Eko Uas
Eko Uas
OLEH :
2019
BAB 1
PENDAHULUAN
Lingkungan, yang merupakan kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan,
dan makhluk hidup, termasuk di dalamnya manusia dan perilakunya, yang
mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk
hidup lainnya, bagaimanapun juga akan tercemar, dengan masuknya atau
dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan atau komponen lain kedalam
lingkungan dan atau berubahnya tatanan lingkungan oleh kegiatan manusia atau oleh
proses alam sehingga kualitas lingkungan turun sampai ke tingkat tertentu yang
menyebabkan lingkungan menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai
dengan peruntukannya. Sebuah data yang menarik muncul dari paper yang
disampaikan oleh Rosemary A. Colliver, bahwa dunia konstruksi pada negara maju
seperti Amerika Serikat menghasilkan limbah konstruksi sebesar 31.5 juta ton setiap
tahunnya, sedangkan operasional bangunan menyerap 40-45% tenaga listrik dunia,
sungguh persentase yang cukup besar bukan? Selain itu fakta yang lain menunjukkan
konstruksi menggunakan dalam jumlah besar kayu, asphalt, beton, baja, kaca, berbagai
jenis metal dan banyak material lain yang diambil dari alam yang limbahnya
memberikan sumbangan yang tidak sedikit pada pemanasan global dan perubahan
iklim dunia dalam bentuk emisi gas kaca.
Operasional produk konstruksi ternyata juga memberikan pengaruh besar pada
perubahan keseimbangan ekosistem lingkungan yang ditandai dengan berkurangnya
area hijau, hilangnya daerah rambah satwa liar dan tergerusnya populasi berbagai jenis
tanaman. Perubahan-perubahan merugikan tersebut masih ditambah dengan
berubahnya siklus udara dan hidrologi yang dipengaruhi oleh hilangnya area resapan
air, dan area hijau [1]. Mengingat bahwa pembangunan merupakan aktifitas utama dari
setiap Negara dalam rangka meningkatkan kesejahteraan warganya, dapat dikatakan
bahwa kerusakan lingkungan sudah merupakan bagian yang tidak dapat dihindarkan
dari kegiatan pembangunan. 1 Pengaruh penerapan..., Furqan Usman, FT UI, 2010. 2
Universitas Indonesia Salah satunya dapat ditinjau dari penggunaan material bahan
bangunan yang tepat berperan besar dalam menghasilkan bangunan berkualitas yang
ramah lingkungan. Beberapa jenis bahan bangunan ada yang memiliki tingkat kualitas
yang memengaruhi harga. Penetapan anggaran biaya sebaiknya sesuai dengan
anggaran biaya yang tersedia dan dilakukan sejak awal perencanaan sebelum
konstruksi untuk mengatur pengeluaran sehingga bangunan tetap berkualitas.
Pada salah satu pemerintah propinsi di Indonesia yaitu DKI Jakarta telah
mengisyaratkan bahwa Pada tahun 2010 bangunan pemerintahan akan menerapkan
konsep Green Bulding demi menyelamatkan bumi dari pemanasan global dan
kerusakan sumber daya alam lainya yang terjadi pada saat. Kebijakan pemerintah
daerah ini berguna untuk mengundang para pengusaha-pengusaha property Indonesia
khususnya DKI Jakarta agar dapat menerapkan konsep green building. Green Building
dikenal sebagai ketentuan-ketentuan yang harus diterapkan dalam proses
pembangunan yang berlandaskan kaedah ramah lingkungan (ramah lingkungan, hemat
energi, hemat sumber daya alam dan berpihak pada factor kesehatan seluruh
stakeholder proyek. Konsep Green Building atau bangunan ramah lingkungan
didorong menjadi kecendrungan dunia bagi pengembangan properti saat ini.
