Anda di halaman 1dari 10

BAB III

ANALISA SITUASI
A. Gambaran Umum
Ruangan Bedah Kelas I merupakan salah satu ruangan di RSUD Prof. Dr. H.
Aloei Saboe. Ruangan Bedah Kelas 1 merupakan ruangan rawat pasien laki-laki dan
perempuan dengan kapasitas tempat tidur berjumlah 10 buah. Analisa situasi ruangan
di dalam ruangan bedah kelas 1 dikaji berdasarkan M1-M5 dengan hasil analisa :
A. Sumber daya M1 (Man)
1. Ketenagaan
a. Struktur Organisasi
Ruangan bedah kelas 1 RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe dipimpin oleh kepala
ruangan dan di bantu oleh 2 ketua tim, 10 perawat pelaksana,1 administrasi dan 2
petugas evakuasi. Berdasarkan hasil observasi saat dilakukan pengkajian sudah
terdapat struktur organisasi yang terpasang didalam ruangan tetapi masih
menggunakan struktur organisasi yang lama. Hal ini tidak sesuai dengan posisi yang
ada sekarang, dimana sudah terdapat perubahan posisi seperti kepala ruangan, ketua
tim, perawat pelaksana, serta tim evakuasi yang sudah bertambah 1 orang.
Pengadaan Struktur organisasi di dalam ruangan penting hal ini dikarenakan dengan
adanya struktur organisasi dapat menjelaskan pembagian aktivitas kerja, serta dapat
memperhatikan hubungan fungsi dan aktivitas sampai batas tertentu, selain itu
struktur organisasi menjelaskan hirarki dan susunan kewenangan, serta hubungan
pelaporan (Husein, 2013).
STRUKTUR ORGANISASI RUANGAN BEDAH KELAS 1
RSUD PROF. DR. H. ALOEI SABOE

Direktur
Dr. Andang Ilato, SH, MM

Kepala Bidang Keperawatan


Ns. H. Abdul Wahab Pakaya, S.Kep.,MM

Kepala ruangan
H. Ramdan Nayu, S.Kep

Ketua Tim 1 Ketua Tim 2


Ni Wayan Sriyanti, S.Kep, Ns Olvin Ladiku, Amd.Kep

Anggota TIM Anggota TIM

1. Yuliana S. Kasim, Amd.Kep 1. Nahriyah T. Ali, Amd.Kep


2. Febriyanti Ahmda, Amd.Kep 2. Perawati Yunus, Amd.Kep
3. Wiranda Hamidjun, Amd.Kep 3. Rudi Apriyanto Thalib, S.Kep
4. Irene Anastasya Daud, Amd.Kep 4. Rahmatiah Indah Sango, Amd.Kep
5. Ardi Tumilaar, Amd.Kep 5. Nurwin Hanavi, Amd.Kep

Administrasi Evakuasi
Usman Mohamad Suleman Nusi

Gambar 3.1 Struktur Organisasi Lama Ruangan Bedah Kelas 1


STRUKTUR ORGANISASI RUANGAN BEDAH KELAS 1
RSUD PROF. DR. H. ALOEI SABOE

Direktur
Dr. Andang Ilato, SH, MM

Kepala Bidang Keperawatan


Ns. H. Abdul Wahab Pakaya, S.Kep.,MM

Kepala ruangan
Ni Wayan Sriyanti, S.Kep.Ns

Ketua Tim 1 Ketua Tim 2


Yanti Adam, Amd.Kep Wati Mustafa, Amd.Kep

Anggota TIM Anggota TIM

1. Yulia S. Pakaya, Amd.Kep 6. Sri Yulan Karim, S.Kep.Ns


2. Febriani Mustafa, Amd.Kep 7. Sukma R. Nurkamiden, Amd.Kep
3. Anggun Indrayani, Amd.Kep 8. Ferawati Yunus, Amd.Kep
4. Ahmad Azhari, Amd.Kep 9. Rahmatia I. Sango, Amd.Kep
5. Mahria Ali, S.Kep.Ns 10. Ismail Lahili, Amd.Kep

