Anda di halaman 1dari 20

PANDUAN PELAYANAN

MATERNAL & NEONATAL


RS. ROYAL PRIMA JAMBI

RS. ROYAL PRIMA JAMBI


2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa karena
hanya atas kehendak-Nya Panduan Royal Prima Jambi ini dapat selesai.
Panduan Pelayanan maternal dan neonatal RS. Royal Prima Jambi ini
akan digunakan dalam menjalankan tugas bagi dokter dan perawat yang ada di
RS. Royal Prima Jambi. Diharapkan dengan adanya panduan ini dapat
digunakan sebagai acuan dalam melaksanakan tugas, wewenang, dan tanggung
jawabnya.
Penyusun mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya atas bantuan
semua pihak dalam menyelesaikan Panduan RS. Royal Prima Jambi ini. Kami
menyadari banyak terdapat kekurangan dalam panduan ini. Kekurangan ini
secara berkesinambungan akan terus diperbaiki sesuai dengan tuntutan dalam
pengembangan dan kebutuhan rumah sakit.

Jambi, April 2019


Direktur RS Royal Prima Jambi,

Kol. CKM (Purn) dr. Eko Kuswandono MMRS


NIK 532.04.19

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I DEFINISI----------------------------------------------------------------------------------3

BAB II RUANG LINGKUP----------------------------------------------------------------------6

BAB III TATA LAKSANA-------------------------------------------------------------------------7

BAB IV DOKUMENTASI-----------------------------------------------------------------------24

BAB I
DEFINISI

3
Pelayanan Kesehatan maternal neonatal mengacu pada pelayanan kesehatan yang
ditujukan secara khusus kepada ibu dan bayi. Pengelolaan pelayanan kesehatan
maternal neonatal merupakan pelayanan kesehatan yang diberikan bagi ibu hamil yang
bertujuan agar bayi yang akan dilahirkan dapat sehat dan terhindar dari kecacatan dan
pelayanan pada bayi sebelum bayi dilahirkan melalui pemeriksaan ibu hamil sampai
pada penanganan pasca persalinan untuk menjamin kesehatan bayi.

BAB II
RUANG LINGKUP

Pelayanan kesehatan maternal neonatal di RS Royal Prima Jambi meliputi


perawatan dan penanganan ibu hamil, melahirkan dan nifas serta bayi baru lahir
sampai usia 28 hari di poliklinik rawat jalan, IGD, kamar bersalin dan ruang
perinatologi.
Rumah Sakit Royal Prima Jambi adalah Institusi pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang
menyediakan pelayanan rawat jalan, rawat inap dan rawat gabung.

4
BAB III
TATA LAKSANA

Pelayanan kesehatan maternal neonatal dilakukan secara kerjasama tim dan


dilakukan sesuai standar dengan menggunakan peralatan yang tersedia memenuhi
ketentuan dan segala tindakan terdokumentasi baik serta dilakukan monitoring
evaluasi.
1. PELAYANAN ANTENATAL
a. Untuk Ibu dalam menjaga kesehatan pada saat hamil diperlukan kunjungan ke
rumah sakit/bidan/puskesmas yang sebaiknya dilakukan paling sedikit 4x
selama masa kehamilan yaitu :
 1x pada Trimester 1
 1x pada Trimester 2
 2x pada Trimester 3
Setiap kehamilan dapat berkembang menjadi masalah atau komplikasi
setiap saat,oleh karena itu ibu hamil memerlukan pemantauan selama
kehamilannya.
b. Pelayanan/asuhan standar ANC termasuk “10 T” yaitu:
1. (TIMBANG) Berat badan dan ukur Tinggi Badan
2. Ukur (TEKANAN DARAH)
3. Nilai Status Gizi (ukur lila)
4. Ukur (TINGGI) fundus uteri
5. Tentukan Presentasi janin dan denyut jantung janin
6. Skrining status imuninasi tetanus dan pemberian imunisasi (TETANUS
TOXOID) bila diperlukan
7. Pemberian (TABLET) ZAT BESI minimal 90 tablet selama masa
kehamilan
8. Periksa laboratorium (rutin dan khusus)
9. Tatalaksana atau pelayanan kasus

5
10. (TEMU) Wicara (konseling)

