Anda di halaman 1dari 14

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS HALU OLEO

FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN

JURUSAN TEKNIK GEOLOGI

MAKALAH GEODINAMIKA PANTAI

PERUBAHAN GARIS PANTAI

OLEH:

M.FIRMAN ASDAR

R1C117013

KENDARI

2019
KATA PENGANTAR

Puji Syukur Kita Panjatkan Kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
Rahmat Dan Hidayah-Nya berupa kekuatan dan kesehatan sehingga makalah ini
dapat terselesaikan tepat pada waktunya.Sholawat serta salam semoga selalu
tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga,sahabat dan para
pengikutnya yang tetap istiqomah hingga akhir zaman.

Saya mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dan terlibat dalam proses pembuatan makalah ini ,terkhusus kepada:

1. Bapak Dosen Pengampuh mata kuliah geodinamika pantai


2. Orang Tua saya yang telah mendoakan kelancaran kuliah saya.
3. Seluruh teman-teman yang berkenan saling membantu menyelesaikan
makalah ini

Demikian makalah gedinamika pantai ini yang telah saya buat.Saya mohon
kritik dan sarannya apabila terdapat kekurangan dalam penyusunan makalah
ini.Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak dan juga bermanfaat
bagi saya selaku penulis.

Kendari, 27 Mei 2019

Penulis
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Wilayah pesisir pantai merupakan daerah peralihan laut dan daratan.


Kondisi tersebut menyebabkan wilayah pesisir mendapatkan tekanan dari
berbagai aktivitas dan fenomena yang terjadi di darat maupun di laut. Fenomena-
fenomena yang terjadi di daratan seperti erosi banjir dan aktivitas yang dilakukan
seperti pembangunan pemukiman, pembabatan hutan untuk persawahan,
pembangunan tambak dan sebagainya pada akhirnya memberi dampak pada
ekosistem pantai. Demikian pula fenomena fenomena di lautan seperti pasang
surut air laut, gelombang badai dan sebagainya. (Hastuti, 2012).
Selain dampak pada ekosistem ada pula perubahan konfigurasi pantai.
Supriyanto (2003) menyatakan bahwa perubahan konfigurasi pantai di wilayah
pesisir dapat disebabkan oleh kegiatan atau proses proses alami dan non alami
(kegiatan manusia) baik yang berasal dari darat maupun dari laut. Proses proses
hidrooseanografi dari laut yang dapat memberikan pengaruh antara lain,
hempasan gelombang, perubahan pola arus, serta fenomena pasang surut yang
kadang kadang diperkuat oleh pengaruh perubahan iklim. Fenomena alami dari
darat yang ikut memberikan pengaruh terjadinya perubahan garis pantai, antara
lain erosi dan sedimentasi akibat arus pasang akibat banjir serta perubahan arus
aliran sungai.
Erosi Pantai yang disebut juga abrasi akhir-akhir ini cenderung meningkat
di berbagai daerah. Abrasi merupakanpengikisan atau pengurangan daratan
(pantai) akibat aktivitas gelombang, arus dan pasang surut. Dalam kaitan ini
pemadatan daratan mengakibatkan permukaan tanah turun dan tergenang air laut
sehingga garis pantai berubah (Nur,2004). Pantai dikatakan mengalami abrasi bila
angkutan sedimen yang terjadi ke suatu titik lebih besar biladibandingkan dengan
jumlah sedimen yang terangkut ke luar dari titik tersebut (Suwedi, 2006).
1.2 Rumusan Masalah

1. Definisi dan karakteristik pantai ?

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan garis pantai ?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui definisi dan karakterisitik pantai

2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan perubahan garis


pantai

1.4 Manfaat

Manfaat dari penulisan makalah ini kita dapat mengetahui definisi dan
karakteristik pantai serta faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi perubahan
garis pantai
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Dan Karakteristik Pantai

Secara umum pantai merupakan suatu daerah yang meluas dari titik terendah

air laut pada saat surut hingga ke arah daratan sampai mencapai batas efektif dari

gelombang. Sedangkan garis pantai adalah garis pertemuan antara air laut dengan

daratan yang kedudukannya berubah-ubah sesuai dengan kedudukan pada saat

pasang-surut, pengaruh gelombang dan arus laut.

