PENDAHULUAN
1
Plasenta previa adalah plasenta yang melekat pada bagian segmen
bawah rahim, sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh jalan lahir
yang ditandai dengan perdarahan diatas usia 28 minggu tanpa ada nyeri
(Chalik, 2008). Penyebab terjadinya plasenta previa secara pasti sulit
ditentukan namun ada beberapa faktor yang meningkatkan terjadinya
plasenta previa seperti jarak kehamilan, paritas tinggi dan usia diatas 35
tahun (Prawirohardjo, Sarwono. 2008). Menurut hasil penelitian wardana
(2007), plasenta terjadi 1,3 lebih sering pada ibu yang sudah beberapa kali
melahirkan (multipara) dari pada ibu yang baru pertama kali melahirkan
(primipara). Semakin tua umur ibu maka kemungkinan untuk
mendapatkan plasenta previa lebih besar. Pada ibu yang melahirkan dalam
usia >40 tahun berisiko 2,6 kali untuk terjadinya plasenta previa. (Santoso.
2006). Plasenta previa juga sering terjadi pada kehamilan ganda dari pada
kehamilan tunggal. Uterus yang cacat ikut mempertinggi angka
kejadiannya. Ibu yang mempunyai riwayat secsio sesaria minimal satu
kali mempunyai resiko 2,6 kali untuk menjadi plasenta previa pada
kehamilan selanjutnya. (Santoso, 2008)
2
3. Apa faktor resiko dan etiologi Plasenta Previa?
4. Bagaimana patofisiologi Plasenta Previa?
5. Bagaimana WOC Plasenta Previa?
6. Bagaimana manifestasi klinis Plasenta Previa?
7. Bagaimana Komplikasi Plasenta Previa?
8. Bagaimana Prognosis Plasenta Previa?
9. Bagaimana pemeriksaan diagnostik Plasenta Previa?
10. Bagaimana penatalaksanaan Plasenta Previa?
11. Bagaimana Asuhan keperawatan pada pasien dengan Plasenta Previa?
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat
3
Makalah ini diharapkan dapat menambah wawasan dan ilmu penetahuan
kita tentang placenta pervia.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Plasenta previa yaitu Plasenta yang letaknya abnormal, yaitu pada segmen
bawah Rahim (SBR) sehingga menutup sebagian atau seluruh OUI
(Orifisium Uterlintermum).
5
2. Plasenta previa parsialis, adalah plasenta yang menutupi sebagian
ostium uteri internum (20,6-33%)
6
Menurut Perisaei, Sheilendra, Pahay, Rian (2008) plasenta previa dapat
dibagi menjadi empat derajat berdasarkan scan pada ultrasound yaitu:
Menurut Faiz & Ananth (2003) faktor risiko timbulnya plasenta previa
belum diketahui secara pasti namun dari beberapa penelitian dilaporkan
bahwa frekuensi plasenta previa tertinggi terjadi pada ibu yang berusia
lanjut, multipara, riwayat seksio sesarea dan aborsi sebelumnya serta gaya
hidup yang juga dapat mempengaruhi peningkatan resiko timbulnya
plasenta previa.
Menurut penelitian Wardana (2007) yang menjadi faktor risiko plasenta
previa yaitu:
7
1. Risiko plasenta previa pada wanita dengan umur 35 tahun 2 kali lebih
besar dibandingkan dengan umur < 35.
2. Risiko plasenta previa pada multigravida 1,3 kali lebih besar
dibandingkan primigravida.
3. Risiko plasenta previa pada wanita dengan riwayat abortus 4 kali lebih
besar dibandingkan dengan tanpa riwayat abortus.
4. Riwayat seksio sesaria tidak ditemukan sebagai faktor risiko terjadinya
plasenta previa.