2. PELAYANAN INTRA PARTUM


a. Pemantauan keadaan ibu sebelum masuk dalam persalinan menggunakan
partograf, termasuk juga frekuensi, dan durasi his.
b. Pemantuan keadaan bayi sebelum masuk dalam persalinan dengan
menggunakan alat bantu doppler
c. Memantau tanda dan gejala kala dua
d. Menyiapkan pertolongan persalinan
e. Memastikan pembukaan lengkap dan janin dalam kondisi baik
f. Mempersiapkan pertolongan kelahiran bayi : Alat Pelindung Diri (APD),
Obat-obatan, partus set
g. Menolong kelahiran bayi,meliputi :
 Melahirkan kepala dengan cara menyokong kepala bayi saat kepala bayi
keluar perlahan-lahan dan menunggu hingga kepala bayi melakukan
putaran paksi luar
 Melahirkan bahu dengan posisi kedua tangan biparietal kepala bayi, tarik
curam kebawah untuk melahirkan bahu depan, kemudian tarik keatas
untuk melahirkan bahu belakang.
 Melahirkan badan bayi dan tungkai (Sanggah susur) dengan melahirkan
tangan kemudian menyangga punggung pada saat kaki bayi dilahirkan.
h. Penanganan Bayi Baru Lahir, meliputi:
 Penilaian bayi yang dilakukan secara cepat, bebaskan jalan nafas,
kemudian letakkan bayi diatas perut ibu
 Lakukan Inisiasi Menyusu Dini
 Kulit ibu dan kulit bayi bersentuhan langsung, bayi diberi topi, selimut
supaya tidak mengalami hipotermi.
 Lakukan pemotongan tali pusat
 Pada fase ini juga dapat dilakukan tindakan yang sesuai apabila ditemukan
kegawatdaruratan pada bayi.
 Bila tidak ada tanda kegawatdaruratan maka tetap lakukan Inisiasi
Menyusu Dini (IMD).
i. Melakukan Manajemen aktif kala III yaitu Pemberian Oksitosin 10 unit secara
Intra muskular.
j. Lakukan PTT (Penegangan Tali pusat Terkendali) dengan cara tangan kiri
berada diatas simfisis, menahan dan mendorong uterus kearah dorso kranial,
tangan kanan menegangkan tali pusat, apabila ada tanda-tanda pelepasan
plasenta yaitu ;
 Uterus globuler
 Keluar darah secara tiba-tiba
 Tali pusat memanjang

6
k. Lahirkan placenta dengan cara pegang placenta dengan satu tangan kemudian
memutar ke satu arah (searah) sampai placenta lahir keseluruhan.
l. Cek kelengkapan Placenta (kotiledon dan selaputnya)
m. Lakukan heacting perineum apabila terdapat luka robek pada perineum
n. Pantau kontraksi dan perdarahan serta Tanda tanda vital (Pemantuan kala 4)
o. Setelah tindakan selesai, bersihkan badan ibu, pakaikan pakaian bersih,dan
observasi perdarahan, tanda tanda vital ibu dan bayi tetap menyusu.

3. PELAYANAN BAYI BARU LAHIR


a. Bila tidak ada tanda kegawatdaruratan bayi, lakukan IMD dan langkah awal
yaitu:
 Penilaian awal
 Bersihkan badan bayi
 Bebaskan jalan nafas
 Jaga kehangatan
 Beri injeksi Vitamin K1 0,5 cc secara Intra muscular pada paha kiri
 Lakukan pemotongan tali pusat dengan cara: klem tali pusat kurang lebih
3-5cm dari pangkal, kemudian urut dengan jarak 5 cm jepit klem kedua,
letakkan tali pusat diatas telapak tangan dan lakukan pemotongan tali pusat
(2 jari melindungi tubuh bayi dari gunting)
 Jaga kehangatan tubuh bayi supaya tidak terjadi hipotermi
b. Bila bayi selesai IMD, pindahkan bayi ke ruang neonatus
c. Lakukan pengukuran antropometri bayi dan cek apakah ada kelainan di tubuh
bayi
d. Lakukan perawatan tali pusat
e. Pantau tanda vital setiap 2 jam
f. Mandikan bayi setelah 4-6 jam bila kondisi bayi stabil
g. Antar bayi untuk rooming in dan tetap anjurkan untuk menyusui ekslusif.
h. Berikan penjelasan kepada orang tua bayi tentang rencana pemberian
imunisasi hepatitis B-0.

