Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Kas merupakan harta lancar perusahaan yang sangat menarik dan mudah untuk
diselewengkan.Selain itu banyak transaksi perusahaan yang menyangkut penerimaan dan
pengeluaran kas.Karena itu, untuk memperkecil kemungkinan terjadinya kecurangan atau
penyelewengan yang menyangkut uang kas perusahaan, diperlukan adanya pengendalian intern
(internal control) yang baik atas kas dan setara kas.
a. Yang dimaksud dengan kas ialah alat pembayaran yang siap dan bebas dipergunakan
untuk membiayai kegiatan umum perusahaan.
b. Yang dimaksud dengan bank ialah sisa rekening giro perusahaan yang dapat
dipergunakan secara bebas untuk membiayai kegiatan umum perusahaan.
Contoh dari perkiraan-perkiraan yang biasa digolongkan sebagai kas dan setara kas adalah:
a. Kas kecil (Petty Cash) dalam rupiah maupun mata uang asing.
b. Saldo rekening giro di Bank dalam rupiah maupun mata uang asing.
c. Bon sementara (I O U).
d. Bon-bon kas kecil yang belum diganti.
e. Check tunai yang akan didepositkan.
Adapun yang tidak dapat digolongkan sebagai bagian dari kas dan setara kas pada neraca
adalah:
a. Deposito berjangka (time deposit) yang jatuh tempo lebih dari 3 bulan.
b. Check mundur dan check kosong.
c. Dana yang disisihkan untuk tujuan tertentu (sinking fund).
d. Rekening giro yang tidak dapat segera digunakan baik di dalam maupun dinluar negeri,
misalnya karena dibekukan.
Menurut PSAK No.2, hal 2.2 dan 2.3 (IAI: 2002). Kas terdiri atas: saldo kas (cash on hand)
dan rekening giro. Setara kas (cash equivalent) adalah investasi yang sifatnya sangat likuid,
berjangka pendek dan yang dengan cepat dapat dijadikan kas dalam jumlah tertentu tanpa
menghadapi risiko perubahan nilai yang signifikan.
Setara kas dimiliki untuk memenuhi komitmen kas jangka pendek, bukan untuk investasi
atau tujuan lain.
Semua siklus bisnis tersebut, kecuali Siklus Persediaan Barang diawali dan diakhiri dengan
akun kas dan bank.
1. Dalam Siklus Penjualan dan Penagihan, melalui penagihan, melalui penagihan, saldo
akun kas dan bank bertambah.
2. Dalam siklus pengadaan dan pembayaran, melalui pembayaran, saldo akun kas dan bank
berkurang.
3. Begitu juga dengan siklus penggakian, melalui pembayaran, saldo akun kas dan bank
berkurang.
4. Siklus Pendanaan Jangka Panjang menambah saldo akun kas dan bank (misalnya dengan
penerbitan saham atau obligasi) dan mengurangi saldo akun kas dan bank (untuk
membayar dividen tunai, bunga obligasi, dan cicilan pokok obligasi)
Seluruh transaksi dalam keempat siklus tersebuut bermuara pada akun kas dan bank seperti
terlihat di bawah ini :
Sistem Pengendalian Intern Kas
Pengendalian intern terhadap kas dapat dilakukan pada saat penerimaan uang dan
pengeluaran uang, antara lain:
Ada beberapa petunjuk/pedoman umum yang berguna bagi auditor dalam menilai
penanganan kas, yaitu:
a. Jangan diizinkan setiap karyawan menangani transaksi dari awal hingga akhir.
b. Pisahkan penanganan kas dari pencatatannya.
c. Pusatkan penerimaan kas.
d. Letakkan cash register sehingga pelanggan dapat mengadakan observasi jumlah yang
dicatat.
e. Setorkan segera semua penerimaan-penerimaan kas.
f. Semua pengeluaran harus melalu cek, kecuali pengeluaran dari kas kecil.
g. Buat rekonsiliasi bank yang dilakukan oleh karyawan yang tak bertanggung jawab
terhadap pengeluaran cek atau penanganan kas.
