Sejarah artikel : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian buah pisang lampung
Diterima 15 Agustus terhadap bone mineral density pada lansia di wilayah Panti Sosial Tresna Werdha dan
2018 panti Werdha Graha Kasih Bapa). Penelitian ini bersifat eksperimen dengan rancan-
Disetujui 29 Januari 2019 gan penelitian the separate sample pretest posttest control group design. Penelitian
Dipublikasi 31 Januari dilaksanakan di wilayah Panti Sosial Tresna Werdha dan panti Werdha Graha Kasih
2018 Bapa), mulai bulan Mei s/d Juli 2017. Teknik sampling diambil dengan cara random
sampling. Hasil pemberian kalium pada buah pisang lampung sebanyak 150 gr setiap
Keywords: Kalium; Buah hari selama 30 hari dengan dapat meningkatkan BMD T-score sebesar 0,17 sedang-
kan pada kelompok control (tanpa pemberian buah pisang lampung) BMD T-score
Pisang Lampung
menurun sebesar - 0,32. Setelah intervensi pada ke dua kelompok menunjukkan adan-
ya perbedaan BMD T-score sebesar 0,49.
Abstract
This study aims to determine the effect of banana lampung on bone mineral density
in the elderly in the Social Welfare Tresna Werdha and Werdha Graha Kasih Father’s
home). This research is a research with experimental design with the separate sample
pretest posttest control group design. The research was carried out in the Tresna Werd-
ha Social Institution and the Werdha Graha Kasih Father’s house, from May to July
2017. The sampling technique was taken by random sampling The result of potassium
feeding on 150 grams of banana per day for 30 days by increasing BMD T-score of
0.17 while in control group (without banana lampung) BMD T-score decreased by -
0.32. After intervention in both groups showed a difference of BMD T-score of 0.49.
31
Edy Waliyo dkk, Pemberian Kalium Buah Pisang Lampung Terhadap Densitas Mineral Tulang Pada Lansia
Tabel 1. Distribusi Karakteristik Responden Sebelum Perlakuan Pada Tabel 3, terlihat bahwa rerata asupan en-
di Panti Werdha Mulia Dharma dan ergi, protein, kalium dan fosfor setelah perlakuan
Panti Werdha Graha Kasih Bapa Tahun 2017
menunjukkan ada perbedaan (p < 0,05), tetapi asupan
kalsium menunjukkan tidak ada perbedaan (p > 0,05).
Perlakuan Kontrol
Karakter- (Panti Werdha (Panti Werd-
Mulia Dhar- ha Graha Total Perbedaan rerata BMD T-score sebelum dan
istik p
ma) Kasih Bapa) (%)
Subyek setelah intervensi pada kelompok perlakuan
n % n %
Jenis Kelamin Tabel 4. Perbedaan rerata BMD T-score sebelum dan
Laki-laki 9 60,0 8 53,3 17(56,7%) setelah intervensi pada kelompok perlakuan
1,000*
Perempuan 6 40,0 7 46,7 13 (43,3% )
Umur (tahun) Rerata Delta
BMD Pre Test Post Test BMD p
60-74 12 52,2 11 47,8 23 (76,7%)
1,000* T-score T-score
>74 42,9 13,3 4 57,1 7 (23,3%)
Perlakuan -2,37 ± -2,2 ±
Status Gizi menurut IMT (kg/m2) 0,17 0,003
n =15 1,56 1,55
<18.5
(status gizi 4 26,7% 1 6,7% 5 (16,7%)
Ket : Delta T : selisih nilai T sebelum dan sesudah perlakuan
kurang) Wilcoxon
0,327*
18.5 – 22.9
(status gizi 11 73,3% 14 93,3% 25 (83,3 %) Berdasarkan tabel 4 menunjukkan bahwa secara
normal) deskriptif terdapat peningkatan BMD T-score sebe-
Keterangan : uji chi square *tidak berbeda/tidak significant
lum dan setelah dilakukan intervensi pada kelompok
perlakuan. Rata-rata nilai pada pengukuran pertama
Pada tabel 1, terlihat bahwa karakteristik re- (pre-test) adalah -2,37 ± 1,55 dan rerata BMD T-score
sponden pada jenis kelamin, kelompok umur dan pada pengukuran kedua (post-test) adalah -2,2 ±1,53.
status gizi pada kedua kelompok sebelum intervensi Hasil uji statistik dengan taraf kepercayaan 95%
secara statistik dengan uji Chi-square menunjukkan diperoleh nilai probabilitas 0,003 yang berati ada
tidak ada perbedaan ( p > 0,05). perbedaan antara BMD T-score sebelum dan setelah
dilakukan intervensi pada kelompok perlakuan. Rera-
Gambaran umum asupan energi, protein dan ta besarnya kenaikan BMD T-score sebesar 0,17.
