Anda di halaman 1dari 61

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN.

W DENGAN FRAKTUR
TIBIA SINISTRA DI RUANG IGD RSUD KOTA SALATIGA

Disusun untuk memenuhi tugas Stase Keperawatan Gawat Darurat


Pendidikan Profesi Ners Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Widya Husada Semarang

Disusun oleh :

1. Defota
2. Indah
3. Martinus
4. Mellyna
5. Mujianto

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIDYA HUSADA
SEMARANG
2019
A. PENGERTIAN

Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang, yang biasanya


disertai dengan luka sekitar jaringan lunak, kerusakan otot, rupture
tendon, kerusakan pembuluh darah, dan luka organ-organ tubuh dan
ditentukan sesuai jenis dan luasnya, terjadinya fraktur jika tulang
dikenai stress yang lebih besar dari yang besar dari yang dapat
diabsorbsinya.

B. KLASIFIKASI

Klasifikasi fraktur secara umum :

1. Berdasarkan tempat

Fraktur humerus, tibia, clavicula, ulna, radius dan cruris

2. Berdasarkan komplit atau ketidakklomplitan fraktur:

a. Fraktur komplit (garis patah melalui seluruh penampang tulang


atau melalui kedua korteks tulang).

b. Fraktur tidak komplit (bila garis patah tidak melalui seluruh


garis penampang tulang).

3. Berdasarkan bentuk dan jumlah garis patah :

a. Fraktur Komunitif: fraktur dimana garis patah lebih dari satu


dan saling berhubungan.

b. Fraktur Segmental: fraktur dimana garis patah lebih dari satu


tapi tidak berhubungan.

c. Fraktur Multiple: fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi
tidak pada tulang yang sama.
4. Berdasarkan posisi fragmen :

a. Fraktur Undisplaced (tidak bergeser): garis patah lengkaptetapi


kedua fragmen tidak bergeser dan periosteum masih utuh.

b. Fraktur Displaced (bergeser): terjadi pergeseran fragmen


tulang yang juga disebut lokasi fragmen.

5. Berdasarkan sifat fraktur (luka yang ditimbulkan).

a. Faktur Tertutup (Closed), bila tidak terdapat hubungan


antara fragmen tulang dengan dunia luar, disebut juga fraktur
bersih (karena kulit masih utuh) tanpa komplikasi. Pada fraktur
tertutup ada klasifikasi tersendiri yang berdasarkan keadaan
jaringan lunak sekitar trauma, yaitu:

1) Tingkat 0: fraktur biasa dengan sedikit atau tanpa ceddera


jaringan lunak sekitarnya.

2) Tingkat 1: fraktur dengan abrasi dangkal atau memar kulit


dan jaringan subkutan.

3) Tingkat 2: fraktur yang lebih berat dengan kontusio jaringan


lunak bagian dalam dan pembengkakan.

4) Tingkat 3: cedera berat dengan kerusakan jaringan lunak


yang nyata dan ancaman sindroma kompartement.

b. Fraktur Terbuka (Open/Compound), bila terdapat


hubungan antara hubungan antara fragmen tulang dengan
dunia luar karena adanya perlukaan kulit.

Fraktur terbuka dibedakan menjadi beberapa grade yaitu :

1) Grade I : luka bersih, panjangnya kurang dari 1 cm.

2) Grade II : luka lebih luas tanpa kerusakan jaringan lunak


yang ekstensif.
3) Grade III : sangat terkontaminasi, dan mengalami
kerusakan jaringan lunak ekstensif.

6. Berdasar bentuk garis fraktur dan hubungan dengan


mekanisme trauma :

a. Fraktur Transversal: fraktur yang arahnya melintang pada


tulang dan merupakan akibat trauma angulasi atau langsung.

b. Fraktur Oblik: fraktur yang arah garis patahnya membentuk


sudut terhadap sumbu tulang dan meruakan akibat trauma.

c. Fraktur Spiral: fraktur yang arah garis patahnya berbentuk


spiral yang disebabkan trauma rotasi.

d. Fraktur Kompresi: fraktur yang terjadi karena trauma aksial


fleksi yang mendorong tulang ke arah permukaan lain.

e. Fraktur Avulsi: fraktur yang diakibatkan karena trauma tarikan


atau traksi otot pada insersinya pada tulang.

7. Berdasarkan kedudukan tulangnya :

a. Tidak adanya dislokasi.

b. Adanya dislokasi.

1) At axim : membentuk sudut.

2) At lotus : fragmen tulang berjauhan.

3) At longitudinal : berjauhan memanjang.

4) At lotus cum contractiosnum : berjauhan dan memendek.

8. Berdasarkan posisi frakur :

Sebatang tulang terbagi menjadi tiga bagian :

a. 1/3 proksimal.

b. 1/3 medial.

c. 1/3 distal.
9. Fraktur Kelelahan : Fraktur akibat tekanan yang berulang-
ulang.

10. Fraktur Patologis : Fraktur yang diakibatkan karena proses


patologis tulang.

Gambar 1. Tipe Fraktur


2. ETIOLOGI

a. Trauma langsung/ direct trauma

Yaitu apabila fraktur terjadi di tempat dimana bagian tersebut


mendapat ruda paksa (misalnya benturan, pukulan yang
mengakibatkan patah tulang).

b. Trauma yang tak langsung/ indirect trauma

Misalnya penderita jatuh dengan lengan dalam keadaan ekstensi


dapat terjadi fraktur pada pegelangan tangan.

c. Trauma ringan pun dapat menyebabkan terjadinya fraktur bila


tulang itu sendiri rapuh/ ada resiko terjadinya penyakit yang
mendasari dan hal ini disebut dengan fraktur patologis.

d. Kekerasan akibat tarikan otot

Patah tulang akibat tarikan otot sangat jarang terjadi.Kekuatan


dapat berupa pemuntiran, penekukan, penekukan dan penekanan,
kombinasi dari ketiganya, dan penarikan.

3. ANATOMI FISIOLOGI FRAKTUR

Anatomi Tulang

Ada 206 tulang dalam tubuh manusia, Tulang dapat


diklasifikasikan dalam lima kelompok berdasarkan bentuknya

a. Tulang panjang (Femur, Humerus) terdiri dari batang tebal


panjang yang disebut diafisis dan dua ujung yang disebut epifisis.
Di sebelah proksimal dari epifisis terdapat metafisis. Di antara
epifisis dan metafisis terdapat daerah tulang rawan yang tumbuh,
yang disebut lempeng epifisis atau lempeng pertumbuhan. Tulang
panjang tumbuh karena akumulasi tulang rawan di lempeng
epifisis. Tulang rawan digantikan oleh sel-sel tulang yang
dihasilkan oleh osteoblas, dan tulang memanjang. Batang dibentuk
oleh jaringan tulang yang padat. Epifisis dibentuk dari spongi bone
(cancellous atau trabecular).

b. Tulang pendek (carpals) bentuknya tidak teratur dan inti dari


cancellous (spongy) dengan suatu lapisan luar dari tulang yang
padat.

c. Tulang pendek datar (tengkorak) terdiri atas dua lapisan tulang


padat dengan lapisan luar adalah tulang concellous.

d. Tulang yang tidak beraturan (vertebrata) sama seperti dengan


tulang pendek.

e. Tulang sesamoid merupakan tulang kecil, yang terletak di sekitar


tulang yang berdekatan dengan persediaan dan didukung oleh
tendon dan jaringan fasial, misalnya patella (kap lutut).

Tulang tersusun atas sel, matriks protein dan deposit mineral.Sel-


selnya terdiri atas tiga jenis dasar-osteoblas, osteosit dan
osteoklas.Osteoblas berfungsi dalam pembentukan
tulang dengan mensekresikan matriks tulang.Matriks tersusun
atas 98% kolagen dan 2% subtansi dasar (glukosaminoglikan, asam
polisakarida) dan proteoglikan).Matriks merupakan kerangka dimana
garam-garam mineral anorganik ditimbun. Osteosit adalah sel dewasa
yang terlibat dalam pemeliharaan fungsi tulang dan terletak dalam
osteon (unit matriks tulang ). Osteoklas adalah sel multinuclear (
berinti banyak) yang berperan dalam penghancuran, resorpsi dan
remosdeling tulang.

Osteon merupakan unik fungsional mikroskopis tulang


dewasa.Ditengah osteon terdapat kapiler.Dikelilingi kapiler tersebut
merupakan matriks tulang yang dinamakan lamella. Didalam lamella
terdapat osteosit, yang memperoleh nutrisi melalui prosesus yang
berlanjut kedalam kanalikuli yang halus (kanal yang menghubungkan
dengan pembuluh darah yang terletak sejauh kurang dari 0,1 mm).

Tulang diselimuti dibagian oleh membran fibrous padat


dinamakan periosteum.Periosteum memberi nutrisi ke tulang dan
memungkinkannya tumbuh, selain sebagai tempat perlekatan tendon
dan ligamen. Periosteum mengandung saraf, pembuluh darah, dan
limfatik.Lapisan yang paling dekat dengan tulang mengandung
osteoblast, yang merupakan sel pembentuk tulang.

Endosteum adalah membran vaskuler tipis yang menutupi rongga


sumsum tulang panjang dan rongga-rongga dalam tulang
kanselus. Osteoklast , yang melarutkan tulang untuk memelihara
rongga sumsum, terletak dekat endosteum dan dalam lacuna
Howship (cekungan pada permukaan tulang).

Struktur tulang dewasa terdiri dari 30 % bahan organik (hidup)


dan 70 % endapan garam.Bahan organik disebut matriks, dan terdiri
dari lebih dari 90 % serat kolagen dan kurang dari 10 % proteoglikan
(protein plus sakarida). Deposit garam terutama adalah kalsium dan
fosfat, dengan sedikit natrium, kalium karbonat, dan ion magnesium.
Garam-garam menutupi matriks dan berikatan dengan serat kolagen
melalui proteoglikan.Adanya bahan organik menyebabkan tulang
memiliki kekuatan tensif (resistensi terhadap tarikan yang
meregangkan).Sedangkan garam-garam menyebabkan tulang
memiliki kekuatan kompresi (kemampuan menahan tekanan).

Pembentukan tulang berlangsung secara terus menerus dan dapat


berupa pemanjangan dan penebalan tulang.Kecepatan pembentukan
tulang berubah selama hidup. Pembentukan tulang ditentukan
oleh rangsangn hormon, faktor makanan, dan jumlah stres yang
dibebankan pada suatu tulang, dan terjadi akibat aktivitas sel-sel
pembentuk tulang yaitu osteoblas.

Osteoblas dijumpai dipermukaan luar dan dalam tulang.Osteoblas


berespon terhadap berbagai sinyal kimiawi untuk menghasilkan
matriks tulang.Sewaktu pertama kali dibentuk, matriks tulang disebut
osteoid.Dalam beberapa hari garam-garam kalsium mulai mengendap
pada osteoid dan mengeras selama beberapa minggu atau bulan
berikutnya.Sebagian osteoblast tetap menjadi bagian dari osteoid, dan
disebut osteosit atau sel tulang sejati.Seiring dengan terbentuknya
tulang, osteosit dimatriks membentuk tonjolan-tonjolan yang
menghubungkan osteosit satu dengan osteosit lainnya membentuk
suatu sistem saluran mikroskopik di tulang.

Kalsium adalah salah satu komponen yang berperan terhadap


tulang, sebagian ion kalsium di tulang tidak mengalarni
kristalisasi.Garam nonkristal ini dianggap sebagai kalsium yang dapat
dipertukarkan, yaitu dapat dipindahkan dengan cepat antara tulang,
cairan interstisium, dan darah.
Sedangkan penguraian tulang disebut absorpsi, terjadi secara
bersamaan dengan pembentukan tulang.Penyerapan tulang terjadi
karena aktivitas sel-sel yang disebut osteoklas. Osteoklas adalah sel
fagositik multinukleus besar yang berasal dari sel-sel mirip-monosit
yang terdapat di tulang.Osteoklas tampaknya mengeluarkan berbagai
asam dan enzim yang mencerna tulang dan memudahkan
fagositosis.Osteoklas biasanya terdapat pada hanya sebagian kecil
dari potongan tulang, dan memfagosit tulang sedikit demi
sedikit.Setelah selesai di suatu daerah, osteoklas menghilang dan
muncul osteoblas.0steoblas mulai mengisi daerah yang kosong
tersebut dengan tulang baru. Proses ini memungkinkan tulang tua
yang telah melemah diganti dengan tulang baru yang lebih kuat.

Faktor-faktor yang mengontrol Aktivitas osteoblas dirangsang


oleh olah raga dan stres beban akibat arus listrik yang terbentuk
sewaktu stres mengenai tulang.Fraktur tulang secara drastis
merangsang aktivitas osteoblas, tetapi mekanisme pastinya belum
jelas. Estrogen, testosteron, dan hormon perturnbuhan adalah
promotor kuat bagi aktivitas osteoblas dan pertumbuhan tulang.
Pertumbuhan tulang dipercepat semasa pubertas akibat melonjaknya
kadar hormon-hormon tersebut. Estrogen dan testosteron akhirnya
menyebabkan tulang-tulang panjang berhenti tumbuh dengan
merangsang penutupan lempeng epifisis (ujung pertumbuhan tulang).
Sewaktu kadar estrogen turun pada masa menopaus, aktivitas
osteoblas berkurang. Defisiensi hormon pertumbuhan juga
mengganggu pertumbuhan tulang.

Adapun faktor-faktor yang mengontrol aktivitas osteoklas


terutama dikontrol oleh hormon paratiroid. Hormon paratiroid
dilepaskan oleh kelenjar paratiroid yang terletak tepat di belakang
kelenjar tiroid. Pelepasan hormon paratiroid meningkat sebagai
respons terhadap penurunan kadar kalsium serum. Hormon paratiroid
meningkatkan aktivitas osteoklas dan merangsang pemecahan
tulang untuk membebaskan kalsium ke dalam darah.Peningkatan
kalsium serum bekerja secara umpan balik negatif untuk menurunkan
pengeluaran hormon paratiroid lebih lanjut.Estrogen tampaknya
mengurangi efek hormon paratiroid pada osteoklas.

Efek lain Hormon paratiroid adalah meningkatkan kalsium serum


dengan menurunkan sekresi kalsium oleh ginjal. Hormon
paratiroid meningkatkan ekskresi ion fosfat oleh ginjal sehingga
menurunkan kadar fosfat darah. Pengaktifan vitamin D di ginjal
bergantung pada hormon paratiroid. Sedangkan kalsitonin adalah
suatu hormon yang dikeluarkan oleh kelenjar tiroid sebagai respons
terhadap peningkatan kadar kalsium serum. Kalsitonin memiliki
sedikit efek menghambat aktivitas dan pernbentukan osteoklas. Efek-
efek ini meningkatkan kalsifikasi tulang sehingga menurunkan kadar
kalsium serum.
Fisiologi Tulang
Fungsi tulang adalah sebagai berikut :
a. Mendukung jaringan tubuh dan memberikan bentuk tubuh.
b. Melindungi organ tubuh (misalnya jantung, otak, dan paru-
paru) dan jaringan lunak.
c. Memberikan pergerakan (otot yang berhubungan dengan
kontraksi dan pergerakan).
d. Membentuk sel-sel darah merah didalam sum-sum
tulang belakang (hema topoiesis).
e. Menyimpan garam mineral, misalnya kalsium, fosfor.
4. PATOFISIOLOGI

Tulang bersifat rapuh namun cukup mempunyai kekuatan dan gaya


pegas untuk menahan. Tapi apabila tekanan eksternal yang datang
lebih besar dari yang dapat diserap tulang, maka terjadilah trauma pada
tulang yang mengakibatkan rusaknya atau terputusnya kontinuitas
tulang.Setelah terjadi fraktur, periosteum dan pembuluh darah serta
saraf dalam korteks, marrow, dan jaringan lunak yang membungkus
tulang rusak.Perdarahan terjadi karena kerusakan tersebut dan
terbentuklah hematoma di rongga medula tulang.Jaringan tulang
segera berdekatan ke bagian tulang yang patah.Jaringan yang
mengalami nekrosis ini menstimulasi terjadinya respon inflamasi yang
ditandai dengan vasodilatasi, eksudasi plasma dan leukosit, dan
infiltrasi sel darah putih. Kejadian inilah yang merupakan dasar dari
proses penyembuhan tulang nantinya

Faktor-faktor yang mempengaruhi fraktur :

1. Faktor Ekstrinsik

Adanya tekanan dari luar yang bereaksi pada tulang yang tergantung
terhadap besar, waktu, dan arah tekanan yang dapat menyebabkan fraktur.

2. Faktor Intrinsik

Beberapa sifat yang terpenting dari tulang yang menentukan daya tahan
untuk timbulnya fraktur seperti kapasitas absorbsi dari tekanan, elastisitas,
kelelahan, dan kepadatan atau kekerasan tulang.

REVISI :untuk path way dibuat sesuai dengan masalah ketika pasien ada
di IGD, berpikirnya ketika ada di IGD. Sedangkan path way yang dibuat
adalah secara umum mengenai fraktur.
5. MANIFESTASI KLINIS

Manifestasi klinis fraktur adalah nyeri, hilangnya fungsi, deformitas,


pemendekan ektremitas, krepitus, pembengkakan lokal, dan perubahan
warna yang dijelaskan secara rinci sebagai berikut:

Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang


diimobilisasi.Spasme otot yang menyertai fraktur merupakan bentuk
bidai alamiah yang dirancang untuk meminimalkan gerakan antar
fragmen tulang.

Setelah terjadi fraktur, bagian-bagian tidak dapat digunakan dan


cenderung bergerak secara alamiah (gerakan luar biasa).Pergeseran
fragmen pada fraktur lengan dan tungkai menyebabkan deformitas
(terlihat maupun teraba) ektremitas yang bisa diketahui dengan
membandingkannya dengan ektremitas normal.Ekstremitas tidak dapat
berfungsi dengan baik karena fungsi normal otot tergantung pada
integritasnya tulang tempat melekatnya otot.

Pada fraktur panjang, terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya


karena kontraksi otot yang melekat di atas dan bawah tempat fraktur.
Fragmen sering saling melengkapi satu sama lain sampai 2,5 sampai 5
cm (1 sampai 2 inci).

Saat ekstremitas diperiksa dengan tangan, teraba adanya derik


tulang dinamakan krepitus yang teraba akibat gesekan antara fragmen
satu dengan lainnya. Uji krepitus dapat mengakibatkan kerusakan
jaringan lunak yang lebih berat.

Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi


sebagai akibat trauma dan perdarahan yang mengikuti fraktur. Tanda
ini biasa terjadi setelah beberapa jam atau hari setelah cedera.
Tidak semua tanda dan gejala tersebut terdapat pada setiap
fraktur. Kebanyakan justru tidak ada pada fraktur linear atau fisur atau
fraktur impaksi (permukaan patahan saling terdesak satu sama lain).
Diagnosis fraktur bergantung pada gejala, tanda fisik, dan pemeriksaan
sinar-x pasien.Biasanya pasien mengeluhkan mengalami cedera pada
daerah tersebut.

6. PEMERIKSAAN PENUNJANG

a. X.Ray dilakukan untuk melihat bentuk patahan atau keadaan


tulang yang cedera.

b. Bone scans, Tomogram, atau MRI Scans

c. Arteriogram : dilakukan bila ada kerusakan vaskuler.

d. Pemeriksaan Darah Lengkap

Lekosit turun/meningkat, Eritrosit dan Albumin turun, Hb,


hematokrit sering rendah akibat perdarahan, Laju Endap Darah
(LED) meningkat bila kerusakan jaringan lunak sangat luas, Pada
masa penyembuhan Ca meningkat di dalam darah, traumaa otot
meningkatkan beban kreatinin untuk ginjal. Profil koagulasi:
perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah, transfusi multiple,
atau cederah hati.

7. KOMPLIKASI

1) Komplikasi Awal

a. Kerusakan Arteri

Pecahnya arteri karena trauma bisa ditandai dengan tidak


adanya nadi, CRT menurun, cyanosis bagian distal, hematoma
yang lebar, dan dingin pada ekstrimitas yang disebabkan oleh
tindakan emergensi splinting, perubahan posisi pada yang sakit,
tindakan reduksi, dan pembedahan.

b. Kompartement Syndrom

Komplikasi ini terjadi saat peningkatan tekanan jaringan dalam


ruang tertutup di otot, yang sering berhubungan dengan
akumulasi cairan sehingga menyebabkan hambatan aliran
darah yang berat dan berikutnya menyebabkan kerusakan pada
otot.Gejala – gejalanya mencakup rasa sakit karena
ketidakseimbangan pada luka, rasa sakit yang berhubungan
dengan tekanan yang berlebihan pada kompartemen, rasa sakit
dengan perenggangan pasif pada otot yang terlibat, dan
paresthesia.Komplikasi ini terjadi lebih sering pada fraktur
tulang kering (tibia) dan tulang hasta (radius atau ulna).

c. Fat Embolism Syndrom

Merupakan keadaan pulmonari akut dan dapat menyebabkan


kondisi fatal.Hal ini terjadi ketika gelembung – gelembung
lemak terlepas dari sumsum tulang dan mengelilingi jaringan
yang rusak. Gelombang lemak ini akan melewati sirkulasi dan
dapat menyebabkan oklusi pada pembuluh – pembuluh darah
pulmonary yang menyebabkan sukar bernafas. Gejala dari
sindrom emboli lemak mencakup dyspnea, perubahan dalam
status mental (gaduh, gelisah, marah, bingung, stupor),
tachycardia, demam, ruam kulit ptechie.

d. Infeksi

System pertahanan tubuh rusak bila ada trauma pada


jaringan.Pada trauma orthopedic infeksi dimulai pada kulit
(superficial) dan masuk ke dalam. Ini biasanya terjadi pada
kasus fraktur terbuka, tapi bisa juga karena penggunaan bahan
lain dalam pembedahan seperti pin dan plat.

e. Shock

Shock terjadi karena kehilangan banyak darah dan


meningkatnya permeabilitas kapiler yang bisa menyebabkan
menurunnya oksigenasi.Ini biasanya terjadi pada fraktur.

f. Osteomyelitis

Adalah infeksi dari jaringan tulang yang mencakup sumsum


dan korteks tulang dapat berupa exogenous (infeksi masuk dari
luar tubuh) atau hematogenous (infeksi yang berasal dari dalam
tubuh).Patogen dapat masuk melalui luka fraktur terbuka, luka
tembus, atau selama operasi. Luka tembak, fraktur tulang
panjang, fraktur terbuka yang terlihat tulangnya, luka amputasi
karena trauma dan fraktur – fraktur dengan sindrom
kompartemen atau luka vaskular memiliki risiko osteomyelitis
yang lebih besar

2) Komplikasi Dalam Waktu Lama

a. Delayed Union (Penyatuan tertunda)

Delayed Union merupakan kegagalan fraktur berkonsolidasi


sesuai dengan waktu yang dibutuhkan tulang untuk
menyambung.Ini disebabkan karena penurunan supai darah ke
tulang.

b. Non union (tak menyatu)

Penyatuan tulang tidak terjadi, cacat diisi oleh jaringan


fibrosa. Kadang-kadang dapat terbentuk sendi palsu pada
tempat ini. Faktor-faktor yang dapat menyebabkan non union
adalah tidak adanya imobilisasi, interposisi jaringan lunak,
pemisahan lebar dari fragmen contohnya patella dan fraktur
yang bersifat patologis..

c. Malunion

Kelainan penyatuan tulang karena penyerasian yang buruk


menimbulkan deformitas, angulasi atau pergeseran.

8. STADIUM PENYEMBUHAN FRAKTUR

1) Stadium Satu-Pembentukan Hematoma

Pembuluh darah robek dan terbentuk hematoma disekitar daerah


fraktur.Sel-sel darah membentuk fibrin guna melindungi tulang
yang rusak dan sebagai tempat tumbuhnya kapiler baru dan
fibroblast. Stadium ini berlangsung 24 – 48 jam dan perdarahan
berhenti sama sekali.

2) Stadium Dua-Proliferasi Seluler

Pada stadium ini terjadi proliferasi dan differensiasi sel menjadi


fibro kartilago yang berasal dari periosteum,`endosteum, dan bone
marrow yang telah mengalami trauma. Sel-sel yang mengalami
proliferasi ini terus masuk ke dalam lapisan yang lebih dalam dan
disanalah osteoblast beregenerasi dan terjadi proses osteogenesis.
Dalam beberapa hari terbentuklah tulang baru yg menggabungkan
kedua fragmen tulang yang patah. Fase ini berlangsung selama 8
jam setelah fraktur sampai selesai, tergantung frakturnya.

3) Stadium Tiga-Pembentukan Kallus

Sel–sel yang berkembang memiliki potensi yang kondrogenik dan


osteogenik, bila diberikan keadaan yang tepat, sel itu akan mulai
membentuk tulang dan juga kartilago. Populasi sel ini dipengaruhi
oleh kegiatan osteoblast dan osteoklast mulai berfungsi dengan
mengabsorbsi sel-sel tulang yang mati.Massa sel yang tebal
dengan tulang yang imatur dan kartilago, membentuk kallus atau
bebat pada permukaan endosteal dan periosteal. Sementara tulang
yang imatur (anyaman tulang ) menjadi lebih padat sehingga
gerakan pada tempat fraktur berkurang pada 4 minggu setelah
fraktur menyatu.

4) Stadium Empat-Konsolidasi

Bila aktivitas osteoclast dan osteoblast berlanjut, anyaman tulang


berubah menjadi lamellar. Sistem ini sekarang cukup kaku dan
memungkinkan osteoclast menerobos melalui reruntuhan pada
garis fraktur, dan tepat dibelakangnya osteoclast mengisi celah-
celah yang tersisa diantara fragmen dengan tulang yang baru. Ini
adalah proses yang lambat dan mungkin perlu beberapa bulan
sebelum tulang kuat untuk membawa beban yang normal.

5) Stadium Lima-Remodelling

Fraktur telah dijembatani oleh suatu manset tulang yang padat.


Selama beberapa bulan atau tahun, pengelasan kasar ini dibentuk
ulang oleh proses resorbsi dan pembentukan tulang yang terus-
menerus. Lamellae yang lebih tebal diletidakkan pada tempat yang
tekanannya lebih tinggi, dinding yang tidak dikehendaki dibuang,
rongga sumsum dibentuk, dan akhirnya dibentuk struktur yang
mirip dengan normalnya.
6) PENATALAKSANAAN MEDIS

1) Untuk menghilangkan rasa nyeri.

Nyeri yang timbul pada fraktur bukan karena frakturnya sendiri,


namun karena terluka jaringan disekitar tulang yang patah
tersebut.Untuk mengurangi nyeri tersebut, dapat diberikan obat
penghilang rasa nyeri dan juga dengan tehnik imobilisasi (tidak
menggerakkan daerah yang fraktur). Tehnik imobilisasi dapat
dicapai dengan cara pemasangan bidai atau gips.
Pembidaian : benda keras yang ditempatkan di daerah sekeliling
tulang.

Pemasangan gips

Merupakan bahan kuat yang dibungkuskan di sekitar tulang yang


patah. Gips yang ideal adalah yang membungkus tubuh sesuai
dengan bentuk tubuh. Indikasi dilakukan pemasangan gips adalah :
a. Immobilisasi dan penyangga fraktur
b. Istirahatkan dan stabilisasi
c. Koreksi deformitas
d. Mengurangi aktifitas
e. Membuat cetakan tubuh orthotik

hal yang perlu diperhatikan dalam pemasangan gips adalah :


a. Gips yang pas tidak akan menimbulkan perlukaan
b. Gips patah tidak bisa digunakan
c. Gips yang terlalu kecil atau terlalu longgar sangat
membahayakan klien
d. Jangan merusak / menekan gips
e. Jangan pernah memasukkan benda asing ke dalam gips /
menggaruk
f. Jangan meletakkan gips lebih rendah dari tubuh terlalu lama

2. Untuk menghasilkan dan mempertahankan posisi yang ideal dari


fraktur.

a. Penarikan (traksi) :

Metode pemasangan traksi antara lain :

1) Traksi manual

Tujuannya adalah perbaikan dislokasi, mengurangi


fraktur, dan pada keadaan emergency, dan ada 2 macam :

- Traksi kulit (skin traction)Dipasang pada dasar sistem


skeletal untuk sturktur yang lain misal otot.
Digunakan dalam waktu 4 minggu dan beban < 5 kg.

- Traksi skeletalMerupakan traksi definitif pada orang


dewasa yang merupakan balanced traction. Dilakukan
untuk menyempurnakan luka operasi dengan kawat
metal / penjepit melalui tulang / jaringan metal.

Kegunaan pemasangan traksi, antara lain :

- Mengurangi nyeri akibat spasme otot

- Memperbaiki & mencegah deformitas

- Immobilisasi

- Difraksi penyakit (dengan penekanan untuk nyeri


tulang sendi)

- Mengencangkan pada perlekatannya


b. Dilakukan pembedahan untuk menempatkan piringan atau
batang logam pada pecahan-pecahan tulang.

Pada saat ini metode penatalaksanaan yang paling banyak


keunggulannya mungkin adalah pembedahan.Metode
perawatan ini disebut fiksasi interna dan reduksi terbuka.Pada
umumnya insisi dilakukan pada tempat yang mengalami
cedera dan diteruskan sepanjang bidang anatomik menuju
tempat yang mengalami fraktur.Hematoma fraktur dan
fragmen-fragmen tulang yang telah mati diirigasi dari
luka.Fraktur kemudian direposisi dengan tangan agar
menghasilkan posisi yang normal kembali.Sesudah direduksi,
fragmen-fragmen tulang ini dipertahankan dengan alat-alat
ortopedik berupa pen, sekrup, pelat, dan paku.

1) FIKSASI INTERNA

Intramedullary nail ideal untuk fraktur transversal,


tetapi untuk fraktur lainnya kurang cocok. Fraktur dapat
dipertahankan lurus dan terhadap panjangnya dengan nail,
tetapi fiksasi mungkin tidak cukup kuat untuk mengontrol
rotasi. Nailing diindikasikan jika hasil pemeriksaan
radiologi memberi kesan bahwa jaringan lunak mengalami
interposisi di antara ujung tulang karena hal ini hampir
selalu menyebabkan non-union.

Keuntungan intramedullary nailing adalah dapat


memberikan stabilitas longitudinal serta kesejajaran
(alignment) serta membuat penderita dápat dimobilisasi
cukup cepat untuk meninggalkan rumah sakit dalam waktu
2 minggu setelah fraktur.Kerugian meliput anestesi,
trauma bedah tambahan dan risiko infeksi.

2) FIKSASI EKSTERNA

Bila fraktur yang dirawat dengan traksi stabil dan massa


kalus terlihat pada pemeriksaan radiologis, yang biasanya
pada minggu ke enam, cast brace dapat dipasang. Fraktur
dengan intramedullary nail yang tidak memberi fiksasi
yang rigid juga cocok untuk tindakan ini.

3. Agar terjadi penyatuan tulang kembali

Biasanya tulang yang patah akan mulai menyatu dalam waktu 4


minggu dan akan menyatu dengan sempurna dalam waktu 6 bulan.
Namun terkadang terdapat gangguan dalam penyatuan tulang,
sehingga dibutuhkan graft tulang.

4. Untuk mengembalikan fungsi seperti semula

Imobilisasi yang lama dapat mengakibatkan mengecilnya otot dan


kakunya sendi.Maka dari itu diperlukan upaya mobilisasi secepat
mungkin.
7 PENGKAJIAN
1. Pengumpulan Data
a. Identitas Klien

Meliputi nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama, bahasa


yang dipakai, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan,
asuransi, golongan darah, no. register, tanggal MRS, diagnosa
medis.

b. Keluhan Utama

a) Provoking Incident: apakah ada peristiwa yang menjadi


yang menjadi faktor presipitasi nyeri.

b) Quality of Pain: seperti apa rasa nyeri yang dirasakan atau


digambarkan klien. Apakah seperti terbakar, berdenyut,
atau menusuk.

c) Region : radiation, relief: apakah rasa sakit bisa reda,


apakah rasa sakit menjalar atau menyebar, dan dimana
rasa sakit terjadi.

d) Severity (Scale) of Pain: seberapa jauh rasa nyeri yang


dirasakan klien, bisa berdasarkan skala nyeri atau klien
menerangkan seberapa jauh rasa sakit mempengaruhi
kemampuan fungsinya.

e) Time: berapa lama nyeri berlangsung, kapan, apakah


bertambah buruk pada malam hari atau siang hari.

c. Riwayat Penyakit Sekarang

Pengumpulan data yang dilakukan untuk menentukan sebab


dari fraktur, yang nantinya membantu dalam membuat rencana
tindakan terhadap klien.Ini bisa berupa kronologi terjadinya
penyakit tersebut sehingga nantinya bisa ditentukan kekuatan
yang terjadi dan bagian tubuh mana yang terkena.

d. Riwayat Penyakit Dahulu

Pada pengkajian ini ditemukan kemungkinan penyebab fraktur


dan memberi petunjuk berapa lama tulang tersebut akan
menyambung.

e. Riwayat Penyakit Keluarga

Penyakit keluarga yang berhubungan dengan penyakit tulang


merupakan salah satu faktor predisposisi terjadinya fraktur,
seperti diabetes, osteoporosis yang sering terjadi pada
beberapa keturunan, dan kanker tulang yang cenderung
diturunkan secara genetic

f. Riwayat Psikososial

Merupakan respons emosi klien terhadap penyakit yang


dideritanya dan peran klien dalam keluarga dan masyarakat
serta respon atau pengaruhnya dalam kehidupan sehari-
harinya baik dalam keluarga ataupun dalam masyarakat.
g. Pola-Pola Fungsi Kesehatan
a) Pola Persepsi dan Tata Laksana Hidup Sehat
b) Pola Nutrisi dan Metabolisme
c) Pola Eliminasi
d) Pola Aktivitas
e) Pola Hubungan dan Peran
f) Pola Persepsi dan Konsep Diri
g) Pola Sensori dan Kognitif
h) Pola Reproduksi Seksual
i) Pola Penanggulangan Stress
j) Pola Tata Nilai dan Keyakinan
h. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum: baik atau buruknya yang dicatat adalah
tanda-tanda, seperti:Kesadaran penderita: apatis, sopor,
koma, gelisah, komposmentis tergantung pada keadaan
klien.Kesakitan, keadaan penyakit: akut, kronik, ringan,
sedang, berat dan pada kasus fraktur biasanya akut.Tanda-
tanda vital tidak normal karena ada gangguan baik fungsi
maupun bentuk.
b. Secara sistemik dari kepala sampai kelamin
a) Sistem Integumen

Terdapat erytema, suhu sekitar daerah trauma


meningkat, bengkak, oedema, nyeri tekan.(dan nyeri
sumbu)

b) Kepala

Tidak ada gangguan yaitu, normo cephalik, simetris,


tidak ada penonjolan, tidak ada nyeri kepala.

c) Leher

Tidak ada gangguan yaitu simetris, tidak ada


penonjolan, reflek menelan ada.

d) Muka

Wajah terlihat menahan sakit, lain-lain tidak ada


perubahan fungsi maupun bentuk. Tak ada lesi,
simetris, tak oedema.

e) Mata

Terdapat gangguan seperti konjungtiva anemis (jika


terjadi perdarahan)
f) Telinga

Tes bisik atau weber masih dalam keadaan


normal. Tidak ada lesi atau nyeri tekan.

g) Hidung

Tidak ada deformitas, tak ada pernafasan cuping


hidung.

h) Mulut dan Faring

Tak ada pembesaran tonsil, gusi tidak terjadi


perdarahan, mukosa mulut tidak pucat.

i) Thoraks

Tak ada pergerakan otot intercostae, gerakan dada


simetris.

j) Paru

Inspeksi :Pernafasan meningkat, reguler atau tidaknya


tergantung pada riwayat penyakit klien yang
berhubungan dengan paru.

Palpasi :Pergerakan sama atau simetris, fermitus raba


sama.

Perkusi :Suara ketok sonor, tak ada erdup atau suara


tambahan lainnya.

Auskultasi :Suara nafas normal, tak ada wheezing, atau


suara tambahan lainnya seperti stridor dan
ronchi.

k) Jantung

Inspeksi :Tidak tampak iktus jantung.


Palpasi :Nadi meningkat, iktus tidak teraba.

Auskultasi :Suara S1 dan S2 tunggal,tak ada mur-mur.

l) Abdomen

Inspeksi :Bentuk datar, simetris, tidak ada hernia.

Palpasi :Tugor baik, tidak ada defands muskuler, hepar


tidak teraba.

Perkusi :Suara thympani, ada pantulan gelombang


cairan.

Auskultasi :Peristaltik usus normal ± 20 kali/menit.

m) Inguinal-Genetalia-Anus :Tak ada hernia, tak ada


pembesaran lymphe, tak ada kesulitan BAB.

n) Pemerikasaan fisik ekstermitas apa yang muncul ????

i. Pemeriksaan Diagnostik

a) Pemeriksaan Radiologi

Hal yang harus dibaca pada x-ray:

1) Bayangan jaringan lunak.

2) Tipis tebalnya korteks sebagai akibat reaksi periosteum


atau biomekanik atau juga rotasi.

3) Trobukulasi ada tidaknya rare fraction.

4) Sela sendi serta bentuknya arsitektur sendi.

b) Selain foto polos x-ray (plane x-ray) mungkin perlu tehnik


khususnya seperti:

1) Tomografi: menggambarkan tidak satu struktur saja tapi


struktur yang lain tertutup yang sulit divisualisasi. Pada
kasus ini ditemukan kerusakan struktur yang kompleks
dimana tidak pada satu struktur saja tapi pada struktur
lain juga mengalaminya.

2) Myelografi: menggambarkan cabang-cabang saraf spinal


dan pembuluh darah di ruang tulang vertebrae yang
mengalami kerusakan akibat trauma.

3) Arthrografi: menggambarkan jaringan-jaringan ikat yang


rusak karena ruda paksa.

c) Pemeriksaan lain-lain

1) Pemeriksaan mikroorganisme kultur dan test


sensitivitas: didapatkan mikroorganisme penyebab
infeksi.

2) Biopsi tulang dan otot: pada intinya pemeriksaan ini


sama dengan pemeriksaan diatas tapi lebih
dindikasikan bila terjadi infeksi.

3) Elektromyografi: terdapat kerusakan konduksi saraf


yang diakibatkan fraktur.

4) Arthroscopy: didapatkan jaringan ikat yang rusak


atau sobek karena trauma yang berlebihan.

5) Indium Imaging: pada pemeriksaan ini didapatkan


adanya infeksi pada tulang.

6) MRI: menggambarkan semua kerusakan akibat


fraktur.

9. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL

a. Nyeri akut b/d spasme otot, gerakan fragmen tulang, edema, cedera
jaringan lunak, pemasangan traksi, stress/ansietas, luka operasi.
b. Gangguan pertukaran gas b/d perubahan aliran darah, emboli,
perubahan membran alveolar/kapiler (interstisial, edema paru,
kongesti)

c. Gangguan mobilitas fisik b/d kerusakan rangka neuromuskuler, nyeri,


terapi restriktif (imobilisasi)

d. Gangguan integritas kulit b/d fraktur terbuka, pemasangan traksi (pen,


kawat, sekrup)

e. Risiko infeksi b/d ketidakadekuatan pertahanan primer (kerusakan


kulit, taruma jaringan lunak, prosedur invasif/traksi tulang)

f. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan


pengobatan b/d kurang terpajan atau salah interpretasi terhadap
informasi, keterbatasan kognitif, kurang akurat/lengkapnya informasi
yang ada ( bukan termasuk bagian dari diagnose keperawatan pada
kasus kegawatan atau kritis )

CARI MASALAH KEPERAWATAN RESIKO KEGAWAAN YANG


AKAN MUNCUL SESUAI DENGAN PATHWAY

RENCANA KEPERAWATAN( SESUAIKAN DENGAN MASALAH


KEGAWATAN DAN KRITIS )

Diangosa
No
Keperawatan Tujuan (Noc) Intervensi (Nic)
Dx
Dan Kolaborasi

1 Nyeri akut b/d NOC NIC


spasme otot,
gerakan fragmen Pain Level, Pain Management
tulang, edema, Pain control, -Lakukan pengkajian nyeri secara
cedera jaringan komprehensif termasuk lokasi,
Comfort level
lunak, karakteristik, durasi, frekuensi,
Kriteria Hasil
pemasangan kualitas dan faktor presipitasi
:
traksi,
-Observasi reaksi nonverbal dari
stress/ansietas, -Mampu
ketidaknyamanan
luka operasi. mengontrol
nyeri (tahu - Gunakan teknik komunikasi

penyebab terapeutik untuk mengetahui

nyeri, mampu pengalaman nyeri pasien

menggunakan - Evaluasi pengalaman nyeri masa


tehnik lampau
nonfarmakolo - Evaluasi bersama pasien dan tim
gi untuk kesehatan lain tentang
mengurangi ketidakefektifan kontrol nyeri
nyeri, mencari masa lampau
bantuan)
- Bantu pasien dan keluarga untuk
- Melaporkan mencari dan menemukan
bahwa nyeri dukungan
berkurang
- Kurangi faktor presipitasi nyeri
dengan
- Ajarkan tentang teknik non
menggunakan
farmakologi
manajemen
nyeri - Evaluasi keefektifan kontrol
nyeri
-Mampu
mengenali - Tingkatkan istirahat

nyeri (skala, - Kolaborasikan dengan dokter jika


intensitas, ada keluhan dan tindakan nyeri
frekuensi dan tidak berhasil
tanda nyeri) - Monitor penerimaan pasien
-Menyatakan tentang manajemen nyeri
rasa nyaman
setelah nyeri
berkurang

-Tanda vital
dalam rentang
normal

2 Gangguan NOC : NIC :


pertukaran gas Respiratory Airway Management
b/d perubahan Status : Gas -Posisikan pasien untuk
aliran darah, exchange memaksimalkan ventilasi
emboli,
Respiratory -Identifikasi pasien perlunya
perubahan
Status : pemasangan alat jalan nafas buatan
membran
ventilation
alveolar/kapiler Pasang mayo bila perlu
Vital Sign
(interstisial, -Lakukan fisioterapi dada jika
Status
edema paru, perlu
kongesti) Kriteria Hasil
-Keluarkan sekret dengan batuk
:
atau suction
-
-Auskultasi suara nafas, catat
Mendemonstr
adanya suara tambahan
asikan
-Lakukan suction pada mayo
peningkatan
ventilasi dan -Berika bronkodilator bial perlu

oksigenasi -Barikan pelembab udara


yang adekuat -Atur intake untuk cairan
-Memelihara mengoptimalkan keseimbangan.
kebersihan -Monitor respirasi dan status O2
paru paru dan
Respiratory Monitoring
bebas dari
-Monitor rata – rata, kedalaman,
tanda tanda
irama dan usaha respirasi
distress
pernafasan -Catat pergerakan dada,amati
kesimetrisan, penggunaan otot
-
tambahan, retraksi otot
Mendemonstr
supraclavicular dan intercostal
asikan batuk
efektif dan § Monitor suara nafas,

suara nafas seperti dengkur

yang bersih, § Monitor pola nafas :


tidak ada bradipena, takipenia,
sianosis dan kussmaul, hiperventilasi,
dyspneu cheyne stokes, biot
(mampu § Monitor kelelahan otot
mengeluarkan diagfragma (gerakan
sputum, paradoksis)
mampu
§ Auskultasi suara nafas,
bernafas
catat area penurunan / tidak adanya
dengan
ventilasi dan suara tambahan
mudah, tidak
-Tentukan kebutuhan suction
ada pursed
dengan mengauskultasi crakles dan
lips)
ronkhi pada jalan napas
-Tanda tanda
utamaauskultasi suara paru setelah
vital dalam
tindakan untuk mengetahui hasilnya
rentang
normal

3 Gangguan NOC : Latihan Kekuatan


mobilitas fisik Joint -Ajarkan dan berikan dorongan
b/d kerusakan Movement : pada klien untuk melakukan
rangka Active program latihan secara rutin
neuromuskuler,
Mobility Latihan untuk ambulasi
nyeri, terapi
Level -Ajarkan teknik Ambulasi &
restriktif
Self care : perpindahan yang aman kepada
(imobilisasi).
ADLs klien dan keluarga.

Transfer -Sediakan alat bantu untuk klien


performance seperti kruk, kursi roda, dan

Kriteria Hasil walker

: -Beri penguatan positif untuk

-Klien berlatih mandiri dalam batasan

meningkat yang aman.

dalam Latihan mobilisasi dengan kursi


aktivitas fisik roda

-Mengerti -Ajarkan pada klien & keluarga


tujuan dari tentang cara pemakaian kursi roda
peningkatan & cara berpindah dari kursi roda
mobilitas ke tempat tidur atau sebaliknya.

- -Dorong klien melakukan latihan


Memverbalisa untuk memperkuat anggota tubuh
sikan perasaan -Ajarkan pada klien/ keluarga
dalam tentang cara penggunaan kursi
meningkatkan roda
kekuatan dan Latihan Keseimbangan
kemampuan -Ajarkan pada klien & keluarga
berpindah untuk dapat mengatur posisi secara
- mandiri dan menjaga
Memperagaka keseimbangan selama latihan
n penggunaan ataupun dalam aktivitas sehari
alat Bantu hari.
untuk Perbaikan Posisi Tubuh yang
mobilisasi Benar
(walker)
-Ajarkan pada klien/ keluarga
untuk mem perhatikan postur
tubuh yg benar untuk menghindari
kelelahan, keram & cedera.

-Kolaborasi ke ahli terapi fisik


untuk program latihan.

4 Gangguan NOC : NIC : Pressure Management


integritas kulit Tissue -Anjurkan pasien untuk
b/d fraktur Integrity : menggunakan pakaian yang
terbuka, Skin and longgar
pemasangan Mucous -Hindari kerutan padaa tempat
traksi (pen, Membranes tidur
kawat, sekrup)
Kriteria Hasil -Jaga kebersihan kulit agar tetap
: bersih dan kering
-Integritas -Mobilisasi pasien (ubah posisi
kulit yang pasien) setiap dua jam sekali
baik bisa
-Monitor kulit akan adanya
dipertahankan
kemerahan
-Melaporkan -Oleskan lotion atau minyak/baby
adanya oil pada derah yang tertekan
gangguan -Monitor aktivitas dan mobilisasi
sensasi atau pasien
nyeri pada
-Monitor status nutrisi pasien
daerah kulit
-Memandikan pasien dengan sabun
yang
dan air hangat
mengalami
gangguan

-Menunjukkan
pemahaman
dalam proses
perbaikan
kulit dan
mencegah
terjadinya
sedera
berulang

-
Mampumelind
ungi kulit dan
mempertahan
kan
kelembaban
kulit dan
perawatan
alami.
5 Risiko infeksi NOC : NIC :
b/d Immune Infection Control (Kontrol infeksi)
ketidakadekuatan Status -Bersihkan lingkungan setelah
pertahanan
Risk control dipakai pasien lain
primer
Kriteria Hasil -Pertahankan teknik isolasi
(kerusakan kulit,
: -Batasi pengunjung bila perlu
taruma jaringan
lunak, prosedur -Klien bebas -Instruksikan pada pengunjung
invasif/traksi dari tanda dan untuk mencuci tangan saat
tulang) gejala infeksi berkunjung dan setelah berkunjung
-Menunjukkan meninggalkan pasien
kemampuan -Gunakan sabun antimikrobia
untuk untuk cuci tangan
mencegah
-Cuci tangan setiap sebelum dan
timbulnya
sesudah tindakan kperawtan
infeksi
-Gunakan baju, sarung tangan
-Jumlah
sebagai alat pelindung
leukosit dalam
-Pertahankan lingkungan aseptik
batas normal
selama pemasangan alat
-Menunjukkan
-Ganti letak IV perifer dan line
perilaku hidup
central dan dressing sesuai dengan
sehat
petunjuk umum

-Gunakan kateter intermiten untuk


menurunkan infeksi kandung
kencing

-Tingktkan intake nutrisi

-Berikan terapi antibiotik bila perlu


Infection Protection (proteksi
terhadap infeksi)

-Monitor tanda dan gejala infeksi


sistemik dan lokal

-Monitor hitung granulosit, WBC

-Monitor kerentanan terhadap


infeksi

-Batasi pengunjung

-Saring pengunjung terhadap


penyakit menular

-Partahankan teknik aspesis pada


pasien yang beresiko

-Pertahankan teknik isolasi k/p

-Berikan perawatan kuliat pada


area epidema

-Inspeksi kulit dan membran


mukosa terhadap kemerahan,
panas, drainase

-Ispeksi kondisi luka / insisi bedah

-Dorong masukkan nutrisi yang


cukup

-Dorong masukan cairan

-Dorong istirahat

-Instruksikan pasien untuk minum


antibiotik sesuai resep

-Ajarkan pasien dan keluarga tanda


dan gejala infeksi

-Ajarkan cara menghindari infeksi

-Laporkan kecurigaan infeksi

-Laporkan kultur positif

6 Kurang NOC : NIC :


pengetahuan Kowlwdge : Teaching : disease Process
tentang kondisi, disease -Berikan penilaian tentang tingkat
prognosis dan process pengetahuan pasien tentang proses
kebutuhan
Kowledge : penyakit yang spesifik
pengobatan b/d
health -Jelaskan patofisiologi dari
kurang terpajan
Behavior penyakit dan bagaimana hal ini
atau salah
Kriteria Hasil berhubungan dengan anatomi dan
interpretasi
: fisiologi, dengan cara yang tepat.
terhadap
informasi, -Pasien dan -Gambarkan tanda dan gejala yang

keterbatasan keluarga biasa muncul pada penyakit,

kognitif, kurang menyatakan dengan cara yang tepat

akurat/lengkapny pemahaman -Gambarkan proses penyakit,


a informasi yang tentang dengan cara yang tepat
ada penyakit,
-Identifikasi kemungkinan
kondisi,
penyebab, dengna cara yang tepat
prognosis dan
-Sediakan informasi pada pasien
program
tentang kondisi, dengan cara yang
pengobatan
tepat
-Pasien dan
-Hindari harapan yang kosong
keluarga
mampu -Sediakan bagi keluarga atau SO

melaksanakan informasi tentang kemajuan pasien


prosedur yang dengan cara yang tepat
dijelaskan -Diskusikan perubahan gaya hidup
secara benar yang mungkin diperlukan untuk
-Pasien dan mencegah komplikasi di masa
keluarga yang akan datang dan atau proses
mampu pengontrolan penyakit
menjelaskan -Diskusikan pilihan terapi atau
kembali apa penanganan
yang
-Dukung pasien untuk
dijelaskan
mengeksplorasi atau mendapatkan
perawat/tim
second opinion dengan cara yang
kesehatan
tepat atau diindikasikan
lainnya
-Eksplorasi kemungkinan sumber
atau dukungan, dengan cara yang
tepat

-Rujuk pasien pada grup atau


agensi di komunitas lokal, dengan
cara yang tepat

-Instruksikan pasien mengenai


tanda dan gejala untuk melaporkan
pada pemberi perawatan
kesehatan, dengan cara yang tepat
DAFTAR PUSTAKA

Brunner, Suddarth. 2002. Buku Ajar keperawtan medikal bedah, edisi 8


vol.3.EGC. Jakarta
Carpenito, LJ. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan edisi 6 . Jakarta:
EGC
Doengoes, M.E., 2000, Rencana Asuhan Keperawatan, EGC, Jakarta.
Ircham Machfoedz, 2007. Pertolongan Pertama di Rumah, di Tempat
Kerja, atau di Perjalanan. Yogyakarta: Fitramaya
Johnson, M., et all. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second
Edition. New Jersey: Upper Saddle River
Mansjoer, A dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta:
Media Aesculapius
Mc Closkey, C.J., et all. 1996. Nursing Interventions Classification (NIC)
Second Edition. New Jersey: Upper Saddle River
Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006.
Jakarta: Prima Medika
Smeltzer, S.C., 2001, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, EGC,
Jakarta.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. W DENGAN FRAKTUR
TERTUTUP TIBIA DI RSUD KOTA SALATIGA

A. PENGKAJIAN
1. IDENTITAS
a. Identitas Pasien
Nama : Tn W
Umur : 35 Tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Swasta
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Alamat : Salatiga
No CM : 19.20.415397
Tanggal masuk : 25 April 2019
Pengkajian : 25 April 2019 / Jam : 22.00 WIB
Dx Medik : Fraktur Tibia Sinistra Tertutup
b. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Tn.A
Umur : 50 Tahun
Alamat : Salatiga
Hubungan : Ayah
2. KEADAAN PASIEN SECARA UMUM
Pasien terlihat tampak merintih kesakitan.

3. KELUHAN UTAMA/ALASAN MASUK RS


Klien pergi ke UGD dengan kecelakaan lalu lintas, klien mengatakan kaki kiri
sangat sakit dan susah digerakkan yaitu patah tulang pada tibia sinistra. Saat
klien tiba di IGD, perawat melakukan pengkajian kegawatdaruratan dan
langsung melakukan penanganan pada klien sesuai dengan kebutuhan klien.
Pertama perawat melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital, pemberian terapi
injeksi ketorolak (untuk mengurangi nyeri) dan ranitidine (untuk menurunkan
asam lambung), dan melakukan pembidaian pada kaki kiri klien (pemasangan
2 spalk).

4. PENGKAJIAN PRIMER

a. Airway:
Bersih, tidak nampak ada sputum, darah, atau benda asing lainnya pada jalan nafas.
b. Breathing :
Pernafasan pasien normal, tidak ada dipsnea, regular. RR: 20x/menit.

c. Circulation:

Tekanan darah : 164/116 mmHg, nadi: 99x/menit, S:36,4oC,akral hangat, nadi teraba kuat,
capillary refill < 2 detik , bunyi jantung normal s1 dan s2 murni reguler. SpO2 saat datang:
98%.

d. Dissability:

Kesadaran: composmentis dengan GCS: E4M5V6,Ukuran pupil 2/2, reaksi terhadap cahaya
(+/+).

e. Exposure :

S: 36,4oC, terdapat luka lecet pada kaki bagian kanan akibat kecelakaan lalu lintas.
5. PENGKAJIAN SEKUNDER
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pasien di bawa ke IGD RSUD salatiga karena kaki kiri klien mengalami
patah tulang akibat kecelakaan lalu lintas.
b. Riwayat Kesehatan Dahulu
Keluarga pasien mengatakan pasien tidak memiliki riwayat penyakit
hipertensi, DM, Dll.
c. Riwayat kesehatan Keluarga
Keluarga pasien mengatakan jika dikeluarganya tidak ada yang memiliki
riwayat penyakit menurun atau pun menular.
d. Pengkajian Nyeri
P : Trauma jatuh/alih posisi
Q : Seperti teriris
R : Kaki kiri pada tibia sinistra
S : Skala 8
T : Nyeri hilang timbul & bertambah saat di gerakan

e. SAMPLE

Sign and Pasien mengalami fraktur tibia tertutup bagian sinistra dan
Symptoms luka lecet srta perdarahan dikaki kanan.

Allergi Klien mengatakan tidak mempunyai alergi obat, dan


makanan

Medication Klien mengatakan di rumah tidak mengkonsumsi obat.

Past Illness Klien mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit


hipertensi, DM, Dll.
Last Meal Keluargamengatakanterakhirmakannasisayur sawi danikan
goreng.

Event Keluarga pasien mengatakan bahwa kaki bagian kiri


mengalami patah tulang dan kaki bagian kanan lecet dan
berdarah akibat jatuh kecelakaanlalulintas lalu dibawa ke
RSUD Salatiga.

f. Pemeriksaan Fisik Head to Toe

Kepala  Bentuk kepala mesocepal, tidak ada benjolan, tidak ada perdarahan
dan tidak ada lecet pada bagian kepala.
 Rambut lurus, persebaran rambut merata
 Mata:kedua mata simetris, konjungtiva merah muda, sclera putih,
pupil isokor, diameter 2/2, reflekcahaya +/+.
 Hidung simetris, tidak terdapat kotoran/secret/perdarahan.
 Mukosa mulut lembab, tidak terdapat sianosis, gigi lengkap
 Kedua daun telinga tampak bersih

Leher Tak tampak lesi dan jejas pada leher, tidak ada pembesaran
kelenjar tiroid.

Paru :

I: Pengembangan dada tampak simetris saat inspirasi, tidak


terdapat penggunaan otot bantu pernafasan

Dada P : Tidak ada massa, tidak ada nyeri tekan.

P : Suara sonor

A : Paru-paru terdengar vasikular pada kedua lapang paru

Kardiovaskuler :

I : Tidak nampak edema/massa dan juga kemerahan dan Ictus


cordis tidak tampak

P : Tidak teraba benjolan/massa teraba ictus cordis di intercosta


5 mid clavikula sinistra

P : Suara terdengar redup

A : Tidak ada tambahan bunyi jantung, S1 dan S2 normal

Abdomen I : Bentuk simetris, tak tampak asites tak terdapat lesi dan bekas
luka operasi.

A : Peristaltik usus 12 x/menit

P : Tidak ada massa, tidak ada nyeri tekan

P : Suara timpani

Genetalia  Tidak terpasang cateter

Ekstremitas Kelemahan pada daerah fraktur (ekstremitas kiri/tibia), nyeri bila


ditekan/digerakkan, krepitasi, deformitas (kelainan bentuk),
terasa kram, kemerahan, pembengkakan.

Integumen Turgor kulit baik, akral hangat.

g. Pemeriksaan Penunjang
1) Rontgen:
- Kesan : Complete os tibia et fibula sinistra pars distalis, cum
fragmnted dengan gambaran sof tissue swelling ( masuk dalam
rencana tindakan dengan masalah keperawatan yang muncul
apa!!!! ) dan hasil ronsen masuk dalam evaluasi
h. Terapi danObat – obatan

Hari/ Tgl Terapi Medis Indikasi

Senin, Untuk menurunkan rasa nyeri


Ketorolac
25-04-2019
Senin, Ranitidine Untuk menurunkan asam lambung
25-04-2019

i. Analisa Data

No Hari/Tgl/Waktu Data Etiologi Problem


Fokus

DS:

- P : Trauma
(alih posisi)
- Q : Seperti
teriris Agen cidera
- R : Kaki kiri
fisik
- S : Skala 8
( apa agen
- T : Nyeri hilang
Kamis, cidera fisiknya
1. timbul & Nyeri akut
25-04-2019
)
bertambah saat
di gerakan Dan apa data
pendukungnya
lain

DO:

- Pasien
tampak
merintih
kesakitan

DS:

- Klien
mengatakan
kesulitan
berjalan dan
ketidaknyama
nan

DO:

- penurunan
rentan gerak
- kesulitan alih Kerusakan
Kamis, posisi integritas
2. 25-04-2019 Trauma
- gerakan struktur
lambat tulang
- Hasil
rontgen:
Complete os
tibia et fibula
sinistra pars
distalis, cum
fragmnted
dengan
gambaran sof
tissue
swelling

Kamis, DS: Rusaknya Resti


3. 25-04-2019 - Klien pembuluh gangguan
mengatakan darah perfusi
nyeri jaringan
ekstremitas
kiri

DO:

- adanya
edema, nyeri
tekan
- perubahan
fungsi
motorik

j. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut b/d agen cidera fisik .
2. Kerusakan integritas struktur tulang b/d trauma.
3. Resti gangguan perfusi jaringan b/d rusaknya pembuluh darah.
k. Intervensi Keperawatan

N
Tujuan & Kriteria Hasil NIC
O

1 Setelahdilakukantindakankeperawat NIC 1: Managemen nyeri


an 1 x 3 jam 1. Kompres bagian cedera
diharapkanmenunjukkannyeri 2. Ajarkan teknik relaksasi nafas dalam.
berkurangdengankriteria: 3. Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
NOC 1 : Kontrol Nyeri 4. Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan,
1. Melaporkan bahwa nyeri pencahayaan dan kebisingan
berkurang dengan menggunakan 5. Kurangi faktor presipitasi nyeri
manajemen nyeri 6. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi,
2. Mampu mengenali nyeri (skala, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi
intensitas, frekuensi dan tanda 7. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberin anti nyeri.
nyeri)
3. Menyatakan rasa nyaman setelah
nyeri berkurang
4. Tanda vital dalam rentang normal
2 Setelahdilakukantindakankeperawat NIC 1 : Pembidaian
an 1 x 3 jam diharapkankerusakan
integritas struktur tulang
1. Monitor sirkulasi pada area yang mengalami trauma (nadi)
dapatteratasidengankriteria:
2. Monitor perdarahan di area cedera
NOC 1:Ambulasi 3. Batasipergerakanpasien, terutama pada bagian yang mengalami trauma
1. Aktivitas klien mulai meningkat 4. Identifikasibahanbidai yang paling tepat(kaku, lembut,
2. Berjalan dengan langkah efektif anatomisatautraksi)
3. Memperagakan penggunaan 5. Beri bantalan pada bidai yang keras
alat bantu untuk mobilisasi (walker). 6. Pasangbidai padabagiantubuh yang mengalami trauma, topang area yang
4. Mengerti tujuan dari trauma dengantangan, dan mintabantuantenagakesehatan lain
peningkatan mobilitas bilamemungkinkan
7. Imobilisasisendibawah dan atas area pembidaian
8. Intruksikan pasien dan keluarga mengenai cara perawata bidai.
9. Kolaborasi medis untuk dilakukan pemeriksaan radiografi daerah
dicurigai fraktur
10. Kolaborasi untuk tindakan invasif medis operasi.

3 Setelahdilakukantindakankeperawat NIC1: Perawatan Gawat Darurat


an 1 x 3 jam diharapkanresti
. gangguan perfusi jaringan - Pantau TTV
dapatteratasidengankriteria: - Imobilisasi fraktur bagian yang cidera
NOC1: Perfusi Jaringan perifer - Pindahkan pasien dengan menggunakan mekanika tubuh yang tepat

- Edema berkurang - Kolaborasi pemberian terapi sesuai kebutuhan klien

- Tidak terjadi keram otot NIC2: Perawatan Kaki

NOC2: Tingkat nyeri - Periksa kulit utuk mengetahui adanya retak, lesi, atau edema

l. - Nyeri berkurang
- TTV dalam batas normal

m. Implementasi

NO Dx TGL/JAM IMPLEMENTASI RESPON TTD


1 25-04-2019 1. Melakukan anamnese S: Klien mengatakan kecelakaan, kaki kiri klien Defota
22.00 patah dan kaki kanan lecet Indah
O: terdapat luka dikaki kanan dan fraktur tertutup Marthinus
dikaki kiri Mellyna
Mujianto
2. Melakukan kolaborasikan dengan
22.10 S: Klien mengatakan nyeri
dokter pemberian anti nyeri (ketorolak O: kolaborasi pemberian anti nyeri dengan dokter
1 ampul)

22.15 3. Melakukan kompres bagian cidera S: Klien mengatakan lebih nyaman


O: telah dilakukan kompres

4. Mengajarkan teknik relaksasi nafas


22.25 S:Klien mengatakan nyaman dan mampu
dalam
melakukan teknik nafas dalam
O: klien tanpak melakukan teknik nafas dalam
5. Mengontrol lingkungan yang dapat
22.35 mempengaruhi nyeri seperti suhu S:-
ruangan, pencahayaan dan kebisingan O: menurunkan suhu Ac dan membatasi
pengunjung

6. Melakukan pengkajian nyeri secara


komprehensif termasuk lokasi,
22.45 karakteristik, durasi, frekuensi, S: Klien mengatakan nyeri post kecelakaan, nyeri
kualitas dan faktor presipitasi dirasakan saat alih posisi dikaki kiri, skala nyeri 8,
- Mengobservasi reaksi nonverbal dan nyeri hilang timbul serta bertambah saat di
dari ketidaknyamanan gerakan
- Menggunakan teknik komunikasi O: klien tampak merintih kesakitan
terapeutik untuk mengetahui
pengalaman nyeri pasien

2 25-04-2019 1. Monitor sirkulasi pada area yang S:- Defota


23.00 mengalami trauma (nadi) O: Sirkulasi dalam kondisi baik

23.10 2. Monitor perdarahan di area cedera S: Klien mengatakan patah tulang ??????
O: tidak terjadi perdarahan diarea cidera
Indah
3. Membatasipergerakanpasien, terutama
23.15 S: Klien mengatakan patah tulang?????
pada bagian yang mengalami trauma
O: tidak terjadi perdarahan diarea cidera
Kolaborasi melakukan pemeriksaan
radiografi Marthinus
O : hasil pemeriksaan radiografi apa
4. Mengidentifikasibahanbidai yang
23.20
paling tepat(kaku, lembut,
S: -
anatomisatautraksi) dan memberi
Mellyna
bantalan pada bidai yang keras O: membuat spalk yang tepat
5. Memasangbidai padabagiantubuh
23.30 yang mengalami trauma, topang area Mujiato
yang trauma dengantangan, dan S: Klien bersedia di bidai
mintabantuantenagakesehatan lain O: telah terasang spalk pada kaki kiri klien
bilamemungkinkan.

- Megimobilisasi sendi bawah dan


atas area pembidaian

23.45 S: klien bersedia


6. Menganjurkan pasien dan keluarga
O: telah diedukasi pasien dan keluarga mengenai
mengenai cara perawatan bidai.
cara perawatan bidai.

7. Melakukan kolaborasi untuk tindakan S: klien bersedia


invasif medis operasi. O: klien telah di konsulkan kepada medis untuk
dilakkn tindakan invasif
25-04-2019 1. Memonitor tanda-tanda vital S: Klien mengatakan bersedia di TTV Defota
3 00.00 O: TD: 164/116 mmHg, HR: 132x/menit, S:36,4oC,
SpO2: 98% dan RR: 20x/menit
Indah

00.10 S: klien mengaakan bersedia bersedia


2. Melakukan imobilisasi fraktur
O: telah dilakukan mobilisasi

00.20 Marthinus
3. Memindahkan pasiendengan S:-
menggunakan mekanika tubuh yang O: telah dilakukan pemindahan pasien dengan
tepat menggunakan mekanika tubuh
Mellyna

00.25 S: klien mengatakan bersedia


4. Memeriksa kulit utuk mengetahui O: terdapat edema dan patah tulang pada
adanya retak, lesi, atau edema ekstremitas kiri
Mujiato
n. Evaluasi

No. DX TGL/JAM EVALUASI TTD

1. 26-02-2019 S: Klien mengatakan nyeri berkurang dari Defota


01.00 8 menjadi 5 Indah
O: Klien tanpak merintih Marthinus
A: Masalah belum teratasi Mellyna
Lanjutkan intervensi Mujiato

2. 26-02-2019 S: Klien mengatakan kesulitan berjalan Defota


01.00 dan ketidaknyamanan Indah
O: Klien belum bisa berdiri mandiri, Marthinus
menggunakan kursi roda Mellyna
A: Masalah belum teratasi Mujiato
P: Lanjutkan intervensi

3. 26-02-2019 S: Klien mengatakan nyeri ekstremitas Defota


01.00 kiri Indah
O: nyeri tekan, edema Marthinus
A: Masalah belum teratasi Mellyna
P: Lanjutkan intervensi Mujiato
BAB IV

PEMBAHASAN

Klien pergi ke UGD dengan kecelakaan lalu lintas, klien mengatakan kaki kiri sangat
sakit dan susah digerakkan. Saat klien tiba di IGD, perawat melakukan pengkajian
kegawatdaruratan dan langsung melakukan penanganan pada klien sesuai dengan kebutuhan
klien. Pertama perawat melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital, pemberian terapi injeksi
ketorolak (untuk mengurangi nyeri) dan ranitidine (untuk menurunkan asam lambung), dan
melakukan pembidaian pada kaki kiri klien (pemasangan 2 spalk).
BAB V
PENUTUP
a. Kesimpulan
Luka merupakan kerusakan integritas kulit yang terjadi karena trauma
yangdialami kulit sedangkan fraktur merupakan keadaan terputusnya keutuhan
tulangdiakibatkan oleh trauma. Pada kasus klien mengalami lecet pada kaki
kanan serta fraktur tibia sinistra yang berasal dari trauma langsung akibat
kecelakaan motor sehinggamenimbulkan rasa nyeri dan keterbatasan gerak.
Hal ini akan menyulitkan klien dalammelakukan kebersihan diri, sehingga
perawat sangat berperan untuk membantu klien dan mengurangi nyeri klie
serta proses penyembuhan klien.

b. Saran
- Perawat harus mengetahui anatomi dan fisiologi dari sistem integumen
- Perawat harus memahami jenis-jenis fraktur dan penanganannya
- Perawat harus mengetahui pemberian obat pengurang rasa nyeri serta
meninjau efeksamping dari obat yang diberikan pada klien
- Perawat harus mampu menyusun asuhan keperawatan yang tepat
berdasarkan kondisiklien yang luka dan fraktur

Anda mungkin juga menyukai