4. PELAYANAN PASCA PERSALINAN dan NIFAS


Pelayanan maternal neonatal termasuk pelayanan normal (pemeriksaan
fisik,perawatan ibu dan bayi dan pelayanan imunisasi), nutrisi matenal (obat
tambah darah dan vitamin A). Tatalaksana komplikasi setelah stabilisasi maupun
merujuk. Pelayanan maternal pasca persalinan dan nifas meliputi :
a. Observasi perdarahan dan kontraksi uterus
b. Berikan konseling pada pasien dan keluarga tentang :
 Pelayanan kontrasepsi
 Pengaturan jarak kehamilan
 Perawatan bayi dirumah yang meliputi perawatan tali pusat, kebersihan,
dan pemberian ASI ekslusif

7
 Jelaskan tanda bahaya komplikasi pada ibu dan bayi, komplikasi ibu yaitu
demam, penglihatan tiba tiba kabur, kejang pada ibu, perdarahan banyak,
sakit kepala hebat.
 Komplikasi/Tanda bahaya pada bayi : demam, bayi tidak mau menyusu,
kejang, badan dan mata bayi tampak kuning, tali pusat bau dan basah, bayi
lemah
 Pentingnya Nutrisi pada ibu supaya produksi ASI banyak dan lancar
sehingga tercapai ASI ekslusif
 Perawatan luka pada perineum
 Kontrol ibu dan bayi ke rumah sakit

5. PELAYANAN PENANGANAN KEGAWATAN OBSTETRI DAN NEONATAL


Disamping standar pelayanan dasar, ditambahkan beberapa standar
penanganan kegawatan obstetri neonatal. Bidan diharapkan mampu melakukan
penanganan keadaan gawat darurat obstetri neonatal tertentu untuk penyelamatan
jiwa ibu dan bayi.
a. Pertolongan Persalinan dengan Distosia Bahu
I. PENDAHULUAN
1) Perkenalkan diri petugas dan Identifikasi pasien.
2) Jelaskan pada pasien tindakan apa yang akan dilakukan.
3) Beri informasi, edukasi, informed choice dan informed consent
kepada pasien dan keluarga, tentang prosedur yang akan dilakukan
pada pasien. Jika pasien tidak sadar terangkan pada keluarganya.
4) Dapatkan persetujuan tindakan medis.
5) Bantu dan usahakan pasien dan keluarganya siap secara mental.
6) Cek kemungkinan alergi dan riwayat medis yang diperlukan.
7) Siapkan contoh darah untuk pemeriksaan hemoglobin dan golongan
darah.
PASIEN
8) Mengatur posisi pasien menjadi litotomi
9) Cuci tangan 6 langkah
10) Bersihkan perut bawah dan lipat paha
11) Pasang infus dan siapkan kain alas bokong, penutup perut bawah
dam sarung kaki serta larutan antiseptik
12) Kosongkan kandung kemih
13) Periksa fungsi dan kelengkapan peralatan resusitasi kardiopulmoner
(termasuk oksigen dan regulator)
14) Instrumen dan medikamentosa

8
PENOLONG
15) Topi, masker, kacamata pelindung, pelapis plastik (apron), baju dan
alas kaki kamar tindakan
16) Sarung tangan DTT/Steril
17) Instrumen
18) Kala II sedang berlangsung
BAYI
19) Instrumen dan medikamentosa untuk resusitasi neonatus
20) Oksigen dan regulator
II. TINDAKAN
21) Pakai sarung tangan DTT atau steril
22) Desinfeksi genetalia eksterna
23) Lakukan episiotomi secukupnya
24) Lakukan manuver McRobert’s
a) Dengan posisi ibu berbaring pada punggungnya, minta ibu untuk
menarik kedua lututnya sejauh mungkin ke arah dadanya. Minta
dua asisten untuk membantu ibu
b) Tekan kepala bayi secara mantap dan terus-menerus ke arah
bawah (ke arah anus ibu) untuk menggerakkan bahu anterior di
bawah simfisis pubis. Hindari tekanan yang berlebihan pada
kepala bayi karena mungkin akan melukainya
c) Secara bersamaan mintalah salah satu asisten untuk memberikan
sedikit tekanan suprapubis ke arah bawah dengan lembut. Jangan
lalukan dorongan pada fundus, karena akan mempengaruhi bahu
lebih jauh dan bisa menyebabkan ruptura uteri
25) Jika bahu tetap tidak lahir, lakukan manuver Massanti dengan :
Tangan diatas simfisis dan menekan kearah dada (mengecilkan
diameter bahu) tidak berlawanan.
26) Jika bahu tetap tidak lahir, lakukan manuver Rubin dengan :
Masukkan tangan penolong pada bahu depan sampai skapula dan
bahu ditekan kearah dada untuk dibebaskan.
27) Jika bahu belum lahir, lakukan manuver Crorksrew Woods dengan :
a) Masukkan dua jari tangan di bagian depan bahu belakang untuk
mengeluarkan bahu belakang janin