Kas dan bank mudah sekali menjadi sasaran penjarahan. Oleh karena itu, manajemen waib
membangun sistem pengendalian nternal yang kut atas kas dan bank
Industri perbnkan yang dalam persepsi nasabahnya mempunyai sistem pengendalian internal
yang kuat, sering kali dibobol oleh orang dalam dan nasabah. Lihat potongan berita Tempo.co 4
Februari 2015 dalam Kotak 48-1. Garis bawah dari Penulis, dengan komentar mengenai
pengendalian internal di hawah Kotak 48-1
Dari potongan berita di atas, terlihat kelemahan dalam proses pemberian kredit di BRI Jaksel,
antara lain:
Di bagian akhir polisi menyimpulkan dugaan adanya tindak pidana korupsi. Dugaan ini bisa
diperdebatkan, karena kerugian negara bukanlah ciri atau unsur kejahatan tipikor saja. Kerugian
negara bisa terjadi dalam tindak pidana perbankan, atau kasus ingkar janji dalam perdata.
Putusan hakim yang akan menentukan jenis perbuatan melawan hukumnya dan sanksinya.
Perlakuan Akuntansi
Untuk keperluan penyusunan neraca komersial dan neraca fiskal, kas dan bank
dilaporkan sebesar nilai nominal.Perlakuan terhadap kas dan bank dalam perpajakan dan
akuntansi pada umumnya tidak jauh berbeda.Ketentuan perpajakan tidak mengatur secara rinci
mengenai teknik dan metode pembukuan kas dan bank.Oleh karena itu, praktik akuntansi
komersial yang mengatur tentang teknik dan metode pembukuan kas dan bank dapat diikuti
sepenuhnya.
Untuk tujuan pengendalian kas dan bank, perusahaan pada umumnya melakukan pemisahan
dana antara kas kecil (petty cash) dan kas besar (cash on hand). Kas kecil umumnya dipakai
untuk pengeluaran harian perusahaan yang sifatnya rutin dan tidak besar jumlahnya.Kas besar
pada umumnya dipakai oleh perusahaan untuk pengeluaran tertentu dan disimpan oleh
perusahaan di dalam brankas. Dalam kas kecil dikenal dua sistem, yaitu:
1. Imprest fund system (sistem dana tetap) dengan pencatatan transaksi dan mutasi dana kas
kecil dilakukan pada saat penggantian dana.
2. Fluctuating fund system (sistem dana tidak tetap) dengan pencatatan transaksi dan mutasi
dana setiap saat terjadinya transaksi.
Tujuan pemeriksaan (Audit objectives) kas dan setara kas adalah sebagai berikut:
1. Untuk memeriksa apakah terdapat internal control yang cukup baik atas kas dan setara
kas serta transaksi penerimaan dan pengeluaran kas dan bank. Jika auditor dapat
meyakinkan dirinya bahwa internal control atas kas dan setara kas serta transaksi
penerimaan dan pengeluaran kas dan bank berjalan efektif, maka luasnya pemeriksaan
dalam melakukan substantive test bisa dipersempit. Beberapa ciri internal control yang
baik atas kas dan setara kas serta transaksi penerimaan dan pengeluaran kas dan bank
adalah:
a. Adanya pemusahan tugas dan tanggungjawab antara yang menerima dan
mengeluarkan kas dengan yang melakukan pencatatan, memberikan otorisasi atas
pengeluaran dan penerimaan kas dan bank.
b. Pegawai yang membuat rekonsiliasi bank harus lain dari pegawai yang mengerjakan
buku bank. Rekonsiliasi bank dibuat setiap bulan dan harus ditelaah oleh kepala
Bagian Akuntansi.
c. Digunakannya imprest fund system untuk mengelola kas kecil.
d. Penerimaan kas, check dan giro, harus disetor ke bank dalam jumlah seutuhnya paling
lambat keesokan harinya
e. Uang kas harus disimpan ditempat yang aman, misalnya di cash box, brankas atau di
bank.
f. Uang kas harus dikelola dengan baik, jangan dibiarkan menganggur atau terlalu
banyak disimpan di rekening giro.
g. Blanco check dan giro harus disimpan di tempat yang aman supaya tidak
disalahgunakan, selain itu harus dihindari penandatanganan cek dalam bentuk blanko.
h. Sebaiknya check dan giro ditulis atas nama dan check/giro ditandatangani oleh 2
orang untuk menghindari penyalahgunaan.
i. Sebaiknya kasir diasuransikan atau diminta menyerahkan uang jaminan, untuk back
up seandainya terjadi kehilangan uang atau kecurangan yang dilakukan oleh kasir.
j. Digunakan kwitansi yang bernomor urut cetak (prenumbered).
k. Bukti-bukti pendukung dari pengeluaran kas yang sudah dibayar harus distempel
lunas, untuk menghindari kemungkinan pembayaran dua kali (double payment).
