PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
Gambar 2.2 : Skematis uji UU
Uji sebaiknya harus memiliki nilai saturasi yang mendekati sempurna dengan
mengecek koefisien Skempton mendekati 1. Karena benda uji telah tersaturasi
mendekati sempurna dan tidak ada air yang keluar dari benda uji maka benda
uji tidak mengalami perubahan volume sama sekali baik pada fase kompresi maupun
pada fase deviatorik karena air diasumsikan incompressible. Saya katakan tidak
mengalami perubahan volume, namun ini tidak berarti benda uji tidak mengalami
perubahan bentuk.
Misalkan 500 ml air, pertama-tama air tersebut ditaruh didalam sebuah gelas
kemudian air tersebut dipindahkan kedalam botol. Pada kasus pertama air akan
mengikuti bentuk gelas, di kasus kedua air akan mengikuti bentuk botol, bentuknya
berbeda namun volumenya sama. Inilah poin penting dalam uji Unconsolidated
Undrained, tidak ada perubahan volume karena air diasumsikan incompressible
Sekarang saya akan jelaskan apa yang terjadi selama masing-masing fase
pembebanan pada uji UU ini
3
(unconsolidated), maka tegangan dari sel triaxial seluruhnya akan ditahan oleh
tegangan air pori dari tanah.
4
Hasil tipikal dari pengukuran tegangan deviatorik selama pembebanan
deviatorik dapat dilihat dibawah ini
5
Gambar 2.5 : Uji UU- Tegangan pada fase deviantorik (disaat rupture)
6
Gambar diatas adalah gambar sebuah bendungan yang memiliki muka air
tanah relatif konstan (angka 1) dalam rentang waktu yang lama, sedemikian sehingga
inti bendungan (tanah lempung) telah mencapai kondisi long term (drained). Bila
terjadi penurunan muka air tanah secara cepat (misalnya >1 m per hari) atau
seringkali dikenal sebagai rapid drawdown (ditandai dengan angka 2 pada gambar),
maka kondisi batas di bendungan menjadi berubah, yaitu perubahan tegangan
hidrostatik pada permukaan bendungan dan pada dasar bendungan. Akibatnya tanah
yang telah terkonsolidasi ini mengalami perubahan tegangan deviatorik.
Karena ini bukan posting soal rapid drawdown, maka saya tidak membahas
lebih jauh fenomena ini, namun bila tertarik bisa membacanya disalah satu artikel
di sini. Sehingga kesimpulannya uji ini dapat digunakan untuk 2 hal, pertama bila
yang akan dihitung adalah stabilitas bendungan tanah untuk kondisi long term, maka
properti tanah kohesi dan sudut geser tanah yang akan digunakan dan dari
lempung (clay) dapat dicari menggunakan uji CU. Kedua bila yang dicari adalah
properti tanah yang telah terkonsolidasi dan mengalami perubahan tegangan
deviatorik secara mendadak, maka properti tanahnya dan juga dapat dicari
menggunakan uji ini.
Uji consolidated drained seperti halnya semua uji triaksial lainnya, uji
triaksial CD terbagi menjadi 2 fase, yaitu fase pembebanan tegangan
spherical/isotrop/kompresi yang merupakan tegangan yang sama besarnya ke ketiga
arah prinsipal, dan fase pembebanan tegangan deviatorik.
7
Gambar 2.7 : Skematis uji CU
Pada uji CU, pada fase kompresi keran akan dibuka untuk memperkenankan
terjadi konsolidasi, sedangkan pada fase deviatorik, keran akan ditutup. Karena keran
dibuka pada fase konsolidasi, maka tegangan air pori akan nol pada fase ini. Bila
yang akan dicari adalah properti tanah terkonsolidasi yang mengalami perubahan
tegangan deviatorik secara mendadak dan , maka kita cukup mengamati
tegangan total yang diberikan hingga tanah mengalami keruntuhan. Namun bila kita
melakukan uji ini sebagai substitusi uji CD untuk mencari
properti longterm tanah dan , maka kita perlu mengamati besarnya perubahan
tegangan air pori didalam benda uji selama fase deviatorik. Dengan mengamati
besarnya perubahan tegangan air pori ini, maka kita dapat menghitung besarnya
tegangan efektif tanah tanpa melakukan uji drained.
