Anemia
Anemia
MM eritropoesis
Sel darah merah berfungsi untuk mengangkut hemoglobin dan mengangkut oksigen dari paru-
paru ke jaringan. Sel darah merah dibentuk melalui proses Eritropoesis.
Lo1.mekanisme
Secara keseluruhan pembentukan sel-sel darah ,dimulai dari sel muda di sumsum tulang menjadi
sel matang di dalam darah, digambarkan sebagai urutan yang kompleks,meliputi 3 proses:
1.proliferasi
2.diferensiasi
3.maturasi
Besar>keci,biru>merah/violet
B.perkembangan nucleus :
Besar>kecil>tidak ada
Sel darah berasal dari sel stem hemopoetik pluripoten yang berada pada sumsum tulang. Sel ini
kemudian akan membentuk bermacam macam sel darah tepI. Asal sel yang akan terbentuk
selanjutnya adalah sel stem commited, Sel ini akan dapat meghasilkan Unit pembentuk koloni
eritrosit (CFU-E) dan Unit granulosit dan monosit (CFU-GM).
Pada eritropoesis, CFU-E membentuk banyak sel Proeritroblas sesuai dengan rangsangan.
Proeritroblas akan membelah berkali-kali menghasilkan banyak sel darah merah matur ya itu
Basofil Eritroblas. Sel ini sedikit sekali mengumpulkan hemoglobin. Selanjutnya sel ini akan
berdifferensiasi menjadi Retikulosit dengan sel yang sudah dipenuhi dengan hemoglobin.
Retikulosit masih mengandung sedikit bahan basofilik. Bahan basofilik ini akan menghilang
dalam waktu 1-2 hari dan menjadi eritrosit matur.
Proeritroblast (rubriblast)
Normoblast (ortokromatofilik)
Retikulosit
eritrosit
1. Rubriblast:
2. Prorubrisit:
3. Rubrisit:
5. Eritrositpolikromatik:
6. Eritrosit:
Ukuran6-8 μm
Sitoplasma kemerahan
Bagian tengah pucat, krn btk bikonkaf
Bentuk bulat, tepi rata
LO2.faktor yang mempengaruhinya
Pembentukan eritrosit dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain : vitamin B12, asam folat,
mineral besi (Fe), tembaga (Cu), cobalt (Co), protein, hormon eritropeitin dan kadar oksigen di
udara.
Vitamin B12 merupakan bahan makanan yang diperlukan oleh seluruh sel tubuh dan pertumbuhan
sel jaringan pada umunya. Hal ini karena vitamin B12 berperan dalam sintesis DNA. Karena
jaringan yang menghasilkan eritrosit paling cepat pertumbuhan dan proliferasinya, kekurangan
Sel-sel eritroblastik sumsum tulang tidak dapat berproliferasi dengan cepat, sehingga ukurannya
lebih besar dari yang bormal dan berkembang menjadi megaloblas yang selanjutnya menjadi
makrosit. Kemapuan makrosit hampir sama dengan eritrosit, tetapi sangat fragil, hidupnya sangat
singkat. Dapat dikatakan bahwa bila terjadi kekurangan vitamin B12 maka akan menyebabkan
Sebenarnya penyebab terbanyak dari kegagalan pematangan eritrosit bukanlah karena kekurangan
vitamin B12 pada makanan, tetapi oleh adanya kegagalan penyerapan vitamin B12 dalam saluran
pencernaan. Hal ini sering terjadi pada mereka yang menderita penyakit anemia pernisiosa, yang
penyebab pokoknya adalah atrofi mukosa lambung, sehingga getah lambung tidak dapat
Dalam keadaan normal, sel-sel parietal lambung mensekresikan suatu glikoprotein yang disebut
faktor intrinsik. Faktor intrinsik akan berikatan dengan vitamin B12 yang ada dalam makanan,
sehingga vitamin B12 dapat diabsorpsi dalam usus. Faktor intrinsik sangat diperlukan, karena
dengan terikatnya vitamin B12 dengan faktor intrinsik maka vitamin B12 akan terlindungi dari
pencernaan oleh enzim-enzim saluran pencernaan. Faktor intrinsik ini akan berikatan dengan
Eritropoeitin adalah hormon yang merupakan glikoprotein (berat molekul kira-kira 40.000).