Cleaning Service Administrasi Evakuasi


Vita Usman Mohamad 1. Alfin Hamim
2. Suleman Nusi

Gambar 3.2 Struktur Organisasi Baru Ruangan Bedah Kelas 1


Berdasarkan hasil wawancara, perawat diruangan mengatakan bahwa kepala
ruangan bedah kelas 1 menggunakan metode penugasan tim yang terdiri atas anggota
yang berbeda-beda. Perawat ruangan dibagi menjadi 2 tim, dimana setiap tim terdapat
1 ketua tim dan 5 perawat pelakasana. Selain perawat, diruang bedah kelas 1 juga
terdapat petugas administrasi, evakuasi dan cleaning service.
2. Karakteristik Tenaga di Ruangan Bedah Kelas 1
a. Karakteristik ketenagaan berdasarkan spesifikasi pekerjaan
Tabel 3.1 Distribusi Ketenagaan Berdasarkan Spesifikasi Pekerjaan di
Ruangan Bedah Kelas 1 Tahun 2018
Spesifikasi
No Jumlah Persen
Pekerjaan
1 Perawat 13 76%
2 Cleaning Service 1 6%
3 Administrasi 1 6%
4 Evakuasi 2 12%
Jumlah 17 100 %
Sumber : Data Primer 2018
Tabel 3.1 diatas menunjukkan bahwa sebagian besar (76%) ketenagaan
di Ruangan Bedah Kelas 1 adalah tenaga keperawatan. selebihnya adalah
tenaga administrasi (6%), evakuasi (12%) dan cleaning service (6%). Jumlah
ketenagaan di ruangan ini sudah sesuai, hal ini dapat dilihat dari persyaratan
minimal ketenagaan berdasarkan Permenkes No 24 tahun 2014 mengenai
rumah sakit kelas A dengan jumlah tenaga perawat 1 : 1 tenaga penunjang non
kesehatan serta admintrasi dan manajemen disesuaikan kebutuhan.
b. Karakteristik ketenagaan berdasarkan tingkat pendidikan
Tabel 3.2 Distribusi Tenaga Keperawatan Berdasarkan Tingkat
Pendidikan di Ruangan Bedah Kelas 1 Tahun 2018
No Pendidikan Jumlah Persen
1 Profesi Ners 3 23%
2 S1- Keperawatan 0 0%
3 D3- Keperawatan 10 77%
Jumlah 13 100 %
Sumber : Data Primer 2018
Tabel 3.2 diatas menunjukkan bahwa sebagian besar ketenagaan di ruang
bedah kelas 1 memiliki jenjang pendidikan Diploma III yaitu sebanyak 77%.
Hal ini belum sesuai, dikarenakan berdasarkan pembagian tenaga keperawatan
berdasarkan Intermountain Health Care seharusnya komposisi tenaga
keperawatan yang diperlukan yakni 58% S1 Keperawatan Ners, 26 % DIII
Keperawatan dan 16% Sekolah Perawat Kesehatan (SPK).
c. Karakteristik tenaga keperawatan berdasarkan masa kerja
Tabel 3.3 Distribusi Tenaga Keperawatan Berdasarkan Masa Kerja di
Ruang Bedah Kelas 1 Tahun 2018
No Masa Kerja Jumlah Persen
1 <5 tahun 7 54%
2 5 tahun - 10 tahun 3 23%
3 >10 Tahun 3 23%
Jumlah 13 100 %
Sumber : Data Primer 2018
Tabel 3.3 diatas menunjukkan bahwa sebagian besar (54%) tenaga
keperawatan di ruang bedah kelas 1 memiliki pengalaman kerja < 5 tahun,
(23%) memiliki pengalaman 5 tahun-10 tahun, serta (23 %) memiliki
pengalaman kerja >10 tahun. Pembagian masa kerja dalam 3 kategori ini
berdasarkan hasil pembagian oleh Wasis 2010 dalam buku Pedoman Riset
Praktis Untuk Profesi Perawat.
d. Karakteristik tenaga keperawatan berdasarkan pelatihan yang diperoleh
Tabel 3.4 Distribusi Tenaga Keperawatan Berdasarkan Pelatihan Yang
Pernah Diikuti di Ruangan Bedah Kelas 1 Tahun 2018
No Pelatihan Jumlah Persen
1 Pernah 13 100%
2 Tidak pernah 0 0,00%
Jumlah 13 100 %
Sumber : Data Primer 2018
Tabel 3.4 diatas menunjukkan bahwa 100 % tenaga kesehatan di ruang
bedah kelas 1 pernah mengikuti pelatihan keperawatan. Pelatihan yang
dimaksud adalah BTCLS yang diikuti oleh 13 perawat, In House Training
(IHT) yang diikuti oleh perawat, serta pelatihan SP2KP yang diikuti oleh
bbborang perawat. Hal ini menandakan bahwa pelatihan yang diikuti oleh
perawat diruangan ini dapat mempermudah mereka dalam melakukan tindakan
pendidikan dan pelatihan merupakan unsur yang sangat penting dilakukan
dalam suatu pekerjaan, karena dapat membantu para tenaga kerja untuk
memperoleh efektivitas dalam pekerjaan mereka yang sekarang atau yang akan
datang. Pendidikan dan pelatihan merupakan salah satu cara yang dilakukan
pada setiap perusahaan untuk mencapai tujuan dari perusahaan tersebut, dan
dalam mencapai tujuannya tenaga kerja dituntut untuk memiliki semangat dan
gairah kerja yang tinggi agar keluaran kerjanya (produktivitas kerjanya) akan
tinggi pula (Sastrohadiwiryo, 2015).
3. Analisis Kebutuhan Tenaga Keperawatan Di Ruangan Bedah Kelas 1
a. Analisa kebutuhan tenaga perawat di Ruangan Bedah berdasarkan Rumus
Gillies adalah sebagai berikut :
Rumus Gillies
Σ jam kep yg dibutuhkan klien/hr x rata-rata klien/hr x Σ hr/tahun
Σ hr/tahun – hr libur perawat x Σ jam kerja/hari
= Σ jam kep yg dibutuhkan klien / tahun
Σ jam kerja / tahun
1. Jam Perawatan yang dibutuhkan pasien perhari, yaitu :
a. Keperawatan Langsung
Keperawatan mandiri 0 orang x 2 jam = 0 jam
Keperawatan sebagian 6 orang x 3 jam = 18 jam
Keperawatan total 0 orang x 6 jam = 0 jam