2.4 Patofisiologi
8
2.5 WOC
1. Grande multipara, primi gravida tua, bekas sc, bekas aborsi, kelainan
janin, Leiomyoma uteri, ovulasi terlambat, kehamilan ganda
2. Placenta previa
3. Nifas
4. Ansietas
5. Psikologis
6. Ancaman kematian diri sendiri dan janin
7. Kurang informasi tentang penyakit
8. Kurang Pengetahuan
9. Segmen bahwa melebar dan menipis
10. Uterus
11. Sinus uterus robek
12. Perdarahan
13. Gangguan Perfusi Jaringan
14. Anemia
15. Suplai O2 menurun
16. Hb O2 menurun
17. Hipovolemik
18. Intoleransi Aktifitas
19. Keletihan
20. Asam laktak meningkat
21. Metabolisme anaerob
Ciri yang menonjol dari plasenta previa adalah perdarahan uterus yang
keluar melalui vagina tanpa disertai dengan adanya nyeri. Perdarahan
9
biasanya terjadi diatas akhir trimester kedua. Perdarahan pertama
berlangsung tidak banyak dan dapat berhenti sendiri. Namun perdarahan
dapat kembali terjadi tanpa sebab yang jelas setelah beberapa waktu
kemudian. Dan saat perdarahan berulang biasanya perdarahan yang terjadi
lebih banyak dan bahkan sampai mengalir. Karena letak plasenta pada
plasenta previa berada pada bagian bawah, maka pada palpasi abdomen
sering teraba bagian terbawah janin masih tinggi diatas simfisis dengan
letak janin tidak dalam letak memanjang. Pada plasenta previa ini tidak
ditemui nyeri maupun tegang pada perut ibu saat dilakukan palpasi
(Chalik, 2008).
2.7 Komplikasi
Menurut Dutta (2004) komplikasi dapat terjadi pada ibu dan bayi
yaitu: Selama kehamilan pada ibu dapat menimbulkan perdarahan
antepartum yang dapat menimbulkan syok, kelainan letak pada janin
sehingga meningkatnya letak bokong dan letak lintang. Selain itu juga
dapat mengakibatkan kelahiran prematur. Selama persalinan plasenta
previa dapat menyebabkan ruptur atau robekan jalan lahir, prolaps tali
pusat, perdarahan postpartum, perdarahan intrapartum, serta dapat
menyebakan melekatnya plasenta sehingga harus dikeluarkan secara
manual atau bahkan dilakukan kuretase.
2.8 Prognosis
10
tindakan penyelesaian persalinan. Namun perawatan yang intensif pada
neonatus sangat membantu mengurangi kematian perinatal (Cunningham,
2005).
11
a. Plasentografi jaringan lunak
b. Sitografi
c. Plasentografi indirek
d. Arteriografi
e. Amniografi
f. Radio isotop plasentografi
6. Ultrasonografi, transabdominal ultrasonografi dalam keadaan kandung
kemih yang dikosongkan akan memberikan kepastian diagnosa
plasenta previa. Walaupun transvaginal ultrasonografi lebih superior
untuk mendeteksi keadaan ostium uteri internum namun sangat jarang
diperlukan, karena di tangan yang tidak ahli cara ini dapat
menimbulkan perdarahan yang lebih banyak (Chalik, 2008).
Penentuan lokasi plasenta secara ultrasonografis sangat tepat dan tidak
menimbulkan bahaya radiasi terhadap janin (Mochtar, 1998)
7. Pemeriksaan dalam, pemeriksaan ini merupakan senjata dan cara
paling akhir yang paling ampuh dalam bidang obstetrik untuk diagnosa
plasenta previa. Walaupun ampuh namun harus berhati-hati karena
dapat menimbulkan perdarahan yang lebih hebat, infeksi, juga
menimbulkan his yang kemudian akan mengakibatkan partus yang
prematur. Indikasi pemeriksaan dalam pada perdarahan antepartum
yaitu jika terdapat perdarahan yang lebih dari 500 cc, perdarahan yang
telah berulang, his telah mulai dan janin sudah dapat hidup diluar janin
(Mochtar, 1998). Dan pemeriksaan dalam pada plasenta previa hanya
dibenarkan jika dilakukan dikamar operasi yang telah siap untuk
melakukan operasi dengan segera (Mose, 2004).
8. Selain itu juga dapat dilakukan pemeriksaan fornises dengan hati-hati.
Jika tulang kepala teraba, maka kemungkinan plasenta previa kecil.
Namun jika teraba bantalan lunak maka, kemungkinan besar plasenta
previa.
12
2.10 Penatalaksanaan
13
plasenta previa lateralis/ marginalis dengan janin yang sudah
meninggal (Mochtar, 1998).
3) Metreurynter
4) Versi Braxton-Hicks
Cara ini dapat dilakukan pada janin letak kepala, untuk mencari
kakinya sehingga dapat ditarik keluar. Cara ini dilakukan
dengan mengikatkan kaki dengan kain kasa, dikatrol, dan juga
diberikan beban seberat 50-100 gr (Mochtar, 1998).
