Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ilmu Pengetahuan Sosial adalah satu istilah yang bermula dari kata social
studies, karena terjemahan secara harfiah dari social studies adalah ilmu sosial.
Kata social studies telah lama digunakan dalam kurikulum dasar sekolah-sekolah
di Amerika yang ditujukan untuk bidang kelimuan yang memiliki misi untuk
membantu peserta didik mengetahui dan memahami bagaimana seluk beluk
kehidupan sosial dimana mereka tinggal dan membantu untuk membentuk sisi
kemanusiaan mereka, termasuk di dalamnya kebudayaan dan kewarganegaraan.
Pengajaran IPS pada hakekatnya pengajaran interelasi dari berbagai aspek
kehidupan manusia di masyarakat. Maka dapat kita uraikan bahwa pendidikan IPS
di negara kita adalah disiplin ilmu yang mengkaji gejala-gejala sosial dan
lingkungan masyarakat sekitar.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa Pengertian IPS?
2. Apa Saja Konsep IPS?
3. Bagaimana Sejarah Perkembangan IPS?
4. Pengertian IPS Sebagai Pewarisan Nilai Kemasyarakatan

13. Tujuan
1. Agar Mahasiswa Dapat Mengetahui Pengertian IPS
2. Agar Mahasiswa Mengetahui Apa Saja Konsep IPS
3. Agar Mahasiswa Mengetahui Sejarah Perkembangan IPS
4. Agar Mahasiswa Dapat Mengetahui IPS Sebagai Pewarisan Nilai
Kemasyarakatan

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian IPS


Menurut Somantri (2001:79) “ Pendidikan IPS dalam kepustakaan asing
disebut dengan berbagai istilah seperti sosial studies, sosial education, citizenship
education, dan science education”. Sementara Djahiri dan Ma’mun (1978:2)
berpendapat bahwa “IPS atau studi sosial konsep-konsep nya merupakan konsep
pilihan dari berbagai ilmu lalu dipadukan dan diolah secara didaktis-pedagogis
sesuai dengan tingkat perkembangan siswa“. Sedangkan mengenai IPS Somantri
(2001:101) berpendapat, bahwa :” istilah IPS merupakan sub program pada
tingkat pendidikan dasar dan menengah, maka lahirlah nama pendidikan IPS ( dan
pendidikan IPA).
Istilah ini adalah penegasan dan akibat dari istilah IPS-IPA saja agar bisa
dibedakan dengan pendidikan pada tingkat Universitas”. Lebih lanjut Somantri
(2001:103) mengemukanan, Bahwa :Untuk tingkat pendidikan dasar dan
menengah pendidikan IPS merupakan penyederhanaan, adaptasi, seleksi, dan
modivikasi dari disiplin akademis ilmu-ilmu sosial yang diorganisasikan dan
sajikan secara ilmiah dan pedagogis-psikologis untuk tujuan institusional
pendidikan dasar dan menengah dalam kerangka mewujudkan tujuan pendidikan
nasional berdasarkan pancasila. Sementara untuk perguruan tinggi pendidikan IPS
adalah seleksi dari struktur disiplin akademik ilmu-ilmu sosial yang di
organisasikan dan disajikan secara ilmiah (dan psikologi) untuk mewujudkan
tujuan pendidikan FPIPS dalam kerangka pencapaian tujuan pendidikan nasional
berdasarkan pancasila .
Dari pendapat diatas jelas, bahwa IPS dan pendidikan IPS atau studi sosial
tidak terdapat perbedaan yang prinsipil . Perbedaannya bukan pada objek kajian
tetapi pada kedalaman kajian . Dilihat dari bahan kajiannya menurun penjelasan
pasal 37 UU No.20 Tahun 2003 Tentang Sisdiknas (2003:86) , bahwa : “Bahan