9
b) Minta asisten untuk melakukan penekanan supra simfisis ke arah
bawah
c) Memutar bahu belakang bayi dengan kedua jari tangan penolong
kearah depan sehingga lahir bahu belakang,
d) Masih diikuti dengan penekanan supra simfisis ke arah bawah,
dilakukan putaran berlawanan dengan arah putaran pertama
sehingga akan menyebabkan bahu depan dapat melewati simfisis.
28) Manuver Schwarts & Dixon
a) Masukkan tangan penolong pada bahu belakang dimulai
dari scapula, humerus sampai fossa cubitti
b) Setelah terjadi fleksi tangan, keluarkan lengan dari
vagina (menggunakan jari telunjuk untuk melewati dada dan
kepala bayi atau seperti mengusap muka bayi) kemudian tarik
hingga bahu belakang dan seluruh lengan belakang dapat
dilahirkan.
c) Bahu depan dapat lahir dengan mudah setelah bahu dan
lengan belakang dilahirkan.
d) Bila bahu depan sulit dilahirkan, putar bahu belakang ke
depan (jangan menarik lengan bayi tetapi dorong bahu posterior)
dan putar bahu depan ke belakang (mendorong anterior bahu
depan dengan jari telunjuk dan jari tengah operator) mengikuti
arah punggung bayi sehingga bahu depan dapat dilahirkan.
29) Melakukan manajemen aktif kala III
30) Perhatikan pendarahan yang terjadi dan eksplorasi kemungkinan
laserasi jalan lahir. Jika terjadi laserasi/luka episiotomi lakukan
penjahitan.
31) Dekontaminasi alat dan pencegahan infeksi pasca tindakan.

III. PASCA TINDAKAN


32) Asuhan kala IV
33) Lakukan pemeriksaan dan pengawasan nifas
DEKONTAMINASI
34) Sementara masih menggunakan sarung tangan, masukkan bahan dan
instrument yang akan dipergunakan lagi kedalam wadah yang
mengandung klorin 0,5%
35) Buang bahan habis pakai kedalam tempat sampah yang tersendiri,
mengandung larutan klorin 0,5%

10
36) Bersihkan bagian-bagian yang tercemar darah atau cairan tubuh
dengan klorin 0,5%
37) Bersihkan sarung tangan dengan klorin 0,5%, kemudian lepaskan
secara terbalik dan rendam dalam larutan tersebut.
CUCI TANGAN PASCA TINDAKAN
38) Setelah melepas sarung tangan, cuci kembali tangan sampai siku
dengan sabun dibawah air mengalir
39) Keringkan tangan dengan handuk/tissue yang bersih
PERAWATAN PASCA TINDAKAN
40) Periksa kembali tangan vital pasien, segera lakukan tindakan dan
isntruksi bila diperlukan
41) Catat kondisi pasien pasca tindakan dan buat laporan tindakan
didalam kolom yang tersedia pada cacatan medis penderita.
42) Buat instruksi pengobatan lanjutan dan hal-hal penting yang
memerlukan pengawasan ketat.
43) Beritahukan pada pasien dan keluarganya bahwa tindakan telah
selsai dilaksananakan dan masih perlu melakukan perawatan.
44) Bersama petugas yang akan melakukan perawatan, jelaskan
perawatan apa yang masih perlu dilakukan, lama perawatan, serta
laporkan pada petugas jika ada keluhan gangguan pasca tindakan.
45) Tegaskan pada petugas yang merawat untuk menjalankan instruksi
perawatan dan pengobatan serta laporkan segera bila pada
pemantauan lanjut ditemukan perubahan-perubahan yang ditulis
dalam catatan pasca tindakan.
46) Pendokumentasian

b. Pertolongan Persalinan Sungsang


I. PENDAHULUAN
1) Perkenalkan diri petugas dan Identifikasi pasien.
2) Jelaskan pada pasien tindakan apa yang akan dilakukan.
3) Beri informasi, edukasi, informed choice dan informed consent kepada
pasien dan keluarga, tentang prosedur yang akan dilakukan pada
pasien. Jika pasien tidak sadar terangkan pada keluarganya.
4) Dapatkan persetujuan tindakan medis.
5) Bantu dan usahakan pasien dan keluarganya siap secara mental.
6) Cek kemungkinan alergi dan riwayat medis yang diperlukan.
7) Siapkan contoh darah untuk pemeriksaan hemoglobin dan golongan
darah.
II. PERSIAPAN
PASIEN