Eritropoeitin disebut juga erythropoeitik stimulatimg factor atau homopoeitin, yang terdapat
dalam darah sebagai respon terhadap hipoksia (jaringan kekurangan oksigen). Eritropoeitin
Faktor-faktor yang menurunkan oksigenasi pada jaringan sehingga terjadi hipoksia antara lain :
volume darah rendah, anemia, hemoglobin rendah, aliran darah tidak baik, dan penyakit paru-
paru.
Eritropoeitin sebagian besar (90-95%) dibentuk didalam ginjal, namun belum diketahui dengan
pasti bagian ginjal yang membentuk eritropoeitin tersebut. Dari percobaan-percobaan diduga
bahwa eritropoeitin dibentuk oleh sel-sel juxtaglomerulus, yaitu sel-sel yang terletak didalam
Pada tempat-tempat yang tinggi, kadar oksigen dalam udara berkurang. Untuk memenuhi
keperluan oksigen dalam jaringan, produksi eritrosit haris dipercepat. Tambahan eritrosit dalam
peredaran darah baru tampak pada hari ketiga dan kecepatan pembentukan eritrosit yang
Pengaruh Mineral Besi (Fe), Tembaga (Cu) Dan kobalt (Co) Dalam Pembentukan Eritrosit
Zat besi diperlukan langsung untuk membentuk hemoglobin. Sedangkan tembaga dan kobalt
LO3.morfologi
Eritrosit normal berbentuk bulat atau agak oval dengan diameter 7 – 8 mikron (normosit). Dilihat
dari samping, eritrosit nampak seperti cakram atau bikonkaf dengan sentral akromia kira-kira
1/3 – ½ diameter sel.
1.membran eritrosit
2.sistem enzim: yang terpenting ;dalam embden meyerhoff pasthway: pyruvate kinase,dalam
pentose pathway : enzim G6PD (glucose 6-phosphate dehydrogenese)
-globin : bagian protein yang terdiri atas 2 rantai alfa dan 2 rantai beta
berfungsi sebagai alat transport utama yang membawa oksigen. Umur eritrosit normal rata-rata
110-120 hari.
Nilai normal eritrosit: Perempuan dewasa : 3.8-5.2 x 10^6/uL, laki-laki dewasa : 4.4-5.9 x
10^6/uL
a. Mikrosit
Diameter < 7 mikron, biasa disertai dengan warna pucat (hipokromia). Pada pemeriksaan sel
darah lengkap didapatkan MCV yang rendah. Ditemukan pada
- Anemia defesiensi besi
- Keracunan tembaga
- Anemia sideroblasik
- Hemosiderosis pulmoner idiopatik
- Anemia akibat penyakit kronik
b. Makrosit
Diameter rata-rata > 8 mikron. MCV lebih dari normal dan MCH biasanya tidak berubah.
Ditemukan pada:
- Anemia megaloblastik
- Anemia aplastik/hipoplastik
- Hipotiroidisme
- Malnutrisi
- Anemia pernisiosa
- Leukimia
- Kehamilan
Anisositosis adalah suatu keadaan dimana ukuran diameter eritrosit yang terdapat di dalam
suatu sediaan apus berbeda-beda (bervariasi).
LI.2 mm Hemoglobin
Kadar hemoglobin menggunakan satuan gram/dl. Yang artinya banyaknya gram hemoglobin
dalam
100 mililiter darah.
Nilai normal hemoglobin tergantung dari umur pasien :
1. Bayi baru lahir : 17-22 gram/dl
2. Umur 1 minggu : 15-20 gram/dl
3. Umur 1 bulan : 11-15 gram/dl
4. Anak anak : 11-13 gram/dl
5. Lelaki dewasa : 14-18 gram/dl
6. Perempuan dewasa : 12-16 gram/dl
7. Lelaki tua : 12.4-14.9 gram/dl
8. Perempuan tua : 11.7-13.8 gram/dl
Nilai diatas dapat berbeda pada masing masing laboratorium namun tidak akan terlalu jauh dari
nilai diatas. Ada pula laboratorium yang tidak membedakan antara lelaki atau perempuan
dewasa dengan lelaki atau perempuan tua.
LI.1 mekanisme
Sintesis hemoglobin dimulai dalam proeritoblas dan dilanjutkan sedikit dalam reetikulosit.
Hemoglobin terdiri dari suksinil koA yang berikatan dengan glisin untuk membentuk pirol.
Kemudian 4 pirol akan bergabung membentuk protoporfirin IX yang kemudian bergabung
dengan besi membentuk Heme. Setiap molekul Heme ini akan berikatan dengan rantai
polipeptida panjang yang disebut globin. Globin disintesis oleh ribosom. Sifat rantai hemoglobin
menentukan afinitas ikatan hemoglobin terhadap oksigen.
LI.2 fungsi
1.Karbon dioksida.Hb membantu mengangkut gas ini dari sel jaringan kembali keparu
2.bagian ion hydrogen asam(h+) dari asam karbonat terionisasi,yangdihasilakn di tingkat jaringan
dari CO2.Hb menyangga asam ini sehingga asam ini tidak banyak menyebabkan perubahan PH
darah
3.karbon monoksida(co).gas ini dalam keadaaan normal tidak terdapat di dalam darah, tetapi
jika terhirup maka gas ini cenderung menepati bagian Hb yang berikatan dengan oksigen
sehingga terjadi keracunan karbon monoksida
4.nitrat oksida(NO).
a. keasaman atau pH
Keasaman bertambah atau pH semakin turun dan kadar ion H+ meningkat akan melemahkan
ikatan antara oksigen dan hemoglobin sehingga kurva disosiasi oksigen-hemoglobin bergerak ke
kanan (Afinitas Hb terhadap O2 berkurang ) sehingga menyebabkan hemoglobin melepaskan
lebih banyak oksigen ke jaringan. Misal peningkatan asam laktat dan asam karbonat yang
dihasilkan oleh jaringan yang aktif secara metabolic. Keasaman turun atau PH naik afinitas Hb
terhadap O2 bertambah sehingga kurva disosiasi oksigen hemoglobin bergerak ke kiri (afinitas
Hb tehadap O2 Bertambah) dan hemoglobin banyak mengikat O2. Hb bekerja sbg buffer utk ion
H+ .
e. BPG
Peningkatan BPG yang dihasikan dari suatu metabolit glikolisis dan terdapat dalam darah
sehingga Hb berikatan dg BPG dapat mengurangi afinitas Hb thd O2 dan kurva bergeser ke
kanan. Hormon tiroksin, GH, epinefrin, norepi & testosteron dapat meningkatkan pembentukan
BPG dan kadar BPG meningkat pada orang yg tinggal di dataran tinggi.
Penurunan BPG di darah menyebabkan ikatan Hb terhadap O2 semakin kuat karena Hb tidak
diikat oleh BPG afinitas Hb terhadap O2 bertambah, kurva disosiasi oksigen hemoglobin bergeser
ke kiri.
Sumber : Biokimia Herper 2009
METABOLISME BESI
Besi merupakan trace element vital yang sangat dibutuhkan oleh tubuh untuk pembentukan
hemoglobin, mioglobin dan berbagai enzim. Dalam berbagai jaringan dalam tubuh, besi dapat
berupa: senyawa besi fungsional, besi cadangan, dan besi transport. Besi dalam tubuh tidak
pernah terdapat dalam bentuk logam bebas, tetapi selalu berikatan dengan protein tertentu.
Dalam keadaan normal, seorang laki-laki dewasa mempunyai kandungan besi 50 mg/kgBB,
sedangkan perempuan dewasa adalah 35 mg/kgBB.
Besi dapat berfungsi sebagai donor elektron maupun akseptor. Jika besi terdapat di dalam sel,
maka dapat mengkatalisis reaksi H2O2 menjadi radikal bebas.
Distribusi besi dalam Lokasi Kandungan besi (mg)
Tubuh pada laki-laki
dengan berat 70 kg
Protein
Hemoglobin Sel darah merah 3000
Mioglobin Otot 400
Sitokrom dan protein Seluruh jaringan 50
Fe-S
Transferin Plasma dan cairan 5
ekstravaskular
Ferritin dan Hati, limpa, sumsum 100-1000
hemosiderin tulang
Siklus Besi
Pertukaran besi dalam tubuh merupakan lingkaran tertutup yang diatur oleh besarnya besi yang
diserap usus, sedangkan kehilangan besi fisiologis bersifat tetap. Besi yang diserap usus setiap
hari berkisar antara 1-2 mg, ekskresi besi terjadi dalam jumlah yang sama melalui deskuamasi sel
epitel usus. Besi dari usus dalam bentuk transferin akan bergabung dengan besi yang
dimobilisasi dari makrofag dalam sumsum tulang sebesar 22 mg untuk dapat memenuhi
kebutuhan eritropoiesis sebanyak 24 mg per hari. Eritrosit yang beredar secara efektif di sirkulasi
membutuhkan 17 mg besi, sedangkan besi sebesar 7 mg akan dikembalikan di makrofag karena
terjadinya eritropoiesis non efektif (hemolisis intramedular). Besi yang terdapat pada eritrosit
yang beredar juga akan dikembalikan ke makrofag setelah mengalami proses penuaan, yaitu
sebesar 17 mg.
Absorpsi Besi
Tubuh mendapatkan masukan besi yang berasal dari makanan. Untuk memasukkan besi dari
usus ke dalam tubuh diperlukan proses absorpsi. Absorpsi besi paling banyak terjadi pada bagian
proksimal duodenum. Proses absorpsi besi dibagi menjadi 3 fase :
- Fase luminal besi pada makanan diolah di lambung lalu siap diserap di duodenum.
- Fase mukosal proses penyerapan dalam mukosa usus yang merupakan proses aktif.
- Fase korporeal meliputi proses transportasi besi dalam sirkulasi, utilisasi besi oleh sel-sel yang
memerlukan, dan penyimpanan besi oleh tubuh.
LI.3 mm anemia
LI.1 definisi
Anemia secara fungsional didefinisikan sebagai penurunan jumlah massa eritrosit (red cell mass)
sehingga tidak dapat memenuhi fungsinya untuk membawa oksigen dalam jumlah yang cukup ke
jaringan perifer
LI.2 etiologi
Anemia disebabkan oleh berbagai jenis penyakit, namun semua kerusakan tersebut secara
signifikan akan mengurangi banyaknya oksigen yang tersedia untuk jaringan. Menurut Brunner
dan Suddart (2001), beberapa penyebab anemia secara umum antara lain :
a. Secara fisiologis anemia terjadi bila terdapat kekurangan jumlah hemoglobin untuk
mengangkut oksigen ke jaringan.
b. Akibat dari sel darah merah yang prematur atau penghancuran sel darah merah yang
berlebihan.
c. Produksi sel darah merah yang tidak mencukupi.
d. Faktor lain meliputi kehilangan darah, kekurangan nutrisi, faktor keturunan, penyakit kronis
dan kekurangan zat besi
LI.3 klasifikasi
2. Gangguan pematangan
Pada keadaan anemia jenis ini biasanya ditemukan kadar retikulosit yang “rendah”, gangguan
morfologi sel (makrositik atau mikrositik), dan indeks eritrosit yang abnormal. Gangguan
pematangan dapat dikelompokkan menjadi 2 macam yaitu:
a. Gangguan pematangan inti
Pada keadaan ini biasanya ditmukan kelainan morfologi berupa makrositik. Penyebab dari
Gangguan pematangan inti adalah defisiensi asam folat, defisiensi vitamin B12, obat-obatan
yang mempengaruhi metabolisme DNA (seperti metotreksat, alkylating agent), dan
myelodisplasia. Alkohol juga dapat menyebabkan gangguan pematangan inti, namun keadaan ini
lebih disebabkan oleh defisiensi asam folat.
b. Gangguan pematangan sitoplasma
Pada keadaan ini biasanya ditmukan kelainan morfologi berupa mikrositik dan hipokromik.
Penyebab dari gangguan pematangan sitoplasma adalah defisiensi besi yang berat, gangguan
sintesa globin (misalnya pada thalasemia), dan gangguan sintesa heme (misalnya pada anemia
sideroblastik)
LI.4patofisiologi
Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sumsum atau kehilangan sel darah merah
secara berlebihan atau keduanya. Kegagalan sumsum dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi,
pajanan toksik, invasi tumor atau kebanyakan akibat penyebab yang tidak diketahui. Sel darah
merah dapat hilang melalui perdarahan atau hemplisis (destruksi), hal ini dapat akibat defek sel
darah merah yang tidak sesuai dengan ketahanan sel darah merah yang menyebabkan destruksi
sel darah merah.
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam sel fagositik atau dalam system
retikuloendotelial, terutama dalam hati dan limpa. Hasil samping proses ini adalah bilirubin yang
akan memasuki aliran darah. Setiap kenaikan destruksi sel darah merah (hemolisis) segera
direfleksikan dengan peningkatan bilirubin plasma (konsentrasi normal ≤ 1 mg/dl, kadar diatas
1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik pada sclera).
Apabila sel darah merah mengalami penghancuran dalam sirkulasi, (pada kelainan hemolitik)
maka hemoglobin akan muncul dalam plasma (hemoglobinemia). Apabila konsentrasi plasmanya
melebihi kapasitas haptoglobin plasma (protein pengikat untuk hemoglobin bebas) untuk
mengikat semuanya, hemoglobin akan berdifusi dalam glomerulus ginjal dan kedalam urin
(hemoglobinuria).
Kesimpulan mengenai apakah suatu anemia pada pasien disebabkan oleh penghancuran sel
darah merah atau produksi sel darah merah yang tidak mencukupi biasanya dapat diperoleh
dengan dasar:1. hitung retikulosit dalam sirkulasi darah; 2. derajat proliferasi sel darah merah
muda dalam sumsum tulang dan cara pematangannya, seperti yang terlihat dalam biopsi; dan
ada tidaknya hiperbilirubinemia dan hemoglobinemia.
Anemia
↓
viskositas darah menurun
↓
resistensi aliran darah perifer
↓
penurunan transport O2 ke jaringan
↓
hipoksia, pucat, lemah
↓
beban jantung meningkat
↓
kerja jantung meningkat
↓
payah jantung
LI.5patogenesis
LI.6menifestasi klinis
1. Pusing
2. Mudah berkunang-kunang
3. Lesu
4. Aktivitas kurang
5. Rasa mengantuk
6. Susah konsentrasi
7. Cepat lelah
8. prestasi kerja fisik/pikiran menurun
9. Konjungtiva pucat
10. Telapak tangan pucat
11. Iritabilitas dan Anoreksia
12. Takikardia , murmur sistolik
13. Letargi, kebutuhan tidur meningkat
14. Purpura
15. Perdarahan
Gejala khas masing-masing anemia:
1. Perdarahan berulang/kronik pada anemia pasca perdarahan, anemia defisioensi besi
2. Ikterus, urin berwarna kuning tua/coklat, perut mrongkol/makin buncit pada anemia hemolitik
3. Mudah infeksi pada anemia aplastik dan anemia karena keganasan
Anemia hemolitik
kelainan-kelainan yang sering dikelirukan dengan anemia hemolitik adalah:
1.Anemia pasca perdarahanakut dan fase pemulihan anemia defisiensi yang sedang
mendapatterapi .disini dapat dibedakan Karena tidak adanya ikterus dan kadar hemoglobin
meningkatpada pemeriksaan beri kitnya.
3.Anemia yang disertai perdarahan ke rongga retropenial atau kejaringan lainsering kali
sulitdibedakan dengan anemia hemolitik. Hemoglobin mengalami penurunan dengan cepat
disertairetikulositosis dan ikterus okholurik.
4.Kasus dengan ikterus tanpa anemia seperti pada sindrom Gilbert atau kelainan katabolisme
yangperlu dibedakandengan keadaan hemoltik terkompensasi.
5.Adanya mioglobiuria,seperti pada kerusakan otot yang luas atau crush syndrome perlu
dibedakandengan hemoglobinuria
LI.9 penatalaksanaan
LI.10 komplikasi
LI.11 prognosis
LI.4 mm anemia def besi
LI.definisi
Anemia defisiensi besi adalah anemia yang disebabkan oleh kurangnya persediaan besi untk
eritropoiesis, karena cadangan besi kosong (depleted iron store) sehngga pembentukan hemoglobin
berkurang
LI.2 etiologi
Keseimbangan besi negatif
Kehilangan besi sebagai akibat perdarahan menahun dapat berasal dari:
Saluran cerna: akibat dari tukak peptik, pemakaian salisilat atau NSAID, kanker lambung, kanker
kolon, divertikulosis, hemoroid, dan infeksi cacing tambang
Saluran genitalia perempuan: menorrhagia atau metrorhagia
Saluran kemih: hematuria
Saluran napas: hemoptoe
Gangguan absorpsi besi: gastrektomi, tropical sprue atau kolitis kronik.
Faktor nutrisi: kurangnya jumlah besi total dalam makanan atau kualitas besi yang tidak baik
(makanan banyak serat, rendah vitamin C, dan rendah daging)
Peningkatan kebutuhan
Kebutuhan besi meningkat: seperti pada prematuritas, anak dalam masa pertumbuhan, masa
menyusui, dan kehamilan
Besi yang dibutuhkan laki-laki dewasa sekitar 5-10 mg/hari, sedangkan pada wanita mencapai
7-20 mg/hari. Pada wanita hamil, kebutuhan dapat meningkat hingga 30 mg/hari.
LI.3 klasifikasi
Deplesi besi : cadangan besi menurun tetapi penyediaan besi untuk eritropoiesis belum terganggu.
Eritropoiesis defisiensi besi: cadangan besi kosong, penyediaan besi untuk eritopoiesis terganggu,
tetapi belum timbul anemia secara laboratorik.
Anemia defisiensi besi: cadangan besi kosong disertai anemia defisiensi besi
LI.4 patofisiologi
LI.5 patogenesis
Anemia defisiensi besi melalui beberapa fase patologis yaitu:
Deplesi besi
Deplesi besi merupakan tahapan awal dari ADB. Berbagai proses patologis yang menyebabkan
kurangnya besi memacu tubuh untuk menyesuaikan diri yaitu dengan meningkatkan absorbsi besi dari
usus. Pada tahapan ini tanda yang ditemui adalah penurunan ferritin serum dan besi dalam sumsum
tulang berkurang.
Eritropoesis defisiensi besi
Kekurangan besi yang terus berlangsung menyebabkan besi untuk eritropoiesis berkurang namun
namun secara klinis anemia belum terjadi, kondisi ini dinamakan eritropoiesis defisiensi besi. Tanda-
tanda yang ditemui pada fase ini adalah peningkatan kadar protoporhyrin dalam eritrosit, penurununan
saturasi transferin, dan peningkatan Total iron binding capacity (TIBC).
Jika jumlah besi terus menurun maka eritropoiesis akan terus terganggu dan kadar hemoglobin mulai
menurun sehingga terjadi anemia hipokromik mikrositik. Kondisi ini sudah bisa dikategorikan sebagai
anemia defisiensi besi
Anemia defisiensi besi memberikan dampak kesehatan yang cukup banyak kepada seseorang
misalnya gangguan sistem neuromuscular, gangguan kognitif, gangguan imunitas, dan gangguan
terhadap janin.
Pengaruh Defisiensi Besi Selain Anemia
Sistem nuromuskular yang menimbulkan gangguan kapasitas kerja: defisiensi besi menimbulkan
penurunan fungsi mioglobin, enzim sitokrom dan gliserofosfat oksidase, menyebabkan gangguan
glikolisisasam laktat menumpukkelelahan otot
Gangguan terhadap fungsi mental dan kecerdasan: gangguan pada enzim aldehid
oksidaseserotonin menumpuk, enzim monoaminooksidase penumpukan katekolamin dalam
otak.
Gangguan imunitas dan ketahanan infeksi
LI.6manifestasi klinis
Manifestasi klinis anemia defisiensi besi dapat dikategorikan menjadi 2 yaitu
gejala langsung anemia (anemic syndrome) dan gejala khas defisiensi besi. Gejala yang termasuk
dalam anemic syndrome terjadi ketika kadar hemoglobin turun dibawah 7-8 mg/dL berupa lemah,
cepat lelah, mata berkunang-kunang, dan telinga berdenging. Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan
konjungtiva pasien pucat. Gejala khas yang muncul akibat defisiensi besi antara lain koilonychia
(kuku sendok), atrofi papil lidah, cheilosis (Stomatitis angularis), disfagia, atrofi mukosa gaster, dan
Pica (Keinginan untuk memakan tanah).
Selain gejala-gejala tersebut jika anemia disebabkan oleh penyakit tertentu maka gejala penyakit yang
mendasarinya juga akan muncul misalnya infeksi cacing tambang menyebabkan gejala dyspepsia atau
kanker kolon menyebabkan hematoskezia.
Gejala Umum
Gejala berupa badan lemah, lesu, cepat lelah, mata berkunang-kunang, serta telinga mendenging. Pada
anemia ini, penurunan kadar Hb terjadi secara perlahan-lahan. Anemia bersifat simtomatik jika kadar
Hb turun di bawah 7 g/dL. Pada pemeriksaan fisik, pasien dijumpai pucat, terutama pada konjungtiva
dan daerah bawah kuku.
Gejala Khas
Koilonychia: kuku sendok (spoon nail), kuku menjadi rapuh, bergaris-garis vertikal dan menjadi
cekung sehingga mirip sendok
Atrofi papil lidah: permukaan lidah menjadi licin dan mengkilap karena papil lidah menghilang
Stomatitis angularis: radang pada sudut mulut sehingga tampak sebagai bercak berwarna pucat
keputihan
Disfagia: nyeri menelan karena kerusakan epitel hipofaring
Atrofi mukosa gaster sehingga menimbulkan akhloridia
Pica: keinginan memakan makanan yang tidak lazim, ex: tanah liat, es, lem, dll.
Feritin serum merupakan pemeriksaan laboratorium untuk diagnosis anemiadefisiensi besi yang paling
kuat, cukup reliabel dan praktis. Angka serumferitin yang normal belum dapat menyingkirkan
diagnosa defisiensi besi,namun feritin serum >100 mg/dl sudah dapat memastikan tidak ada defisiensi.
4.Peningkatan protoporfirin eritrosit
Angka normalnya <30 mg/dl. Peningkatan protoporfirin bebas >100 mg/dlmenunjukkan adanya
defisiensi besi.
5.Peningkatan reseptor transferin dalam serum (normal 4-9 μg/dl), dipakai untuk membedakan
anemia defisiensi besi dengan anemia pada penyakit kronis.
6.Gambaran apus sumsum tulang menunjukkan jumlah normoblas basofil yangmeningkat, disertai
penurunan stadium berikutnya. Terdapat pulamikronormoblas (sitoplasma sedikit dan bentuk tidak
teratur. Pengecatansumsum tulang dengan Prussian blue merupakan gold standar diagnosisdefisiensi
besi yang akan memberikan hasil sideroblas negatif (normoblas yangmengandung granula feritin pada
sitoplasmanya, normal 40-60%).
7.Pemeriksaan mencari penyebab defisiensi
misalnya pemeriksaan feses, bariumenema, colon in loop, dll.
RINGKASNYA :
Pemeriksaan Laboratorium
Kadar hemoglobin dan indeks eritrosit: MCV dan MCHC menurun, jika MCV < 70 fl,
anisositosis (tanda awal defisiensi besi)peningkatannya ditandai oleh peningkatan RDW (red cell
distribution width). Hapusan darah tepi menunjukkan anemia hipokromik mikrositer, anisosotosis, dan
poikilositosis. Jika terjadi hipokrom dan mikrositik ekstrim, sel tampak seperti cincin (ring cell), atau
memanjang seprti elips yang disebut sel pensil, dan kadang dijumpai sel target.
Leukosit dan trombosit normal. Trombosit dapat meningkat jika terjadi kehilangan darah yang
kontinyu
Eosinofilia pada infeksi cacing tambang
Retikulosit normal atau sedikit meningkat
Kadar besi serum menurun < 50 μg/dl, TIBC meningkat > 350μg/dl, dan saturasi transferin <
15%.
Angka feritin serum < 20 mg/l
Protoforfirin bebas >100 mg/dl
Rasio reseptor transferin dengan log ferritin serum > 1,5
Pengecatan besi sumsum tulang negatif
Pemeriksaan lain untuk mengetahui penyebab anemia defisiensi besipemeriksaan feses untuk
cacing tambang, pemeriksaan darah samar, endoskopi,dan pemeriksaan lainnya.
Pemeriksaan fisik meliputi pemeriksaan tanda vital untuk melihat kondisi umum yang mungkin
menjadi penyebab utama yang mempengaruhi kondisi pasien atau efek anemia terhadap kondisi
umum pasien. Pemeriksaan fisik ditujukan untuk menemukan berbagai kondisi klinis manifestasi
kekurangan besi dan sindroma anemic.
Kriteria
Utama
anemia mikrositik hipokromik pada hapusan darah tepi
MCV <80 fL dan MCHC <31%
Kriteria Tambahan
Parameter laboratorium khusus: Kadar Fe serum <50 mg/L, TIBC >350 mg/L,
saturasi transferin <15%*
Ferritin serum <20 mg/L
Pulasan sumsum tulang menunjukkan butir hemosiderin negatif
Dengan pemerian sulfas ferrosus 3 x 200 mg/hari atau preparat besi lain yang setara
selama 4 minggu tidak disertai dengan kenaikan kadar hemoglobin >2g/dL
Diagnosis Diferensial
Diagnosis diferensial utama dari anemia defisiensi besi yang mikrostik hipokromik adalah
thallasaemia, penyakit inflamasi kronik, dan sindroma mielodisplastik. Perbedaan dari kondisi-kondisi
tersebut antara lain:
LI.9 penatalaksanaan
Terapi
a. Terapi kausal: terapi terhadap penyebab perdarahan
b. Pemberian preparat besi untuk mengganti kekurangan besi dalam tubuh
Respons terhadap terapiSeorang pasien memberikan respons baik jika retikulosit naik pada
minggu pertama, mencapai puncak pada hari ke-10 dan normal lagi setelah hari ke 14, diikuti
kenaikan Hb 0,15 g/hari atau 2 g/dl setelah 3-4 minggu. Hb menjadi normal setelah 4-10 minggu.
Lidah kembali normal dalam 3 bulan. Koilonychia hilang dalam 3-6 bulan.
LI.10 komplikasi
Komplikasi seperti pada anemia yang lain apabila anemianya berat maka akan timbul komplikasipada
sistem kardiovaskuler berupa dekompensatio cordis. Komplikasi lain yang mungkin terjadiadalah
komplikasi dari traktus gastrointestinal berupa keluhan epigastric distress atau stomatis
LI.11 pencegahan
- Beberapa tindakan penting yang dapat dilakukan untuk mencegah kekurangan besi pada
awalkehidupan adalah sebagai berikut :
Memberi bayi makanan yang mengandung besi serta makanan yang kaya dengan asam
askorbat(jus buah).
- Diprioritaskan pada kelompok rawan yaitu, balita, anak sekolah, ibu hamil, wanita
menyusui,wanita usia subur, remaja putri dan wanita pekerja.
Diet :
Makanan yang mengandung Fe sebanyak 8 – 10 mg Fe perhari dan hanya sebesar 5 –10% yang
diabsrobsi.
Pada anak Fe berasal dari ASI dan penyerapannya lebih efisien daripada Fe yang berasal
darisusu sapi (ditunda hingga umur 1 tahun dikarenakan perdarahan saluran cerna
yangtersamarkan)
Pemberian makanan kaya vitamin C dan memperkenalkan makanan padat mulai pada usia 4-
6bulan
Meningkatkan penyerapan
Asam askorbat, daging, ikan, dan unggas, dan HCl
Menurunkan penyerapan
Asam tanat (teh dan kopi), kalsium, fitat, beras, kunung telur, polifenol, oksalat, dan obat-
obatan (antasid, tetrasiklin, dan kolestiramin)
- Penyuluhan kesehatan
Konsneling pada ibu atau orang sekitar untuk memilih bahan makanan dengan kadar besi
cukupsejak bayi sampai remaja
Suplementasi besi pada populasi rentan (ibu hamil dan anak balita)
Skirining anemia
pemeriaksaan hb, ht pada bayi baru lahir dan pada bayi kurang bulan ( prematur )
Sebaiknya dilakukan pada usia 12 bulan dengan pemeriksaan hemoglobin (Hb) dan
penilaianrisiko defisiensi besi atau anemia defisiensi besi.
LI.12 pronosis
Ketika penyebab merupakan sesuatu yang tidak berat, maka prognosisnya baik, dapat dilakukan
terapi pemberian besi secara berkelanjutan. Jika terapi dihentikan setelah anemia membaik tetapi
cadangan besi belum kembali maka dapat terjadi rekurensi anemia. Untuk itulah, terapi harus
dilakukan paling tidak 12 bulan agar tidak hanya kebutuhan zat besi yang tercukupi, tetapi juga
cadangan besinya terisi.