2. Untuk memeriksa apakah saldo kas dan setara kas yang ada di neraca per tanggal neraca
betul-betul ada dan dimiliki perusahaan. Auditor harus meyakinkan dirinya bahwa kas
dan setara kas yang dimiliki perusahaan(cash on hand dan in bank) betul-betul ada dan
dimiliki perusahaan dan bukan milik pribadi direksi atau pemegang saham. Oleh karena
itu, auditor harus melakukan kas opname dan mengirim konfirmasi bank.
3. Untuk memeriksa apakah ada pembatasan untuk penggunaan saldo kas dan setara kas.
Jika perusahaan menyisihkan sebagian dana yang dimiliki untuk keperluan pelunasan
obligasi berikut bunganya (sinking fund), maka dana tersebut tidak dapat dilaporkan
sebagai bagian dari kas di harta lancar.
4. Untuk memeriksa, seandainya ada saldo kas dan setara kas dalam valuta asing, apakah
saldo tersebut sudah dikonversikan ke dalam rupiah dengan menggunakan kurs tengah
Bank Indonesia (BI) pada tanggal neraca dan apakah selisih kurs yang terjadi sudah
dibebankan atau dikreditkan ke laba rugi komprehensif tahun berjalan.
5. Untuk memeriksa apakah penyajian di neraca sesuai dengan standar akuntansi keuangan
di Indonesia (SAK/ETAP/IFRS).
Menurut SAK:
Kas dan setara kas disajikan di neraca sebagai harta lancar (current assets). Kas dan
setara kas yang penggunaannya dibatasi dapat dimasukkan dalam aset lancar hanya jika
pembatasan tersebut dilakukan untuk menyisihkan dana untuk melunasi kewajiban jangka
pendek atau jika pembatasan tersebut hanya berlaku selama satu tahun. Saldo kredit pada
perkiraan bank disajikan pada kelompok kewajiban sebagai kewajiban jangka pendek. Saldo
kredit dan debit rekening giro pada bank yang sama dapat digabung dan disajikan pada neraca
sebagai satu kesatuan.
Prosedur Pemeriksaan Kas Dan Setara Kas
a. Pahami dan evaluasi internal control atas kas dan setara kas serta transaksi penerimaan
dan pengeluaran kas dan bank. Proses memahami dan mengevaluasi internal control atas
kas dan setara kas serta transaksi penerimaan dan pengeluaran kas dan bank merupakan
bagian yang sangat penting dalam suatu proses pemeriksaan akuntan. Hasil evaluasi
internal control atas kas dan setara kas serta transaksi penerimaan dan pengeluaran kas
dan bank berupa kesimpulan apakah internal control tersebut berjalan efektif atau tidak.
Jika auditor menyimpulkan bahwa internal control efektif, berarti luasnya pengujian atas
kewajaran saldo kas dan setara kas per tanggal neraca bisa dipersempit, karena
kemungkinan terjadinya kesalahan adalah kecil dan jika kesalahan terjadi akan bisa
segera ditemukan oleh pihak perusahaan. Untuk memahami internal control yang terdapat
di perusahaan, auditor bisa melakukan tanya jawab dengan klien dengan menggunakan
internal controlquestionnaires. Kemudian hasil tanya jawab digambarkan lebih lanjut
dalam flowchart, dan (jika dianggap perlu) dalam bentuk cerita (narraetive).
