Anda di halaman 1dari 42

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kehamilan

1. Definisi

Kehamilan merupakan suatu proses fisiologik yang hampir selalu terjadi


pada setiap wanita. Kehamilan terjadi setelah bertemunya sperma dan ovum,
tumbuh dan berkembang di dalam uterus selama 259 hari atau 37 minggu
atau sampai 42 minggu (Nugroho dan Utama, 2014).

Kehamilan adalah proses yang normal, alamiah yang diawali dengan


pertumbuhan dan perkembangan janin intrauterin dan dimulai sejak konsepsi
sampai persalinan (Dewi & Sunarsih, 2011).

Kehamilan adalah merupakan suatu proses merantai yang


berkesinambungan dan terdiri dari ovulasi pelepasan sel telur, migrasi
spermatozoa dan ovum, konsepsi dan pertumbuhan zigot, nidasi (implantasi)
pada uterus, pembentukan plasenta, dan tumbuh kembang hasil konsepsi
sampai aterm (Manuaba, 2010).

Kehamilan merupakan proses alamiah (normal) dan bukan proses


patologis, tetapi kondisi normal dapat menjadi patologi. Menyadari hal
tersebut dalam melakukan asuhan tidak perlu melakukan intervensi-
intervensi yang tidak perlu kecuali ada indikasi (Sulistyawati, 2009).

Lamanya kehamilan normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7
hari) dihitung dari hari pertama haid terakhir. Kehamilan dibagi dalam 3
periode yaitu triwulan pertama dari konsepsi sampai 3 bulan, triwulan kedua

7
8

dari bulan keempat sampai 6 bulan, triwulan ketiga dari bulan ketujuh sampai
9 bulan. Kehamilan melibatkan perubahan fisik maupun emosional dari ibu
serta perubahan sosial dalam keluarga, pada umumnya kehamilan
berkembang dengan normal dan menghasilkan kelahiran bayi sehat cukup
bulan melalui jalan lahir namun kadang-kadang tidak sesuai dengan yang
diharapkan (Prawirohardjo, 2011).

2. Proses Terjadinya Kehamilan

Proses permulaan kehamilan ketika bersatunya sel telur (ovum) dan


sperma atau disebut fertilisasi. Ovum yang telah dibuahi ini segera membelah
diri sampai stadium morula selama 3 hari dan bergerak kearah rongga rahim
oleh rambut getar tuba (silia) dan kontraksi tuba, hasil konsepsi tiba dalam
kavum uteri pada tingkat blastula. Hasil konsepsi akan menanamkan dirinya
dalam endometrium (nidasi). Ketika blastula mencapai rongga rahim,
endometrium berada dalam masa sekresi sehingga blastula dengan bagian
yang berisi massa sel dalam akan mudah masuk kedalam desidua,
menyebabkan luka kecil yang kemudian sembuh dan menutup lagi. Apabila
nidasi telah terjadi, maka dimulailah diferensiasi sel-sel blastula. Kemudian
blastula akan berkembang menjadi janin. Untuk mencukupi kebutuhan janin
maka dibentuklah plasenta. Plasenta terbentuk lengkap pada kehamilan
kurang lebih 16 minggu, dan berfungsi untuk memberikan makanan pada
janin. Respirasi janin, untuk tempat sekresi bagi janin, dan tempat
pembentukan hormon dan juga tempat menyalurkan segala kebutuhan janin.
Didalam rahim janin juga diproteksi oleh air ketuban, volume air ketuban
pada kehamilan cukup bulan kira-kira 1000-1500 cc, air ketuban berwarna
putih keruh, berbau amis (Pantikawati & saryono, 2010).
9

Seorang ibu dapat dikatakan hamil adalah apabila didapat tanda-tanda


pasti hamil yaitu denyut Jantung Janin (DJJ) dapat didengar dengan
menggunakan stetoskop laenec pada minggu 17-18. Dengan stetoskop
ultrasonic (Doppler), DJJ dapat didengarkan lebih awal lagi, sekitar minggu
ke 12. Palpasi biasanya dapat dirasakan gerakan janin yang jelas setelah 24
minggu. Pada pemeriksaann USG terlihat adanya kantong kehamilan, ada
gambaran embrio (Pantikawati&Saryono, 2010).

3. Tanda dan Gejala Awal Kehamilan

Tanda-tanda kehamilan ada tiga yaitu (Sulistyawati, 2009; Jannah, 2011;


Nugroho, dkk, 2014)

a. Tanda Presumtif/ Tanda Tidak Pasti

Tanda presumtif/ tanda tidak pasti adalah perubahan - perubahan yang


dirasakan oleh ibu (subjektif) yang timbul selama kehamilan. Yang
termasuk tanda presumtif/ tanda tidak pasti adalah :

1) Amenorhoe (tidak dapat haid) Pada wanita sehat dengan haid


yang teratur, amenorhoe menandakan kemungkinan kehamilan.
Gejala ini sangat penting karena umumnya wanita hamil tidak
dapat haid lagi. Kadang - kadang amenorhoe disebabkan oleh hal
- hal lain diantaranya akibat menderita penyakit TBC, typhus,
anemia atau karena pengaruh psikis.

2) Nausea (enek) dan emesis (muntah) Pada umumnya, nausea


terjadi pada bulan - bulan pertama kehamilan sampai akhir
triwulan pertama dan kadang - kadang disertai oleh muntah.
10

Nausea sering terjadi pada pagi hari, tetapi tidak selalu. Keadaan
ini lazim disebut morning sickness. Dalam batas tertentu, keadaan
ini masih fisiologis, namun bila terlampau sering dapat
mengakibatkan gangguan kesehatan dan disebut dengan
hiperemesis gravidarum.

3) Mengidam (menginginkan makanan atau minuman tertentu)


Sering terjadi pada bulan - bulan pertama dan menghilang dengan
makin tuanya usia kehamilan.

4) Mamae menjadi tegang dan membesar Keadaan ini disebabkan


oleh pengaruh esterogen dan progesteron yang merangsang duktus
dan alveoli pada mamae sehingga glandula montglomery tampak
lebih jelas.

5) Anoreksia (tidak ada nafsu makan) Keadaan ini terjadi pada bulan
- bulan pertama tetapi setelah itu nafsu makan akan timbul
kembali.

6) Sering buang air kecil Keadaan ini terjadi karena kandung


kencing pada bulan - bulan pertama kehamilan tertekan oleh
uterus yang mulai membesar. Pada triwulan kedua, umumnya
keluhan ini hilang oleh karena uterus yang membesar keluar dari
rongga panggul. Pada akhir triwulan, gejala ini bisa timbul
kembali karena janin mulai masuk ke rongga panggul dan
menekan kembali kandung kencing.