11
8) Mengatur posisi pasien menjadi litotomi
9) Cuci tangan 6 langkah
10) Bersihkan perut bawah dan lipat paha
11) Pasang infus dan siapkan kain alas bokong, penutup perut bawah dan
sarung kaki serta larutan antiseptik
12) Kosongkan kandung kemih
13) Periksa fungsi dan kelengkapan peralatan resusitasi kardiopulmoner
(termasuk oksigen dan regulator)
14) Instrumen dan medikamentosa
PENOLONG
15) Topi, masker, kacamata pelindung, pelapis plastic, baju dan alas kaki
kamar tindakan
16) Sarung tangan DTT/Steril
17) Instrumen
BAYI
18) Instrumen dan medikamentosa untuk resusitasi neonatus
19) Oksigen dan regulator
III. TINDAKAN
20) Melakukan pemeriksaan dalam untuk menilai posisi, pembukaan dan
turunnya bokong adakah hal-hal lain
21) Menginstruksikan pasien agar meneran dengan benar selama ada his
22) Melakukan episiotomi saat bokong membuka vulva dan perineum
sudah tipis
23) Cara melahirkan bayi:
a) Cara Bracht
1) Segera bokong lahir, bokong dicekam secara Bracht yaitu
kedua ibu jari penolong sejajar dengan panjangnya paha
sedangkan jari-jari yang lain memegang daerah panggul.
Sementara langkah ini dilakukan, seorang asisten melakukan
parasat Wigand M. Winckel
2) Melonggarkan tali pusat saat tali pusat lahir dengan jari
3) Dorongan kristeler pada fundus uteri dimulai bersamaan dengan
tindakan hiperlordosis
4) Lakukan hiperlordosis janin pada saat angulus scapula inferior
tampak di bawah simpisis, dengan mengikuti gerak rotasi
anterior yaitu punggung janin didekatkan kearah perut ibu tanpa
tarikan, hanya di sesuaikan dengan lahirnya badan bayi.

12
5) Letakan bayi di perut ibu, bungkus bayi dengan handuk hangat,
bersihkan jalan nafas bayi oleh asisten, tali pusat di potong.
6) Selanjutnya bayi didekatkan pada ibu untuk menyusui (kontak
dini)
7) Apabila anak lahir sampai pusat tak maju lagi, maka Bracht
dinyatakan gagal dan bahu dapat dilahirkan secara klasik,
muller, atau lovset serta kepala secara mauriceau. Sejak tali
pusat lahir sampai bayi lahir tidak boleh lebih dari 8 menit.
b) Cara klasik
1) Prinsip: melahirkan bahu belakang terlebih dahulu
2) Pengeluaran bahu dan tangan secara klasik dilakukan bila
dengan bracht bahu dan tangan tidak bias lahir.
3) Segera setelah bokong lahir, bokong dicekam dan dilahirkan
sehingga bokong dan kaki dan kaki lahir
4) Tali pusat dikendorkan
5) Bila punggung janin kiri, dengan tangan kiri
6) Memegang kaki pada pergelangan kaki dengan satu tangan dan
menariknya keatas (dengan tangan kiri dan menariknya kearah
kanan atas ibu, untuk melahirkan bahu kanan bayi yang berada
di belakang, atau dengan tangan kanan bila punggung janin
kanan, dan menarikya kearah kiri atas ibu untuk melahirkan
bahu kiri bayi yang berada dibelakang).
7) Setelah bahu dan lengan belakang lahir kedua kaki ditarik
kearah bawah kontralateral dari langkah sebelumnya untuk
melahirkan bahu dan lengan bayi depan dengan cara yang sama
c) Cara muller
1) Prinsip : melahirkan bahu depan lebih dahulu
2) Pengeluaran bahu dan lengan secara muller dilakukan jika
dengan bracht, bahu dan lengan tidak bias lahir
3) Melahirkan bahu depan terlebih dahulu dengan menarik kaki
dengan cara yang sama sperti klasik, curam kea rah bawah
kontralateral dari letak bahu depan
4) Setelah bahu dan lengan depan lahir dilanjutkan langkah yang
sama untuk melahirkan bahu dan lengan belakang

d) Cara lovset (dilakukan bila ada lengan bayi yang terjungkit


dibelakang kepala/ nuchal arm)
1) Setelah bokong dan kaki bayi lahir, badan bayi dipegang dengan
kedua tangan
2) Memutar bayi 180 derajat dengan lengan bayi yang terjungkit
kearah penunjuk jari tangan yang menjungkit