Hal penting lainnya yang perlu dicermati adalah derajat saturasi benda uji,
dimana benda uji harus mencapai derajat saturasi mendekati sempurna sebelum
melakukan uji ini. Derajat saturasi sempurna dapat dicapai dengan
mengaplikasikan back pressure pada benda uji dan dapat dihitung dengan
menggunakan koefisien Skempton. Ini diperlukan karena tanah yang tidak tersaturasi
sempurna akan berperilaku berbeda. Secara sederhana dengan membuat tanah
8
tersaturasi sempurna, benda uji akan memiliki fasa air yang kontinum dan tentunya
tanah hanya memiliki 2 fase saja (air dan kerangka solid).
Sekarang saya akan jelaskan apa yang terjadi selama masing-masing fase
pembebanan pada uji CU ini.
Seperti halnya pada uji CD, perilaku lempung akan sangat tergantung pada
tegangan prakonsolidasinya. Tegangan prakonsolidasi inilah yang akan membatasi 2
kondisi tanah lempung, yaitu tanah lempung yang overkonsolidasi dan tanah lempung
yang terkonsolidasi normal. Lempung overkonsolidasi dapat diperoleh bila kita
9
memberikan tegangan kekangan efektif tanah <= tegangan prakonsolidasi .
Sedangkan sebaliknya, lempung yang terkonsolidasi normal terjadi saat tegangan
kekangan efektif tanah > tegangan prakonsolidasi Ini artinya, perilaku benda
uji lempung sangat tergantung dari besaran tegangan kekangan yang kita berikan.
Gambar 2.9 : Uji CU- tegangan pada fase deviantorik (disaat rupture)
10
Besarnya nilai tegangan runtuh ini akan tergantung pada kondisi tanah
lempung yang dimiliki (overconsolidated atau normally consolidated). Berikut
dibawah ini adalah gambar hasil tipikal dari uji CU. Perlu diingat bahwa pada fase ini
tidak ada deformasi volumik benda uji karena keran ditutup (undrained).
11
karena dimana seharusnya terjadi pengurangan volume, namun volume benda uji
ditahan konstan oleh inkompresibilitas dari air.
12
Uji Consolidated Drained Seperti halnya semua uji triaksial lainnya, uji triaksial CD
terbagi menjadi 2 fase, yaitu fase pembebanan tegangan spherical/isotrop/kompresi
yang merupakan tegangan yang sama besarnya ke ketiga arah prinsipal, dan fase
pembebanan tegangan deviatorik.
Pada uji CD, baik pada fase kompresi maupun pada fase deviatorik keran akan
dibuka sehingga disipasi tegangan air pori dapat terjadi pada benda uji. Kembali ke
contoh kasus bendungan diatas, pada kondisi long term, bagian inti dari bendungan
tanah yang merupakan lempung telah mendisipasi seluruh tegangan air pori-nya, atau
dengan kata lain tegangan air porinya sudah nol. Ini artinya, selama uji CD, kita
hanya akan memiliki kurva tegangan efektif tanah, karena tegangan air pori selalu nol
sepanjang uji (baik pada fase kompresi maupun deviatorik) Sekarang saya akan
jelaskan apa yang terjadi selama masing-masing fase pembebanan pada uji CD ini.
