Asphal meliputi tahapan pekerjaan sebagai berikut:
1. Lapis Resap Pengikat Asphal Cair
2. Lapis Perekat Asphal Cair
3. Laston Lapis Aus (AC-WC).
4. Laston Lapis Antara (AC-BC)
2.10 Metode Penjadwalan.
Penjadwalan proyek adalah salah satu aspek penting dari perencanaan,
dimana penjadwalan lebih menitik beratkan kepada pendeteksian tentang apa yang
mesti dilakukan, kapan mesti dimulai dan diharapkan kapan mesti selesai.
32
Penjadwalan proyek sangat membantu pelaksanaan, memonitor dan mengevaluasi
proyek. Suatu jadwal proyek yang akan dipersiapakn atas dasar ciri-ciri dan
kegiatan proyek akan mempermudah pelaksanaan .
Dalam penjadwalan pelaksanaan pekerjaan dapat dilakukan dengan sistem
Bagan Balok (Gant Chart). Sistem ini dibuat untuk dapat mengetahui lamanya
waktu yang diperlukan pelaksanaan pekerjaan .
Menurut Lock D, (1990), penjadwalan sumber daya proyek hanya
mungkin dilaksanakan dengan jalan membuat bagan balok. Panjang setiap balok
menujukkan lamanya waktu yang diperlukan untuk masing-masing kegiatan yang
bersangkutan. Untuk bagan yang lebih rumit sering kali digunakan balok-balok
yang berbeda warnanya.
2.10.1 Kurva S atau Hanumm Curve
Kurva S adalah grafik yang dikembangkan oleh Warren T. Hanumm atas
dasar pengamatan terhadap sejumlah besar proyek sejak awal hingga akhir
proyek. Kurva S dapat menunjukkan kemajuan proyek berdasarkan kegiatan,
waktu dan bobot pekerjaan yang direpresentasikan sebagai persentase kumulatif
dari seluruh kegiatan proyek. Visualisasi kurva S dapat memberikan informasi
mengenai kemajuan proyek dengan membandingkannya terhadap jadwal rencana.
Berdasarkan pengamatan kurva S dapat diketahui apakah ada keterlambatan atau
kemajuan pekerjaan jadwal proyek.
33
Gambar. Kurva S atau Hanumm Curve
2.10.2 Linear Schedule Methode
Metode ini biasanya sangat efektif dipakai untuk proyek dengan jumlah
kegiatan relatif sedikit dan banyak digunakan untuk penjadwalan dengan kegiatan
yang berulang seperti pada proyek kontruksi jalan raya, Metode ini sangat
memuaskan untuk diterapkan pada proyek-proyek tersebut karena menggunakan
sumber daya manusia yang relatif lebih kecil dan variasi ketrampilan pada suatu
pekerjaan/kegiatan tidak sebanyak pada proyek yang lain.
34
2.10.3 Network Planing (CPM)
Networt planning merupakan salah satu metode penjadwalan pekerjaan
dengan menggambarkan seluruh aktivitas jenis pekerjaan yang akan dilaksanakan
untuk mencapai tujuan akhir. Dengan metode ini keterkaitan antara aktivitas satu
jenis pekerjaan dengan aktivitas jenis pekerjaan yang lain terlihat jelas. Menurut
Badri (1988), prinsip Network Planning adalah ketergantungan antara bagian-
bagian pekerjaan yang digambarkan/divisualisasikan dalam networt planning,
dengan demikian diketahui bagian-bagian pekerjaan mana yang harus
didahulukan, jika perlu dilemburkan, pekerjaan mana yang menunggu selesainya
pekerjaan lain, pekerjaan mana yang tidak perlu tergesa-gesa sehingga alat dan
orang dapat dialih ketempat lain demi efisiensi.
Adapun simbul-simbul yang digambarkan pada penjadwalan metode
networt planning adalah sebagai berikut :
1. Anak panah dengan garis tegas ( gambar 2. 1a), adalah visualisasi dari
aktivitas atau kegiatan;
2. Anak panah dobel (gambar 2.1b), adalah visualisasi dari lintasan kritis,
yaitu lintasan yang waktu pelaksanaannya paling panjang dan sangat
menentukan terhadap penyelesaian pekerjaan;
3. Anak panah terputus-putus (gambar 2.1c), adalah visualisasi dari aktivitas
semu, merupakan aktivitas penghubung tidak memerlukan sumber daya
tertentu (sumber daya = 0)
4. Lingkaran dengan tiga ruang (gambar 2. 1d) adalah visualisasi dari
peristiwa atau kejadian, dimana ruang yang pertama berisikan nomor
aktivitas (Number of Event), ruang yang kedua berisikan nilai waktu
paling awal ( Earlist Event Time), sedang ruang ketiga berisikan nilai
waktu paling lambat (Latest Event Time).
35
(a) (b)
(c) (d)
Gambar 2.1 : Simbul-simbul pada Networt Planning
Sumber : Kajatno (1977)
Kajatno (1977), mengemukakan bahwa lintasan kritis lain yang tidak kritis
terdapat sejumlah waktu penundaan atau bisa diperlambat tampa mempengaruhi
selesainya proyek secara keseluruhan. Waktu penundaan atau waktu yang dapat
diperlambat tersebut dinamakan Activity Float, yang terdiri dari Total Float dan
Free Float (gambar 2.2) :
1. Total Float, yaitu waktu penundaan yang diperkenankan tanpa
mengakibatkan keterlambatan waktu penyelesaian pekerjaan secara
keseluruhan;
2. Free Float, yaitu waktu bebas yang diperkenankan pada suatu kegiatan
tanpa mempengaruhi pelaksanaan kegiatan yang mengikutinya.
Cara menentukan nilai Earlist Event Time (EET) adalah sebagai berikut :
a. Nilai EET pada saat permulaan (lingkaran pertama) adalah 0 (nol);
b. Nilai EET lingkaran kedua adalah Penjumlahan nilai EET sebelumnya
dengan waktu lintasan berjalan, demikian juga lingkaran ketiga, dan begitu
seterusnya hingga kejadian akhir;
c. Bila pada suatu kejadian bertemu dua atau lebih kegiatan, maka nilai EET
adalah nilai terbesar.
Cara menentukan nilai Latest Event Time ( LET) adalah sebagai berikut :
d. Nilai LET pada saat permulaan (sebagai lingkaran pertama) adalah nilai
EET kejadiaan akhir;
e. Dari kejadian akhir bergerak mundur ke arah kejadian awal sehingga nilai
LET lingkaran kedua, ketiga, keempat dan seterusnya hingga kejadian
awal adalah pengurangan nilai LET sebelumnya dengan waktu masing-
masing lintasan;
36
f. Bila pada suatu kejadian bertemu dua atau lebih kegiatan, maka nilai LET
adalah nilai terkecil.
Gambar 2.2 : Total Float dan Free Float Satu Kegiatan
Sumber : Kajatno (1977)
Untuk mengetahui nilai Total Float dan Free Float menggunakan
persamaan persamaan berikut :
TFij = LETj ̶ EETi ̶ Dij ................................................ (2.15)
FFj = EETj ̶ EETj ̶ Dij ................................................. (2.16)
Dimana : TF = total float;
FF = free ffloat;
EET = earlist event time;
LET = latest event time;
D = waktu pelaksanaan dari aktivitas Xij
Dij = nomor aktivitas yang berurutan.
Lebih dari sekadar dokumen.
Temukan segala yang ditawarkan Scribd, termasuk buku dan buku audio dari penerbit-penerbit terkemuka.
Batalkan kapan saja.