13
3) Memutar kembali 180 derajat kearah yang berlawanan ke
kiri/ke kanan, beberapa kali hingga kedua bahu dan lengan bayi
lahir tidak menjungkit, selanjutnya bahu dan lengan dilahirkan
secara klasik/muller
e) Ektraksi kaki
1) Dilakukan bila kala II tidak maju atau tampak keadaan janin/ibu
yang mengharuskan bayi segera dilahirkan
2) Tangan kanan masuk secara obstetric menelusuri bokong
pangkal paha sampai lutut, kemudian melakukan abduksi dan
fleksi pada paha janin sehingga kaki bawh menjadi fleksi,
tangan yang lain menjadi fundus kebawah. Setelah kaki fleksi
pergelangan kaki dipegang dengan dua jari dan dituntun keluar
dari vagina sampai batas lutut.
3) Kedua tangan penolong memegang betis janin , yaitu kedua ibu
jari diletakkan di belakang betis sejajar sumbu panjang paha dan
jari-jari lain di depan betis, kaki ditarik curam ke bawah sampai
pangkal paha lahir.
4) Pegangan dipindahkan ke pangkal paha setinggi mungkin
dengan kedua ibu jari di belakang paha, sejajar sumbu pajang
pahadan jari lain di depan paha.
5) Pangkal paha ditarik curam ke bawah sampai trokhanter depan
lahir. Kemudian pangkal paha dengan pegangan yang sama
dielevasi ke atas hingga trokhanter telah lahir berarti bokong
lahir.
6) Sebaliknya bila kaki belakang yang dilahirkan lebih dahulu,
maka yang akan lahir lebih dahulu ialah trokhanter belakang
dan untuk melahirkan trokhanter depan maka pangkal paha
ditarik retus curam ke bawah.
7) Setelah bokong lahir maka dilanjutkan cara “b” atau “c” atau
“d”
f) Tehnik ekstraksi bokong
1) Dikerjakan jika presentasi bokong murni dan bokong sudah
turun di dasar panggul, bila kla II tidak maju atau tampak
keadaan janin/ibu yang mengharuskan bayi segera dilahirkan.
2) Jari telunjuk penolong yang searah dengan bagian kecil janin,
dimasukkan kedalam jalan lahir dan diletakkan di lipatan paha
bagian depan. Dengan jari ini lipat paha / Krista iliaka dikait
dan ditarik curam ke bawah. Untuk memperkuat tenaga tarikan

14
ini, maka tangan penolong yang lain mencekam pergelangan
tadi dan turun menarik curam ke bawah.
3) Bila dengan tarikan ini trokhanter depan mulai tampak dibawah
simpisis, maka jari telunjuk penolonh yang lain mengait lipatan
paha ditarik curam ke bawah sampai bokong lahir.
4) Setelah bokong lahir, byi dilahirkan secara “b” atau “c” atau “d”
5) Ekstraksi bokong lebih berat/sukar dari pada ekstraksi kaki.
Oleh karena itu perlu dilakukan perasat Pinnard pada presentasi
bokong murni.
24) Cara melahirkan kepala bayi
Cara Mauriceau (dilakukan bila bayi dilahirkan secara manual aid
atau bila dengan Bracht kepala belum lahir).
a) Pada punggung anak di sebelah kiri, badan anak ditunggangkan
pada lengan kiri bagian volair dan sebaliknya.
b) Jari tengah dimasukkan di mulut dan jari telunjuk dan jari ke
empat menekan fosa kanina di maksilla
c) Tangan yang lain memegang/mencengkam bahu dan tengkuk bayi.
d) Menugaskan seorang asisten menekan fundus uteri secara kristeler
e) Bersamaan dengan his asisten menekan fundus uteri penolong
persalinan melakukan tarikan ke bawah sesuai arah sumbu jalan
lahir dibimbing jari yang dimasukkan untuk menekan dagu/mulut.
Bila suboksiput tampat dibawah simpisis kepala janindielevasi ke
atas dengan suboksiput sebagai hipomoklion sehingga lahir dagu
mulut dan kepala keseluruhan.
f) Pengeluaran kepala bayi dengan fosfer pipper dikerjakan kalau
pengeluaran kepala bayi dengan Bracht/Mauriceau gagal. Caranya
tangan dan badan bayi dibungkus kain steril, diangkat ke atas,
forsep pipper dipasang melintang terhadap panggul dan kepala
kemudian ditarik.
25) Lahirkan plasenta secara spontan atau manual apabila ada indikasi
26) Luka episiotomi/robekan perineum dijahit
27) Pemberian obat-obatan sesuai keperluan
IV. PASCA TINDAKAN
28) Awasi kala IV
29) Lakukan pemeriksaan dan pengawasan nifas
DEKONTAMINASI
30) Sementara masih menggunakan sarung tangan, masukkan bahan dan
instrument yang akan dipergunakan lagi kedalam wadah yang
mengandung klorin 0,5%
31) Buang bahan habis pakai kedalam tempat sampah yang tersendiri,
mengandung larutan klorin 0,5%