13
Gambar 2.13 : Uji CD- tegangan di akhir kompresi
Pada fase ini, sesungguhnya apa yang kita lakukan serupa dengan uji
oedometrik/konsolidasi satu dimensi. Tegangan prakonsolidasi adalah tegangan
maksimal yang pernah diterima selama umur tanah tersebut. Lempung
overkonsolidasi dapat diperoleh bila kita memberikan tegangan kekangan efektif
tanah <= tegangan prakonsolidasi . Sedangkan sebaliknya, lempung yang
terkonsolidasi normal terjadi saat tegangan kekangan efektif tanah > tegangan
prakonsolidasi . Ini artinya, perilaku benda uji lempung undisturbed sangat
tergantung dari besaran tegangan kekangan yang kita berikan
Saya menyinggung masalah dua kondisi tanah lempung ini karena hasil dari
uji CD akan sangat tergantung dari kondisi tanah lempung yang kita uji. Namun ini
tidak berarti kita harus melakukan uji konsolidasi terlebih dahulu sebelum melakukan
uji CD, meskipun kalau kita telah melakukan uji konsolidasi terlebih dahulu kita
dapat membandingkan hasil yang kita peroleh.
14
2.3.2 Fase deviatorik
Pada fase ini, pelat dibagian atas dan bawah benda uji akan menekan benda
uji dengan tegangan aksial menghasilkan tegangan deviatorik pada benda uji Seperti
pada fase sebelumnya, keran akan tetap dibiarkan terbuka sehingga tegangan air pori
dapat tetap terjaga nol untuk mensimulasikan kondisi long term
Disini diperlukan kecepatan pembebanan yang sangat rendah atau inkremen
pembebanan yang sangat kecil agar tegangan air pori selama fase deviatorik dapat
tetap terjaga nol. Akibat kecepatan pembebanan yang rendah, maka untuk
mendapatkan hasil yang representatif, durasi uji ini dapat memakan waktu beberapa
hari hingga beberapa minggu, sehingga untuk problem-problem praktis uji ini relatif
jarang digunakan. Pada saat runtuhnya (failure), benda uji akan mendapat tambahan
tegangan aksial sebesar pada arah prinsipalnya.
Gambar 2.14: Uji CD- Tegangan pada fase deviantorik (saat failure)
15
Besarnya nilai tegangan runtuh ini akan tergantung pada kondisi tanah lempung
yang dimiliki (overconsolidated atau normally consolidated)
Berikut dibawah ini adalah gambar hasil tipikal dari uji CD
16
tegangan kekangan untuk tanah overkonsolidasi pasti lebih kecil daripada
tegangan kekangan untuk tanah terkonsolidasi normal.
2.4 Uji Van Shear
Vane Shear Test (VST) lapangan merupakan metode yang sering
digunakan untuk memperkirakan kekuatan geser dari lempung undrained secara
in-situ.
Vane shear test dapat berfungsi dengan kotak kontrol yang dihubungkan
dengan listrik untuk penggunaan dan perekaman tenaga putaran (torquemeter),
rangkaian baling-baling dan tangkai (batang) dan sebuah slip coupling. Jangkauan
maksimum baling-baling adalah 100 kPa untuk ukuran 65 x 130 mm dan 200 kPa
untuk 50 x 110 mm.
17
2.4.2 Prosedur Pengujian
Pada saat melakukan pengujian, alat ini dipasang pada ujung bor, kipas
berserta tangkainya ditekan ke dalam tanah, kemudian diputar dengan kecepatan 6
sampai 12˚ per menit. Besarnya torsi (ten aga puntiran) yang dibutuhkan untuk
memutar kipas diukur karena tanah tergeser menurut bentuk silinder vertikal yang
terjadi di pinggir baling-baling, tahanan geser tanah dapat dihitung jika dimensi
baling-baling dan gaya puntiran diketahui.
menyelidiki tanah yang benar-benar tak terganggu oleh operasi pengeboran. Kuat
geser tanah yang telah berubah susunan tanahnya (remoulded) dapat pula
dilakukan dengan pengukuran torsi minimum yang dibutuhkan untuk memutar
baling-baling secara cepat dan kontinu.
18
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Uji geser triaksial adalah uji yang paling dapat diandalkan untuk menentukan
parameter tegangan geser. Uji ini telah digunakan secara luas untuk keperluan
pengujian biasa ataupun untuk keperluan riset
a. Unconsolidated Undrained
b. Consolidated Undrained
c. Consolidated Drained
a. fase kompresi
b fase deviasotik
19