14
Menurut Mochtar (1998) Indikasi dilakukannya persalinan seksio
sesarea pada plasenta previa adalah:
15
BAB III
3.1 Pengkajian
3.1.1 Biodata
Identitas Pasien
Nama : Ny. A
Umur : 37 th
Jenis kelamin : perempuan
Agama : Islam
Suku bangsa : Jawa Indonesia
Alamat : Jl. Mawar Nusa
Pekerjaan : IRT
Nomor Register : 2019
Tanggal MRS : 24-09-2015
Pukul : 09.00 wib
Tanggal pengkajian : 24-09-2015
Diagnosa medis : Kehamilan plasenta previa
16
3.1.2 Keluhan Utama
1) Keluhan saat masuk rumah sakit
Pasien mengatakan mengalami perdarahan banyak dan tetapi tidak
mengalami nyeri.
2) Keluhan saat pengkajian
Pasien mengatakan mengalami perdarahan banyak.
2) Status perkawinan
Kawin ke :1
Lamanya kawin : 12 tahun
Umur kawin : 25 tahun
17
sedikit.
Obat-obatan yang pernah didapat : Fe dan Suplemen.
Gerakan pertama kali dirasakan : bayi terasa menendang – nendang.
Imunis`si TT : 2x sebelum menikah dan saat hamil
Penyuluhan yang pernah didapat : perawatan / cara menjaga
kehamilan serta gizi pada bayi dan
ibu hamil.
4) Riwayat kehamilan persalinan dan nifas BBl
Riwayat Komplikasi
Tahun Kehamilan Persalinan Jenis BBL Pj
anak ke nifas
3800 59
2000 1 36 minggu Normal - Laki
gr cm
2300 45
2007 2 30 minggu SC - perempuan
gr cm
2015 3 20 minggu - - - - -
18
berulang-ulang dan tidak mengalami nyeri sama sekali. Perdarahan
semakin banyak apabila dibuat beraktifitas atau berjalan, perdarahan
akan berkurang apabila dibuat istirahat atau bedtres total nyeri akan
terasa lenih sakit saat dibuat berjalan dan beraktifitas lainnya. Saat
mengalami perdarahan, pasien mengganti pembalut 3-5 dalam sehari
dan pembalutnya penuh dengan darah, kemudian pasien diantar
suaminya untuk memeriksakan kondisinya ke rumah sakit umum
blambangan pada tanggal 24 september 2015 pukul 09.00. sampai di
UGD pasien mengalami perdarahan, kemudian ibu diberi terapi infuse
RL 12 tpm, MgSO4 4 gr IV dosis awal.
2) Riwayat kesehatan yang lalu
Pasien mengatakan tidak pernah menderita penyakit menahun
seperti jantung, asma, penyakit menurun seperti DM, hipertensi, dan
penyakit menular seperti TBC, HIV, pasien hanya mengalami sakit
batuk, pilek, tetapi pasien pernah mengalami operasi kuretage.
3) Riwayat kesehatan keluarga
Pasien mengatakan tidak pernah menderita penyakit menahun
seperti jantung, asma, penyakit menurun seperti DM, hipertensi, dan
penyakit menular seperti TBC, HIV, tetapi pasien pernah mengalami
operasi kuretage.
3) Keadaan spiritual
19
Pasien selalu berdoa dan sholat mengharapkan kehamilan dan
persalinannya nanti diberi kelancaran.
2) Pola Eliminasi
Sebelum sakit
BAB : 2x sehari, konsistensi lunak, warna kuning, bau
khas feses, tidak ada keluhan
BAK : 6-7 sehari warna kuning jernih, bau khas urin,
tidak ada keluhan
Saat sakit
BAB : 0-1x sehari, mengalami konstipasi karena
penurunan peristaltic usus, warna kuning, bau khas
feses, ada keluhan.
BAK : 4-5 sehari, warna kuning jernih, bau khas urin,
tidak ada keluhan.
20
3) Pola Kebersihan Diri
Sebelum sakit : pasien mandi 2x sehari, 2x gosok gigi, keramas 2x
dalam seminggu, ganti baju 2x sehari, dang anti
pakaian dalam 2x sehari.