mineral (K, Ca dan P)
Perbedaan rerata BMD T-score sebelum dan
Tabel 2. Rata-rata asupan mineral sebelum intervensi setelah intervensi pada kelompok control
Per- Kontrol
Variabel lakuan ( n = 15 ) p
(n =15) Tabel 5. Perbedaan rerata nilai T sebelum dan
Energi (kkal) 1213 1251 0,135a setelah intervensi pada kelompok kontrol
Protein (g) 42,17 43,03 0,395b
Rerata Delta
Kalium (mg) 1284 1248 0,101b Pre Post
BMD BMD p
Kalsium (mg) 199,39 197,11 0,787b Test Test
T-score T-score
Fosfor (mg) 528,28 535,64 0,141a Kontrol -2,14 -2,46
a
independent t- test b man whitney - 0,32 0,076
n = 15 ± 1,22 ± 0,89
Ket : p = paired t- test 95% *significant
Pada tabel 2, terlihat bahwa rerata asupan energi,
protein dan mineral (kalium, kalsium dan fosfor) pada Berdasarkan tabel 5, menunjukkan bahwa secara
kelompok sebelum perlakuan menunjukkan tidak ada deskriptif terdapat penurunan BMD T-score sebelum
perbedaan ( p > 0,05 ). dan setelah dilakukan intervensi pada kelompok kon-
trol. Rata-rata BMD T-score pada pengukuran per-
Tabel 3. Rata-rata asupan mineral setelah intervensi tama (pre-test) adalah -2,14 ±1,22 dan rerata BMD
Perlakuan Kontrol
Variabel (n=15) (n=15) p T-score pada pengukuran kedua (post-test) adalah
Energi (kkal) 1361 1251 0,000 -2,46 ± 0,89. Hasil uji statistik dengan taraf keper-
Protein (g) 41,04 47,13 0,000
cayaan 95% diperoleh nilai probabilitas 0,076 yang
Kalium (mg) 1755 1223 0,000
berarti tidak ada perbedaa antara BMD T-score sebe-
Kalsium (mg) 231,25 230,40 0,860
lum dan setelah dilakukan intervensi pada kelompok
kontrol. Rerata besarnya penurunan BMD T-score
Fosfor (mg) 565,70 537,14 0,000
a
independent t- test b man whitney * beda makna adalah -0,32.
32
JVK 5 (1) (2019) hlm. 30 - 34
Perbedaan perubahan BMD T-score antara dua Dampak dari asupan kalium yang inadekuat akan
kelompok setelah dilakukan intervensi berhubungan dengan asupan prekursor bikarbonat,
sehingga penyangga (buffer) matrik dalam tulang me-
Tabel 6. Perbedaan rerata BMD T-score setelah inter- netralkan asam dan dapat menyebabkan demineralis-
vensi ( postest) pada kelompok perlakuan dan kontrol asi tulang (Fenton, Tough, Lyon, Eliasziw, & Hanley,
2011). Pada rangka tulang (skeleton) berperan pent-
Variabel Perlakuan Kontrol p ing dalam mengatur homeostasis asam basa dengan
BMD cara memobilisasi garamnya untuk menjaga keseim-
-2,20± 1,54 -2,46± 0,89 0,581
T-Score bangan asam endogen yang dihasilkan dari makanan
*independent t – test yang bersifat asam. Dari hasil penelitian menunjuk-
kan bahwa kelompok yang diberikan pisang yang
Berdasarkan tabel 6, menunjukkan hasil uji mengandung kalium selama 30 hari terbukti terjadi
statistik dengan taraf kepercayaan 95% diperoleh peningkatan BMD T-score sebesar 0,17 dibandingkan
nilai probabilitas 0,581 . Karena p > 0,05 yang berarti dengan kelompok kontrol terjadi penurunan sebe-
tidak ada perbedaan rata-rata nilai T setelah dilakukan sar - 0,32 dan secara uji statistic menujukkan adan-
intervensi pada kelompok perlakuan dan kontrol. ya perbedaan nilai BMD T-score. Adanya perbedaan
ini dapat disebabkan oleh asupan buah pisang yang
Tabel 7. Perbedaan perubahan nilai T antara dua memberikan sumber kalium. Hal ini sesuai hasil studi
kelompok setelah dilakukan intervensi observasional menunjukkan bahwa peningkatan kon-
sumsi kalium dari buah berhubungan dengan pening-
Variabel Perlakuan Kontrol
Mean
p katan kepadatan massa tulang (BMD) (Lanham-New,
Difference Macdonald, & Roche, 2016).
0,17 ± - 0,32 ± Asupan kalium diet yang lebih tinggi berhubu-
∆T 0,49 0,009
0,18 0,64 ngan dengn BMD yang lebih tinggi. Rangka didu-
*independent t – test
ga dapat berperan sebagai reservoir garam basa un-
tuk mempertahankan homestasis asam-basa yang
Pada Tabel 7, Hasil uji statistik dengan taraf ke-
adekuat, dan makanan yang menghasilkan lingkun-
percayaan 95% diperoleh nilai probabilitas. Karena p
gan basa, seperti buah dan sayuran dapat menguran-
< 0,05 maka ada perbedaan antara perubahan nilai T
gi kebutuhan garam rangka untuk menyeimbangkan
setelah dilakukan intervensi pada kelompok kontrol
asam yang didapatkan dari makanan seperti daging
dan perlakuan dengan rata-rata perbedaan 0,49.