7) Obstipasi Keadaan ini terjadi karena tonus otot menurun yang


disebabkan oleh pengaruh hormon steroid.
11

8) Pigmentasi kulit Keadaan ini terjadi pada kehamilan 12 minggu


ke atas. Kadang – kadang tampak deposit pigmen yang berlebihan
pada pipi, hidung dan dahi yang dikenal dengan kloasma
gravidarum (topeng kehamilan). Areola mame juga menjadi lebih
hitam karena didapatkan deposit pigmen yang berlebihan. Daerah
leher menjadi lebih hitam dan linea alba. Hal ini terjadi karena
pengaruh hormon kortiko steroid plasenta yang merangsang
melanofor dan kulit.

9) Epulis Epulis merupakan suatu hipertrofi papilla ginggivae yang


sering terjadi pada triwulan pertama.

10) Varises (penekanan vena - vena) Keadaan ini sering dijumpai pada
triwulan terakhir dan terdapat pada daerah genetalia eksterna,
fossa poplitea, kaki dan betis. Pada multigravida, kadang - kadang
varises ditemukan pada kehamilan yang terdahulu, kemudian
timbul kembali pada triwulan pertama. Kadang – kadang
timbulnya varises merupakan gejala pertama kehamilan muda.

b. Tanda Kemungkinan

Hamil Tanda kemungkinan hamil adalah perubahan – perubahan


yang diobservasi oleh pemeriksa (bersifat objektif), namun berupa
dugaan kehamilan saja. Semakin banyak tanda – tanda yang didapatkan,
semakin besar pula kemungkinan kehamilan. Yang termasuk tanda
kemungkinan hamil adalah :

1) Uterus membesar Pada keadaan ini, terjadi perubahan bentuk,


besar dan konsistensi rahim. Pada pemeriksaan dalam, dapat
12

diraba bahwa uterus membesar dan semakin lama semakin bundar


bentuknya.

2) Tanda hegar Konsistensi rahim dalam kehamilan berubah menajdi


lunak, terutama daerah ismus. Pada minggu – minggu pertama,
ismus uteri mengalami hipertrofi seperti korpus uteri. Hipertrofi
ismus pada triwulan pertama mengakibatkan ismus menjadi
panjang dan lebih lunak sehingga kalau diletakkan dua jari dalam
fornix posterior dan tangan satunya pada dinding perut di atas
simpisis maka ismus ini tidak teraba seolah – olah korpus uteri
sama sekali terpisah dari uterus.

3) Tanda chadwick Hipervaskularisasi mengakibatkan vagina dan


vulva tampak lebih merah dan agak kebiru – biruan (livide).
Warna porsiopun tampak livide. Hal ini disebabkan oleh pengaruh
hormone esterogen.

4) Tanda piscaseck Uterus mengalami pembesaran, kadang – kadang


pembesaran tidak rata tetapi di daerah telur bernidasi lebih cepat
tumbuhnya. Hal ini menyebabkan uterus membesar ke salah satu
jurusan pembesaran tersebut.

5) Tanda braxton hicks Bila uterus dirangsang, akan mudah


berkontraksi. Waktu palpasi atau pemeriksaan dalam uterus yang
awalnya lunak akan menjadi keras karena berkontraksi. Tanda ini
khas untuk uterus dalam masa kehamilan.

6) Goodell sign Di luar kehamilan konsistensi serviks keras,


kerasnya seperti merasakan ujung hidung, dalam kehamilan
serviks menjadi lunak pada perabaan selunak vivir atau ujung
bawah daun telinga.
13

7) Reaksi kehamilan positif Cara khas yang dipakai dengan


menentukan adanya human chorionic gonadotropin pada
kehamilan muda adalah air seni pertama pada pagi hari. Dengan
tes ini, dapat membantu menentukan diagnosa kehamilan sedini
mungkin.

c. Tanda Pasti

Tanda pasti adalah tanda – tanda objektif yang didapatkan oleh


pemeriksa yang dapat digunakan untuk menegakkan diagnosa pada
kehamilan. Yang termasuk tanda pasti kehamilan adalah :

1) Terasa gerakan janin Gerakan janin pada primigravida dapat


dirasakan oleh ibunya pada kehamilan 18 minggu. Sedangkan
pada multigravida, dapat dirasakan pada kehamilan 16 minggu
karena telah berpengalaman dari kehamilan terdahulu. Pada bulan
keempat dan kelima, janin berukuran kecil jika dibandingkan
dengan banyaknya air ketuban, maka kalau rahim didorong atau
digoyangkan, maka anak melenting di dalam rahim.

2) Teraba bagian – bagian janin Bagian – bagian janin secara objektif


dapat diketahui oleh pemeriksa dengan cara palpasi menurut
leopold pada akhir trimester kedua.

3) Denyut jantung janin Denyut jantung janin secara objektif dapat


diketahui oleh pemeriksa dengan menggunakan :

(a) Fetal electrocardiograph pada kehamilan 12 minggu.

(b) Sistem doppler pada kehamilan 12 minggu.

(c) Stetoskop laenec pada kehamilan 18 – 20 minggu.


14

4) Terlihat kerangka janin pada pemeriksaan sinar rontgen.

5) Dengan menggunakan USG dapat terlihat gambaran janin berupa


ukuran kantong janin, panjangnya janin dan diameter bipateralis
sehingga dapat diperkirakan tuanya kehamilan.

4. Perubahan Anatomi dan Fisiologi


a. Uterus
Selama kehamilan uterus akan beradaptasi untuk menerima dan
melindungi hasil konsepsi (janin, plasenta, amnion) sampai persalinan.
Pada perempuan tidak hamil uterus mempunyai berat 70 g dan kapasitas
10 ml atau kurang. Selama kehamilan, uterus akan berubah menjadi suatu
organ yang mampu menampung janin, plasenta dan cairan amnion yang
volume totalnya mencapai 5 l bahkan dapat mencapai 20l atau lebih
dengan berat rata-rata 1100 g.
Pembesaran uterus meliputi peregangan dan penebalan sel-sel otot
sementara produksi meosit yang baru sangat terbatas. Bersamaan dengan
hal itu terjadi akumulasi jaringan ikat dan elastik, terutama pada lapisan
otot luar. Kerja sama tersebut akan meningkatkan kekuatan dinding
uterus. Daerah korpus pada bulan-bulan pertama akan menebal, tetapi
seiring dengan bertambahanya usia kehamilan akan menipis pada akhir
kehamilan ketebalanya hanya sekitar 1,5 cm bahkan kurang.