Saat sakit : pasien hanya diseka 2x sehari, 2x gosok gigi,
keramas 2x dalam seminggu, ganti baju 2x sehari,
dan ganti pakaian dalam 2x sehari tetapi pasien
tidak dapat melakukan secara mandiri dan
tergantung pada orang lain.
4) Pola Aktivitas
Sebelum sakit : pasien mengerjakan pekerjaan rumahnya sendiri
seperti memasak, mencuci, menyapu, mengepel,
dll
Saat sakit : semua pekerjaan rumahnya, pasien dibantu oleh
keluargannya yang lain dan susah beraktivitas.
21
3.2 Data Objektif
3.2.1 Pemeriksaan umum
Keadaan umum : lemah dan terjadi syok hipovolemik, turgor kulit
menurun, mata cowong, konjungtiva anemis/ tampak pucat, adanya
perdarahan pervaginam, dan mukosa bibir kering.
Kesadaran : somnolen
TTV
TD : 90/70
N : 120x/ menit
S : 36º C, akral dingin
RR : 24x/ me’nit
22
b). Setelah dilakukan operasi : ditemukan adanya darah yang keluar
sedikit, genetalia berwarna kemerahan dan adanya nyeri pada
genetalia.
Anus : bersih dan tidak hemoroid
Ekstrimitas, integument, kuku : pada ekstrimitas atas dan bawah
ditemukan adanya akral dingin,
terdapat sianosis, turgor kulit
menurun, berkeringat, kulit dingin
dan lembaba.
2) Palpasi
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan
tidak ada pembendungan vena jugularis.
Ketiak : tidak ada pembesaran kelenjar limfe.
Payudara/ dada : adanya nyeri tekan
Perut/ abdomen :
a). Leopold I : TFU 35 cm, teraba lunak, kurang bundar dan
kurang melenting (letak bokong)
b). Leopold II : terdapat letak punggug janin
c). Leopold III : terdapat letak kepala janin.
d). Leopold IV :-
3) Auskultasi
Dada : tidak ada bunyi wezhing dan ronchi.
Jantung : jantuk berdetak dengan cepat.
Perut / abdomen : terdengar bising usus 8x/ menit
4) Perkusi
Reflek patella : +/+
23
3.2.3 Pemeriksaan Panggul
Distesnsia spinarum : 27 cm
Distesnsia eristarum : 30 cm
Konjungtiva eksterna : 21 cm
Lingkar panggul : 92 cm
24
3.3 Analisa Data
Nama : Ny. A
No. reg : 2019
NO Kelompok Data Etiologi Masalah
1 Ds: Segmen bawah uterus Kurangnya
Pasien mengatakan mengalami melebar dan menipis volume cairan
perdarahan pervaginam berwarna
merah segar, ganti pembalut 3-5x Servik membuka
dalam sehari dan pembalut terisi
penuh. Terlepasnya plasenta dari
dinding uterus
Do:
Ø KU : lemah Sinus uterus terobek
Ø Kesadaran : somnolen
Ø Turgor kulit menurun, mata Ketidakmampuan serabut
cowong, konjungtiva dan sclera otot segmen bawah uterus
anemis.
Ø Adanya perdarahan merah segar. Perdarahan hebat
Ø Mukosa bibir kering
Ø TTV Kurangnya volume cairan
TD: 90/70 mmHg
N : 120x/ menit
S : 36º C
RR : 24x/ menit
2 Ds: Segmen bawah uterus Gangguan
Pasien mengatakan mengalami melebar dan menipis perfusi jaringan
perdarahan pervaginam berwarna Servik membuka pada janin
merah segar, ganti pembalut 3-5x
dalam sehari dan pembalut terisi Terlepasnya plasenta dari
penuh. dinding uterus
25
Ø KU : lemah dan adanya syok
hipovolemik Ketidakmampuan serabut
Ø Kesadaran : somnolen otot segmen bawah uterus
Ø DJJ janin tidak normal 160/
menit Gangguan perfusi jaringan
Ø Adanya kontraksi uterus
Ø Adanya efek hipoksia pada janin
Ø TTV
TD : 90/70 mmHg
N : 120x/ menit
S : 36º C
RR : 24x/ menit
Ø Px USG : plasenta insersi di SBR
menutup sebagian atau seluruh
OUI.
