Anda di halaman 1dari 11

DISASTER PLAN MANAGEMENT

PENANGGULANGAN BENCANA LETUSAN GUNUNG AGUNG


DI KECAMATAN RENDANG, KABUPATEN KARANGASEM,
BALI

DISUSUN OLEH :
Herlina
030.14.086

PEMBIMBING :
dr. Gita Handayani Tarigan, MPH

KEPANITERAAN KLINIK
ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS / KESEHATAN MASYARAKAT
PERIODE 25 MARET 2019 – 01 JUNI 2019
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI
JAKARTA
A. PENDAHULUAN
Secara geografis, Indonesia didominasi oleh gunung api yang terbentuk
akibat zona subduksi antara lempeng Eurasia dan lempeng Indo-Australia. Posisi
Indonesia yang berada di atas lingkaran cincin api atau jejeran gunung berapi
(Cincin Api Pasifik), memberikan keuntungan, seperti tanah yang subur di tahun-
tahun berikutnya serta kerugian tersendiri bagi wilayah di sekitarnya, seperti
bencana gunung meletus, gempa bumi hingga tsunami. Sebanyak 150 daftar
gunung berapi yang tersebar di wilayah Indonesia, dikelompokkan menjadi enam
wilayah geografis antara lain Sumatera, Selat Sunda dan Jawa, Kepulauan Sunda
Kecil, Laut Banda, Sulawesi, dan Halmahera.
Bencana letusan gunung berapi yang baru-baru ini terjadi pada awal 2019
adalah letusan Gunung Agung, di Kecamatan Rendang, Kabupaten Karangasem,
Bali. Tanggal 12 Mei 2019 pukul 22.29 WITA, Gunung Agung kembali meletus.
Kali ini dengan melontarkan lahar dengan radius 2 km. Erupsi terjadi secara
strombolian dengan suara dentuman. Istilah tipe strombolian diambil dari kata
Stromboli, nama gunung api di pulau Stromboli Italia yang terletak di Laut
Thyrene, Mediterania. Ciri-ciri erupsi strombolian yakni adanya erupsi-erupsi
kecil dari gas dan fragmen-fragmen atau serpihan magma.
Gunung Agung merupakan gunung tertinggi di pulau Bali dengan
ketinggian 3.031 mdpl, setelah letusan 1963. Gunung Agung merupakan gunung
berapi tipe stratovolcano (berbentuk kerucut) dengan kawah yang sangat besar
dan sangat dalam yang kadang-kadang mengeluarkan asap dan uap air. Lokasi
geografis Gunung Agung terletak di 08°20' 30" Lintang Selatan dan 115°30' 30"
Bujur Timur. Sejarah letusan Gunung Agung di mulai sejak tahun 1808, 1821,
1843, 1963, 2017, 2018 dan 2019.
Bencana alam erupsi gunung api mempunyai dampak terhadap masyarakat
dan merupakan salah satu bentuk bencana sosial. Terlebih mayoritas masyarakat
pada kawasan Gunung Agung masih memiliki stigma tersendiri, dimana bencana
alam erupsi gunung api diakibatkan oleh marahnya Dewa-Dewi yang dipuja
sehingga menyebabkan kemampuan dan capacity dalam menghadapai hazard
bencana masih rendah, dan tingkat vulnerability masih tinggi. Hal ini terbukti dari
kerugian nyawa dan material yang hilang akibat erupsi Gunung Agung, dimana
pada letusan tahun 1963 angka kematian mencapai 1.148 jiwa dengan 296 korban
luka-luka. Untuk itu, melalui makalah disaster plan management ini,
pengetahuuan dan kesadaran masyarakat akan bahaya bencana erupsi Gunung
Agung semakin meningkat, dan angka disaster risk dapat diturunkan.