Gambar 2.1 Anatomi Dan Fisiologi


15

Pada awal kehamilan penebalan uterus distimulasi terutama oleh


hormon esterogen dan sedikit oleh progesteron.akan tetapi, setelah
kehamilan 12 minggu lebih penambahan ukuran uterus didominasi oleh
desakan dari hasil konsepsi. Pada awal kehamilan tuba fallopi, ovarium,
dan ligamentum rotundum berada sedikit dibawah apeks fundus,
sementara pada akhir kehamilan akan berada sedikit di atas pertengahan
uterus. Posisi plasenta juga mempengaruhi penebalan sel-sel otot
uterus,dimana bagian uterus yang mengelilingi implantasi plasenta akan
bertambah besar lebih cepat dibandingkan bagian lainnya. Sehingga akan
menyebabkan uterus tidak rata. Fenomena ini dikenal dengan tanda
piscaseck.
Pada minggu-minggu pertama kehamilan uterus masih seperti
buah alpukat kehamilannya, perkembangan kehamilannya,daerah fundus
dan korpus akan membulat dan akan menjadi bentuk sferis pada usia
kehamilan 12 minggu.
Isthmus uteri pada minggu pertama mengadakan hipertrofi seperti
korpus uteri yang mengakibatkan isthmus menjadi lebih panjang dan
16

lunak yang dikenal denga tanda Hegar. Pada akhir kehamilan 12 minggu
uterus akan menyentuh dinding abdominal mendorong usus seiring
perkembangannya, uterus akan menyentuh dinding abdominal
mendorong usus kesamping, dan keatas, terus tumbuh hingga hampir
menyentuh hati. Sejak trimester pertama kehamilan uterus akan
mengalami kontraksi yang tidak teratur dan umumnya tidak disertai
nyeri. Pada trimester kedua kontraksi ini dapat dideteksi dengan
pemeriksaan bimanual. Fenomena ini disebut Braxton Hicks. Pada bulan
terakhir kehamilan biasanya kontraksi ini sangat jarang dan meningkat
pada satu atau dua minggu sebelum persalinan (Prawirohardjo, 2010).
b. Serviks
Perubahan yang penting pada serviks dalam kehamilan adalah
menjadi lunak. Sebab pelunakan ini adalah pembuluh darah dalam
serviks bertambah dank arena timbulnya oedema dari serviks dan
hyperplasia serviks. Pada akhir kehamilan serviks menjadi sangat lunak
dan portio menjadi pendek (lebih dari setengahnya mendatar) dan dapat
dimasuki dengan mudah oleh satu. jari (Prawirihardjo, 2010).
c. Ovarium
proses ovulasi selama kehamilan akan terhenti dan pematangan
folikel baru juga ditunda.hanya satu korpus luteum yang dapat ditemukan
di ovarium. Folikel ini akan berfungsi maksimal selama 6-7 minggu awal
kehamilan dan setelah itu akan berperan sebagai penghasil progeteron
dlam jumlah yang relatif minimal (Prawirohardjo, 2010).
d. Vagina dan Vulva
Dinding vagina mengalami banyak perubahan yang merupakan
persiapan untuk mengalami peregangan pada waktu persalinan dengan
meningkatnya ketebalan mukosa, mengendorornya jaringan ikat dan
hipertrofi sel otot polos.Peningkatan volume sekresi vagina juga terjadi,
dimana sektresi akan berwarna keputihan, menebal dan PH antara 3,5-6
yang merupakan hasil dari peningkatan produksi asam laktat glikogen
17

yang dihasilkan oleh epitel vagina sebagai aksi dari lactobacillus


acidophilus (Prawirohardjo, 2010).
e. Payudara
Pada awal kehamilan perempuan akan merasakan payudaranya
menjadi lunak. Setelah bulan kedua payudara akan bertambah ukurannya
dan vena-vena dibawah kulit akan lebih terlihat. Putih payudara akan
lebih besar, kehitaman dan tegak. Setelah bulan pertama cairan kuning
bernama kolostrum akan keluar. Kolostrum ini berasal dari kelenjar-
kelenjar asinus yang mulai bersekresi. Meskipun dapat dikeluarkan, air
susu belum dapat diprosuksi karena hormon prolaktin ditekan oleh
prolaktin inhibiting hormone. Setelah persalinan kadar progesteron dan
estrogen menurun sehingga pengaruh inhibisi progesterone terhadap α-
laktalbumin akan hilang. Peningkatan prolaktin akan merangsang sintesis
lactose dan pada akhirnya akan meningkatkan produksi air susu
(Prawirohardjo, 2010).

Gambar 2.2 Perubahan Pada Payudara

f. Sistem Kardiovaskuler
Sirkulasi darah ibu pada kehamilan dipengaruhi oleh adanya
sirkulasi ke placenta uterus yang membesar dengan pembuluh-pembuluh
18

darah yang membesar darah pula, mamae dan alat lain yang memang
berfungsi berlebihan dalam kehamilan. Tekanan darah akan turun selama
24 minggu pertama kehamilan akibat terjadi penurunan dalam perifer
vaskuler resistensi yang disebabkan oleh pengaruh pergangan otot halus
oleh progesteron. Selama kehamilan normal cardiac output meningkat
sekitar 30-50 % dan mencapai level maksimumnya selama trimester
pertama atau kedua tetap tinggi selama persalinan.
Pada usia kehamilan 16 minggu mulai jelas terjadi hemodilusi.
Setelah 24 minggu tekanan darah sedikit demi sedikit naik kembali pada
tekanan darah sebelum aterm. Hemodilusi penambahan volume darah
sekitar 25% dengan puncak pada usia kehamilan 32 minggu, sedangkan
hematokrit mencapai level terendah pada minggu 30-32 minggu
(Kusmiyati, 2008).

5. Klasifikasi
Kehamilan Kehamilan menurut Prawirohardjo (2011) diklasifikasikan dalam
3 trimester, yaitu:
a. Trimester kesatu, dimulai dari konsepsi sampai 3 bulan (0-12 minggu).
b. Trimester kedua dari bulan keempat sampai 6 bulan (13-27 minggu).
c. Trimester ketiga dari bulan ketujuh sampai 9 bulan (28-40 minggu).

B. Pre Eklampsia

1. Definisi

Pre eklamsia adalah timbulnya hipertensi disertai dengan proteinuria


pada umur kehamilan lebih dari 20 minggu atau segera setelah persalinan
dan gangguan multisistem pada kehamilan yang dikarakteristikkan disfungsi
endotelial, peningkatan tekanan darah karena vasokonstriksi, proteinuria
akibat kegagalan glomerolus, dan udema akibat peningkatan permeabilitas
vaskuler (Fauziyah, 2012).
19

Pre eklampsia adalah sekumpulan gejala yang timbul pada wanita


hamil, bersalin dan nifas yang terdiri dari hipertensi, edema dan protein uria
tetapi tidak menjukkan tanda-tanda kelainan vaskuler atau hipertensi
sebelumnya, sedangkan gejalanya biasanya muncul setelah kehamilan
berumur 28 minggu atau lebih. (Nanda, 2015).

Pre eklamsia adalah timbulnya hipertensi disertai dengan proteinuria


pada umur kehamilan lebih dari 20 minggu atau segera setelah persalinan
dan gangguan multisistem pada kehamilan yang dikarakteristikkan disfungsi
endotelial, peningkatan tekanan darah karena vasokonstriksi, proteinuria
akibat kegagalan glomerolus, dan udema akibat peningkatan permeabilitas
vaskuler ). Pre eklamsia atau toksemia preeklantik (pre eclamtic toxaemia,
PET) adalah penyebab utama mortalitas dan morbiditas ibu dan janin. Pre
eklamsia dapat timbul pada masa antenatal, intrapartum, dan postnatal. Pre
eklamsia dapat terjadi dengan tanda-tanda hipertensi dan proteinuria yang
baru muncul ndi trimester kedua kehamilan yang selalu pulih di periode
postnatal (Robson, 2012).