Jumlah = 18 jam
b. Keperawatan tidak langsung : 6 orang x 1 jam = 6 jam
c. Penyuluhan kesehatan : 6 orang x 0.25 jam = 1,5 jam
Total jam keseluruhan = a + b + c
= 18 jam + 6 jam + 1,5 jam
= 25,5 jam (26 jam)
2. Menentukan jumlah total jam keperawatan yang dibutuhkan per pasien
perhari :
Total jam keperawatan = Total jam keseluruhan : jumlah pasien/hari
= 26 jam : 6 orang
= 4,3 jam
3. Menentukan jumlah kebutuhan tenaga keperawatan pada ruangan tersebut
adalah langsung dengan menggunakan rumus gilies di atas, sehingga
didapatkan hasil sebagai berikut :
=Total jam perawatan/pasien x jumlah pasien/hari x jumlah hari per periode
(jumlah hari per periode-lossday) x total jam kerja/hari
= 4,3 jam/klien x 6 pasien x 365 hari
(365-86 hari/ tahun) x 7 jam
= 9.417 jam/hari
1.953 jam/hari
= 4,82 (5 orang)
= 5 orang
Jadi, jumlah tenaga yang dibutuhkan secara keseluruhan 5 orang/hari
4. Menentukan jumlah kebutuhan tenaga keperawatan yang dibutuhkan
perhari yaitu :
𝑘𝑙𝑖𝑒𝑛
𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑥 𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑗𝑎𝑚 𝑝𝑒𝑟𝑎𝑤𝑎𝑡𝑎𝑛/ℎ𝑎𝑟𝑖
ℎ𝑎𝑟𝑖
Jumlah kebutuhan perawat = 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑗𝑎𝑚 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎/ℎ𝑎𝑟𝑖

= 6 x 4,3
7
= 3,6 orang (4 Orang)
Maka jumlah perawat yang dibutuhkan adalah 4 orang
b. Kebutuhan tenaga perawat rumus Douglas
Pada suatu pelayanan profesional jumlah tenaga yang dibutuhkan tergantung
pada jumlah pasien dan derajat ketergantungan pasien. Menurut Douglas (1984),
Loveridge & Cumming (1996) klasifikasi dan derajat ketergantungan pasien dibagi
3 kategori
Tabel 3.5 Klasifikasi dan Derajat Ketergantungan Pasien Menurut Douglas
Klasifikasi Klien
Jumlah
Minimal Parsial Total
Klien
Pagi Sore Malam Pagi Sore Malam Pagi Sore Malam
1. 0,17 0,14 0,07 0,27 0,15 0,10 0,36 0,30 0,20
2. 0,34 0,28 0,14 0,54 0,30 0,20 0,72 0,60 0,40
3. 0,51 0,42 0,21 0,81 0,45 0,30 1,08 0,90 0,60
Dst.
Tabel 3.6 Kebutuhan Tenaga Perawat Tiap Shif Berdasarkan Tingkat
Ketergantungan Pasien Di Ruang Bedah Kelas 1 Tahun 2018
Kualifikasi Pasien Jumlah Kebutuhan Tenaga
Tingkat
Jumlah Pasien Pagi Sore Malam
Ketergantungan
Minimal 0 0 x 0,17 0 x 0,14 0 x 0,07
Parsial 6 6 x 0,27 6 x 0,15 6 x 0,10
Total 0 0 x 0,36 0 x 0,3 0 x 0,10
Jumlah 6 1,62 = 2 0,9 = 1 0,6 = 1

Total Tenaga Perawat :