Berdasarkan jawaban ICQ, flowchart, dan penjelasan narrative (jika ada), auditor
bisa mengevaluasi internal control yang ada secara teoritis dan menarik kesimpulan
sementara apakah internal control atas kas dan setara kas serta penerimaan dan
pengeluaran kas/bank baik, sedang atau lemah.Jika disimpulkan sementara bahwa
internal control baik atau sedang, auditor harus melakukan tes ketaatan atas transaksi
penerimaan dan pengeluaran kas/bank, untuk membuktikan apakah internal control
berjalan efektif atau tidak. Yang diambil sebagai sampel biasanya bukti penerimaan
kas/bank dan bukti pengeluaran kas/bank atau nomor check/giro.Jika disimpulkan
sementara bahwa internal control lemah, auditor tidak perlu mengadakan tes ketaatan,
tetapi langsung melakukan substantive test yang diperluas.Karena biasanya jika tetap
dilakukan compliance test, kesimpulan akhir tetap menyatakan bahwa internal control
lemah. Setelah compliance test selesai dilakukan, auditor harus menarik kesimpulan akhir
apakah internal control, baik, sedang atau lemah. Setelah itu baru dilakukan substantive
test atas saldo kas/bank. Prosedur audit untuk compliance test harus dipisahkan dari
prosedur audit untuk substantive test, begitu juga kertas kerja pemeriksaannya.
b. Buat Top Schedule kas dan setara kas per tanggal neraca (misal per 31-12-2010), atau
kalau belum selesai, boleh per 31-10-2010 atau 31-11-2010; penambahan mutasi akan
diperiksa kemudian, apakah ada hal-hal yang di luar kebiasaan atau tidak.
c. Lakukan Cash count (perhitungan fisik uang kas) per tanggal neraca, bisa juga sebelum
atau sesudah tanggal neraca. Jika klien menggunakan imprest fund system untuk kas
kecilnya, cash count bisa dilakukan kapan saja karena saldo kas selalu tetap. Tetapi jika
digunakan fluctuating fund system maka cash count sebaiknya dilakukan tidak jauh dari
tanggal neraca agar tidak mengalami kesulitan sewaktu melakukan perhitungan maju atau
mundur ke tanggal neraca (saldo kas per tanggal cash count ditambah atau dikurangi
dengan penerimaan atau/dan pengeluaran sebelum/sesudah tanggal neraca).
d. Kirim konfirmasi atau dapatkan pernyataan saldo dari kasir dalam hal tidak dilakukan kas
opname. Untuk kas yang berada di cabang yang jauh dan saldonya tidak besar, tidak
perlu auditor secara khusus mengunjungi cabank tersebut untuk melakukan kas opname,
karena tidak berimbang cost dan benefit-nya. Sehingga cukup dikirim surat konfirmasi
atau diminta pernyataan saldo dari kasir.
e. Kirim konfirmasi untuk seluruh rekening bank yang dimiliki perusahaan. Surat
konfirmasi tersebut harus ditandatangani oleh pejabat perusahaan yang namanya dan
contoh tanda tangannya tercantum di “signature card” bank perusahaan (authorized
signature). Konfirmasi tersebut bisa mencantumkan nomor rekening bank perusahaan,
tetapi akan lebih baik jika nomor rekening tersebut tidak dicantumkan. Surat konfirmasi
harus tetap dikirim walaupun perusahaan sudah menerima rekening koran dari bank
karena:
Hal tersebut merupakan standar audit procedures untuk mendapatkan bahan bukti
audit (audit evidence).
Yang ditanyakan dalam surat konfirmasi bukan hanya saldo bank tetapi banyak hal
lainnya, seperti: jumlah kredit, pendiskontoan wesel tagih, contigent liability dan lain-
lain.
Jawaban konfirmasi diminta untuk dikirim langsung ke auditor, sedangkan rekening
koran selalu dikirim ke klien.
Minta rekonsiliasi bank per tanggal neraca (misalkan per 31-12-2010), kalau terpaksa,
karena belum selesai yang Desember, dapat diminta per 31-11-2010.
Lakukan pemeriksaan atas rekonsiliasi bank tersebut.
Rekonsiliasi bank harus dibuat oleh klien dan tugas auditor adalah memeriksa kebenaran
rekonsiliasi tersebut, serta mengusulkan audit adjustment jika ditemukan kesalahan.
a. Cocokkan saldo menurut rekening koran bank dengan rekening koran bank yang
bersangkutan dan jawaban konfirmasi bank.
b. Periksa footing dan cross footing.
c. Cocokkan saldo menurut pembukuan dengan saldo buku kas/bank dan buku besar
kas/bank.
d. Periksa outstanding check dan outstanding deposit ke rekening koran bulan berikutnya,
perhatikan apakah ada check yang outstanding lebih dari 70 hari sehingga perlu
dibuatkan jurnal koreksi.
e. Periksa biaya administrasi bank dan jasa giro ke rekening koran dan nota debit/kredit dari
bank.
f. Review jawaban konfirmasi dari bank, notulen rapat dan perjanjian kredit untuk
mengetahui apakah ada pembatasan dari rekening bank yang dimiliki perusahaan.
g. Periksa inter bank transfer ± 1 minggu sebelum dan sesudah tanggal neraca, untuk
mengetahui adanya kitting dengan tujuan untuk window dressing.