2
kajian ilmu pengetahuan sosial, antara lain, ilmu bumi, sejarah, ekonomi,
kesehatan, dan sebagainya ...”.
Sedangkan menurut Somantri (2001:102), bahwa:” Sumber bahan
pelajaran ilmu-ilmu sosial untuk tingkat pendidikan dasar dan menengah adalah
disiplin ilmu-ilmu sosial yang disajikan di Universitas”. Di sinilah perlunya
penyederhanaan, seleksi, adaptasi, dan modivikasi materi pelajaran sesuai dengan
tingkat kecerdasan dan kematangan jiwa peserta didik. Sementara pendidikan IPS
pada tingkat perguruan tinggi mengkaji disiplin ilmu sosial dan ilmu pendidikan
untuk mempersiapkan lulusannya menjadi pendidik ditingkat pendidikan dasar
dan menengah.
Pendapat yang lebih tegas dikemukakan oleh Sumaatmadja (1980:10),
bahwa: “Pengertian studi sosial dengan IPS tidak ada bedanya”. Jika kita katakan
IPS merupakan mata pelajaran yang diajarkan dilingkungan pendidikan dasar dan
menengah, artinya sama dengan studi sosial yang dikaji mulai dari sekolah dasar
sampai dengan perguruan tinggi.
Secara mendasar pengajaran IPS berkenaan dengan kehidupan manusia
yang melibatkan segala tingkah laku dan kebutuhannya. IPS berkenaan dengan
cara manusia menggunakan usaha memenuhi kebutuhan materialnya, memenuhi
kebutuhan budayanya, kebutuhan kejiwaannya, pemanfaatan sumber daya yang
ada di permukaan bumi, mengatur kesejahteraan dan pemerintahaannya, dan lain
sebagainya. Berbeda dengan IPS, ilmu-ilmu sosial mempunyai pengertian yang
lebih mengacu pada bidang kajian sosial kemasyarakatan yang didasarkan pada
disiplin-disiplin ilmu yang terangkum dalam ilmu-ilmu sosial.
Berdasarkan pendapat tersebut jelas, bahwa antara bidang kajian studi
sosial dengan ilmu-ilmu sosial tidaklah berbeda, yaitu sebagai suatu studi yang
bidang kajiannya sama-sama mempelajari kehidupan individu dalam masyarakat
walaupun penekanannya berlainan. Dengan demikian, ruang lingkup IPS pada
dasarnya adalah mempelajari manusia pada konteks sosialnya atau manusia
sebagai anggota masyarakat. Dimana ilmu sosial lebih bersifat teoritis-akademis,
sedangkan studi sosial lebih bersifat praktis-pragmatis.

3
2.2 Konsep Pendidikan IPS
IPS merupakan suatu program pendidikan dan bukan sub-disiplin ilmu
tersendiri, sehingga tidak akan ditemukan baik dalam nomenklatur filsafat ilmu,
disiplin ilmu-ilmu sosial (Sosial Science) , maupun ilmu pendidikan (Sumantri,
2001:89). Sosial Science Education (SSEC) dan National Council for Social
Studies (NCSS), menyebut IPS sebagai “ Social Science Education” dan “Social
studies”. Dengan kata lain, IPS mengikuti cara pandang yang bersifat terpadu dari
jumlah mata pelajaran seperti geografi, ekonomi, ilmu politik, ilmu hukum,
sejarah, antropologi, psikologi, sosiologi, dan sebagainya.
a. Geografi
Geografi berkaitan dengan pengalaman nyata setiap orang dalam
kehidupan sehari-hari. Konsep geografi itu terungkap hubungan saling
mempengaruhi antara fenomena alam di tempat-tempat tertentu dengan
perilaku serta tindakan manusia.
b. Ekonomi
Ilmu ekonomi merupakan suatu studi ilmiah mengenai bagaimana cara
manusia untuk memenuhi kebutuhan materinya. Adapun konsep-konsep dasar
ekonomi diantaranya : kalangan sumber daya, keterbatasan sumber daya,
kebutuhan yang tidak terbatas, konsumsi-produksi-distribusi, penawaran-
permintaan, kekeluargaan, keuntungan ekonomi, keuntungan sosial, alternatif
pemanfaatan sumber daya, sumber daya alternatif, sumber daya yang akan
terbarukan (dapat diperbaharui), sumber daya yang tidak dapat diperbaharui,
modal, tenaga kerja, pemuasan kebutuhan, surplus-minus-keseimbangan,
efektif-efisien produktif, dan hal-hal lain yang dapat digali sendiri lebih jauh.
c. Ilmu Politik
Ilmu politik merupakan ilmu yang mempelajari kehidupan negara,
mempelajari negara melakukan tugasnya untuk mencapai tujuan tertentu
sesuai dengan tugas tersebut, mempelajari kekuasaan sebagai penyelenggara
negara, serta mempelajari kekuasaan memerintah negara. Adapun konsep
dasar dalam ilmu politik diantaranya: kekuasaan, negara, undang-undang,
kabinet, MPR, DPR, DPD, Mahkamah Agung, kepemimpinan, demokrasi,