3.5 Intervensi
26
Ø Tanda vital normal 4. Kaji dan catat nadi meningkat perkiraan
Ø Membran mukosa jumlah dan bentuk kehilangan darah.
lembab pendarahan yang 3. Dengan mengetahui intek dan
Ø Tidak ada tanda-tanda hilang. out put cairan diketahui
anemia : pucat, lemah, 5. Anjurkan pasien keseimbangan cairan dalam
hipotensi, takikaradi bedtres total/ tidak tubuh.
beraktivitas 4. Mengetahui jumlah darah dan
6. Anjurkan banyak bentuk pendarahan yang hilang.
minum
7. Kaji adanya syok, 5. Perdarahan dapat berhenti
warna membrane dengan reduksi aktivitas.
mukosa dan kulit. Peningkatan tekanan abdomen
8. Monitor atau orgasme ( yang
pergerakan uterus, meningkatkan aktivitas uterus)
janin dan kelembutan dapat meransang perdarahan.
abdomen dengan 6. Minum yang sering dapat
menggunakan USG menambah pemasukan cairan
maupun manual/ melalui oral.
dengan menggunakan 7. Mengetahui ada atau tidaknya
tangan. anemia.
9. Hindari 8. Untuk menmgetahui keadaan
pemeriksaan rectal/ atau kesejahteraan janin.
vagina (menggunakan 9. Dapat meningkatkan
speculum yang terlalu hemoragi, khususnya bila plasenta
dalam serta previa marginal/ total terjadi.
pemeriksaan VT). 10. Dengan mengetahui
10. Monitor intek dan out put cairan diketahui
intake/output, kaji keseimbangan cairan dalam
berat jenis urin tiap tubuh.
jam. 11. Untuk mencari
11. Kolaborasi kelainan pada darah.
dengan tim lab untuk 12. Membantu kebutuhan
27
pemeriksaan darah cairan dalam tubuh.
lengkap.
12. Kolaborasi
dengan tim medis
dalam pemberian
cairan intra vena,
plasma, darah utuh
(transfuse darah)
28
dengan tim medis atau kesejahteraan janin.
dalam pemberian
pergantian cairan
yang hilang.
8. Kolaborasi dalam
pemeriksaan USG
3.6 Implementasi
Nama : Ny. A
No. Reg : 2019
No.
TGL Jam Tindakan Keperawatan TTD
Dx
24-09- 10.00 1 1. BHSP
2015 10.00 2. Mengobservasi TTV
10.30 3. Mencatat intek dan out put
10.45 4. Mengkaji dan catat jumlah dan bentuk
pendarahan yang hilang.
11.00 5. Menganjurkan pasien bedtres total/ tidak
beraktivitas
11.00 6. Menganjurkan banyak minum
11.10 7. Mengkaji adanya syok, warna membrane
mukosa dan kulit.
11.30 8. Memonitor pergerakan uterus, janin dan
kelembutan abdomen dengan menggunakan USG
maupun manual/ dengan menggunakan tangan.
11.45 9. Menghindari pemeriksaan rectal/ vagina
(menggunakan speculum yang terlalu dalam serta
pemeriksaan VT).
12.15 10. Memonitor intake/output, kaji berat jenis
urin tiap jam.
12.30 11. Berkolaborasi dengan tim lab untuk pemeriksaan
29
darah lengkap
13.00 12. Berkolaborasi dengan tim medis dalam
pemberian cairan intra vena, plasma, darah utuh
13.30 (transfuse darah)
30
10.45 pemberian cairan intra vena, plasma, darah utuh
(transfuse darah)
25-09- 08.00 2 1. BHSP
2015 08.00 2. Mengobservasi TTV
08.50 3. Berkolaborasi pemberian suplemenoksigen
pada ibu.
09.45 4. Berkolaborasi dengan tim medis dalam
pemberian pergantian yang hilang.