Pagi : 2 Orang
Sore : 1 Orang
Malam : 1 Orang
4 Orang
Jumlah tenaga lepas dinas per hari :
86 x 4 = 1,23 (1 Orang)
279
Jadi jumlah perawat yang dibutuhkan untuk bertugas perhari diruang
bedah kelas 1 adalah 4 orang + 1 orang lepas dinas + 2 ketua tim + 1 kepala
ruangan = 8 orang.
c. Kebutuhan tenaga keperawatan pada ruangan bedah dengan menggunakan
rumus Depkes 2005, yaitu :
BOR (Bed Occupantio rate Room)
Menurut Depkes RI 2005 BOR adalah presentase pemakaian tempat tidur
pada satuan waktu tertentu. Indikator ini memberikan gambaran tinggi
rendahnya tingkat pemanfaatan tempat tidur pada satuan waktu tertentu.
Indikator ini memberikan gambaran tinggi rendahnya tingkat pemanfaatan
tempat tidur rumah sakit. Nilai parameter BOR yang ideal adalah 60-85 %
Rumus :
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎 ℎ𝑎𝑟𝑖 𝑝𝑒𝑟𝑎𝑤𝑎𝑡𝑎𝑛 3 𝑏𝑢𝑙𝑎𝑛 𝑡𝑒𝑟𝑎𝑘 ℎ𝑖𝑟
= 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑒𝑚𝑝𝑎𝑡 𝑡𝑖𝑑𝑢𝑟 𝑥 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ ℎ𝑎𝑟𝑖 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 3 𝑝𝑒𝑟𝑖𝑜𝑑𝑒 𝑥 100%

= Jumlah hari perawatan 3 bulan terakhir = 658


= Jumlah tempat tidur = 10
= Jumlah hari dalam 3 periode = 30+31+30 = 91 Hari
Maka
658 x 100% = 72 %
10 x 91
Jadi untuk BOR (tingkat pemanfaatan tempat tidur ) diruangan bedah
adalah 72%.
Hasil pengkajian pada 3 bulan terakhir didapatkan bahwa BOR pada
ruang bedah kelas 1 berdasarkan perhitungan Depkes RI 2005 adalah 72% nilai
ini telah sesuai dengan melihat standar Depkes RI 2005 dimana nilai BOR
optimal adalah 60%-85%. Apabila rata-rata tingkat penggunaan tempat tidur di
bawah 60% berarti tempat tidur yang tersedia di rumah sakit belum dapat
dimanfaatkan sebagaimana mestinya dan apabila lebih dari 85% maka hal itu
akan mengakibatkan tempat tidur yang seharusnya bisa digunakan untuk
kejadian luar biasa (KLB) akan terisi penuh sehingga rumah sakit tidak akan
mampu menampung pasien yang akan dirawat dengan Kejadian luar biasa
(KLB) tersebut. Selain itu juga untuk menghindari ketidakadanya waktu untuk
pembersihan kamar pasien yang dirawat karena hampir semua tempat tidur per
harinya lebih 85 persen sehingga dapat menyebabkan terjadinya peningkatan
infeksi nosokomial (Depkes RI, 2005).
 BOR Ruangan : 72 %
 Jumlah tempat tidur : 10
 Rata-rata jam perawatan : 4,3
 Jam kerja perawatan/ hari : 7 jam
 Kebutuhan tenaga perawat :
(BOR x Jumlah TT) 𝑥 rata − rata jam perawatan
𝑛=
Jam Kerja

n = (72% x 10) x 4,3


7
n = 4,4 orang (4 orang)
 Faktor koreksi
jumlah hari minggu dalam 1 tahun + cuti + hari besar
= x jumlah perawat tersedia
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ ℎ𝑎𝑟𝑖 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎 𝑒𝑓𝑒𝑘𝑡𝑖𝑓
52+22+12
𝑛= 𝑥4
279

n = 52 + 22 + 12 x 4
279
= 1,23 orang (1 Orang)
Jumlah tenaga keperawatan yang mengerjakan tugas non keperawatan :
= (Kebutuhan tenaga perawat + Faktor koreksi) x 25%
= (4+1) x 25%
= 1,25 Orang
Jumlah tenaga perawat yang diperlukan
= tenaga yang tersedia + faktor koreksi
= 5 + 1,25 = 6,25 atau 6 orang
Menurut analisa yang didapatkan bahwa penggunaan metode perhitungan
tenaga keperawatan menurut Gilllies yang paling efektif. Hal ini dibuktikan
dengan jumlah tenaga perawat di ruangan bedah kelas 1 sudah mencukupi.
Penggunaan metode ini didukung oleh Hendrich, et. al., (2008) dimana dengan
menggunakan metode ini dapat memperhitungkan beban kerja perawat, dan
juga memperhitungkan jam kerja serta loss day sehingga lebih
mempertimbangkan beban kerja perawat, dimana tidak semua waktu digunakan
sepenuhnya oleh seorang perawat untuk bekerja.

Anda mungkin juga menyukai