Dahuri (2003), menjelaskan bahwa pantai-pantai yang terdapat di Indonesia

secara morfologi terbagi atas tujuh bentuk, yaitu :

1. Pantai terjal berbatu

Pantai bentuk ini biasanya terdapat di kawasan tektonis aktif yang

tidak pernah stabil karena proses geologi. Kehadiran vegetasi penutup

ditentukan oleh 3 faktor, yaitu tipe batuan, tingkat curah hujan, dan cuaca.

2. Pantai landai dan datar

Pantai tipe ini ditemukan di wilayah yang sudah stabil sejak lama

karena tidak terjadi pergerakan tanah secara vertikal. Kebanyakan pantai

di kawasan ini ditumbuhi oleh vegetasi mangrove yang padat dan hutan

lahan basah lainnya.

3. Pantai dengan bukit pasir

Pantai dengan bukit pasir terbentuk akibat transportasi sedimen

clastic secara horizontal. Mekanisme transportasi tersebut terjadi karena


didukung oleh gelombang yang besar dan arus yang menyusur pantai yang

dapat menyuplai sedimen yang berasal dari daerah sekitaranya.

4. Pantai beralur

Proses pembentukan pantai beralur lebih ditentukan oleh faktor

gelombang daripada angin. Gelombang yang pecah akan menciptakan arus

yang menyusur pantai yang berperan dalam mendistribusikan sedimen.

Proses penutupan yang berlangsung cepat oleh vegetasi menyebabkan

zona supratidal tidak terakumulasi oleh sedimen yang berasal dari erosi

angin.

5. Pantai lurus di dataran pantai yang landai

Pantai lurus di dataran pantai yang landai ini ditutupi oleh sedimen

berupa lumpur hingga pasir kasar. Pantai tipe ini merupakan fase awal

untuk berkembangnya pantai yang bercelah dan bukit pasir apabila terjadi

perubahan suplai sedimen dan cuaca (angin dan kekeringan).

6. Pantai berbatu

Pantai tipe ini dicirikan oleh adanya belahan batuan cadas. Berbeda

dengan komunitas pantai berpasir, dimana organismenya hidup di bawah

substrat sedangkan komunitas organisme pada pantai berbatu hidup di

permukaan. Bila dibandingkan dengan habitat pantai lainnya, pantai

berbatu memiliki kepadatan mikroorganisme yang tinggi, khususnya di

habitat intertidal di daerah angin (temperate) dan subtropik.

7. Pantai yang terbentuk karena adanya erosi

Pantai yang terbentuk karena adanya erosi disebabkan oleh adanya

sedimen yang terangkut oleh arus dan aliran sungai akan mengendap di
daerah pantai. Pantai yang terbentuk dari endapan semacam ini dapat

mengalami perubahan dari musim ke musim, baik secara alamiah maupun

akibat kegiatan manusia yang cenderung melakukan perubahan terhadap

bentang alam.

2.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perubahan Garis Pantai

Secara umum Sutikno (1993) menjelaskan bahwa pantai merupakan

suatu daerah yang meluas dari titik terendah air laut pada saat surut hingga ke arah

daratan sampai mencapai batas efektif dari gelombang. Sedangkan garis pantai

adalah garis pertemuan antara air laut dengan daratan yang kedudukannya

berubah-ubah sesuai dengan kedudukan pada saat pasang-surut, pengaruh

gelombang dan arus laut.

Lingkungan pantai merupakan daerah yang selalu mengalami perubahan.

Perubahan lingkungan pantai dapat terjadi secara lambat hingga cepat, tergantung

pada imbang daya antara topografi, batuan dan sifat-sifatnya dengan gelombang,

pasut, dan angin. Perubahan garis pantai ditunjukkan oleh perubahan

kedudukannya, tidak saja ditentukan oleh suatu faktor tunggal tapi oleh sejumlah

faktor beserta interaksinya. Sutikno (1993) kembali menyatakan bahwa secara

garis besar proses geomorfologi yang bekerja pada mintakat pantai dapat

dibedakan menjadi proses destruksional dan konstruksional. Proses destruksional

adalah proses yang cenderung merubah/merusak bentuk lahan yang ada

sebelumnya sedangkan proses konstruksional adalah proses yang menghasilkan

bentuk lahan baru. Adapun faktor-faktor utama yang mempengaruhi terjadinya

perubahan garis pantai adalah:


A. Faktor Hidro-Oseanografi

Perubahan garis pantai berlangsung manakala proses geomorfologi

yang terjadi pada setiap bagian pantai melebihi proses yang biasanya

terjadi. Proses geomorfologi yang dimaksud antara lain adalah gelombang,

arus dan pasang surut.

1. Gelombang Laut

Gelombang Laut Pada dasarnya, terdapat berbagai macam

gelombang di laut yang dibedakan berdasarkan pada gaya

pembangkitnya. Diantaranya ialah gelombang angin, gelombang

pasang surut, gelombang tsunami dan sebagainya. Gelombang angin

dibangkitkan oleh tiupan angin di permukaan laut. Sedangkan

gelombang pasang surut dibangkitkan oleh gaya tarik benda-benda

langit terutama matahari dan bulan terhadap bumi. Sementara

gelombang tsunami dapat terbentuk karena letusan gunung atau gempa

di laut. Meskipun demikian, secara umum, istilah gelombang

digunakan untuk merujuk pada gelombang angin.

Gelombang yang dibangkitkan oleh angin, mendominasi proses

pantai. Gelombang akan mengalami pembiasan pada saat memasuki

perairan dangkal dan umumnya lebih sejajar terhadap pantai. Pengaruh

gelombang terhadap pantai yang mungkin terjadi adalah pengendapan

pasir yang menyebabkan terjadinya penambahan pantai (akresi) serta

terjadinya pengikisan pasir atau pemindahan pasir dari pantai ke

offshore yang menyebabkan erosi (Ross, 1970 dalam rahayu, 2000).


2. Arus

Menurut Sunarto (2003), arus laut ialah aliran air laut yang

disebabkan oleh tiupan angin, pasang surut, perbedaan kepekatan air

laut, atau aliran air sungai yang bermuara di laut itu. Macam-macam

arus laut antara lain:

a. Arus temporer yang disebabkan oleh angin musim (monsun);

b. Arus periodik yang disebabkan oleh pasang surut;

c. Arus permanen yang merupakan bagian dari sirkulasi air samudra dan

disebut juga arus samudra;

d. Arus tepi pantai yang disebabkan oleh induksi gelombang di sepanjang

pantai.

Umumnya, arus laut yang berpengaruh terhadap dinamika

pantai adalah arus temporer, arus periodik, dan arus tepi pantai. Arus

dekat pantai (nearshore current) merupakan arus laut di sekitar pantai

yang umumnya disebabkan oleh induksi gelombang laut. Gelombang

yang berasal dari laut lepas pantai menimbulkan gerakan air laut yang

mengarah ke pantai. Gerakan ini disebut arus menuju pantai (onshore

current).

Arus ini membawa sedimen dari laut menuju ke pantai serta

mengendapkannya di pantai (Duxburu dkk, 2002). Arus dekat pantai

sendiri dibedakan menjadi arus susur pantai (longshore current), arus

balik (rip current), arus bawah (undertow) dan arus putar (helical

current). Arus susur pantai ialah arus laut yang terdapat di zona

empasan yang umumnya bergerak sejajar pantai yang ditimbulkan


gelombang pecah yang datang menyudut terhadap garis

pantai(Triatmodjo, 1999).

Berbeda dengan ombak yang bergerak maju ke arah pantai,

arus laut terutama yang mengalir sepanjang pantai merupakan

penyebab utama yang lain dalam membentuk morfologi pantai. Arus

laut terbentuk oleh angin yang bertiup dalam selang waktu yang lama,

dapat pula terjadi karena ombak yang membentur pantai secara miring.

