Anda di halaman 1dari 2

Ilmu yang mempelajari tentang pola perilaku hewan disebut ethologi.

Perilaku pada hewan dapat


dibagi kedalam tiga unsur yaitu tropisme, taksis, refleksi, insting, belajar dan menalar. Taksis adalah
sumber rangsangan. Misalnya fototaksis merupakan rangsangan yang berasal dari sumber cahaya (Hasan
dan Widipanestu, 2000).

Suatu rangsangan tingkah laku (iritabilitas) suatu organisme disebut juga daya menanggapi
rangsangan. Daya ini memungkinkan organisme menyesuaikan diri terhadap perubahan lingkungannya.
Pada beberapa organisme terdapat sel-sel, jaringan atau organ-organ yang berdiferensiasi khusus. Pada
organisme yang bergerak, tanggapan terhadap rangsangan disebut refleks. Suatu gerak taksis pada
organisme yang diberikan rangsangan akan bergerak menjauhi atau mendekati rangsangan.

Taksis adalah suatu gerakan hewan menuju atau menjauhi suatu rangsangan yang terjadi. Taksis
dibagi menjadi dua berdasarkan arah orientasi dan pergerakan, yaitu taksis positif dan taksis negatif.
Taksis menurut macam rangsangannya juga dibedakan menjadi fototaksis (rangsangan cahaya), rheoaksis
(rangsangan terhadap arus air), kemotaksis (rangsangan terhadap bahan kimia) dan geotaksis
(rangsangan terhadap kemiringan tempat) (Michael, 1994):

1. Fototaksis adalah gerak taksis yang terjadi disebabkan oleh adanya rangsangan dari sumber
cahanya.

2. Rheotaksis adalah gerak taksis yang terjadi disebabkan oleh adanya arus air pada suatu tempat.

3. Geotaksis adalah gerak taksis yang terjadi karena adanya kemiringan suatu tempat.

4. Kemotaksis adalah gerak taksis yang terjadi karena adanya zat kimia.

Suatu gerak taksis dikatakan taksis positif jika respon yang terjadi adalh menuju atau mendekati
rangsangan, sedangkan taksis negatif jika respon yang terjadi adalah menjauhi rangsangan (Virgianti,
2005).

Perilaku dapat terjadi sebagai akibat suatu stimulus dari luar. Reseptor diperlukan untuk mendeteksi
stimulus itu, syarat diperlukan untuk mengkoordinasikan respon dan efektor itulah yang sebenarnya
melakukan aksi. Perilaku dapat juga terjadi sebagai akibat stimulus dari dalam. Lebih sering terjadi,
perilaku suatu organisme merupakan akibat gabungan stimulus dari luar dan dalam (Kimball, 1992).
Taksis adalah suatu bentuk sederhana dari respon hewan terhadap stimulus dengan bergerak secara
otomatis langsung mendekati atau menjauh dari atau pada sudut tertentu terhadapnya atau dalam
proses penyesuaian diri terhadap kondisi lingkungannya (Suin, 1989).

2.2 Cacing Tanah

Cacing tanah menyukai lingkungan yang lembab dengan bahan organik yang berlimpahan dan
banyak banyak kalsium yang tersedia. Akibatnya, cacing tanah terdapat paling melimpah dalam tanah
berstruktur halus dan kaya bahan organik dan tidak terlalu asam. Cacing tanah pada umumnya membuat
liang dangkal dan hidup mencerna bahan organik yang terdapat didalam tanah (Nurdin, 1997).

Perilaku cacing tanah dengan membuat liang yang dangkal merupakan respon terhadap rangsang
cahaya. Kelangsungan hidup suatu mahkluk hidup tergantung pada kemampuannya dalam menanggapi
rangsang dan bagaimana organisme (cacing tanah) tersebut menyesuaikan diri terhadap lingkungannya
(Odum, 1993).

Secara sistematis, cacing tanah bertubuh tanpa kerangka yang tersusun oelh segmen-segmen
(Norafiah,2005). Pontoscolex corethurus mempunyai mukus yang dikeluarkan oleh usus sebanyak 16 %
perberat kering tubuh yang dapat menstimulasi pertumbuhan mikroflora sehingga dapat mendegradasi
materi organik tanah menjadi bentuk yang lebih sederhana dan mudah dicerna. Berdasarkan penelitian,
inokulasi cacing tanah Pontoscolex corethurus dapat memperbaiki kondisi fisika dan kimia tanah yang
ditandai dengan meningkatnya permeabelitas, porositas serta kandungan unsur hara tanah (Adianto,
2004).

Anda mungkin juga menyukai