PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keselamatan
Dalam Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan pasal 164
bahwa upaya kesehatan kerja ditujukan untuk melindungi pekerja agar hidup sehat
dan terbebas dari gangguan kesehatan serta pengaruh buruk yang diakibatkan oleh
pekerjaan. Rumah Sakit merupakan tempat kerja yang mempunyai risiko bahaya
kesehatan, mudah terjangkit penyakit atau kecelakaan akibat kerja.
Potensi bahaya di rumah sakit bukan hanya penyakit infeksi, tetapi juga ada
potensi bahaya lain yang mempengaruhi situasi dan kondisi yaitu kecelakaan
(ledakan, kebakaran, kecelakaan yang berhubungan dengan instalasi listrik, dan
sumber cedera lainnya), radiasi, bahan-bahan kimia yang berbahaya, gas-gas
anestesi. Gangguan psikososial dan ergonomi. Semua potensi tersebut mengancam
jika dan kehidupan bagi karyawan rumah sakit, pasien maupun pengunjung yang ada
di lingkungan rumah sakit.
Dengan adanya berbagai potensi bahaya tersebut, maka perlu upaya untuk
mengendalikan, meminimalkan, dan bila mungkin meniadakannya. Oleh karena itu
Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah sakit (K3RS) perlu dikelola dengan
baik.
Agar penyelenggaraan K3RS lebih efektif, efisien, dan terpadu diperlukan
sebuah pedoman manajemen K3RS baik bagi pengelola maupun karyawan rumah
sakit.
C. Landasan Pelayanan
1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
2. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 432/Menkes/SK/IV/2007 tentang
Pedoman Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (k3) di Rumah
Sakit.
3. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 66 tahun 2016 tentang Keselamatan
dan Kesehatan Kerja
BAB II
KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH MUARA BELITI
A. Pengertian
- Kesehatan kerja menurut WHO
Kesehatan Kerja bertujuan untuk peningkatan dan pemeliharaan derajat kesehatan
fisik, mental, dan sosial yang setinggi-tingginya bagi pekerja di semua jenis
pekerjaan, pencegahan terhadap gangguan kesehatan pekerja yang disebabkan oleh
kondisi pekerjaan, perlindungan bagi pekerja dalam pekerjaannya dari risiko akibat
faktor yang merugikan kesehatan dan penempatan serta pemeliharaan pekerja
dalam suatu lingkungan yang disesuaikan dengan kondisi fisiologi dan psikologisnya.
- Kesehatan dan keselamatan kerja
Upaya untuk memberikan jaminan keselamatan dan meningkatkan derajat kesehatan
para pekerja/buruh dengan cara pencegahan kecelakaan dan penyakit akibat kerja,
pengendalian bahaya di tempat kerja, promosi kesehatan, pengobatan dan
rehabilitasi.
B. Upaya K3 di Rumah Sakit
A. Konsep Manajemen Risiko
Risiko adalah kombinasi dari kemungkinan terjadinya peristiwa berbahaya pada
jangka waktu tertentu atau dalam keadaan tertentu dengan tingkat keparahan
cedera, kerusakan, dampak terhadap kesehatan manusia, responsi, lingkungan atau
kombinasi dari ini disebabkan oleh proses produksi.
Plan :Dalam proses manajemen risiko langkah awal yang sangat penting adalah
Perencanaan. Perencanaan bertujuan menetapkan konteks yang meliputi penetapan
tujuan, strategi, ruang lingkup dan parameter lain yang berhubungan dengan proses
pengelolaan risiko suatu organisasi. Dengan menetapkan konteks akan terlihat
hubungan antara masalah atau hal yang akan dikelola risikonya dengan lingkungan
organisasi (eksternal & internal), proses manajemen risiko dan ukuran atau kriteria
risiko yang dijadikan standar. Dalam penetapan konteks ini ditetapkan pula sumber
daya, struktur organisasi (tanggung jawab dan wewenang) yang diperlukan dalam
pengeloaan risiko.
Do :Tahap Pelaksanaan diimplementasikan dengan melakukan apa yang telah
direncanakan. Pada tahap ini, segala keputusan harus diambil berdasarkan tahap
Plan dimana akan terlihat permasalahan yang mempunyai pengaruh besar terhadap
proses yang sedang berlangsung.
Action : Tahap Act atau Tindak Lanjut diimplementasikan dengan membuat usulan
standard dan menetapkan langkah selanjutnya berdasarkan temuan dari tahap
Check. Tahap ini dimaksudkan untuk menjawab apa yang harus dikerjakan untuk
melaksanakan keseluruhan rencana, termasuk perbaikan kelemahan yang telah
ditemukan, sehingga mencapai tujuan atau sasaran awal perencanaan. Pada tahap
ini ada kemungkinan terjadi standarisasi ulang proses maupun proses perbaikan
yang terbaik terhadap proyek ditetapkan sebagai suatu prosedur standar.
C. Fungsi Pengawasan
Fungsi Pengawasan terkandung dalam tahap PDCA yang ketiga (Check) di mana
fungsi ini penting keberadaannya dalam suatu proses manajemen risiko. Fungsi
pengawasan akan mengimplementasikan ketiga elemen dasar manajemen risiko
yaitu Identifikasi bahaya, Penilaian risiko, dan Pengendalian risiko. Fungsi pokok dari
suatu pengawasan adalah untuk mencegah terjadinya penyimpangan atau
kesalahan, memperbaiki penyimpangan atau kesalahan yang terjadi, serta
mempertebal rasa tanggung jawab. Dalam pelaksanaannya, pengawasan atau
monitoring membandingkan standar dengan kinerja actual. Melalui kegiatan
pengawasan, pemantauan dan pengkajian ulang terhadap seluruh proses
manajemen risiko termasuk konteksnya (lingkungan, proses, organisasi, strategi,
stakeholder dsb.) diharapkan dapat menjawab ketiga pertanyaan berikut :
a. Apakah tindakan pengendalian telah menyelesaikan masalah (menekan risiko
bahaya)?
b. Adakah risiko baru yang timbul setelah dilakukan pengendalian?
c. Apakah semua bahaya sudah teridentifikasi dengan benar dan menyeluruh?
Dengan demikian fungsi pengawasan adalah membantu seluruh manajemen dalam
menyelesaikan tanggung jawabnya secara efektif dengan melaksanakan analisa,
penilaian, rekomendasi dan penyampaian laporan mengenai kegiatan yang diperiksa.