(Sellmeyer, 2014).
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa ra-
Kalium memegang peranan penting dalam men-
ta-rata asupan kalium pada kelompok yang diberikan
jaga keseimbangan asam basa darah. Sesuai dengan
pisang lebih tinggi dibanding dengan kelompok kon-
hipotesis Wachman dan Berstein bahwa rangka tu-
trol yakni masing-masing sebesar 1755 mg dan 1223
lang adalah reservoir basa labil yang dapat dimobi-
mg. Tingginya asupan kalium tersebut dikarenakan
lisasi untuk pertahanan konsentrasi pH darah dan
tambahan dari sumber pisang sebanyak 150 gr setara
plasma bikarbonat. Kalium bikarbonat telah terbukti
dengan kalium sebesar 537 mg. Meskipun demikian
mengurangi ekskresi kalsium urin, memperbaiki kes-
tingkat asupan kalium ke dua kelompok masih jauh
eimbangan kalsium, mengurangi resorpsi tulang, dan
lebih rendah, karena kebutuhan kalium pada usia lan-
meningkatkan laju pembentukan tulang. Meningkat-
sia sebesar 4700 mg. Jika asupan kalium ini selalu
nya keasaman plasma atau konsentrasi bikarbonat
tidak terpenuhi makan akan terjadi defisiensi kalium
plasma menurun secara langsung dapat merangsang
baik berat maupun sedang. Defisiensi kalium berat
resorpsi tulang yakni pelepasan mineral dari tulang.
ditandai dengan hipokalemia yaitu kadar konsentrasi
Ini akan menyebabkan adhesi sel osteoklas ke tulang
kalium serum kuramg dari 3,5 mmol/L. konsekuen-
dan sekresi ion hidrogen ke bagian kompartemen
sinya adalah arritmia jantung, kelemahan otot dan
cairan tulang. Asidosis juga bisa menghambat fungsi
intoleransi glukosa. Defisiensi kalium sedang tidak
osteoblas dan dengan demikian membatasi pemben-
menunjukkan hipokalemia, ditandai dengan pening-
tukan tulang (Prynne et al., 2004).
katan turnover tulang (seperti ditunjukkan dengan
ekskresi urinari kalsium lebih besar dan petanda bi-
Penutup
okimia pembentukan tulang menurun dan meingkat-
kan resorption tulang) (Dietary Reference Intakes
Berdasarkan hasil penelitian tentang Pengaruh
for Water, Potassium, Sodium, Chloride, and Sulfate,
Pemberian Kalium Buah Pisang Lampung Terhadap
2004).
Densitas Mineral Tulang Pada Lansia (Studi di Panti
Sosial Werdha Mulia Dharma dan Panti Werdha Gra-
33
Edy Waliyo dkk, Pemberian Kalium Buah Pisang Lampung Terhadap Densitas Mineral Tulang Pada Lansia
ha Kasih Bapa) diperoleh simpulan sebagai berikut: S.Gropper, S., Smith, J. L., & Groff, J. L. (2005).
Tingkat asupan kalsium di Panti Werdha Mulia Dhar- Advanced Nutrition and Human Metabolis.
ma hanya sebesar 37,3% dari AKG (Angka Kebutu- (E. Howe, Ed.) (Fourth). USA: Peter Mar-
han Gizi), sedangkan di Panti Werdha Graha Kasih shall.
Bapa sebesar 26,0% dari AKG. Rerata nilai kepa- Sellmeyer, D. E. (2014). improvement in calcium
datan massa tulang (BMD T-score) di Panti Werdha balance in older men and women, 28(3),
Mulia Dharma dan Panti Werdha Graha Kasih Bapa 497–504. http://doi.org/10.1002/jbmr.1764.
masing-masing -2,20 ± 1,54 dan -2,46 ± 0,89 dengan Potassium
kategori low bone mass (osteopena). Pemberian kali- Weaver, C. M. (2013). White Vegetables : A Forgotten
um pada buah pisang lampung sebanyak 150 gr setiap Source of Nutrients Potassium and Health 1
hari selama 30 hari dengan dapat meningkatkan BMD – 3. http://doi.org/10.3945/an.112.003533.
T-score sebesar 0,17 sedangkan pada kelompok con- smoking
trol (tanpa pemberian buah pisang lampung) BMD
T-score menurun sebesar - 0,32. Setelah intervensi
pada ke dua kelompok menunjukkan adanya per-
bedaan BMD T-score sebesar 0,49. Hasil penelitian
menunjukkan ada perbedaan rata-rata jumlah kepa-
datan massa tulang pada lansia yang diberikan buah
pisang lampung dengan kelompok kontrol (p=0,003)
Daftar Rujukan
34