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memberikan ide pembangunan
rumah yang ramah lingkungan dan hemat energi yang sesuai dengan kondisi geografis
Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN
Tata letak dan desain bangunan hijau memiliki dampak pada konsumsi energi dan
air. Sebuah situs yang terencana akan melestarikan banyak vegetasi alami,
meningkatkan efisiensi energi bangunan, dan mengurangi jumlah air hujan
meninggalkan situs. Selain jumlah penggalian yang dibutuhkan dapat dikurangi,
sehingga mengurangi biaya konstruksi dan dampak lingkungan dari proses konstruksi.
Sebuah desain situs yang komprehensif dapat menghemat uang dan meningkatkan daya
tarik dari properti (National Association of Home Builders 2002).
Meningkatnya minat dalam konsep green building dan praktek telah mendorong
sejumlah organisasi untuk mengembangkan standar bangunan hijau, kode dan sistem
rating. Contoh sistem rating meliputi::
Penilaian siklus hidup ini ditujukan untuk material bahan bangunan yang
digunakan pada bangunan tersebut terkait potensinya apakah akan
menimbulkan pencemaran lingkungan seperti polusi udara, polusi air, atau
potensi untuk meningkatkan global warming.
Maksud dari poin kedua adalah penilaian terhadap peletakan pondasi desain
bangunan pada lahan yang ada apakah sudah benar-benar efisien.
3. Water Efficiency
Salah satu tujuan dari penerapan konsep bangunan hijau adalah dapat
mengurangi konsumsi air serta menjaga kualitas air agar tetap baik. Pada poin
ketiga, penilaian dilakukan untuk memastikan apakah bangunan mempunyai sistem
penggunaan air yang efisien. Contoh sederhananya apakah ada tempat untuk
penampungan air hujan yang kemudian bisa digunakan sebagai air flushing di
toilet, ataukah ada pengolahan air sehingga air kotor (limbah) bisa dimanfaatkan
kembali untuk kebutuhan penyiraman tanaman.
4. Material Efficiency
Prinsip penilaian pada poin keempat ini adalah apakah material bangunan
yang digunakan bisa digunakan kembali (re-use), bisa diolah kembali (re-cycle),
atau dapat diperbaharui kembali (renewable).
Pada poin ke-5 ditekankan tentang prinsip sirkulasi atau pertukaran udara
di dalam ruangan apakah berjalan dengan baik tidak, lalu penerangan di dalam
ruangan apakah sudah sesuai dengan standart luminitas, yang terakhir suhu di
dalam ruangan apakah sesuai dengan standart atau tidak (terutaman yang
menggunakan AC). Jika berlebihan, maka hal ini akan mengurangi penilaian,
karena yang dinilai adalah efisiensi dan tepat pada penggunaan. Tidak berlebihan,
tetapi juga tidak kekurangan.
6. Energy Efficiency
7. Waste Reduction
Proses sertifikasi bangunan hijau ini akan berdampak sangat baik bagi
lingkungan, terutama bagi konsumsi energi. Jika konsumsi energi bisa ditekan
melalui proses sertifikasi bangunan yang melibatkan jutaan bangunan di seluruh
Indonesia, maka efisiensi energi secara nasional pun akan ikut berdampak baik
bagi pasokan energi kita.Tidak hanya energi, tetapi juga akan berdampak secara
ekonomi. Selain itu pencapaian sertifikasi bangunan juga akan mempengaruhi
salah satu tujuan Sustainable Development Goals PBB dalam menciptakan kota dan
masyarakat yang berkelanjutan dan ramah lingkungan
2.2.2 CASBEE
CASBEE dikembangkan pertama kali tahun 2001 oleh Japan Green
Building Council (JaGBC). CASBEE dapat digunakan untuk semua jenis
bangunan kecuali rumah yang terpisah. Penilaian CASBEE sedikit berbeda dengan
penilaian green building dari standar penilaian negara lain. Hal ini dikarenakan
penilaian evaluasi sustainable building pada CASBEE menggunakan Building
Environmental Efficiency (BEE). Penilaian CASBEE terdiri dari
environmental quality of building (Q) dan environmental load reduction of
building (LR).
