Anda di halaman 1dari 6

Nama : Widya Kristiyanti

Kelas : Sejarah – A

Nopes : 19016420410532

FORUM DISKUSI MODUL 6


KEGIATAN BELAJAR 1
Prof. Dr. Suswandari. M.Pd UHAMKA
Assalamualaikum Wr. Wb. Apa kabar ibu bapak.
Tetap semangat ya. Kita tidak tidak pernah kendor dengan misi tugas kita sebagai guru
sejarah di negara kita tercinta. Saat ini kita bahas tentang peran pelajar, mahasiswa
dan tokoh masyarakat dalam perubahan politik dan ketatanegaraan di era reformasi.
Dengan mencari sumber yang lain juga, coba diskusikan konsep peran dalam konteks
tokoh dalam suatu peristiwa sejarah Indonesia. Selanjutnya deskripsikan peran apa
yang dimainkan oleh para pelajar, mahasiswa dan tokoh masyarakat dalam gejolak
politik reformasi 1998. Bagaimana kesimpulan ibu dan bapak terkait dengan peristiwa
perubahan sejarah ini, dari sisi positif dan tidak positifnya untuk era sekarang.

Konsep Peran Dalam Konteks Tokoh Dalam Suatu Peristiwa Sejarah


Indonesia
teori peran adalah teori yang berbicara tentang posisi dan prilaku seseorang yang
diharapkan dari padanya tidak berdiri sendiri, melainkan selalu berada dalam kaitannya
dengan adanya orang- orang lain yang berhubungan dengan orang atau aktor tersebut.
Pelaku peran menjadi sadar akan struktur sosial yang didudukinya, oleh karena itu seorang
aktor berusaha untuk selalu nampak “mumpuni” dan dipersepsi oleh aktor lainnya sebagai
“tak menyimpang“ dari sistem harapan yang ada dalam masyarakat.
Peran seotang tokoh dalam peristiwa sejarah diartikan pada karakterisasi yang disandang
untuk dibawakan oleh seorang tokoh sejarah dalam sebuah peristiwa sejarah yang terjadi
yang dalam konteks sosial peran diartikan sebagai suatu fungsi yang dibawakan seseorang
ketika menduduki suatu posisi dalam struktur sosial. Peran seorang tokoh sejarah adalah
apa yang dilakukan seseorang dalam satu peristiwa. Dengan demikian dapat dilihat bahwa
sebenarnya konsep peran dalam tokoh sejarah dapat digunakan untuk menganalisis setiap
hubungan antara dua orang atau banyak orang dalam satu peristiwa sejarah. Saya dapat
mengambil conoth peristiwa Sumpah Pemuda 1928 sebagai berikut :
Peristiwa Sejarah : Peristiwa Sumpah Pemuda
Hari sumpah pemuda (Soempah Pemoeda) merupakan suatu hari yang dimana setiap tahun
diperingati seperti halnya dengan hari kemerdekaan Indonesia, karena pada hari tersebut
diikrarkannya sumpah pemuda yang merupakan tonggak utama dalam memberikan
penyemangat pemuda-pemudi Indonesia untuk menegakkan berdirinya Negara Indonesia.
Hari sumpah pemuda jatuh pada tanggal 28 Oktober, dimana terjadinya Kongres Pemuda
yang mencetuskan ikrar sumpah pemuda. Ikrar tersebut memiliki nilai tersendiri bagi negara
Indonesia, karena dengan ikrar sumpah pemuda, para pemuda Indonesia menjadi lebih
bersemangat untuk membangun bangsa serta memerdekakan dari segala penjajahan yang
ada pada masa itu.
Tokoh Dan Peranan penting nya dalam Sumpah Pemuda :
1. Soegondo Djojopoespito
Beliau adalah salah satu tokoh yang berperan dalam kongres pemuda II. Beliau berperan
sebagai ketua jalannya Kongres Pemuda II yang menghasilkan Sumpah Pemuda. Beliau
merupakan seorang pejuang Nasionalisme yang memiliki cita-cita mulia bagi Bangsa
Indonesia. Sejak duduk dibangku kuliahnya Beliau sudah memiliki jiwa seorang pejuang,
dibuktikan pada tahun 1926 Beliau sudah ikut berperan dalam Kongres Pemuda I. Dan
sampai akhirnya dilanjutkannya Kongres Pemuda II, Beliau dipilih menjadi ketua Kongres
Pemuda II yang dilaksanakan pada tahun 1928.
2. Mohammad Yamin
Beliau berperan menjadi sekretaris jalannya kongres pemuda II, Beliau seorang pejuang
dari Jong Sumatra. Pada sesi penutup yaitu kongres pemuda II, Beliau menulis rumusan
resolusi di secarik kertas yang kemudian diusulkan saat kongres berjalan. Isi tulisan
Beliaulah yang sekarang menjadi Trilogi Sumpah Pemuda. 3 frasa dalam isi tulisan beliau
yaitu satu nusa, satu bangsa, dan satu bahasa.
3. W.R. Soepratman
Beliaulah yang menciptakan lagu Indonesia Raya yang sampai saat masih dinyanyikan
setiap ada Upacara Bendera. Lagu Indonesia Raya pertama kali dinyanyikan yaitu pada
saat kongres pemuda II, Beliau meminta Izin kepada ketua Kongres Pemuda yaitu
Soegondo Djojopoespito untuk memperdengarkan lagu Indonesia Raya ciptaanya
tersebut. Namun, karena pada saat itu kongres pemuda dijaga ketat oleh polisi Hindia
Belanda sehingga lagu yang berisi tentang kemerdekaan Indonesia hanya dilantunkan
melalui nada biola. Karena di dalam lagu tersebut terdapat kata-kata merdeka yang
ditakutkan akan memicu dibubarkannya Kongres Pemuda II. Hal ini membuktikan bahwa
rasa nasionalisme seseorang bisa diwujudkan dengan seni.
4. Soenaryo Sastrowardoyo
Beliau berperan sebagai penasihat. Pengalamannya yang banyak dalam organisasi
termasuk juga pengalaman selam di Belanda membuat Beliau menjadi sosok yang
membawa dampak baik bagi pemuda Indonesia.

Peran Yang Dimainkan Oleh Para Pelajar, Mahasiswa Dan Tokoh


Masyarakat Dalam Gejolak Politik Reformasi 1998
1. Peranan pelajar dan Mahasiswa Dalam gejolak Politik Reformasi 1998
Periode pertama, adalah periode sebelum 1 Maret 1998. Pada awal periode itu, isu
yang ditampilkan belumlah menyangkut substansi reformasi melainkan sebatas pada
kondisi aktual saat itu seperti: kelaparan di Irian Jaya, kebakaran hutan di Kalimantan
dan Sumatera, menuntut pemerintah untuk menurunkan harga-harga barang, dan
menindak penimbun sembilan bahan pokok (sembako). Contohnya adalah aksi 150
mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB) yang melakukan mimbar bebas di kampus
Baranangsiang pada hari Rabu, 3 Desember 1997 dengan poster-poster yang dipajang
bertuliskan: Berantas Korupsi dan Kolusi, Tindak Tegas Mega Koruptor di BI, Tindak
Tegas Pembakaran Hutan, Tindak Tegas Aborsi Sampai ke Akar-akarnya. Pada hari
Senin 12 Januari 1998 sebanyak 24 orang mahasiswa IPB Bogor mendatangi balaikota
Bogor dengan mempermasalahkan merebakknya gambar-gambar porno yang terpasang
disejumlah bioskop dan maraknya praktik prostitusi di beberapa tempat di wilayah Bogor.
Aksi-aksi demo tersebut bersifat lokal sporadis dan belum memiliki dampak berantai
kepada mahasiswa-mahasiswa lainnya, baik yang dari satu perguruan tinggi ataupun ke
perguruan tinggi lainnya.
Periode kedua, adalah 12 Maret 1998-12 Mei 1998. setelah sempat reda selama
hampir satu minggu, mahasiswa kembali melakukan demonstrasi. Isi-isu yang
dimunculkan pada periode ini berkenaan dengan kredibelnya kabinet Pembangunan VII
karena dinilai sarat dengan nepotisme dan koncoisme.. Keinginan mahasiswa untuk
berdemonstrasi di luar kampus sudah tentu memicu bentrokan dengan aparat keamanan.
Salah satu demonstrasi mahasiswa terbesar pada periode ini terjadi di kampus
Universitas Sumatera Utara (USU) Medan yang menyebabkan diliburkannya kampus dari
kegiatan akademik sejak 29 April hingga 7 Mei 1998. Dalam periode ini isu-isu lain yang
muncul adalah mengenai dialog yang diprakarsai oleh ABRI dan peristiwa penculikan
para aktivis. Sebagaian besar mahasiswa dari perguruan tinggi yang telah mapan seperti
UGM, UI, IKIP Bandung, IAIN, dan Unpad tidak hadir dalam dialog tersebut. Hal ini
disebabkan karena : ABRI selama ini adalah alat dari kekuasaan. Menjelang akhir
periode ini yaitu mendekati insiden Trisakti 12 Mei 1998 mahasiswa melontarkan isu lebih
jauh lagi mengenai pembubaran kabinet karena dianggap tidak dapat menyelesaikan
Krisis Ekonomi serta menuntut dilakukanya Sidang Istimewa MPR.
Periode ketiga, periode ini ditandai dengan terjadinya peristiwa insiden Trisakti
tanggal 12 Mei 1998, dimana ribuan mahasiswa Trisakti melakukan demonstrasi menolak
pemilihan kembali Soeharto sebagai Presiden Indonesia saat itu yang telah terpilih
berulang kali sejak awal Orde Baru. Mereka juga menuntut pemulihan keadaan ekonomi
Indonesia yang dilanda krisis sejak tahun 1997. Mahasiswa bergerak dari Kampus
Trisakti di Grogol menuju ke Gedung DPR/MPR di Slipi mereka dihadang oleh aparat
kepolisian yang mengharuskan mereka kembali ke kampus dan sore harinya terjadilah
penembakan terhadap mahasiswa Trisakti. Penembakan itu berlangsung sepanjang sore
hari dan mengakibatkan 4 mahasiswa Trisakti meninggal dunia dan puluhan orang
lainnya baik mahasiswa dan masyarakat masuk rumah sakit karena terluka. Sepanjang
malam tanggal 12 Mei 1998 hingga pagi hari, masyarakat mengamuk dan melakukan
pengerusakan di daerah Grogol dan terus menyebar hingga ke seluruh kota Jakarta.
Mereka kecewa dengan tindakan aparat yang menembak mati mahasiswa.. Periode ini
juga ditandai oleh gerakan mahasiswa dengan menduduki Gedung DPR/MPR sejak
tanggal 18 Mei sampai dengan 22 Mei 1998. Dalam keadaan yang mulai terkendali
setelah mencekam selama beberapa hari sejak tertembaknya mahasiswa Trisakti dan
terjadinya kerusuhan besar di Indonesia, tanggal 18 Mei 1998 hari Senin siang, ribuan
mahasiswa berkumpul di depan gedung DPR/MPR dan dihadang oleh tentara yang
bersenjata lengkap, bukan lagi aparat kepolisian. Tuntutan mereka yang utama adalah
pengusutan penembakan mahasiswa Trisakti, penolakan terhadap penunjukan Soeharto
sebagai Presiden kembali, pembubaran DPR/MPR 1998, pembentukan pemerintahan
baru, dan memulihkan ekonomi secepatnya. Kedatangan ribuan mahasiwa ke gedung
DPR/MPR saat itu begitu menegangkan dan nyaris terjadi insiden. Suatu saat tentara
yang berada di depan gedung atas tangga sempat menembakan senjata mereka
sehingga membuat panik para wartawan yang segera menyingkir dari arena demonstrasi.
Mahasiswa ternyata tidak panik dan tidak terpancing untuk melarikan diri sehingga
tentara tidak dapat memukul mundur mahasiswa dari Gedung DPR/MPR. Akhirnya
mahasiswa melakukan pembicaraan dengan pihak keamanan selanjutnya membubarkan
diri pada sore hari dan pulang dengan menumpang bus umum.
Keesokan harinya mahasiswa yang mendatangi gedung DPR/MPR semakin banyak
dan lebih dari itu mereka berhasil menginap dan menduduki gedung itu selama beberapa
hari. Keberhasilan meduduki gedung DPR/MPR mengundang semakin banyaknya
mahasiswa dari luar Jakarta untuk datang dan turut menginap di gedung tersebut.
Mereka mau menunjukkan kalau reformasi itu bukan hanya milik Jakarta tapi milik semua
orang Indonesia.

2. Peranan Tokoh Masyarakat Dalam gejolak Politik Reformasi 1998


a. K.H. Abdurrahman Wahid merupakan pemimpin NU (organisasi Ilam terbesar di
Indonesia) yeng memiliki peranan untuk mengadakan pertemuan di Ciganjur terkain
pembahasan tentang asib bangsa pada saat itu.
b. Sri Sulan Hamangkubuwono X merupakan orang nomor satu di Yogyakarta. Pada
saat terjadinya Reformasi 1998, pergerakan mahasiswa tidak hanya terjadi di Jakarta
tapi di beberapa wilayah Indonesia termasuk Yogyakarta. Sri Sultan lah yang berhasil
membuat kondisi demonstrasi di Yogyakarta kondusif dengan langsung turun
kejalandan bertemu dengan ahasiswa untuk meminta mereka tidak anarkis. Sri Sultan
juga termasuk tokoh yang ada dalam pertemuan Ciganjur
c. Amien Rais : Ketika Indonesia mengalami pergolakan mulai tahun 1997, Amien Rais
tidak tinggal diam. Beliau juga aktif menyuarakan apresiasi rakyat yang kemudian
mengantarkannya menjadi aktifis yang menggerakkan roda reformasi pada tahun
1998.
d. Syarwan Hamid : peran Syarwan Hamid di era reformasi adalah
mengkonsolidasikan dirinya, kedalam aksi aksi mahasiswa dengan mengantarkan
mahasiswa sampai ke detik-detik terakhir menjelang lengsernya Soeharto. Beliau
pula yang menyambut langsung kedatangan mahasiswa yang ingin menyampaikan
aspirasinya kepada DPR/MPR sebagai wakil rakyat dan berdialog dengan para
mahasiswa bahkaan beliau memberikan jawaban atas pertanyaan kepada para
mahasiswa yang bertanya mengenai cara terbaik menurunkan Presiden Soeharto.
e. Nur kholis Madjid : beliau bersama dengan Gusdur yang berhasil menemui Preseden
Soeharto pada tanggal 20 Mei 1998 saat Soeharto menyatakan tidak mau
mengundurkan diri dari kursi kepresidenannya di tanggal 19 Mei 1998. Akhirnya pada
tanggal 21 Mei 1998 Presiden Soeharto menyatakan mundur
f. Megawati Soekarno Putri : megawati merupakan daftar dalam musuh rezim Orde baru
terutama setelah peristiwa 1996. Sosok Megawati dinilai sangat mengkhawatirkan
bagi rezim Orde baru. Ketika megawati masuk dalam kancah politik dan ikut dalam
Partai Demokrasi Indoesia, suara PDI mengalami peningkatan terutama di wilayah
Jawa tengah dan ini sangat mengkhawatirkan pemerintah ditambah dengan
terpilihnya Megawati menjadi Ketum pada KLB 1993. Terjadinya “Kudatuli” pada tahun
1996 membuat Megawati menjadisosok korban ketidakadilan rezim Orde Baru. PDI
Mega dibingkai sebagai partai wong cilik..

3. Dari Sisi Positif Dan Negatif Reformasi Untuk Era Sekarang.


a. Sisi Positif
 Adanya kebebasan berpendapat dan kepentingan yang tidak pernah direalisasikan
pada masa Orde Baru
 Berkurangnya cara-cara kekerasan terhadap masyarakat yang berusaha
mengkritik pemerintah. Dimana pada masa Orde Baru, tokoh-tokoh pengkritik
pemerintah akan dipenjarakan, dan adanya para Petrus (penembak misterius)
yang diduga pembunuh bayaran pemerintah yang bertugas untuk “menghabisi”
orang-orang yang berusaha membuka kedok pemerintah.
 Perbaikan bidang HAM yang pada masa Orde Baru banyak dilanggar oleh
pemerintah sendiri
 Semakin tingginya partisipasi dan antusiasme masyarakat dalam berbagai
kegiatan politik, terutama dalam pembentukan partai. Pada perhitungan awal
reformasi, ada lebih dari 80 parati politik yang terbentuk walau banyak pula yang
tergusur pada saat masa pendaftaran resmi dibuka
 Semakin diterapkannya otonomi daerah, dimana kekuasaan tidak lagi dimonopoli
oleh pemerintah pusat tetapi daerah juga diberi kewenangan dalam mengurus
rumah tangganya sendiri
 Keadilan semakin terasa menyeluruh pada masyarakat Indonesia, masyarakat
etnis Tionghoa menjadi sama haknya dengan WNI lainnya, pengakuan agama
Konghucu, dan menjadikan Hari Raya Imlek sebagai libur nasional.
 pemerintah berusaha merespon sebagian keinginan warga Papua untuk dapat
lebih memaksimalkan segala potensinya untuk kesejahteraan rakyat Papua
sendiri.

b. Sisi Negatif
o Maraknya kerusuhan akibat demonstrasi yang dilakukan para aktivis sebagai
bentuk penyaluran aspirasi masyarakat. Sumber Daya Manusia Indonesia yang
tidak mengerti bagaimana seharusnya demonstrasi yang baik malah melakukan
tindakan anarkis sebagai bentuk kepedulian pada kepentingan masyarakat.
o Merajalelanya KKN sebagai akibat diberlakukannya otonomi daerah. Pejabat-
pejabat daerah berpendapat bahwa bukan hanya pemerintah pusat saja yang
mampu melakukan KKN, tetapi mereka juga mampu.
o Kebebasan pers disalah gunakan banyak pihak (penguasa) untuk mencari
keburukan dari elit-elit politik yang menjadi saingan politiknya. Sehingga yang
terjadi perpecahan antar partai koalisi, bahkan perpecahan ditubuh partai itu
sendiri.
o Semakin maraknya intervensi asing (teroris) sebagai akibat kelemahan pertahanan
dan keamanan dalam negeri. Juga akibat sifat pemerintahan Indonesia yang
terlalu terbuka terhadap luar negeri.
o Meningkatnya kriminalitas akibat perlindungan HAM yang tidak seimbang. Semua
pelaku criminal tersebut akan membela diri dengan mengatakan bahwa ia
melakukan kejahatan karena hak nya tidak terpenuhi.
o Lepasnya Timor Timur dari wilayah Indonesia

Terimakasih …….

Anda mungkin juga menyukai