Berbeda dengan peran ombak yang mengangkut sedimen tegak lurus

terhadap arah ombak, arus laut mampu membawa sedimen yang

mengapung maupun yang terdapat di dasar laut. Pergerakan sedimen

searah dengan arah pergerakan arus, umumnya menyebar sepanjang

garis pantai. Bentuk morfologi spit, tombolo, beach ridge atau

akumulasi sedimen di sekitar jetty dan tanggul pantai menunjukkan

hasil kerja arus laut. Pola arus pantai ditentukan terutama oleh

besarnya sudut yang dibentuk antara gelombang yang datang dengan

garis pantai. Jika sudut datang itu cukup besar, maka akan terbentuk

arus menyusur pantai (longshore current) yang disebabkan oleh

perbedaan tekanan hidrostatik. Jika sudut datang relatif kecil atau

sama dengan nol (gelombang yang datang sejajar dengan pantai),

maka akan terbentuk arus meretas pantai (rip current) dengan arah

menjauhi pantai di samping terbentuknya arus menyusur pantai.

Diantara kedua jenis arus pantai ini, arus menyusur pantailah yang

mempunyai pengaruh lebih besar terhadap transportasi sedimen

pantai (Dahuri, 1996).


2. Pasang Surut

Pasang surut air laut merupakan fluktuasi ritmik muka air laut

yang diakibatkan oleh pengaruh gaya tarik benda-benda angkasa,

terutama oleh bulan dan matahari, terhadap masa air di bumi. Pengaruh

gaya tarik bulan terhadap muka air laut di bumi lebih besar 2,34 kali

daripada pengaruh gaya tarik matahari (Sunarto, 2003).

Sementara benda angkasa lain dapat diabaikan sebab jaraknya

yang lebih jauh datau ukurannya lebih kecil. Faktor non astronomi

yang mempengaruhi pasut terutama pada perairan tertutup misalnya

teluk adalah bentuk garis pantai dan topografi dasar perairan. Sunarto

menjelaskan bahwa pada saat berlangsung air pasang disebut air naik

(flood tide) dan kedudukan muka air laut mencapai puncaknya disebut

air tinggi (high water. Pada saat air surut disebut air turun (ebb tide)

dan kedudukan muka laut mencapai titik rendahnya disebut air rendah

(low water). Beda tinggi antara air tinggi dan air rendah disebut julat

pasut atau tunggang air (tidal range).

Pasang purnama atau pasang perbani (spring tide) terjadi ketika

kedudukan bulan segaris dengan matahari, yakni pada saat bulan

purnama dan pada saat bulan mati. Pada saat pasang purnama ini

terjadi julat pasut terbesar, sehingga terjadi pula kedudukan muka laut

tinggi tertinggi (higest high water) dan kedudukan muka air laut

rendah terendah (lowest low water). Pasang mati (neap tide) terjadi

seperempat bulan awal dan seperempat bulan akhir, saat itu terjadi

julat pasut terkecil.


B. Faktor Antropogenik

Proses antropogenik adalah proses geomorfologi yang diakibatkan

oleh aktivitas manusia. Aktivitas manusia di pantai dapat mengganggu

kestabilan lingkungan pantai. Gangguan terhadap lingkungan pantai dapat

dibedakan menjadi gangguan yang disengaja dan gangguan yang tidak

disengaja. Gangguan yang disengaja bersifat protektif terhadap garis

pantai dan lingkungan pantai, misalnya dengan membangun jetti, groin,

pemecah gelombang atau reklamasi pantai. Aktivitas manusia yang tidak

disengaja menimbulkan gangguan negatif terhadap garis pantai dan

lingkungan pantai, misalnya pembabatan hutan bakau untuk dikonversi

sebagai tambak (Sutikno 1993).


BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kesimpulan dari makalah ini sebagai berikut:

1. Pantai merupakan suatu daerah yang meluas dari titik terendah air laut
pada saat surut hingga ke arah daratan sampai mencapai batas efektif dari
gelombang. Sedangkan garis pantai adalah garis pertemuan antara air laut dengan
daratan yang kedudukannya berubah-ubah sesuai dengan kedudukan pada saat
pasang-surut, pengaruh gelombang dan arus laut.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan garis pantai ada dua yaitu faktor
hidrooseanografi dan faktor antropogenik

3.2 Saran

Tidak ada saran yang saya berikan


DAFTAR PUSTAKA

HANIF,MUHAMMAD ASRI.2017. ANALISIS PERUBAHAN GARIS PANTAI


DI KECAMATAN SANROBONE KABUPATEN TAKALAR(PROPOSAL
PENELITIAN).MAKASSAR:UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

Anda mungkin juga menyukai