Check kitting bisa dilakukan jika perusahaan mempunyai lebih dari satu rekening
bank. Untuk mengetahui ada tidaknya check kitting, auditor harus memeriksa transfer
dari rekening bank perusahaan ke rekening bank perusahaan yang lainnya dan
mencocokkan apakah penambahan saldo di rekening bank yang berasal dari transfer
sudah diikuti dengan pengurangan saldo di rekening bank lainnya. Karena biasanya check
kitting dilakukan mendekati tanggal neraca maka periode yang harus diperiksa ± 1
minggu sebelum dan sesudah tanggal neraca. Periksa transaksi kas sesudah tanggal
neraca (subsequent payment dan subsequent collection) sampai mendekati tanggal
selesainya pemeriksaan lapangan. Tujuannya adalah untuk mengetahui apakah ada
kewajiban yang belum tercatat(unrecorded liabilities) per tanggal neraca yang baru
dibayar di periode berikutnya, baik yang berasal dari pembelian aset ataupun biaya-biaya
perusahaan. Tujuan lain untuk mengetahui apakah utang per tanggal neraca sudah
dilunasi di periode berikutnya, sehingga auditor lebih yakin mengenai kewajaran saldo
utang per tanggal neraca.
h. Seandainya ada saldo kas dan setara kas dalam mata uang asing per tanggal neracam
periksa apakah saldo tersebut sudah dikonversikan ke dalam rupiah dengan menggunakan
kurs tengah BI pada tanggal neraca dan apakah selisih kurs yang terjadi sudah
dibebankan atau dikreditkan pada laba rugi tahun berjalan. Kurs tengah BI adalah rata-
rata kurs beli dan kurs jual di Bank Indonesia yang bisa dilihat di surat kabar atau
business news.
Entitas harus mencatat transaksi mata uang asing, pada pengakuan awal dalam mata uang
fungsional, dengan menggunakan kurs tunai (spot rate) pada tanggal transaksi antara mata uang
fungsional dan mata uang asing tersebut.Tanggal transaksi adalah tanggal dimana transaksi
pertama kali memenuhi syarat pengakuan sesuai dengan SAK ETAP.
i. Periksa apakah penyajian kas dan setara kas di neraca dan catatan atas laporan keuangan,
sesuai dengan standar akuntansi keuangan di Indonesia (SAK/ETAP/IFRS).
Penyajian di Neraca:
Pada umunya kas dan setara kas merupakan harta lancar, saldo deposito berjangka tidak
boleh dilaporkan sebagai dari kas dan bank, jika ada saldo bank bersaldo kredit dengan
jumlah yang material, harus direklasifikasi sebagai utang jangka pendek.
j. Buat kesimpulan di Top Schedule kas dan setara kas atau di memo tersendiri mengenai
kewajaran dari cash on hand dan in bank, setelah kita menjalankan seluruh prosedur audit
di atas
Management Override
Pertama, seperti disebut di atas, persekongkolan antara penjabatat atau petugas yang
fungsi dan kewenangannya dipisahkan oleh sistem. Pemisahan tugas dalam system tersebut
dihancurkan oleh persekongkolan.
Kedua, manajemen menggunakan atau menyalahgunakan wewenangnya untuk
“mematikan” (override) penangkal-penangkal risiko. Berita di atas menyebut kanpimpinan
cabang Bank BRI Jakarta Selatan yang menyetujui pencairan kredit secara bertahap. Tidak jelas
apakah telah melampui kewenangannya. Memanfaatkan wewenang selaku pimpinan untuk
membuat system pengendalian tidak berfungsi, adalah management override yang harus menjadi
perhatian auditor, baik eksternal maupun internal.