B. GEOGRAFI (Kecamatan Rendang, Kabupaten Karangasem, Bali)


Kabupaten Karangasem yang terletak di ujung Timur Pulau Bali dan
merupakan salah satu dari 9 Kabupaten/Kota yang ada di Provinsi Bali,
mempunyai batas wilayah sebagai berikut:
a. Sebelah Utara - Laut Jawa
b. Sebelah Selatan - Samudera Indonesia
c. Sebelah Barat - Kabupaten Klungkung, Bangli, Buleleng
d. Sebelah Timur - Selat Lombok
Secara geografis Kabupaten Karangasem berada pada posisi 8000’00’’–
8041’37,8’’Lintang Selatan dan 115035’9,8’’– 115054’8,9’’Bujur Timur. Luas
Kabupaten Karangasem adalah 839,54 Km atau 14,90 % dari luas Provinsi Bali
(5.632,86 Km). Dari seluruh luas wilayah tersebut, sekitar 7.070 Ha.(8,42 %)
merupakan lahan persawahan, sedangkan bukan lahan sawah76.884 Ha (91,58%).
Wilayah Kabupaten Karangasem mempunyai topographi sangat
bervariasi, berupa dataran, perbukitan, pegunungan (termasuk Gunung Agung).
Karangasem mempunyai pantai dengan panjang 87 Km, yang sebagian
diantaranya merupakan potensi dan telah ditetapkan sebagai kawasan wisata.
Secara administratif Kabupaten Karangasem (tahun 2009) terdiri dari dari 8
kecamatan (Kecamatan Kubu, Rendang, Manggis, Karangasem, Abang, Sidemen,
Selat, Bebandem), dengan 78 desa/kelurahan (75 desa definitif, 3 kelurahan), 532
banjar dinas. Sedangkan secara adat, Kabupaten Karangasem terdiri dari 189 desa
adat dengan 605 banjar adat.
Gambar 1. Kecamatan pada Kabupaten Karangasem, Bali

C. PENDUDUK
Penduduk desa Rendang sampai dengan tahun 2016 terdiri dari 3425 laki-
laki dan 3433 perempuan. Pertumbuhan penduduk baik yang disebabkan oleh
tingkat kelahiran, kematian serta migrasi menunjukan kecendrungan yang terus
meningkat berakibat pada tingkat kepadatan penduduk yang terus mengalami
peningkatan pula.
Kepadatan penduduk Bruto di Kabupaten Karangasem mencapai 516 jiwa/
km2 yang menurut Horstman dan Rutz (dalam Iskandar, 1980) tergolong sedang.
Bila kepadatan penduduk Bruto kita lihat berdasarkan kecamatan, tampak bahwa
dua kecamatan tergolong kepadatan tinggi, empat kecamatan tergolong kepadatan
sedang dan dua kecamatan tergolong rendah. Kecamatan Rendang berada pada
kelompok kepadatan penduduk rendah.
D. HAZARD
Berdasarkan relief dan topografi, di tengah-tengah Pulau Bali terbentang
pegunungan yang memanjang dari barat ke timur. Pegunungan tersebut antara lain
gugusan gunung berapi yaitu Gunung Batur dan Gunung Agung serta gunung
yang tidak berapi, yaitu Gunung Merbuk, Gunung Patas dan Gunung Seraya.
Gunung Agung adalah titik tertinggi di Bali. Indonesia sendiri merupakan wilayah
yang dilewati oleh cincin api pasifik, yang mana lebih rentan akan kejadian
gempa bumi, tsunami maupun erupsi gunung api.