4
wilayah, kedaulatan rakyat, otoriter, monarki, republik, serta hal-hal lain yang
dapat digali oleh diri sendiri berdasarkan pengamatan serta pengalaman.
d. Ilmu Hukum
Ilmu hukum adalah suatu pengetahuan yang objeknya adalah hukum dan
khususnya mengajarkan perihal hukum dalam segala bentuk dan
manifestasinya, ilmu hukum sebagai kaidah, ilmu hukum sebagai ilmu
pengertian dan ilmu hukum sabagai ilmu kenyataan.
e. Sejarah
Kunci dikatakan sejarah ialah disebutkan bahwa terletak pada masa
lampau, peristiwa maupun pengalaman kolektif maupun riwayat masa
lampau. Konsep sejarah diantaranya adalah Waktu, dokumen, alur peristiwa,
kronologi, peta, tahap-tahap peradaban, ruang, evolusi dan revolusi.
f. Antropologi
Antroplogi mempelajari tentang budaya manusia. Adapun konsep-konsep
dalam antropologi diantaranya: kebudayaan, tradisi, pengetahuan, ilmu,
teknologi, norma, lembaga, seni, bahasa, lambang, dan banyak hal serta
fenomena yang kita bisa menggalinya sendiri.
g. Psikologi
Psikologi sangat erat kaitannya karena interaksi sosial manusia di
masyarakat, baik antar individu, antara individu dengan kelompok atau antar
kelompok tidak dapat dilepaskan dan fenomena kejiwaan yang timbul dari
orang perorangan dan dalam kelompok. Adapun konsep dasar dalam
psikologi diantaranya: emosi terhadap objek sosial, perhatian, minat,
kemauan, motivasi, kecerdasan dalam menanggapi persoalan sosial,
penghayatan, kesadaran, harga diri, sikap mental, dan kepribadian.
h. Sosiologi
Sosiologi mempelajari manusia dalam konteks sosial yang melakukan
interaksi sesamanya. Konsep-konsep dasar sosiologi, diantaranya: interaksi
sosial, sosialisasi, kelompok sosial, perlapisan sosial, proses sosial, perubahan
sosial, mobilisasi sosial, modernisasi, patologi sosial dan konsep-konsep lain
yang dapat digali sendiri dari kenyataan dan proses kehidupan.

5
2.3 Sejarah Perkembangan IPS
IPS sebagai sebuah bidang keilmuan yang dinamis, karena mempelajari
tentang keadaan masyarakat yang cepat perkembangannya, tidak lepas dari
perkembangan. Pengembangan kurikulum IPS merupakan jawaban terhadap
tuntutan kebutuhan masyarakat yang akan mempelajarinya. Perkembangan IPS di
Indonesia di latar belakangi oleh beberapa hal berikut:
1. Pengalaman hidup masa lampau dengan situasi sosialnya yang labil
merupakan masa depan yang lebih mantap dan utuh sebagai suatu bangsa
yang bulat.
2. Laju perkembangan pendidikan, teknologi, dan budaya Indonesia merupakan
kebijakan pendidikan pengajaran yang seirama dengan laju perkembangan
tersebut.
3. Agar output pendidikan persekolahan benar-benar lebih relevan dengan
tuntutan masyarakat yang ia akan menjadi bagiannya dan materi yang di muat
dalam kurikulum atau di pelajari peserta didik dapat bermanfaat.

Segi lain yang menyebabkan dikembangkannya kurikulum IPS sebagai mata


pelajaran wajib bagi setiap anak didik adalah menyiapkan mereka kelak apabila
terjun ke dalam kehidupan masyarakat. Sejak di berlakukannya kurikulum 1964
sampai kurikulum 1968, program pengajaran ilmu-ilmu sosial masih
menggunakan cara-cara (pendekatan) tradisional. Ilmu sosial seperti sejarah,
geografi (ilmu bumi), dan ekonomi masih di sajikan secara terpisah. Sejumlah ahli
menyadari bahwa sebenarnya sistem tersebut telah using dan tidak relevan.
Terkait dengan perkembangan kurikulum IPS, seorang ahli pendidikan,
guru besar IKIP Malang, Prof. DR. Soepartinah Pakasi, dapat di anggap sebagai
penganut social studies yang pertama di Indonesia. Pada tahun 1968, beliau
menerapkan pola pengajaran social studies pada persekolahan percobaan IKIP
Malang yang di pimpinnya.
Dalam penerapannya, guru-guru social studies di sekolah-sekolah tersebut
disamping diberi pedoman pelatihan keterampilan secara khusus juga di damping
oleh sebuah regu dosen jurusan sejarah, geografi, dan ekonomi. Dalam lingkup