15
32) Bersihkan bagian-bagian yang tercemar darah atau cairan tubuh
dengan klorin 0,5%
33) Bersihkan sarung tangan dengan klorin 0,5%, kemudian lepaskan
secara terbalik dan rendam dalam larutan tersebut.
CUCI TANGAN PASCA TINDAKAN
34) Setelah melepas sarung tangan, cuci kembali tangan sampai siku
dengan sabun dibawah air mengalir
35) Keringkan tangan dengan handuk/tissue yang bersih
PERWATAN PASCA TINDAKAN
36) Periksa kembali tangan vital pasien, segera lakukan tindakan dan
isntruksi bila diperlukan
37) Catat kondisi pasien pasca tindakan dan buat laporan tindakan
didalam kolom yang tersedia pada cacatan medic penderita.
38) Buat instruksi pengobatan lanjutan dan hal-hal penting yang
memerlukan pengawasan ketat.
39) Beritahukan pada pasien dan keluarganya bahwa tindakan telah selsai
dilaksananakan dan masih perlu melakukan perawatan.
40) Bersama petugas yang akan melakukan perawatan, jelaskan
perawatan apa yang masih perlu dilakukan, lama perawatan, serta
laporkan pada petugas jika ada keluhan gangguan pasca tindakan.
41) Tegaskan pada petugas yang merawat untuk menjalankan instruksi
perawatan dan pengobatan serta laporkan segera bila pada
pemantauan lanjut ditemukan perubahan-perubahan yang ditulis
dalam catatan pasca tindakan.
42) Pendokumentasian

c. Kehamilan Ektopik Terganggu


Kehamilan ektopik adalah kehamilan yang terjadi di luar rahim (uterus).
Hampir 95% kehamilan ektopik terjadi di berbagai segmen tuba
Falopii, dengan 5% sisanya terdapat di ovarium, rongga peritoneum atau di
dalam serviks. Apabila terjadi ruptur di lokasi implantasi kehamilan, maka
akan terjadi keadaan perdarahan masif dan nyeri abdomen akut yang disebut
kehamilan ektopik terganggu.
1) Cuci tangan 6 langkah.
2) Perkenalkan diri petugas dan Identifikasi pasien.
3) Jelaskan pada pasien tindakan apa yang akan dilakukan.
4) Beri informasi, edukasi, informed choice dan informed consent kepada
pasien dan keluarga.
5) Pasang IVFD.
6) Berikan antibiotik profilaksis

16
7) Restorasi cairan tubuh dengan cairan kristaloid NaCl 0,9% atau
Ringer Laktat (500 mL dalam 15 menit pertama) atau 2 L dalam 2 jam
pertama.
8) Segera uji silang darah dan persiapan laparotomi.
9) Saat laparotomi, lakukan eksplorasi kedua ovarium dan tuba fallopii:
a) Jika terjadi kerusakan berat pada tuba, lakukan salpingektomi (eksisi
bagian tuba yang mengandung hasil konsepsi)
b) Jika terjadi kerusakan ringan pada tuba, usahakan melakukan
salpingostomi untuk mempertahankan tuba (hasil konsepsi
dikeluarkan, tuba dipertahankan)
10) Perawatan pascabedah :
a) Periksa tekanan darah, nadi dan pernafasan, diukur jumlah urin yang
tertampung di kantung urin dan jumlah perdarahan selama operasi,
kadar haemoglobin.
b) Buat laporan operasi tentang jenis KET dan jenis operasional serta
keadaan tuba dan ovarium sisi lainnya dan cantumkan hasilnya pada
lembar laporan tersebut.
c) Buat instruksi perawatan yang meliputi :
i. Jadwal pemeriksaan tanda vital dan ukur input-output.
ii. Jenis pengobatan dan gejala-gejala yang harus diwaspadai.
iii. Kebutuhan tranfusi, mobilisasi, dan realimentasi.
11) Sebelum memulangkan pasien, berikan konseling untuk penggunaan
kontrasepsi. Jadwalkan kunjungan ulang setelah 4 minggu. Atasi
anemia dengan pemberian tablet besi sulfas ferosus 60 mg/hari selama 6
bulan.
12) Dokumentasi.
d. Ketuban Pecah Dini (KPD)
Ketuban pecah dini adalah keadaan pecahnya selaput ketuban sebelum
persalinan atau dimulainya tanda inpartu
1) Cuci tangan 6 langkah.
2) Perkenalkan diri petugas dan Identifikasi pasien.
3) Jelaskan pada pasien tindakan apa yang akan dilakukan.
4) Beri informasi, edukasi, informed choice dan informed consent kepada
pasien dan keluarga.
5) Pasang IVFD.
6) Nilai tanda – tanda infeksi (tanda vital, lekosit, tanda-tanda infeksi
intrauterin.