Gambar 2. Pacific Ring of Fire

E. VULNERABILITY
Vulnerability merupakan kerentanan yang menggambarkan karakteristik
dan keadaan suatu komunitas, sistem atau aset yang membuatnya tidak mampu
menghadapi efek yang bersifat merusak dari suatu bahaya. Ada banyak aspek
kerentanan, yang timbul dari berbagai faktor fisik, sosial, ekonomi, dan
lingkungan
 Fisik
Lokasi perumahan warga yang dekat dengan kawah gunung kelud yang
merupakan lokasi yang berbahaya, terdapat banyak bangunan yang sudah
mulai rapuh, terdapat banyak lahan pertanian dan perkebunan serta peternakan.
Selain itu terdapat juga lansia dan anak – anak. Terdapat Kawasan Rawan
Bencana Gunungapi Agung terdiri dari 2 bagian, yaitu Kawasan Rawan
Bencana I (KRB I), dan Kawasan Rawan Bencana II (KRB II).
a. Kawasan Rawan Bencana II
Adalah kawasan yang berpotensi terlanda awan panas, lontaran batu
(pijar), hujan abu (lebat), dan aliran lava. Khusus di dalam kawah ancaman
juga berupa gas beracun . Untuk bahaya yang bersifat aliran, KRB II ini
mencakup seluruh lereng utara sampai ke pantai Laut Bali, lereng selatan dan
tenggara hingga berjarak ± 14 km dari puncak. Sedangkan bahaya lontaran
batu (pijar) terbatas pada radius 6 km dari kawah pada sekeliling lerengnya.
Luas seluruh KRB II ini adalah ± 215 km2. Jumlah penduduk yang bermukim
dalam kawasan ini sebanyak 35.886 jiwa.
b. Kawasan Rawan Bencana I
Adalah kawasan yang berpotensi terlanda aliran lahar hujan, banjir dan
hujan abu lebat serta kemungkinan perluasan aliran awan panas dan lontaran
batu (pijar) terutama jika letusannya semakin membesar. Derajat kerawanan
KRB I ini lebih rendah dari KRB II. KRB I terhadap aliran massa terutama di
sepanjang aliran sungai, yaitu Tk. Daya di kaki sebelah utara dan Tk. Batang di
kaki sebelah timur. Di kaki tenggara aliran lahar mengancam kota Amlapura
dan dataran Karangasem melalui Tk. Rilah, Tk. Lajang, Tk. Luah, Tk.
Pangandingah, Tk. Krekuk, Tk. Bangka, Tk. Timbul, Tk. Bedih, Tk. Buhu, dan
Tk. Jangga.
Sedangkan aliran lahar ke selatan melalui Tk. Telaga Waja, dan Tk.
Unda mengancam kota Semarapura, Kabupaten Kelungkung. Kawasan rawan
bencana hujan abu lebat dan kemungkinan lontaran batu (pijar) mempunyai
radius 10 km dari kawah, tanpa memperhitungkan arah angin. Kawasan ini
meliputi areal seluas 185 km2. Jumlah penduduk yang bermukim dalam
kawasan ini sebanyak 77.815 jiwa.
Peta Kawasan Rawan Bencana Gunungapi Agung hanya berlaku
apabila letusan terjadi di kawah pusat, arah letusan tegak lurus tanpa
memperhatikan arah angin, tidak terjadi letusan pembentukan kaldera yang
berakibat (kawah berdiameter 2 km).
Gambar 3. Kawasan Rawan Bencana Gunung Agung

 Sosial
Tingkat pendidikan masyarakat yang sebagian besar rendah serta
banyaknya populasi penduduk di sekitar gunung Agung. Bila bencana datang,
anak-anak, wanita dan elderly lansia belum mampu untuk mengevakuasi diri
masing-masing sehingga membutuhkan bantuan dari orang lain.
 Ekonomi
Tingkat pendapatan yang rendah. Struktur perekonomian Kabupaten
Karangasem memiliki karakteristik yang berbeda dibandingkan dengan
struktur perekonomian Provinsi Bali. Perekonomian Provinsi Bali lebih banyak
bertumpu pada sektor non pertanian, khususnya industri pariwisata. Sedangkan
struktur perekonomian di Kabupaten Karangasem didominasi oleh sektor
pertanian. Selain itu berdasarkan badan klimatologi Bali, Kecamatan Rendang
merupakan daerah dengan tingkat kekeringan yang parah sehingga sulit untuk
dijadikan lahan mata pencaharian.
F. CAPACITY
Kapasitas yang dimiliki oleh institusi dan masyarakat yang tinggal di daerah
Gunung Agung dalam menghadapai ancaman gunung meletus antara lain :
 Terdapat Seismometer (alat atau sensor getaran, untuk mendeteksi gempa
bumi atau getaran pada permukaan tanah) dan Tiltmeter (alat untuk
mendeteksi deformasi gunung seperti pengembungan atau pengempisan
tubuh sebuah gunung serta pergerakan magma)
 Terdapat early warning system, berupa pemasangan sirine di beberapa titik.