Organisasi, besar maupun kecil, mempunyai kas atau persediaan uang tunai. Pemegang
kas tahu bahwa ia harus siap setiap saat, jika kasnya akan diperiksa atasannya dengan atau tanpa
kehadiran orang lain (seperti auditor eksternal maupun internal). Pemeriksaan fisik kas (juga
dikenal dengan istilah kas opname atau cash count) secara mendadak merupakan salah satu fitur
pengendalian internal atas kas.
Fitur lain ialahsistem dana tetap atau imperest system. Dalam system ini, kas (atau kas
kecil / petty cash) ditetapkan dalam jumlah tertentu, misalnya Rp 5 juta. Pemegang kas
mengeluarkan uang dengan membuatbukti/bon kas kecil (petty cash voucher) dan
pendukungnya. Jika uang tunai sudah perlu diisi kembali, seluruh bon kecil dan pendukungnya
diringkas/ direkapitulasi oleh pemegang kas, diberikan kepadaatasannya untuk direviu dan
disetujui untukpengisian kembali.
Dalam imperest system tersebut, setiap saat jumlah uang tunai ditambah bon kas kecil
yang ada berjumlah Rp 5 juta. Ini memudahkan pemegang kas kecil, atasannya, atau pihak lain
melakukan perhitungan kas fisik.
Kepala Unit Bank Rakyat Indonesia (BRI) Kecamatan Tapung Raya, Kabupaten Kampar, Riau,
Masril, ditahan oleh Kepolisian Resor Kampar karena melakukan transfer fiktif sebesar Rp1,6
miliar. Kasus transfer fiktif ini dilaporkan oleh Kepala BRI Kabupaten Kampar, Sudarman dan
seorang pegawai di BRI Rustian Marta. Pencatatan palsu dalam pembukuan atau laporan
maupun dokumen kegiatan usaha. Laporan atau transaksi rekening bank yang dilakukan
tersangka sebesar Rp1,6 miliar itu tanpa disertai uangnya. Hanya dalam catatan ada transfer
uang, faktanya fiktif. Seperti dilansir detikcom, kronologi transfer fiktif ini bermula pada Rabu
(23/02) lalu. Saat tim pemeriksa internal dari BRI Cabang Bangkinang, Ibukota Kabupaten
Kampar melakukanpemeriksaan ke Unit BRI Tapung, ditemukan kejanggalan transaksi. Hasil
pemeriksaan itu menyebutkan, adanya kejanggalan antara jumlah saldo neraca dengan kas tidak
seimbang. Setelah dilakukan pemeriksaan lebih lanjut, adanya pembukaan setoran kas sebanyak
Rp1,6 miliar. Uang sebanyak itu diketahui ditransfer dari BRI Unit Pasir Pangaraian II ke Unit
BRI Tapung.
''Dalam hal ini tersangka membuat laporan adanya transaksi Rp1,6 miliar, namun
dalampemeriksaan tim BRI Bangkinang, transfer tersebut tidak disertai uangnya. Kejanggalan
inilah yang akhirnya tim pemeriksaan internal BRI mencium adanya transaksi fiktif tersebut.
Sehingga kasus penggelapan ini dilaporkan ke pihak kepolisian,'' terang Muttaqien. Dalam kasus
ini, tersangka dijerat dengan UU No 10 tahun 1998 tentang perubahan atas UUNo 7 tahun 1992
tentang perbankan. Tersangka diancam hukuman 10 tahun kurungan ditambah denda. ''Kita juga
masih memerisa sejumlah saksi dari pihak BRI sendiri serta tim ahli perbankan. Tersangka
sekarang sudah kita tahan,'' jelas Muttaqien.
ANALISIS :
Pada kasus ini adanya kejanggalan antara jumlah saldo neraca dengan kas tidak seimbang.
Setelah dilakukan pemeriksaan lebih lanjut, adanya pembukaan setoran kas sebanyak Rp1,6
miliar. Akhirnya tim pemeriksaan internal BRI mencium kasus ini dan melaporkannya. Hal ini
tidak dapat dibiarkan begitu saja. Oleh sebab itu tersangka diancam hukuman 10 tahun kurungan
ditambah denda.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.kompasiana.com/ema_surya/556c4a38c823bdd4038b456f/kasus-fraud-audit-pada-
bank-bri
http://ikapertiwi09.blogspot.com/2015/10/kas-dan-bank.html?m=1