Pre eklamsia atau toksemia preeklantik (pre eclamtic toxaemia, PET)


adalah penyebab utama mortalitas dan morbiditas ibu dan janin. Pre
eklamsia dapat timbul pada masa antenatal, intrapartum, dan postnatal. Pre
eklamsia dapat terjadi dengan tanda-tanda hipertensi dan proteinuria yang
baru muncul di trimester kedua kehamilan yang selalu pulih di periode
postnatal. Eklamsia adalah suatu penyakit yang pada umumnya terjadi pada
wanita hamil atau nifas dengan tanda-tanda pre-eklamsia yang disertai
kejang-kejang, kelainan akut pada ibu hamil yang tidak dapat disebabkan
oleh hal lain. (Robson, 2012).

Preeklamsia adalah kelainan multiorgan spesifik pada kehamilan yang


ditandai dengan adanya hipertensi, edema dan proteinuria tetapi tidak
20

menunjukkan tanda-tanda kelainan vaskuler atau hipertensi sebelumnya,


adapun gejalanya biasanya muncul setelah kehamilan berumur 20 minggu
(Obgynacea, 2009).

2. Etiologi

Terdapat beberapa teori yang diduga sebagai etiologi dari pre eklampsia,
meliputi (Pribadi, A., et al., 2015):

a. Abnormalitas invasi tropoblas

Invasi tropoblas yang tidak terjadi atau kurang sempurna, maka


akan terjadi kegagalan remodeling a. spiralis. Hal ini mengakibatkan
darah menuju lakuna hemokorioendotel mengalir kurang optimal dan bila
jangka waktu lama mengakibatkan hipooksigenasi atau hipoksia plasenta.
Hipoksia dalam jangka lama menyebabkan kerusakan endotel pada
plasenta yang menambah berat hipoksia. Produk dari kerusakan vaskuler
selanjutknya akan terlepas dan memasuki darah ibu yang memicu gejala
klinis preeklampsia. (Pribadi, A, et al, 2015).

b. Maladaptasi imunologi antara maternal-plasenta (paternal)-fetal

Berawal pada awal trimester kedua pada wanita yang


kemungkinan akan terjadi preeklampsia, Th1 akan meningkat dan rasio
Th1/Th2 berubah. Hal ini disebabkan karena reaksi inflamasi yang
distimulasi oleh mikropartikel plasenta dan adiposit (Redman, 2014).

c. Maladaptasi kadiovaskular atau perubahan proses inflamasi dari proses


kehamilan normal.

d. Faktor genetik, termasuk faktor yang diturunkan secara mekanisme


epigenetik.
21

Dari sudut pandang herediter, preeklampsia adalah penyakit


multifaktorial dan poligenik. Predisposisi herediter untuk preeklampsia
mungkin merupakan hasil interaksi dari ratusan gen yang diwariskan baik
secara maternal ataupun paternal yang mengontrol fungsi enzimatik dan
metabolism pada setiap sistem organ. Faktor plasma yang diturunkan
dapat menyebabkan preeklampsia. (Mc Kenzie, 2012). Pada ulasan
komprehensifnya, Ward dan Taylor (2014) menyatakan bahwa insidensi
preeklampsia bisa terjadi 20 sampai 40 persen pada anak perempuan yang
ibunya mengalami preeklampsia; 11 sampai 37 persen saudara
perempuan yang mengalami preeklampsia dan 22 sampai 47 persen pada
orang kembar.

e. Faktor nutrisi, kurangnya intake antioksidan.

John et al (2009) menunjukan pada populasi umumnya konsumsi sayuran


dan buah-buahan yang tinggi antioksidan dihubungkan dengan turunnya
tekanan darah. Penelitian yang dilakukan Zhang et al (2010) menyatakan
insidensi preeklampsia meningkat dua kali pada wanita yang
mengkonsumsi asam askorbat kurang dari 85 mg.

f. Faktor resiko

Faktor resiko dan berpengaruh terhadap progresifitas preeklampsia


(Pribadi, A. et al, 2015) :

1) Faktor usia ibu

2) Paritas

3) Usia kehamilan
22

4) Indeks Massa Tubuh (IMT). Nilai IMT diatas 30 dengan kategori


obesitas, resiko preeklampsia meningkat menjadi 4 kali lipat.

3. Klasifikasi

Rukiyah dan Yulianti (2010) membagi preeklampsia menjadi 2, yaitu:

a. Preeklampsia ringan

Preeklampsia ringan adalah timbulnya hipertensi disertai dengan


proteinuria dan atau edema setelah umur kehamilan 20 minggu atau
segera setelah kehamilan. Gejala ini dapat timbul sebelum umur
kehamilan 20 minggu pada penyakit trofoblas. Penyebab preeklampsia
ringan belum diketahui secara jelas. Penyakit ini dianggap sebagai
“maladaptation syndrome” akibat vasospasme general dengan segala
akibatnya. Gejala klinis preeklampsia ringan meliputi:

1) kenaikan tekanan darah sistolik 30 mmHg atau lebih, diastolik 15


mmHg atau lebih dari tekanan darah sebelum hamil pada kehamilan
20 minggu atau lebih atau sistolik 140 mmHg sampai kurang dari
160 mmHg. Diastolik 90 mmHg sampai kurang dari 110 mmHg;

2) proteinuria: secara kuantitatif lebih 0,3gr/lt dalam 24 jam atau


secara kualitatif positif 2

3) edema pada pretibia, dinding abdomen, lumbosakral, wajah atau


tangan.

Pemeriksaan dan diagnosis untuk menunjang keyakinan bidan atas


kemungkinan ibu mengalami preeklampsia ringan jika ditandai dengan:
23

kehamilan lebih dari 20 minggu; kenaikan tekanan darah 140/90 mmHg


atau lebih dengan pemeriksaan 2 kali selang 6 jam dalam keadaan
istirahat (untuk pemeriksaan pertama dilakukan 2 kali setelah istirahat
10 menit); edema tekan pada tungkai (pretibia), dinding perut,
lumbosakral, wajah atau tangan; proteinuria lebih 0,3 gr/lt/24 jam,
kualitatif +2 .

b. Preeklampsia berat

Preeklampsia berat adalah suatu komplikasi kehamilan yang


ditandai dengan timbulnya hipertensi 160/110 mmHg atau lebih disertai
dengan proteinuria dan atau edema pada kehamilan 20 minggu atau lebih.

Gejala dan tanda preeklampsia berat: tekanan darah sistolik >160


mmHg; tekanan darah diastolik >110 mmHg; peningkatan kadar enzim
hati dan atau ikterus; trombosit <100.000/mm3; oliguria <400ml/24 jam;
proteinuria >3gr/lt; nyeri epigastrium; skotoma dan gangguan visus lain
atau nyeri frontal yang berat; perdarahan retina; edema pulmonal.

4. Patofisiologi

Pada preeklampsia terdapat penurunan aliran darah. Perubahan ini


menyebabkan prostaglandin plasenta menurun dan mengakibatkan iskemia
uterus. Keadaan iskemia pada uterus , merangsang pelepasan bahan
tropoblastik yaitu akibat hiperoksidase lemak dan pelepasan renin uterus.
Bahan tropoblastik menyebabkan terjadinya endotheliosis menyebabkan
pelepasan tromboplastin. Tromboplastin yang dilepaskan mengakibatkan
24

pelepasan tomboksan dan aktivasi / agregasi trombosit deposisi fibrin.


Pelepasan tromboksan akan menyebabkan terjadinya vasospasme sedangkan
aktivasi/ agregasi trombosit deposisi fibrin akan menyebabkan koagulasi
intravaskular yang mengakibatkan perfusi darah menurun dan konsumtif
koagulapati. Konsumtif koagulapati mengakibatkan trombosit dan faktor
pembekuan darah menurun dan menyebabkan gangguan faal hemostasis.
Renin uterus yang di keluarkan akan mengalir bersama darah sampai organ
hati dan bersama- sama angiotensinogen menjadi angiotensi I dan
selanjutnya menjadi angiotensin II. Angiotensin II bersama tromboksan akan
menyebabkan terjadinya vasospasme. Vasospasme menyebabkan lumen
arteriol menyempit. Lumen arteriol yang menyempit menyebabkan lumen
hanya dapat dilewati oleh satu sel darah merah. Tekanan perifer akan
meningkat agar oksigen mencukupi kebutuhab sehingga menyebabkan
terjadinya hipertensi. Selain menyebabkan vasospasme, angiotensin II akan
merangsang glandula suprarenal untuk mengeluarkan aldosteron.
Vasospasme bersama dengan koagulasi intravaskular akan menyebabkan
gangguan perfusi darah dan gangguan multi organ.

Gangguan multiorgan terjadi pada organ- oragan tubuh diantaranya


otak, darah, paru- paru, hati/ liver, renal dan plasenta. Pada otak akan dapat
menyebabkan terjadinya edema serebri dan selanjutnya terjadi peningkatan
tekanan intrakranial. Tekanan intrakranial yang meningkat menyebabkan
terjadinya gangguan perfusi serebral , nyeri dan terjadinya kejang sehingga
menimbulkan diagnosa keperawatan risiko cedera. Pada darah akan terjadi
enditheliosis menyebabkan sel darah merah dan pembuluh darah pecah.
Pecahnya pembuluh darah akan menyebabkan terjadinya
pendarahan,sedangkan sel darah merah yang pecah akan menyebabkan
terjadinya anemia hemolitik. Pada paru- paru, LADEP akan meningkat
menyebabkan terjadinya kongesti vena pulmonal, perpindahan cairan
25

sehingga akan mengakibatkan terjadinya oedema paru. Oedema paru akan


menyebabkan terjadinya kerusakan pertukaran gas. Pada hati, vasokontriksi
pembuluh darah menyebabkan akan menyebabkan gangguan kontraktilitas
miokard sehingga menyebabkan payah jantung dan memunculkan diagnosa
keperawatan penurunan curah jantung. Pada ginjal, akibat pengaruh
aldosteron, terjadi peningkatan reabsorpsi natrium dan menyebabkan retensi
cairan dan dapat menyebabkan terjadinya edema sehingga dapat
memunculkan diagnosa keperawatan kelebihan volume cairan. Selin itu,
vasospasme arteriol pada ginjal akan meyebabkan penurunan GFR dan
permeabilitas terrhadap protein akan meningkat. Penurunan GFR tidak
diimbangi dengan peningkatan reabsorpsi oleh tubulus sehingga
menyebabkan diuresis menurun sehingga menyebabkan terjadinya oligouri
dan anuri. Oligouri atau anuri akan memunculkan diagnosa keperawatan
gangguan eliminasi urin. Permeabilitas terhadap protein yang meningkat
akan menyebabkan banyak protein akan lolos dari filtrasi glomerulus dan
menyenabkan proteinuria. Pada mata, akan terjadi spasmus arteriola
selanjutnya menyebabkan oedem diskus optikus dan retina. Keadaan ini
dapat menyebabkan terjadinya diplopia dan memunculkan diagnosa
keperawatan risiko cedera. Pada plasenta penurunan perfusi akan
menyebabkan hipoksia/anoksia sebagai pemicu timbulnya gangguan
pertumbuhan plasenta sehinga dapat berakibat terjadinya Intra Uterin
Growth Retardation serta memunculkan diagnosa keperawatan risiko gawat
janin.

Hipertensi akan merangsang medula oblongata dan sistem saraf


parasimpatis akan meningkat. Peningkatan saraf simpatis mempengaruhi
traktus gastrointestinal dan ekstrimitas. Pada traktus gastrointestinal dapat
menyebabkan terjadinya hipoksia duodenal dan penumpukan ion H
menyebabkan HCl meningkat sehingga dapat menyebabkan nyeri epigastrik.
26

Selanjutnya akan terjadi akumulasi gas yang meningkat, merangsang mual


dan timbulnya muntah sehingga muncul diagnosa keperawatan
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh. Pada ektrimitas
dapat terjadi metabolisme anaerob menyebabkan ATP diproduksi dalam
jumlah yang sedikit yaitu 2 ATP dan pembentukan asam laktat. Terbentuknya
asam laktat dan sedikitnya ATP yang diproduksi akan menimbulkan keadaan
cepat lelah, lemah sehingga muncul diagnosa keperawatan intoleransi
aktivitas. Keadaan hipertensi akan mengakibatkan seseorang kurang terpajan
informasi dan memunculkan diagnosa keperawatan kurang pengetahuan.
PATHWAY

Bagan 2.1 Pathway Pre Eklampsia


Kehamilan aterm atau tua

Terjadi nya perubahan fisiologi dan psikologis

Sistem kardiovaskuler Sistem perkemihan Endithellosis Perubahan psikologis

Vasokontriksi pembuluh darah Peningkatan reabsorpsi natrium Krisis situasi


Pembuluh darah pecah

Retensi cairan
gangguan kontrakratilitas miokard Pendarahan
Kurang pengetahuan
Kelebihan volume cairan Resiko pendarahan
Penurunan curah jantung Defisiensi pengetahuan

Oedema paru-paru Nyeri akut


Perubahan aliran darah dan tekanan Ketidakefektifan proses kehamilan-
darah meningkat melahirkan

Tekanan perifer meningkat Kerusakan pertukaran gas Resiko gangguan hubungan ibu-janin

Gangguan perfusi jaringan CO2 Kurang

Nyeri dan terjadi kejang Gangguan perfusii jaringan


Sumber : Sofyfitri ( 2016 ), Zummy ( 2017 )

Resiko cedera

7
28

5. Manifestasi Klinis

Jhonson (2014), menjelaskan beberapa manifestasi klinis dari


hipertensi dalam kehamilan adalah sebagai berikut : Gejala yang
timbul akan beragam, sesuai dengan tingkat PIH dan organ yang
dipengaruhi.

a. Spasme pembuluh darah ibu serta sirkulasi dan nutrisi yang


buruk dapat mengakibatkan kelahiran dengan berat badan dan
kelahiran prematur.

b. Mengalami hipertensi diberbagai level.

c. Protein dalam urin berkisar dari +1 hingga +4.

d. Gejala neurologi seperti pandangan kabur, sakit kepala dan hiper


refleksia mungkin akan terjadi.

e. Berpotensi gagal hati.

f. kemungkinan akan mengalami nyeri di kuadran kanan atas.

g. meningkatnya enzim hati.

h. jumlah trombosit menurun

6. Komplikasi

Purwaningsih & Fatmawati (2010) dan Mitayani (2011),


menyebutkan beberapa komplikasi yang mungkin terjadi akibat
hipertensi dalam kehamilan pada ibu dan janin.

a. Komplikasi yang akan terjadi pada ibu yaitu : eklampsia, pre


eklampsia berat, solusio plasenta, kelainan ginjal, perdarahan
subkapsula hepar, kelainan pembekuan darah, sindrom hellp
29

(hemolisis, elevated, liver, enzymes, dan low platellet count),


dan ablasio retina.

b. Komplikasi yang akan tejadi pada janin yaitu : terhambatnya


pertumbuhan janin dalam uterus, kelahiran premature, asfiksia
neonatorum, kematian dalam uterus, dan peningkatan angka
kematian dan kesakitan perinatal.

7. Penatalaksanaan
Manuaba dkk (2013), menjelaskan beberapa penatalaksanaan
yang dapat dilaukan pada pasien dengan hipertensi dalam kehamilan
diantaranya :

a. Hipertensi ringan

Kondisi ini dapat diatasi dengan berobat jalan. Pasien diberi


nasehat untuk menurunkan gejala klinis dengan tirah baring 2x2
jam/hari dengan posisi miring. Untuk mengurangi darah ke
vena kava inferior, terjadi peningkatan darah vena untuk
meningkatkan peredaran darah menuju jantung dan plasenta
sehingga menurunkan iskemia plasenta, menurunkan tekanan
darah, meningkatkan aliran darah menuju ginjal dan
meningkatkan produksi urin.Pasien juga dianjurkan segera
berobat jika terdapat gejala kaki bertambah berat (edema),
kepala pusing, gerakan janin terasa berkurang dan mata makin
kabur.

b. Hipertensi Berat

Dalam keadaan gawat, segera masuk rumah sakit, istirahat


dengan tirah baring ke satu sisi dalam suasana isolasi.
Pemberian obat-obatan untuk menghindari kejang (anti kejang),
antihipertensi, pemberian diuretik, pemberian infus dekstrosa
5%, dan pemberian antasida.
30

c. Hipertensi kronis
Pengobatan untuk hipertensi kronis adalah di rumah sakit untuk
evaluasi menyeluruh, pemeriksaan laboratorium lengkap serta
kultur, pemeriksaan kardiovaskuler pulmonal (foto thorax, EKG,
fungsi paru).
Penatalaksanaan terhadap hipertensi dalam kehamilan
tersebut juga dijelaskan oleh Purwaningsih dan Fatmawati
(2010) dan Prawirohardjo (2013), beberapa penatalaksanaan
hipertensi dalam kehamilan diantaranya :
1) Anjurkan melakukan latihan isotonik dengan cukup istirahat
dan tirah baring.

2) Hindari kafein, merkok, dan alkohol.

3) Diet makanan yang sehat dan seimbang, yaitu dengan


mengkonsumsi makanan yang mengandung cukup protein,
rendah karbohidrat, garam secukupnya, dan rendah lemak.
4) Menganjurkan agar ibu melakukan pemeriksaan secara
teratur, yaitu minimal 4 kali selama masa kehamilan. Tetapi
pada ibu hamil dengan hipertensi dianjurkan untuk
melakukan pemeriksaan kehamilan yang lebih sering,
terutama selama trimester ketiga, yaitu harus dilakukan
pemeriksaan setiap 2 minggu selama 2 bulan pertama
trimester ketiga, dan kemudian menjadi sekali seminggu
pada bulan terakhir kehamilan.
5) Lakukan pengawasan terhadap kehidupan dan pertumbuhan
janin dengan USG.
6) Pembatasan aktivitas fisik.

7) Penggunaan obat- obatan anti hipertensi dalam kehamilan


tidak diharuskan, karena obat anti hipertensi yang biasa
digunakan dapat menurunkan perfusi plasenta dan memiliki
31

efek yang merugikan bagi janin. Tetapi pada hipertensi berat,


obat-obatan diberikan sebagai tindakan sementara. Terapi
anti hipertensi dengan agen farmakologi memiliki tujuan
untuk mengurangi tekanan darah perifer, mengurangi beban
kerja ventrikel kiri, meningkatkan aliran darah ke uterus dan
sisitem ginjal serta mengurangi resiko cedera
serebrovaskular.

8. Pemeriksaan Penunjang

Mitayani (2011), mengatakan beberapa pemeriksaan


penunjang hipertensi dalam kehamilan yang dapat dilakukan adalah :

a. Pemeriksaan laboratorium

1) Pemeriksaan darah lengkap dengan hapusan darah

b) Penurunan hemoglobin (nilai rujukan atau kadar


normal untuk wanita hamil adalah 12-14 gr%)

c) Hematokrit meningkat (nilai rujukan 37-43 vol%)

d) Trombosit menurun (nilai rujukan 150-450 ribu/mm3

b. Urinalisis

Untuk menentukan apakah ibu hamil dengan hipertensi


tersebut mengalami proteinuria atau tidak. Biasanya pada ibu
hipertensi ringan tidak ditemukan protein dalam urin.
c. Pemeriksaan fungsi hati

a) Bilirubin meningkat (N=< 1 mg/ dl)

b) LDH (Laktat dehidrogenase) meningkat

c) Aspartat aminomtransferase (AST) > 60 ul.

d) Serum glutamat pirufat transaminase (SGPT)


32

meningkat (N: 15-45 u/ml).


e) Serum glutamat oxaloacetic trasaminase (SGOT)
meningkat (N: < 31 u/l).
f) Total protein serum normal (N: 6,7-8,7 g/dl).

d. Tes kimia darah


Asam urat meningkat (N: 2,4-2,7 mg/ dl).
e. Radiologi
1) Ultrasonografi : bisa ditemukan retardasi pertumbuhan
janin intrauterus, pernapasan intrauterus lambat, aktivitas
janin lambat, dan volume cairan ketuban sedikit
2) Kardiotografi
Diketahui denyut jantung janin lemah
f. Data Psikologis
Biasanya ibu yang mengalami hipertensi dalam kehamilan
berada dalam kondisi yang labil dan mudah marah, ibu merasa
khawatir akan keadaan dirinya dan keadaan janin dalam
kandungannya, dia takut anaknya nanti lahir cacat ataupun
meninggal dunia, sehingga ia takut untuk melahirkan
(Prawihardjo, 2013).

9. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri Akut berhubungan dengan prose melahirkan
b. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan sumber informasi
penyakit
c. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan kurangnya
oksigen
d. Ketidakefektifan prose kehamilan-melahirkan berhubungan
dengan kurangnya informasi
e. Resiko pendarahan berhubungan dengan kehamilan dengan
indikasi pre eklampsia
33

f. Penurunan curah jantung berhubungan meningkatnya volume


cairan dalam tubuh
g. Resiko cedera berhubungan nyeri dan terjadinya kejang
h. Kelebihan volume cairan berhubungan peningkatan reasorpsi
natrium
i. Resiko gangguan hubungan ibu-janin berhubungan komplikasi
kehamilan
34

10. INTERVENSI

No Diagnosa NOC NIC


1 Nyeri berhubungan dengan NOC: NIC :
proses melahirkan Setelah dilakukan asuhan keperawatan Pain Management
selama 3x24 jam diharapkan nyeri a. Lakukan pengkajian nyeri secara
berkurang dengan indicator: komprehensif termasuk lokasi, karakteristik,
 Pain Level, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor
 Pain control, presipitasi
 Comfort level b. Observasi reaksi nonverbal dari
1. Mampu mengontrol nyeri (tahu ketidaknyamanan
penyebab nyeri, mampu c. Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk
menggunakan tehnik mengetahui pengalaman nyeri pasien
nonfarmakologi untuk d. Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri
mengurangi nyeri, mencari e. Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau
bantuan) f. Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan
2. Melaporkan bahwa nyeri lain tentang ketidakefektifan kontrol nyeri
berkurang dengan masa lampau
menggunakan manajemen nyeri g. Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan
3. Mampu mengenali nyeri (skala, menemukan dukungan
35

intensitas, frekuensi dan tanda h. Kontrol lingkungan yang dapat


nyeri) mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan,
4. Menyatakan rasa nyaman pencahayaan dan kebisingan
setelah nyeri berkurang i. Kurangi faktor presipitasi nyeri
5. Tanda vital dalam rentang j. Pilih dan lakukan penanganan nyeri
normal (farmakologi, non farmakologi dan inter
personal)
k. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan
intervensi
l. Ajarkan tentang teknik non farmakologi
m. Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
n. Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
o. Tingkatkan istirahat
p. Kolaborasikan dengan dokter jika ada
keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil
q. Monitor penerimaan pasien tentang
manajemen nyeri

2. Analgesic Administration
36

a. Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas, dan


derajat nyeri sebelum pemberian obat
b. Cek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis,
dan frekuensi
c. Cek riwayat alergi
d. Pilih analgesik yang diperlukan atau
kombinasi dari analgesik ketika pemberian
lebih dari satu
e. Tentukan pilihan analgesik tergantung tipe
dan beratnya nyeri
f. Tentukan analgesik pilihan, rute pemberian,
dan dosis optimal
g. Pilih rute pemberian secara IV, IM untuk
pengobatan nyeri secara teratur
h. Monitor vital sign sebelum dan sesudah
pemberian analgesik pertama kali
i. Berikan analgesik tepat waktu terutama saat
nyeri hebat
3. Evaluasi efektivitas analgesik, tanda dan
37

gejala (efek samping)


2. Defisiensi pengetahuan NOC : NIC :
berhubungan dengan Setelah dilakukan asuhan keperawatan a. Kaji kesiapan dan motivasi klien untuk
sumber informasi penyakit selama 3x24 jam diharapkan tingkat belajar. Bantu klien / pasangan dalam
pengetahuan meningkat dengan mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan
indicator : b. Berikan rencana penyuluhan tertulis dengan
 Knowledge increase menggunakan format yang standarisasi atau
Mampu menjelaskan patologi penyakit ceklis,dokumentasi informasi yang
diberikan dan respon klien.
c. Berikan informasi yang berhubungan
dengan perubahan fisiologis dan psikologis
yang normal berkenaan dengan kelahiran
sesar dan kebutuhan berkenaan dengan
periode pascapartum
d. Diskusikan rencana-rencana untuk
penatalaksanaan dirumah : membantu
pekerjaan rumah, susunan fisik
rumah,pengaturan tidur bayi.
e. Berikan atau kuatkan informasi yang
38

berhubungan dengan pemeriksaan


pascapartum lanjutan.
3 Gangguan perfusi jaringan NOC : NIC :
berhubungan dengan - Circulation 1. Monitor TTV
kurangnya oksigen status 2. Monitor AGD, ukuran pupil, ketajaman,

DO - Neurologic kesimetrisan dan reaksi

- Gangguan status mental status 3. Monitor adanya diplopia, pandangan

- Perubahan perilaku - Tissue kabur, nyeri kepala

- Perubahan respon Prefusion : cerebral 4. Monitor level kebingungan dan orientasi

motorik Setelah dilakukan asuhan 5. Monitor tonus otot pergerakan

- Perubahan reaksi pupil selama………ketidakefektifan perfusi 6. Monitor tekanan intrkranial dan respon

- Kesulitan menelan jaringan cerebral teratasi dengan nerologis

- Kelemahan atau paralisis kriteria hasil: 7. Catat perubahan pasien dalam merespon

-
ekstrermitas stimulus
Tekanan systole
- Abnormalitas bicara 8. Monitor status cairan
dan diastole dalam rentang yang
9. Pertahankan parameter hemodinamik
diharapkan
10. Tinggikan kepala 0-45o tergantung pada
- Tidak ada
konsisi pasien dan order medis
ortostatikhipertensi
39

- Komunikasi jelas

- Menunjukkan
konsentrasi dan orientasi
- Pupil seimbang
dan reaktif
- Bebas dari
aktivitas kejang
- Tidak mengalami
nyeri kepala

4 Ketidakefektifan prose NOC : NIC :


kehamilan-melahirkan Setelah dilakukan tindakan
Parent Education: Infant
berhubungan dengan keperawatan selama 5x24 jam,
Kurang pengetahuan diharapkan klien dapat menunjukkan 1. Menentukan pengetahuan orangtua dan
proses kehamilan peningkatan dalam proses perawatan kesiapan dan kemampuan orang tua untuk
melahirkan bayinya mempelajari perawatan bayi
kriteria hasil : 2. Ajarkan orang tua cara merawat bayi yang baru
lahir
1. Klien dapat mengenal dan
40

mengetahui hal-hal yang perlu 3. Dorong orang tua untuk menggendong,


dilakukan saat baru melahirkan memijat, dan menyentuh bayi
termasuk cara merawat bayi 4. Bantu orang tua untuk menginterpretasikan
2. Klien dapat memutuskan
isyarat bayi, isyarat non verbal, menangis.
penyelesaian masalah yang
5. Menyediakan informasi tentang karakteristik
dialaminya selama masa awal
perilaku bayi baru lahir
melahirkan
6. Demonstrasikan teknik menenangkan bayi
3. Klien dapat melakukan intervensi
7. Sediakan informasi tentang membuat
yang tepat dalam perawatan
lingkungan aman untuk bayi
bayinya
4. Klien dapat melakukan modifikasi
lingkungan untuk kenyamanan
bayi