Gambar 4. Peta Pemasangan Sirine Gunung Agung


 Kemajuan teknologi berupa website resmi pemerintahan daerah dan Badan
Geologi (Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral) memberikan
informasi terbaru mengenai aktivitas gunung api, sehingga informasi
bencana dapat tersebar secara luas dan cepat sehingga penanggulangan/
bantuan dapat dilakukan segera.
 Tingkat gotong – royong dan kepedulian antar masyarakat masih tinggi
dalam menghadapi bencana.
 Terdapat program penanggulangan bencana berbasis komunitas yang
bernama “sister village” atau desa bersaudara. Masyarakat yang tidak
terdampak erupsi memberikan bantuan secara sukarela berupa tempat
tinggal untuk pengungsian, tempat hewan ternak, bantuan makanan, dapur
umum. Sehingga masyarakat yang terdampak dapat bertahan hingga 72 jam
sambil menunggu bantuan dari pemerintah tiba. (Sumber: BNPB).
 Terbentuknya kerjasama demi mendukung kelancaran komunikasi dalam
mitigasi dan antisipasi bencana/ erupsi Gunung Agung. Kerjasama terjalin
antara tim relawan Radio Komunitas Pasebaya (Pasemetonan Jagabaya-
himpunan yang melibatkan relawan dari 28 desa terdampak erupsi gunung)
dengan PT.Telkom Denpasar. Tim ini cepat tanggap memberikan informasi
pada masyarakat terkait status Gunung Agung yang terkini.
 Tingginya kepedulian mahasiswa dari Universitas Udayana Bali terbukti
dengan pemberian bantuan berupa keperluan sandang-pangan kepada para
pengungsi akibat bencana erupsi Gunung Agung. Mahasiswa bergabung
kedalam beberapa organisasi antara lain LPPM (Lembaga Penelitian
Pengabdian Masyarakat Universitas Udayana Bali), Mapala “Wanaprastha
Dharma”, Udayana International Study Programs (UISP).
 Terdapat Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Internasional yang
memberikan bantuan kepada para pengungsi erupsi Gunung Agung, antara
lain Bali Children Foundation, BIPAS dan Lembaga Swadaya Nasional
seperti DERM ACT, Masyarakat Relawan Indonesia (MRI)
 Adanya badan khusus yang dibentuk pemerintah daerah yang bergerak
dalam bidang penanggulangan bencana bekerja secara cepat.
 Terdapatnya 1 Puskesmas inti, dan 8 Puskesmas pembantu pada Kecamatan
Rendang, Kabupaten Karangasem.

G. DISASTER MANAGEMENT
I. Sebelum terjadi bencana
Berbagai hal perlu dilakukan demi mempersiapkan kejadian bencana
akibat gunung api, antara lain kejadian gempa bumi, tsunami, maupun erupsi/
letusan gunung berapi. Letusan Gunung Berapi adalah proses keluarnya
magma dari ruang magma dalam perut gunung berapi, akibat aktifitas magma
dan pergerakan lempeng tektonik. Tingkat isyarat bahaya gunung berapi di
Indonesia terbagi menjadi empat yaitu normal, dimana tidak ada aktivitas
magma (pengamatan); waspada, adanya aktivitas magma dan seismic
(melakukan penyuluhan ke masyarakat); siaga, terjadi letusan dalam dua
minggu (mempersiapkan sarana darurat); awas, dimana letusan utama akan
segera terjadi (daerah yang terancam harus segera dikosongkan).
Untuk mengantisipasi segala kemungkinan dan risiko bencana, Pusat
Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) akan menaikkan status
Gunung Agung. Beberapa tindakan yang dapat dilakukan sebelum bencana
terjadi antara lain:
 Pelatihan dasar/ simulasi bencana kepada masyarakat untuk menyelamatkan
diri dalam keadaan darurat
 Pemasangan sirine disekitar kawasan rawan sebagai sistem peringatan dini
 Pemasangan jalur-jalur evakuasi ke wilayah yang aman
 Membuat perencanaan penanganan bencana
 Mempersiapkan tempat pengungsian
 Mempersiapkan kebutuhan dasar (sandang, pangan, serta alat-alat medis)
 Melakukan koordinasi lintas program dinkes meliputi kesiapan logistik,
jadwal piket, dan pembagian tugas masing-masing tenaga kesehatan.
II. Saat terjadi bencana
 Hindari daerah rawan bencana seperti lereng gunung, lembah dan daerah
aliran lahar.
 Persiapkan diri untuk kemungkinan bencana susulan, dan memantau informasi
terbaru mengenai status Gunung Agung
 Ditempat terbuka, lindungi diri dari abu letusan dan awan panas
 Menggunakan pakaian yang dapat melindungi tubuh seperti : baju lengan
panjang, celana panjang, topi dan lainnya
 Jangan memakai lensa kontak
 Pakai masker atau kain untuk menutupi mulut dan hidung
 Saat turunnya awan panas usahakan untuk menutup wajah dengan kedua belah
tangan
 Membangun posko bencana alam, dan meminta bantuan dari pihak luar
mengenai sumbangan bahan pangan, sandang dan alat medis.

III. Sesudah terjadi bencana


 Jauhi wilayah yang terkena hujan abu
 Pastikan kondisi Gunung Agung, dan lingkungan tempat tinggal sudah aman
apabila ingin meninggalkan posko bencana dan kembali ke rumah
 Bersihkan atap dari timbunan abu. Karena beban dari timbunan abu, dapat
merusak atau meruntuhkan atap bangunan rumah
 Hindari mengendarai mobil di daerah yang terkena hujan abu sebab dapat
merusak mesin motor, rem, persneling hingga pengapian

Anda mungkin juga menyukai