17
7) Berikan antibiotika (ampisilin 4 x 500mg atau eritromisin bila tak tahan
ampisilin) dan metronidazol 2 x 500mg selama 7 hari.
8) Rawat Konservatif
a) Usia kehamilan < 32-34 minggu, dirawat selama air ketuban masih
keluar, atau sampai air ketuban tidak keluar lagi.
b) Usia kehamilan 32-37 minggu, belum inpartu, tidak ada infeksi, tes
busa negatif : beri deksamethason, observasi tanda tanda infeksi, dan
kesejahteraan janin. Terminasi pada usia 37 minggu.
c) Usia kehamilan 32-37 minggu, sudah inpartu, tidak ada infeksi,
berikan tokolitik (salbutamol), deksamethason, dan induksi setelah 24
jam.
d) Jika usia 32-37 minggu, ada infeksi, beri tokolitik dan lakukan induksi.
e) Pada usia 32-34 minggu berikan steroid, untuk memacu kematangan
paru janin, dan kalau memungkinkan periksa kadar lesitin dan
spingomielin setiap minggu. Dosis betametason 12mg sehari dosis
tunggal selama 2 hari, dexamethason IM 5mg setiap 6 jam sebanyak 4
kali.
9) Rawat aktif
a) Kehamilan >37 minggu, induksi dengan oksitosin, bila gagal seksio

sesarea. Dapat pula diberikan misoprostol intravaginal tiap 6 jam

maksimal 4 kali.
b) Bila ada tanda-tanda infeksi berikan antibiotika dosis tinggi, dan
persalinan diakhiri bila :
 Skor pelvik <5, lakukan pematangan serviks, kemudian induksi.
Jika tidak berhasil, akhiri persalinan dengan seksio sesarea.
 Skor pelvik >5, induksi persalinan, partus pervaginam.
10) Dokumentasi
6. PELAYANAN RUJUKAN MATERNAL NEONATAL
Bila pasien maternal neonatal tidak dapat ditangani sendiri segera rujuk
kepelayanan kesehatan yang lebih lengkap,harus ada koordinasi yang mudah
sehingga tidak menghambat proses rujukan.
Rujukan internal Rumah sakit dan mekanisme kerja sesuai dengan standar yang
berlaku di RS Royal Prima Jambi.
Rujukan eksternal mengikuti mekanisme rujukan sesuai jenjang pelayanan.
PERSIAPAN RUJUKAN PASIEN :
a. Menyiapkan alat,obat dan petugas yang terlatih untuk mendampingi pasien
b. Memberi penjelasan kepada pasien dan keluarga alasan dirujuk dan segala
tindakan yang dilakukan adalah untuk menyelamatkan ibu dan bayi.
c. Pada saat merujuk harus disertakan :
 Riwayat penyakit

18
 Tindakan atau pengobatan yang sudah diberikan
 Surat rujukan
 Persetujuan dari pasien dan keluarga tentang rujukan

BAB IV
DOKUMENTASI

Pencatatan merupakan bukti dari kualitas pelayanan/ asuhan yang diberikan kepada
Ibu dan bayi, hal-hal yang perlu ditulis atau direkam pada pencatatan pelayanan
maternal dan neonatal adalah :
1. Pencatatan assesmen awal medis dan assesmen lanjutan rawat jalan
2. Pencatatan assesmen awal medis rawat inap, assesmen lanjutan rawat inap dan
dan resume pulang
3. Pencatatan assesemen awal keperawatan dan kebidanan rawat jalan
4. Pencatatan assesemen awal keperawatan dan kebidanan rawat inap
5. Pencatatan assesemen lanjutan keperawatan dan kebidanan rawat inap
6. Laporan Kunjungan pelayanan maternal dan perinatal
7. Laporan kasus pelayanan maternal dan neonatal
8. Laporan rujukan pelayanan maternal dan neonatal
9. PPK dan SPO Pelayanan maternal dan neonatal.

19
20

Anda mungkin juga menyukai