5. Resiko pendarahan b/d NOC NIC


kehamilan dengan indikasi - Blood lose severity Bleeding precautions
pre eklampsia - Blood koagulation 1. Monitor ketat tanda-tanda perdarahan

Kriteria Hasil : 2. Catat nilai Hb dan HT sebelum dan sesudah

1. Tidak ada hematuria dan terjadìnya perdarahan

hematemesis 3. Monitor nilai lab (koagulasi) yang meliputi


41

2. Kehilangan darah yang terlihat PT, PTT, trombosit

3. Tekanan darah dalam batas normal 4. Monitor TTV ortostatik


sistol dan diastole 5. Pertahankan bed rest selama perdarahan aktif
4. Tidak ada perdarahan pervagina 6. Kolaborasi dalam pemberian produk darah
5. Tidak ada distensi abdominal (platelet atau fresh frozen plasma)

6. Hemoglobin dan hematrokrit 7. Lindungi pasien dari trauma yang dapat


dalam batas normal menyebabkan perdarahan

7. Plasma, PT, PTT dalam batas 8. Hindari mengukur suhu lewat rectal
normal 9. Hindari pemberian aspirin dan anticoagulant

10. Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake


makanan yang banyak mengandung vitamin
K

11. Hindari terjadinya konstipasi dengan


menganjurkan untuk mempertahankan intake
cairan yang adekuat dan pelembut feses

Bleeding reduction
1. Identifikasi penyebab perdarahan
42

2. Monitor trend tekanan darah dan parameter


hemodinamik (CVP,pulmonary capillary /
artery wedge pressure

3. Monitor status cairan yang meliputi intake


dan output

4. Monitor penentu pengiriman oksigen ke


jaringan (PaO2, SaO2 dan level Hb dan
cardiac output)

5. Pertahankan patensi IV line

Bleeding reduction: wound/luka


1. Lakukan manual pressure (tekanan) pada area
perdarahan

2. Gunakan ice pack pada area perdarahan

3. Lakukan pressure dressing (perban yang


menekan) pada area luka

4. Tinggikan ekstremitas yarg perdarahan

5. Monitor ukuran dan karakteristik hematoma


43

6. Monitor nadi distal dari area yang luka atau


perdarahan

7. Instruksikan pasien untuk menekan area luka


pada saat bersin atau batuk

8. Instruksikan pasien untuk membatasi aktivitas

Bleeding reduction : gastrointestinal


1. Observasi adanya darah dalam sekresi cairan
tubuh: emesis, feces, urine, residu lambung,
dan drainase luka

2. Monitor complete blood count dan leukosit

3. Kolaborasi dalam pemberian terapi : lactulose


atau vasopressin

4. Lakukan pemasangan NGT untuk memonitor


sekresi dan perdarahan lambung

5. Lakukan bilas lambung dengan NaCI dingin

6. Dokumentasikan warna, jumlah dan


karakteristik feses
44

7. Hindari pH lambung yang ekstrem dengan


kolaborasi pemberian antacids atau histamine
blocking agent

8. Kurangi faktor stress

9. Pertahankan jalan nafas

10. Hindari penggunaan anticoagulant

11. Monitor status nutrisi pasien

12. Berikan cairan Intravena

13. Hindari penggunaan aspirin dan ibuprofen


45

12. Discharge Planning


a. Melakukan pendidikan kesehatan kepada klien dan keluarga
terkait Pre Eklampsia
b. Menganjurkan untuk melakukan pemeriksaan kesehatan
selama kehamilan
46

DAFTAR PUSTAKA
Alvonco, Johnson. 2014. Practical Communication Skill. Jakarta: Elex Media

Komputindo

Angsar, M.D., 2010. Hipertensi dalam Kehamilan Ilmu dalam Kebidanan

Sarwono Prawirohardjo Edisi IV. Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono

Prawirohardjo

Cunningham. 2013. Obstetri Williams. Jakarta : EGC

Dewi, Vivian Nanny Lia; Sunarsih, Tri. 2011. Asuhan Kebidanan Ibu Nifas.

Jakarta : Salemba Medika

Kementrian Kesehatan RI. 2013.Buku saku pelayanan kesehatan Ibu di

fasilitaskesehatan dasar dan rujukan.

Manuaba. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan KB. Jakarta: EGC; 2010

Mitayani.(2011).Asuhan keperawatan maternitas. Jakarta : Salemba Medika.

Mukhlas, Asep. Preeklamsia. From: http://preeklamsia.blogspot.com/2013/07/mak

alah-preeklamsia.html, 28 juli 2018

NANDA. 2015. Panduan Diagnosa Keperawatan. Alih Bahasa Budi Santoso.

Jakarta: Prima Medika.

Nugroho, T dan Utama I.B. 2014. Masalah Kesehatan Reproduksi Wanita.

Yogyakarta: Nuha Medika.

Obgynacea 2009.Nanda NIC NOC jilid 2. Diterjemahkan oleh Amin Huda. N,

Hardhi Kusuma.Yogyakarta:Media Action

Redman C.W, Sargent I.L, Taylor R.N, 2014, Immunology of Abnormal

Pregnancy and Preeklampsia”, In :Taylor RN, Roberts JM, Cunningham FG


47

(eds): Chesley’s Hypertensive Disorders in Pregnancy, 4th ed. Amsterdam,

Academic Press, p:161-79.

Reeder, S.J., Martin, L.L., & Griffin, D.K.(2011).Keperawatan maternitas

:Kesehatan wanita, bayi & keluargaedisi18. Jakarta : EGC

Robson, Jason W, Elizabeth S. 2012. Patologi pada kehamilan. Jakarta: EGC.

Rukiyah, A.Y., Yulianti, L.,& Liana M. (2013).Asuhankebidanan III(nifas).DKI

Jakarta: CV. Trans Info Media

Sulistyawati,Ari.2010.Buku Ajar Asuhan Kebidanan pada ibu bersalin.Jakarta:

Salemba Medika

Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI). 2012. Angka Kematian Ibu.

Dikutip dari www.bkkbn.co.id

Pantikawati, Saryono. 2010. Asuhan Kebidanan I (Kehamilan). Yogyakarta: Nuha

Medika

Purwaningsih wahyu, fatmawati,siti, 2010. Asuhan keperawatan maternitas.

Yogyakarta: Nuha Medika

Pribadi, A., Mose, J.C., Anwar, A.D.(2015). Kehamilan Risiko Tinggi. Jakarta:

CV Sagung Seto

Yeyeh, Ai Rukiah. Lia Yulianti. 2010. Asuhan Kebidanan 4 Patologi Kebidanan.

Jakarta: Tim 2010

Yohana, Yovita, dan Yessica. 2011. Kehamilan dan Peralinan. Edisi Pertama.

Garda Media

Yulia Fauziyah. 2012. Obstetri Patologi.Yogyakarta : Nuha Medika.


48

World Health Organization(WHO). (2013).Buku saku pelayanan kesehatan ibudi

fasilitas kesehatan dasar dan rujukan.

Anda mungkin juga menyukai