6
nasional ide-ide untuk menerapkan pengajaran social studies mulai ramai di
perbincangkan mulai tahun 1971-1972. Untuk menyongsong dilaksanakannya
pengajaran social studies, telah dilaksanakan seminar-seminar sosial seperti
“Seminar Sejarah” di Yogyakarta pada tahun 1971, “Seminar Geografi” di
Semarang pada tahun 1972, dan “Seminar Kependudukan” di Bandung pada
tahun 1973.
Pada tahun 1972 oleh Badan Penelitian Pendidikan (sekarang menjadi
Badan Penelitian Pengembangan Pendidikan dan kebudayaan = BP3K), di Jakarta
diselenggarakan pertemuan para ahli pendidikan berbagai disiplin ilmu dari IKIP
dan lembaga-lembaga lain untuk membahas masalah rencana pembaharuan
kurikulum sekolah di Indonesia. Pertemuan tersebut menyepakati penerapan
prinsip kerja kurikulum Broadfield untuk mata pelajaran ilmu-ilmu sosial, yaitu
sistem kurikulum yang mengelompokkan mata pelajaran sejenis yang menjadi
satu bidang studi. Disepakati pula untuk mata pelajaran kemasyarakatan (ilmu
sosial) seperti sejarah, geografi, ekonomi dan lain-lain di
kelompokkan(dipadukan) dalam satu bidang studi dengan nama Ilmu Pengetahuan
Sosial (IPS). Pemaduan ilmu-ilmu sosial menjadi bidang studi IPS di terapkan
pada kurikulum 1974 untuk 8 buah proyek perintis sekolah pembangunan (PPSP).
Setahun kemudian nama bidang studi IPS resmi memperoleh status formal
melalui pembakuan Kurikulum 1975 untuk jenjang pendidikan dasar dan
menengah.

2.4 IPS Sebagai Pewarisan Nilai Kemasyarakatan


IPS sebagai pewarisan nilai-nilai kemasyarakatan tujuan utamanya adalah
mempersiapkan anak didik menjadi warga negara yang baik. Nilai dan budaya
bangsa akan dijadikan landasan untuk pengembangan bangsanya. Setiap bangsa
atau negara mendidik warganya berdasarkan nilai dan budaya yang dimilikinya.
Menurut R.Barr dalam citizenship transmission tradition, nilai-nilai
tertentu yang dipandang sebagai nilai-nilai yang baik ditanamkan dalam upaya
untuk mengajari siswa menjadi warga negara yang baik. Komponen yang teramat
penting dari nilai tersebut ialah bagaimana supaya anak didik dapat menerapkan

7
nilai-nilai tersebut secara rasional dan kritis yang didukung pertimbangan
keimanan (beliefs), dan sikap (attitudes).
Jadi, Citizenship transmitter (transfer nilai kewarganegaraan) adalah
pendidikan IPS yang disajikan sebagai pengetahuan untuk membangun perilaku
siswa sebagai warga negara yang baik yang juga berhubungan dengan penanaman
tingkah laku, pengetahuan, pandangan, dan nilai yang harus dimiliki oleh peserta
didik.

8
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN
IPS sebagai Pendidikan Ilmu-ilmu Sosial yang dikembangkan dalam
bentuk kurikulum akademik atau kurikulum disiplin yang memakai nama disiplin
Ilmu, contohnya Geografi, Ekonomi, sejarah, sosiologi, dan antropologi secara
terpisah. Secara mendasar, pembelajaran IPS berkaitan dengan kehidupan
manusia yang melibatkan segala tingkah laku dan kebutuhannya Oleh karena itu
proses pembelajaran ilmu pengetahuan sosial pada tingkat pendidikan baik
Pendidikan Tinggi, juga pada tingkat persekolahan mulai dari tingkat sekolah
dasar dan lanjutan pertama maupun atas, tidak menekankan pada aspek teoritis,
keilmuannya, melainkan lebih menekankan pada segi praktis mempelajari,
menelaah, serta mengkaji gejala dan masalah sosial.
Pendidikan IPS penting diberikan kepada siswa pada jenjang pendidikan
dasar dan menengah, karena siswa sebagai anggota masyarakat perlu mengenal
masyarakat dan lingkungannya. Dengan pengajaran IPS, diharapkan siswa dapat
memiliki sikap peka dan tanggap untuk bertindak secara rasional dan
bertanggungjawab dalam memecahkan masalah-masalah sosial yang dihadapi
dalam kehidupannya.

B. SARAN
Sebagai calon guru khususnya yang akan berkecimpung dalam mendidik
pada jenjang pendidikan dasar, Seorang guru harus mampu mendorong anak didik
untuk aktif bertingkah laku sesuai dengan nilai-nilai yang berlaku. Guru perlu
memotivasi anak didik untuk memiliki sikap yang baik. Karena dengan
menciptakan pengalaman-pengalaman di dalam kelas anak didik diharapkan akan
melakukan perbuatan yang baik dalam kehidupan sehari-harinya sesuai dengan
pengajaran IPS yang didapatkanya di bangku persekolahan.

Anda mungkin juga menyukai