3.7 Evaluasi
Nama : Ny. A
No. reg : 2019
NO Tanggal 24-09-2015 Tanggal 25-09-2015 Tanggal 26-09-2015
1 S : Pasien mengatakan S : Pasien mengatakan S : Pasien mengatakan
mengalami perdarahan mengalami perdarahan tidak mengalami
pervaginam berwarna pervagina sedikit. perdarahan pervagina
merah segar sejak 17-09-
2015 O:
O: O: Ø KU : baik
Ø KU : lemah Ø KU : agak baik Ø Kesadaran : kompos
Ø Kesadaran : somnolen Ø Kesadaran : kompos metis
Ø Turgor kulit menurun, metis Ø Turgor kulit normal,
mata cowong. Konjungtiva Ø Turgor kulit sedikit mata tidak cowong,
dan sclera anemis menurun, mata sedikit konjungtiva dan sclera
Ø Adanya perdarahan cowong, konjungtiva dan tidak anemis
merah segar sclera tidak terlalu anemis. Ø Tidak adanya
Ø Mukosa bibir kering Ø Sedikit perdarahan perdarahan
Ø TTV Ø Mukosa agak lembab Ø Mukosa bibir lembab
TD : 90/70 mmHg Ø TTV Ø TTV
N : 120x/ menit TD : 100/70 mmHg TD : 120/70 mmHg
S : 36º C S : 36,5º C S : 37,5º C
RR : 24x/ menit N : 100x/menit N : 84x/ menit
31
A : masalah belum teratasi RR : 23x/ Menit RR : 22x/ menit
P : lanjutkan intervensi A : masalah teratasi A : masalah teratasi
(1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,12, sebagian P : hentikan intervensi
13,14) P : lanjutkan intervensi
(1,2,3,4,6,10,11,12)
2 S : Pasien mengatakan S : Pasien mengatakan S : Pasien mengatakan
mengalami perdarahan perdarahan vagina sedikit sudah tidak terjadi
pervaginam berwarna O : perdarahan.
merah segar, ganti Ø KU : lebih baik O:
pembalut 3-5x dalam Ø Kesadaran : kompos Ø KU : baik
sehari dan pembalut terisi mentis Ø Kesadaran : kompos
penuh. Ø Sudah tidak ada DJJ mentis
O: (karena bayi sudah lahir), Ø TTV:
Ø KU : lemah dan adanya oleh karena itu langsung TD : 120/70 mmHg
syok hipovolemik dengan pemeriksaan nadi S : 37,5º C
Ø Kesadaran : somnolen 120/menit. N : 84x/menit
Ø DJJ janin tidak normal Ø Tidak terdapat RR : 22x/menit
160/menit kontraksi uterus A : masalah teratasi
Ø Adanya kontraksi Ø Janin sudah tidak P : hentikan intervensi
uterus hipoksia
Ø Adanya efek hipoksia Ø TTV:
pada janin TD : 100/70 mmHg
Ø TTV S : 36,5º C
TD : 90/70 mmHg N : 100x/menit
N : 120x/menit RR : 23x/menit
S : 36º C A : masalah teratasi
RR : 24x/menit sebagian
A : masalah belum teratasi P: lanjutkan intervensi
P : lanjutkan intervensi ( 1,2,6,7 )
(1,2,3,4,5,6,7,8,9)
32
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari makalah ini adalah :
a. Plasenta previa adalah plasenta yang letaknya abnormal, yaitu pada
segmen bahwa uterus sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh
pembukaan jalan lahir. Pada keadaan normal plasenta terletak dibagian
atas uterus.
b. Etiologi belum diketahui pasti. Frekuensi plasenta previa meningkat
pada grande multipara, pramigravida tua, bekas seksio sesarea, bekas
aborsi, kelainan janin, dan leiomioma uteri.
4.2 Saran
a. Bagi Mahasiswa
Diharapkan makalah ini dapat menambah pengetahuan mahasiswa
dalam mengenali placenta previa.
b. Bagi Petugas Kesehatan
Diharapkan dengan makalah placenta previani dapat meningkatkan
pelayanan kesehatan dan mampu memberikan frekuensi yang berguna
untuk meningkatkan penanganan dan pengetahuan bagi petugas medis
untuk merawat ibu hamil.
33
DAFTAR PUSTAKA
Chalik TMA (2008). Perdarahan pada kehamilan lanjut dan persalinan. Dalam:
Prawirohardjo S. Ilmu kebidanan. Edisi keempat. Cetakan ketiga. Jakarta: Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo, pp: 492-503
Santoso, B., 2008. Hubungan Antara Umur Ibu, Paritas, Jarak Kehamilan dan
Riwayat Obstetri, dengan Terjadinya Plasenta Previa.
Essentia Medica
Faiz AS and Ananth CV (2003). Etiology and risk factors for placenta previa: An
overview and meta-analysis of observational studies. Journal of Maternal- Fetal
and Neonatal Medicine, 13: 175-190.
34
35