Penilaian dengan nilai yang semakin tinggi akan menghasilkan
perbaikan reduksi beban yang semakin tinggi dan kualitas performa bangunan
yang tinggi.
Konfigurasi standar penilaian CASBEE dapat dilihat pada Gambar bawah ini.
Sistem rating GREENSHIP adalah suatu alat berisi butir-butir dari aspek penilaian
yang disebut rating dan setiap butir rating mempunyai nilai (credit point/poin
nilai). Apabila suatu bangunan berhasil melaksanakan butir rating, maka bangunan itu
akan mendapatkan poin nilai dari butir tersebut. Bila jumlah semua poin nilai yang
berhasil dikumpulkan mencapai suatu jumlah yang ditentukan, maka bangunan tersebut
dapat disertifikasi untuk tingkat sertifikasi tententu. Namun sebelum mencapai tahap
penilaian rating terlebih dahulu dilakukan pengkajian bangunan untuk pemenuhan
persyaratan awal penilaian (eligibilitas).
Saat ini GREENSHIP berada dalam tahap penyusunan GREENSHIP untuk
Bangunan Baru (New Building), Bangunan Terbangun (Eksisting Building), Ruang
Interior (Interior Space), dan sistem rating GREENSHIP akan terus berkembang untuk
kategori-kategori bangunan lainnya.
Sasaran yang dituju oleh GREENSHIP Ruang Interior adalah pihak pengguna
yang pada umumnya merupakan suatu badan usaha berbentuk manajemen
perusahaan penyewa dan menggunakan sebagian atau keseluruhan ruangan didalam
gedung dengan diikuti oleh proses kegiatan fit out yang berfungsi untuk
mengakomodasi aktivitas perusahaannya. Lingkup penilaian dari GREENSHIP
Ruang Interior ini juga tidak hanya sebatas aktivitas fit out semata, tetapi juga
meliputi kebijakan pihak manajemen dalam melakukan pemilihan lokasi atau
pemilihan gedung serta pengelolaan yang dilakukan oleh pihak manajemen setelah
aktivitas di dalamnya mulai beroperasi.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Green building (juga dikenal sebagai konstruksi hijau atau bangunan yang
berkelanjutan) mengacu pada struktur dan menggunakan proses yang bertanggung
jawab terhadap lingkungan dan sumber daya yang efisien di seluruh siklus hidup-
bangunan: mulai dari penentuan tapak untuk desain, konstruksi, operasi, pemeliharaan,
renovasi pembongkaran, dan. Hal ini membutuhkan kerjasama yang erat dari tim
desain, arsitek, insinyur, dan klien di semua tahapan proyek.
Energi matahari sebagai alternatif energi selain BBM & MIGAS dapat
diterapkan dalam membangun rumah yang hemat energi dalam bentul panel surya
untuk atap maupun dalam bentuk sel gratzel yang bisa digunakan sebagai jendela.
Tingginya biaya instalasi panel surya dapat diatasi jika ada kemauan dari pihak
pemerintah misalnya dengan memberikan subsidi, sosialisasi besar-besaran mengenai
keuntungan penggunaan sel surya, serta kemauan dari pihak industri bersama teknokrat
untuk menciptakan sel surya yang murah dan efisien.
Pada skala lingkungan mikro, fenomena radiasi matahari ini mempengaruhi laju
peningkatan suhu lingkungan. Kondisi demikian mempengaruhi aktivitas manusia di
luar ruangan, untuk mengatasi fenomena ini ada tiga hal yang bisa dikendalikan yaitu
durasi penyinaran matahari, intensitas matahari, dan sudut jatuh matahari
B. Saran
Beberapa saran yang dapat diberikan untuk dapat dilakukan selanjutnya sebagai berikut: