Anda di halaman 1dari 11

FAKTOR PERILAKU KEPATUHAN PENGGUNAAN APD PADA

PEKERJA PT X

COMPLIANCE BEHAVIOR OF PERSONAL PROTECTIVE EQUIPMENT USE


IN PT X

Siti Aifatus Solekhah


Departemen Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku,
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga, Surabaya
Email: siti.aifatus@gmail.com

Abstract: Behavior is an actual and concrete attitude of one individual toward other individuals. Health
and safety at work and its healthy surrounding were assets which high valued for individual, community
and country. Personal Protective Equipments (PPE) was a set of tools that workers use to protect some or
all part of the body from potential work accident. Workers’ obedience of using PPE had high probability
to decrease risk of occupational accident and illness. PT. X was a company that produces all kind of
automotive components where there would be a lot of potential work accident from production process,
such as fire, explosion, heat and electrical hazard. The attempts to prevent and reduce accident at work
in PT. X were safety program called Behavior Based Safety (BBS) and patrol program by Environmental
Health System and General of Affair Operational (EHS & GA). The purposes of those programs were for
the betterment of Health and Safety Management System and to minimize the number of accident at work.
The purpose of this study is to analyze the effectiveness of BBS program in changing employee behavior
along with the use of PPE in working place. Results showed that the mostly worker was unaware about
PPE and ignore the punishment of the company. Thus, the solution in this study is expected to solve the
problem and reinforcing positive health and safety behavior in the workplace.

Keywords: obedience behavior, personal protective equipments, behavior based safety

Abstrak: Perilaku adalah tingkah laku yang dilakukan oleh individu atau dengan individu lain yang
bersifat nyata dan kongkret. Aspek penting bagi individu, masyarakat dan negara adalah kesehatan dan
keselamatan kerja serta lingkungan kerja yang sehat. Alat Pelindung Diri merupakan peralatan pekerja
yang digunakan saat bekerja, agar terhindar dari kecelakaan kerja. Kepatuhan pekerja untuk penggunaan
alat pelindung diri dapat mencegah risiko kecelakaan atau penyakit akibat kerja. PT. X adalah produsen
komponen kendaraan dan ada berbagai potensi bahaya yang dapat menyebabkan kecelakaan kerja seperti,
kebakaran, ledakan, panas serta bahaya listrik yang berasal dari proses produksi. Upaya yang digunakan
dalam pencegahan dan penanggulangan pada saat kecelakaan kerja di PT. X adalah program keselamatan
Behavior Based Safety (BBS) dan program Patrol yang dilakukan oleh Enviromental Health System dan
General of Affair Operational (EHS & GA). Diterapkannya program tersebut, diharapkan pemenuhan
terhadap sistem kesehatan dan keselamatan kerja dapat lebih baik lagi, sehingga berhasil menekan angka
kecelakaan kerja seminimal mungkin. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis efektivitas
program BBS dalam mengubah perilaku karyawan yang berhubungan dengan penggunaan APD di
tempat kerja. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar pekerja tidak mengetahui tentang
APD dan mengabaikan hukuman perusahaan. Dalam hal ini solusi dari penelitian ini diharapkan dapat
memecahkan masalah dan memperkuat perilaku kesehatan dan keselamatan kerja yang positif di tempat
kerja.

Kata kunci: perilaku kepatuhan, apd, program bbs

PENDAHULUAN dipengaruhi oleh keselamatan dan kesehatan


Keselamatan dan kesehatan di tempat kerja (Ogden, 1996).
kerja serta lingkungan kerja yang sehat Indonesia memiliki kekayaan alam
merupakan aset yang tinggi nilainya untuk yang besar. Hal ini dimanfaatkan Indonesia
individu, masyarakat dan negara. Individu, untuk mengembangkan sektor industri.
masyarakat dan negara memerlukan Perkembangan sektor industri berakibat
peningkatan kualitas hidup. Hal ini terjadinya kecelakaan kerja yang merugikan

1
2 Jurnal Promkes, Vol. 6, No. 1 Juli 2018: 1–11

pekerja, perusahaan dan negara. Pada tahun terdapat di tempat bekerja dan di lingkungan
2007, menurut Jamsostek yang dikutip kerja.
oleh Ramli (2009), menyatakan bahwa Kesehatan dan keselamatan kerja dan
sudah terjadi 65.474 kecelakaan yang telah sakit akibat kerja dapat dikurangi melalui
mengakibatkan sebanyak 1.451 meninggal cara pekerja taat dalam menggunakan APD.
dunia, 5.326 kekurangan fisik permanen Hal ini diharapkan peraturan yang telah
serta 58.679 luka ringan. disepakati perusahaan dapat dipatuhi oleh
Upaya yang dilakukan untuk pekerja guna mengurangi risiko kecelakaan
mengendalikan tingginya kecelakaan kerja. Pekerja yang tidak patuh dalam
kerja, maka dilakukan kegiatan eliminasi, menggunakan APD dapat mengalami
substitusi, teknik, administratif, dan kecelakaan dalam bekerja maupun penyakit
penggunaan alat pelindung diri. Menurut Sari akibat bekerja seperti kekacauan organisasi,
(2012) menyatakan bahwa sebanyak 26,3% kerusakan, kelainan, keluhan, kesedihan,
tenaga kerja masih jarang menggunakan cacat dan kematian (Arifin, dkk 2013).
APD dan dapat mengakibatkan terjadinya Pada Teori Suizer (1999) menyatakan
kecelakaan kerja. Hal ini dapat diartikan bahwa kejadian kecelakaan kerja dapat
bahwa kepatuhan pekerja dalam penggunaan dicegah dengan cara memperhatikan
APD berhubungan dengan kejadian perilaku pekerja. Hal ini juga diperkuat
kecelakaan pada pekerja. oleh Cooper (2009). Menurut Cooper (2001)
Alat pelindung diri merupakan menyatakan bahwa 80-95% keseluruhan
peralatan untuk melindungi pekerja dari kejadian kecelakaan kerja diakibatkan oleh
potensi kecelakaan kerja saat bekerja. Alat unsafe behavior sehingga sulit dikontrol
pelindung diri menjadi salah satu faktor secara baik.
yang bisa mengurangi kecelakaan di tempat Pendapat dari Cooper (2009) sesuai
kerja (Piri, dkk 2012). Alat pelindung diri dengan hasil riset National Safety Council
sering disebut sebagai Personal Protective (NSC) (2011) yang menyatakan bahwa 88%
Equipment yang berarti alat yang mampu kecelakaan kerja disebabkan oleh unsafe
untuk melindungi individu dan berfungsi behavior. Sedangkan 10% kecelakaan kerja
menjauhkan seluruh tubuh dari potensi terjadi karena unsafe condition dan 2% tidak
bahaya di tempat kerja (Kemenakertrans, diketahui penyebabnya. Selain itu, DuPont
2010). Company (2005) berpendapat bahwa
Penggunaan APD di tempat kerja kecelakaan pada pekerja mayoritas terjadi
disesuaikan dengan potensi bahaya yang karena unsafe behavior, yaitu sebanyak
dihadapi. Jenis dan desain APD memiliki 96%. Sedangkan 4% kecelakaan pada
pengaruh terhadap tingkat kecelakaan pekerja disebabkan oleh unsafe condition.
kerja. Beberapa kasus kecelakaan kerja Kecelakaan yang terjadi pada pekerja
menyatakan bahwa pekerja industri yang adalah kejadian yang tidak diinginkan
menggunakan APD berisiko mengalami untuk terjadi dan suatu kejadian tidak dapat
kecelakaan kerja sebesar 2,20 kali dibanding diduga. Kejadian kecelakaan kerja dapat
pekerja yang tidak menggunakan APD terjadi dalam suatu proses kerja industri
(Riyadina, 2007). yang mengakibatkan kerugian secara
Keselamatan dan kesehatan pekerja material, harta benda, properti, waktu, dan
dipengaruhi oleh penggunaan alat pelindung korban jiwa (Tarwaka, 2012).
diri. Hal ini seringkali dianggap remeh oleh Menurut data International Labour
pekerja. Pekerja dalam menggunakan alat Organization (ILO) tahun 2013, 1.200.000
pelindung diri terbilang kurang disiplin, kematian dikarenakan kecelakaan kerja dan
sehingga berisiko untuk terjadi kecelakaan penyakit akibat bekerja. Data kecelakaan
kerja yang cukup besar. kerja di BPJS ketenagakerjaan hingga
Penggunaan APD merupakan alternatif 2015 sejumlah 105.182 kasus di Indonesia.
pilihan ketika pengendalian mesin menjadi Tercatat sebanyak 2.375 dari total jumlah
sulit dan kurang efektif. Penggunaan APD kasus kematian akibat kecelakaan (BPJS
tergantung bagaimana keadaan bahaya yang Ketenagakerjaan, 2015).
Siti Aifatus Solekhah, Faktor Perilaku Kepatuhan Penggunaan APD… 3

Kecelakaan kerja di Indonesia cukup faktor, yaitu organisasi kerja, administrasi


tinggi potensinya. Hal ini sesuai dengan K3, pendidikan dan pelatihan, penerapan
data Jamsostek pada tahun 2011 kecelakaan prosedur dan peraturan di tempat kerja serta
kerja di Indonesia sudah mencapai jumlah pengendalian lingkungan kerja.
99.491 kasus. Jumlah kecelakaan pada tahun Pertumbuhan dan perkembangan
2011 mengalami peningkatan. Tahun 2007 industri semakin meningkat di Indonesia.
sejumlah 83.714 kasus, tahun 2008 sebesar Seiring dengan perkembangan industri
94.736 kasus, tahun 2009 sejumlah 96.314 masa kini, dibutuhkan pula kemampuan
kasus dan pada tahun 2010 sebesar 98.711 sumber daya manusia yang berkualitas.
kasus. Meningkatkan kualitas suatu perusahaan
Upaya yang dapat dilakukan untuk juga bertujuan untuk meningkatkan
meningkatkan kesehatan dan keselamatan produktivitas perusahaan tersebut. Menjaga
kerja adalah dengan memberikan tenaga kerja supaya tetap produktif
peralatan perlindungan diri untuk pekerja dibutuhkan upaya untuk menjaga dan
yang menggunakan peralatan berbahaya melindungi status kesehatan tenaga kerja.
(Mangkunegara, 2013). Upaya yang dilakukan untuk safe
Dalam Undang-Undang RI No. 13 behavior yaitu bentuk perilaku, maka dari
tahun 2013 menyatakan pekerja wajib itu diperlukan pendekatan perilaku guna
dilindungi dari aspek kesejahteraan, mengurangi atau mencegah kejadian
kesehatan dan keselamatan berupa kesehatan kecelakaan kerja. Berdasarkan Activator-
jiwa maupun kesehatan fisik pekerja. Behavior Consequence (ABC), perilaku
Perusahaan telah melakukan berbagai dipengaruhi oleh suatu activator secara
upaya dalam melindungi pekerjanya. Salah langsung. Activator yang dimaksudkan
satu faktor penyebab terjadinya kecelakaan adalah suatu keadaan yang dapat
kerja adalah perilaku tidak aman. Hal ini menginisiasi terjadinya suatu perilaku
menyatakan bahwa perilaku tidak aman tertentu.
dapat menimbulkan terjadinya kematian Behavior adalah berbagai hal yang
ataupun kerugian yang ditimbulkan oleh bisa diukur secara langsung oleh pekerja,
kecelakaan kerja (Tambunan, 2015). termasuk bertindak, berbicara, dan
Undang-undang nomer 36 tahun melakukan kegiatan fisik. Sedangkan
2009 terkait kesehatan kerja pasal 164, consequence merupakan sesuatu yang
menyebutkan bahwa usaha kesehatan kerja bisa menentukan terjadinya suatu perilaku
ditunjukkan agar menjaga pekerja untuk yang dapat terulang kembali. Hal tersebut
kehidupan yang lebih sehat dan bebas dari memungkinkan seseorang termotivasi oleh
gangguan kesehatan, sehingga bebas dari consequence, karena dapat dengan mudah
dampak negatif. atau akan dihindari setelah melakukan
Lokasi kerja yang mempunyai risiko perilaku tertentu (Geller, 2001).
kesehatan yang besar untuk pekerja. Hal Perilaku adalah tingkah laku individu
ini bertujuan supaya pekerja bisa bekerja yang dilakukan oleh salah satu individu atau
dengan sehat tanpa membahayakan dirinya dengan individu lain yang bersifat nyata
sendiri. Pekerja dapat produktif dan dan kongkrit (Sarwono, 1993). Menurut
lingkungan kerja mendukung supaya dapat Chaplin (1997) bahwa perilaku memiliki
optimal sehingga selaras dengan program 2 pengertian, yaitu 1, perilaku diartikan
perlindungan tenaga kerja. sebagai oleh suatu hal yang dilakukan
Tiga faktor yang dapat mempengaruhi oleh seseorang. 2 perilaku diartikan dalam
pelaksanaan kesehatan dan keselamatan pengertian yang tidak luas sebagai suatu hal
kerja yaitu, manusia, bahan, dan cara yang mencangkup sesuatu perilaku yang
yang digunakan. Masing-masing faktor bisa dilihat.
saling berhubungan dalam menggapai Menurut Azwar (2005) perilaku
kesehatan dan keselamatan kerja yang merupakan gambaran dari berbagai kondisi
efektif dan efisien. Penerapan kesehatan jiwa seperti, emosi, keinginan, motivasi,
dan keselamatan kerja berdasarkan ilmu pandangan, perilaku, reaksi, pengetahuan,
kesehatan kerja dapat dipengaruhi oleh 4 minat dan lainnya.
4 Jurnal Promkes, Vol. 6, No. 1 Juli 2018: 1–11

Perilaku kesehatan manusia dipengaruhi yang nyaman, sehingga dapat meningkatkan


oleh tiga faktor, yaitu faktor predisposi produktivitas pekerja.
yang meliputi norma, percaya, terbiasa, Promosi kesehatan di tempat kerja
pengetahuan, sikap dan lain hal yang merupakan upaya-upaya meningkatkan
ada dalam diri seseorang dalam bentuk derajat kesehatan pekerja dalam melakukan
motivasi. Faktor pendorong meliputi pekerjaan di tempa kerja. Dalam upaya
perilaku dan sikap orang lain yang berupa melindung keselamatan dan kesehatan
dukungan sosial. Faktor pemungkin meliputi pekerja dibentuk berbagai peraturan untuk
kemampuan masyarakat dalam bentuk melindungi pekerja, tempat kerja, dan
menyediakan sarana prasarana dan aturan lingkungan, pemenuhan sarana-prasana
yang ada (Green, 2000). Pekerja yang seperti alat pelindung diri, serta prosedur-
bersikap aman akan terhindar dari risiko prosedur.
tidak aman dalam bekerja. Upaya-upaya tersebut dilakukan untuk
Promosi kesehatan adalah upaya meningkatkan produktivitas pekerja. Namun
untuk memberdayakan, memandirikan, dalam pelaksanaannya, faktor perilaku
memampukan masyarakat agar mencapai menjadi salah satu permasalahan kepatuhan
tingkat kesehatan yang baik untuk terhadap kebijakan dari tempat kerja atau
diri sendiri atau kesehatan lingkungan instansi. Promosi kesehatan di tempat kerja
sekitar (Ottawa Charter, 1986). Proses mengarah pada upaya dalam membuat
pemberdayaan masyarakat tidak hanya pekerja patuh terhadap kebijakan yang telah
pada kegiatan memberi informasi seperti dibuat oleh instansi.
penyuluhan, pendidikan kesehatan, Menurut World Health Organitation
komunikasi, informasi, dan edukasi, tetapi dalam Notoatmodjo (2005), promkes di
juga menyangkut berbagai hal dan dukungan tempat kerja merupakan perancangan terkait
di masyarakat. kebijakan dan kegiatan di tempat kerja guna
Promosi kesehatan adalah proses mempermudah karyawan dan perusahaan
memampukan seseorang maupun dalam memperbaiki dan meningkatkan
sekelompok orang untuk mewujudkan kesehatan dengan melibatkan partisipasi
keseimbangan suatu hal yang bisa merubah kerja, manajemen, dan stakeholder lainnya.
dan meningkatkan derajat kesehatan dirinya Media promosi kesehatan merupakan
(WHO, 2007). Jadi, promosi kesehatan keseluruhan alat dan bantuan guna
merupakan proses memberdayakan, menunjukkan berita yang akan ditampilkan
memampukan dan membuat masyarakat oleh pemberi pesan kepada komunikan
maupun individu mandiri dalam dengan tujuan dapat meningkatkan
meningkatkan derajat kesehatannya. pengetahuan hingga merubah perilaku
Menurut Lawrence Green (1984), komunikan menjadi lebih baik atau
promosi kesehatan merupakan perpaduan sesuai dengan keinginan komunikator
dalam hal kesehatan dan terlibatnya (Notoatmodjo, 2005). Media di dalamnya
kesehatan dalam bidang ekonomi, politik, memuat berbagai pesan yang ingin
dan organisasi. Hal ini bertujuan guna disampaikan dan dikemas secara informatif
menciptakan lingkungan yang sehat dan dan juga ada yang memuat pesan persuasif.
kondusif. Menurut Undang-undang nomor Behavior based safety (BBS)
1 tahun 1970 terkait keselamatan kerja, merupakan software yang dapat digunakan
menyebutkan bahwa lokasi kerja merupakan untuk meneliti dalam bekerja. Fokus
seluruh ruangan dan sudut kerja dapat terhadap sikap yang tidak aman pada
menimbulkan potensi bahaya kerja. Hal ini pekerja, memperhatikan sikap pekerja,
sesuai dengan pasal 2 menyebutkan bahwa kemudian menerapkan program yang
semua lokasi yang berada di tempat kerja diperoleh berdasarkan hasil penelitian guna
dikatan sebagai tempat kerja. merubah sikap pekerja lebih baik dan aman
Promosi kesehatan di tempat kerja dalam bekerja.
merupakan suatu upaya untuk memampukan Perusahaan yang menerapkan
tenaga kerja berperilaku lebih sehat dan program BBS wajib melihat sikap pekerja
juga mengkondisikan lingkungan kerja terlebih dahulu. Hal ini bertujuan agar
Siti Aifatus Solekhah, Faktor Perilaku Kepatuhan Penggunaan APD… 5

program sesuai dengan permasalahan meningkatkan upaya perubahan perilaku


yang ada. Dalam menerapkan program aman sehingga tercipta budaya K3 di dalam
BBS terdapat beberapa persyaratan yaitu, tempat kerja.
wajib memiliki tujuan yang jelas agar Upaya peninjauan konsistensi pekerja
dapat merubah perilaku pekerja. Hal ini pada program Behavior Based Safety dan
diharapkan dapat memperbaiki perilaku untuk mengetahui terbentuknya budaya
pekerja yang tidak aman sesuai dengan K3 adalah dengan program Job Safety
hasil yang ada di lapangan dan juga sesuai Observation (JSO). Job Safety Observation
dengan permasalahan yang dihadapi oleh (JSO) merupakan suatu metode untuk
perusahaan. Sehingga program dapat mempelajari yang terkait dengan kebiasaan
berjalan dengan efektif. dan tata cara bekerja pada pekerja.
Munculnya program BBS disebabkan Penulisan ini berdasarkan sebagian
oleh banyaknya kecelakaan kerja karena data penelitian pada PT. X. Penelitian ini
faktor unsafe behavior. Program BBS bertujuan untuk melihat bagaimana faktor
memiliki tujuh kriteria penting untuk kepatuhan pekerja terhadap penggunaan
pelaksanaan program behavioral safety alat pelindung diri. Dalam melihat
yaitu, ketersediaan pekerja, berfokus pada kepatuhan tersebut, PT. X menerapkan
perilaku tidak aman, sesuai dengan hasil program behavior base safety. Kegiatan
lapangan, keputusan yang diterapkan sesuai yang dilakukan dalam program behavior
dengan masalah yang dialami, melibatkan base safety adalah patrol. Kegiatan patrol
intervensi yang sistematis dan observasional, bertujuan untuk mengawasi seluruh pekerja
lebih condong terkait sikap pekerja dan terhadap kepatuhan dalam menggunakan
memperoleh dukungan dari manager. alat pelindung diri.
PT. X merupakan perusahaan yang Kegiatan patrol dilakukan setiap hari
memproduksi komponen otomotif dan ada pada semua seksi produksi. Pekerja yang
berbagai bahaya, sehingga bisa mengalami tidak menggunakan alat pelindung diri
kecelakaan kerja. Kecelakaan kerja yang akan memperoleh teguran dan punishment
berpotensi pada PT. X seperti kebakaran, sesuai dengan apa yang telah ditetapkan.
ledakan, panas serta bahaya listrik yang Bagi pekerja yang tidak menggunakan
berasal dari proses produksi. alat pelindung diri selama kegiatan patrol
PT. X sudah memiliki program akan langsung di tegur oleh petugas patrol.
manajemen keselamatan dan kesehatan Selain itu punishment juga diberikan kepada
kerja serta lingkungan hidup. Program pekerja yang tidak menggunakan alat
tersebut sudah diterapkan oleh PT. X. Alat pelindung diri selama tiga kali berturut-turut
keselamatan yang dimiliki PT. X cukup berupa surat berita acara pelanggaran.
lengkap. Selain itu PT. X sering mengadakan Pekerja PT. X masih kurang
berbagai training yang diperuntukkan pada kesadarannya dalam penggunaan alat
pekerja. Training yang rutin dilakukan pelindung diri. Maka dari itu PT. X
berupa, tanggap darurat, training pemadam memperbaiki system terkait kepatuhan
kebakaran, dan training penggunaan alat pekerja dalam menggunakan alat pelindung
pelindung diri yang baik dan benar. diri. Dalam hal ini PT. X menerapkan
Upaya yang digunakan dalam program behavior base safety gunan
pencegahan dan penanggulangan pada saat mengawasi perilaku pekerja dalam
kecelakaan kerja di PT. X adalah program kepatuhan penggunaan alat pelindung diri.
keselamatan BBS dan program Patrol yang
dilakukan oleh Enviromental Health System
METODE
dan General of Affair Operational (EHS &
GA). Pemenuhan terhadap SMK3 (Sistem Metode yang digunakan dalam
Manajemen Kesehatan dan Keselamatan penelitian ini adalah pendekatan kualitatif.
Kerja) yang lebih baik, diharapkan mampu Penelitian kualitatif merupakan metode
menekan angka terjadinya kecelakaan kerja. penelitian secara deskriptif guna memahami
Program keselamatan yang bervariasi dapat peristiwa yang dialami oleh subjek penelitian
diimplementasikan dan dimodifikasi untuk (Moleong, 2004). Penelitian ini merupakan
6 Jurnal Promkes, Vol. 6, No. 1 Juli 2018: 1–11

penelitian deskriptif. Berdasarkan waktu 4 tak dan kapasitas mesin 90 cc. Produksi
pengambilan data penelitian ini termasuk sepeda motor di tahun pertama adalah
dalam cross sectional dikarenakan 1500 motor. Tahun berikutnya mengalami
pengambilan data dilakukan dalam kurun peningkatan sejumlah 30.000 motor dan
waktu tertentu. terus meningkat pada tahun selanjutnya.
Pada penelitian ini peneliti Tahun 2001 PT. Y dan anak cabang
menggunakan lembar observasi yang berasal perusahaan bergabung menjadi satu.
dari perusahaan X. Sampel pada penelitian Sehingga PT. Y berubah nama menjadi
ini sejumlah 27 station (bagian produksi) PT. X. Komposisi kepemilikan saham PT.
yang terdiri dari 15 station Machining Crank X dibagi dua oleh pihak motor co Japan.
Shaft dan 12 station Painting Plastik yang Saham tersebut terbagi menjadi 50% untuk
berada pada bagian produksi. Peneliti hanya PT. X Tbk dan 50% untuk motor co Japan.
melakukan observasi pada area produksi Setiap tahun PT. X memproduksi
yang telah sesuai dengan bagian masing- sepeda motor sejumlah 5,8 juta unit.
masing. Selain itu peneliti juga melakukan Tingginya jumlah produksi didukung oleh
wawancara pada beberapa pekerja di PT X permintaan pasar yang terus meningkat.
saat pekerja sedang istirahat atau memiliki Pada tahun 2015 PT. X meraih prestasi
waktu senggang. produksi terbanyak. Pada tahun 2015 PT.
Data yang diperoleh peneliti adalah X berhasil memproduksi motor sejumlah
data sekunder dan data primer. Data 50 juta unit. Prestasi yang diperoleh PT. X
sekunder di dalam penelitian ini adalah merupakan prestasi pertama yang diperoleh
informasi terkait standart penggunaan APD industri sepeda motor pada tingkat ASEAN
pada masing-masing bagian. Data Primer di Indonesia.
adalah data yang didapatkan berdasarkan PT. X sudah memiliki 4 perusahaan
sumber yang diamati secara langsung. yang berlokasi sebagai berikut, sunter
Data primer diperoleh melalui observasi Jakarta utara digunakan sebagai kantor
dengan cara melihat dan mencatat mengenai pusat, kelapa gading/pegangsaan 2,
permasalahan yang ada di tempat kerja. cikarang barat Bekasi, dan karawang.
Observasi di lakukan dengan membawa Lokasi perusahaan yang berada di karawang
cheklist yang telah disediakan oleh bagian merupakan area perakitan baru. Area
Enviromental Health System dan General tersebut beroperasi sejak tahun 2014, guna
of Affair. Sub bagian dari cheklist tersebut membantu mempercepat jumlah produksi
adalah Behavioural Based Safety. Dalam motor setiap harinya.
cheklist tersebut terdapat 5 pokok penilaian PT. X adalah pabrik yang beroperasi
yaitu: Posisi Tubuh saat Bekerja, Alat dalam hal otomotif, di mana didalamnya
Pelindung Diri, Alat/ Equipment/ Mesin memungkinkan hal berbahaya sehingga
Kerja, Area Kerja dan Berkendara. Subjek berakibat kecelakaan kerja. Kecelakaan
penelitian diambil menggunakan purposive tersebut berupa kebakaran, ledakan, panas
sampling, yang mana peneliti memilih serta bahaya listrik yang berasal dari proses
pekerja di area produksi yang memiliki shift produksi. PT. X merupakan perusahaaan
pagi. yang berkomitmen untuk mengutamakan
keselamatan dan kesehatan kerja para
pekerjanya.
HASIL DAN PEMBAHASAN
PT. X memiliki beberapa bagian dalam
PT. X adalah industry sepeda motor pembuatan sepeda motor, namun yang
pertama yang ada di Indonesia. PT. X berdiri menjadi tempat penelitian hanya dua bagian
pertama kali pada 11 juni 1971 dengan nama yaitu Painting Plastik dan Machining Crank
pertama PT.Y. Saat itu PT. Y hanya merakit Shaft. Kedua lokasi ini berpotensi memiliki
kendaraan. Selain itu komponen yang bahaya yang lebih besar dibanding yang
didapatkan PT. Y dikirim dari Jepang yang lain. Bagian painting plastik berpotensi
berbentuk completely knock down. Sepeda terhadap penyakit akibat kerja pada saluran
motor yang pertama kali di produksi PT. Y pernafasan. Hal ini dikarenakan pada
bertipe bisnis, S 90 Z yang memiliki mesin area tersebut seluruh karyawan memiliki
Siti Aifatus Solekhah, Faktor Perilaku Kepatuhan Penggunaan APD… 7

tugas untuk melakukan pengecatan pada PT. X menjaga kebersihan tempat kerja.
seluruh body motor. Sedangkan dalam area Kebersihan di PT. X sudah sangat bagus
machinik crank shaft mayoritas karyawan dikarenakan ada petugas yang setiap saat
membuat berbagai macam perlengkapan membersihkan area kerja. Selain itu juga
motor menggunakan mesin yang berpotensi ada kegiatan jumat bersih yang dilakukan
menimbulkan kecelakaan kerja tinggi. oleh karyawan office bagian Enviromental
PT. X telah melaksanakan syarat- Health System dan General of Affair untuk
syarat K3 di perusahaan, diantaranya adalah membersihkan area pabrik secara bersama-
Mencegah dan mengurangi kecelakaan. sama.
Dalam hal ini upaya yang dilakukan Promosi kesehatan telah dilakukan
perusahaan adalah membuat peraturan oleh PT. X. Dalam pelaksanaan promosi
terkait penggunaan APD harus digunakan kesehatan di tempat kerja PT. X sudah cukup
saat bekerja. Memberikan punishment memenuhi persyaratan K3. Persyaratan
kepada pekerja apabila berperilaku tidak tersebut berdasarkan undang-undang nomer
aman dengan tidak menggunakan APD 1 tahun 1970 terkait keselamatan kerja.
pada saat bekerja. Medical check up yang Pelaksanaan promosi kesehatan di tempat
dilakukan setiap satu tahun sekali. kerja, pengurus menyediakan media promosi
Terdapat program “Patrol” yang kesehatan beserta safety sign.
dilaksanakan setiap hari dengan membawa Hal ini bertujuan sebagai pengingat,
catatan atau checklist. Catatan atau upaya penyampaian pesan, serta sebagai
checklist digunakan untuk melihat para sarana informatif. Media juga digunakan
pekerja yang tidak menggunakan APD dan dalam upaya peningkatan pengetahuan
berperilaku tidak aman. Dalam hal ini saat dengan harapan tingkat pengetahuan sasaran
petugas menemukan pekerja yang tidak meningkat serta tergerak untuk mengubah
menggunakan APD serta berperilaku tidak sikap tidak baik menjadi lebih baik lagi
aman akan langsung ditegur dan dicatat dalam bekerja.
namanya oleh petugas Patrol. Beberapa media promosi yang sudah
PT. X juga melakukan pencegahan ada di PT. X adalah adanya tanda jalur
dengan cara memberikan pelatihan terkait evakuasi di setiap gedung atau kantor,
penanganan kebakaran. Hal ini bertujuan adanya stiker terkait kesehatan urin di
untuk menambah wawasan pekerja seluruh kamar mandi PT. X, adanya X
terkait kejadian kebakaran. Diharapkan banner terkait perilaku saling menyapa
pekerja yang memperoleh pelatihan dapat (ketertiban, kebersihan, kerapihan,
memberikan pertolongan pertama saat kedisiplinan, kelestarian, safety dan
terjadi kebakaran. Selain pelatihan PT. semangat kerja), banner promotif dan
X rutin melakukan percobaan kejadian preventif terkait kesehatan dan keselamatan
kebakaran yang dilakukan setiap 6 bulan kerja dan media petunjuk jalan untuk pejalan
sekali. Dalam percobaan kejadian kebakaran kaki.
pekerja yang tidak menjadi team inti tidak Section Machining Crank Shaft berada
tahu terkait kegiatan tersebut. di PT. X Plant 1 Sunter. Section ini bertugas
Hal ini bertujuan untuk melihat apakah untuk membuat salah satu pada bagian
pekerja sudah memahami area jalur evakuasi motor yaitu Blank Forging. Setiap hari
ketika terjadi kebakaran. Kejadian percobaan petugas dari departemen General Of Affair
kebakaran di dokumentasikan oleh rekaman melakukan patrol pada seksi Machining
CCTV. Hal tersebut bertujuan untuk melihat Crank Shaft. Cheklist yang digunakan
area mana yang pekerjanya masih panik dan adalah cheklist B-ZOP. Cheklist tersebut
bingung saat menuju area evakuasi ketika digunakan untuk melihat dan memantau
terjadi kebakaran. Area pekerja yang masih perilaku pekerja dalam penggunaan APD
mengalami kebingungan untuk menuju jalur dan perilaku bekerja.
evakuasi akan mendapatkan pelatihan dan Hasil cheklist tersebut dapat digunakan
penjelasan terkait jalur evakuasi agar lebih untuk melihat siapa saja pekerja yang tidak
paham untuk keluar gedung saat terjadi menggunakan APD dan siapa saja pekerja
kebakaran. yang masih berperilaku tidak aman saat
8 Jurnal Promkes, Vol. 6, No. 1 Juli 2018: 1–11

bekerja. Dalam hal ini cheklist sangat 5.6% pekerja tidak menggunakan Trimbelt.
berpengaruh untuk menentukan siapa saja Data diatas diperoleh berdasarkan checklist
pekerja yang mendapatkan sanksi karena yang sudah disediakan oleh perusahaan
melanggar peraturan terkait penggunaan kemudian diolah menggunakan google
APD dan terkait perilaku tidak aman saat docs.
bekerja. Berdasarkan standar setiap pekerja
Berikut ini adalah hasil observasi di wajib menggunakan APD saat bekerja, baik
bagian machining crank shaft pada PT. X. pekerjaan yang berbahaya ataupun tidak.
Sesuai oleh data observasi bisa Hal ini bertujuan untuk melindungi pekerja
dilihat berdasarkan dari 15 proses ada dari kecelakaan kerja dan penyakit yang
masalah pada perilaku penggunaan APD. timbul akibat bekerja. Namun tidak semua
Berdasarkan hasil wawancara dengan pekerja memiliki kesadaran akan pentingnya
beberapa pekerja diperoleh informasi bahwa penggunaan APD saat bekerja. Mayoritas
perilaku berisiko pada seksi Machining pekerja masih beranggapan jika belum
Crank Shaft dalam penggunaan APD terjadi kecelakaan kerja atau penyakit akibat
bukan karena keinginan atau kesalahan kerja, kesadaran mereka akan kepatuhan
pekerja, namun adanya perbedaan standart penggunaan APD masih kurang.
pada penggunaan APD antara Matriks dan Dalam hal ini perusahaan sudah
Operational Standart (OS). Perbedaan menyediakan APD yang dibutuhkan untuk
tersebut menjadi permasalahan pada saat melindungi pekerjanya. Namun masih
di lapangan. Hal ini dikarenakan pekerja saja ditemukan pekerja yang tidak patuh
mengalami kebingungan pada peraturan untuk menggunakan APD. Tindakan yang
yang diterapkan. Sehingga mengakibatkan dilakukan perusahaan adalah dengan
semua pekerja tidak patuh pada perilaku menerapkan program BBS. Program ini
penggunaan APD. bertujuan untuk meningkatkan kesadaran
Setelah menentukan prioritas masalah pekerja dalam menggunakan APD.
dari 15 proses tersebut, didapatkan Program yang diterapkan diharapkan
informasi terkait penggunaan APD apa saja dapat memberikan efek jera pada pekerja
yang sering tidak digunakan oleh pekerja. yang tidak patuh. Efek jera yang diberikan
Berdasarkan hasil observasi diperoleh kepada pekerja berupa surat Berita Acara
data mayoritas APD yang tidak digunakan Pelanggaran. Surat pelanggaran tersebut
pekerja adalah Ear Plug, Kacamata, dan diberikan kepada kepala section untuk
Trimbelt. Berdasarkan hasil yang diperoleh menindaklanjuti terkait pekerja yang tidak
dari data primer menyatakan bahwa 5.9% patuh pada peraturan perusahaan terkait
pekerja tidak menggunakan Ear Plug, 16.7% penggunaan APD dan terkait perilaku aman
pekerja tidak menggunakan Kacamata dan saat bekerja.

Tabel 1. Hasil Observasi Machining Crank Shaft


Presentase Berisiko Perilaku Pekerja (%)
Proses
Posisi Tubuh APD Alat Kerja Area Kerja Berkendara
Centering 0 5,88 0 0 Not Applicable
Lathe Bubut R/L 0 0 0 0 Not Applicable
Rough Boring 0 0 0 0 Not Applicable
Involute L 0 0 0 0 Not Applicable
Hardening 0 0 0 0 Not Applicable
Grinding 0 0 0 0 Not Applicable
Fine Boring Machine 0 0 0 0 Not Applicable
Stamping 0 0 0 0 Not Applicable
Washing 0 6,25 0 0 Not Applicable
Key Groove Grinding 0 0 0 0 Not Applicable
Rolling Threading 0 0 0 0 Not Applicable
Crank Pin Press 0 0 0 0 Not Applicable
Rotary Press 0 0 0 0 Not Applicable
Run Out 0 0 0 0 Not Applicable
Siti Aifatus Solekhah, Faktor Perilaku Kepatuhan Penggunaan APD… 9

Seksi Painting Plastik yang berada di Bagi pekerja yang melakukan


PT. X Plant 1 Sunter melakukan bertugas pelanggaran dan mendapat BAP akan
melakukan pengecatan pada Body Frame memperoleh hukuman yang diberikan oleh
motor. Pada seksi ini seluruh pekerja, kepala seksi berdasarkan kesalahan yang
bekerja pada area yang berpotensi dilakukan. Hal ini bertujuan agar karyawan
menghirup bahan kimia lebih banyak tidak melakukan kesalahan lagi sehingga
dibandingkan dengan seksi lainnya. Hal mengakibatkan terjadinya kecelakaan kerja
ini dikarenakan pada area painting plastik yang dapat merugikan diri sendiri dan juga
terdapat berbagai macam bahan kimia yang perusahaan. Berikut ini merupakan hasil
digunakan sebagai cat body frame motor. observasi pada bagian Painting Plastik di
Berdasarkan hasil Observasi yang dilakukan PT. X.
menggunakan cheklist B-ZOP dari PT. X di Sesuai hasil yang diperoleh berdasarkan
seksi Painting Platsik. data primer, dari 12 proses terdapat
Pada seksi ini petugas juga melakukan permasalahan pada perilaku penggunaan
patrol setiap hari. Program patrol merupakan APD. Berdasarkan hasil wawancara dengan
program pada departemen General Off beberapa pekerja diperoleh informasi
Affair. Program patrol merupakan program bahwa perilaku berisiko pada seksi Painting
wajib. Program patrol dilakukan setiap Plastik dalam penggunaan APD dikarenakan
hari pada semua section, salah satunya pekerja terbiasa tidak menggunakan dan
adalah section painting plastik. Program lebih nyaman tanpa APD serta kurangnya
patrol dilakukan dengan menggunakan kesadaran dari pekerja terkait penting dan
cheklist B-ZOP yang sudah disediakan manfaat penggunaan APD.
oleh departemen General Off Affair dan Setelah menentukan prioritas masalah
departemen Enviromental Heath System. dari 12 proses pada section painting plastik,
Cheklist B-ZOP tersebut berisi tentang didapatkan informasi mayoritas APD yang
penilaian perilaku pekerja dan juga penilaian tidak digunakan oleh pekerja saat bekerja.
perilaku penggunaan APD pada pekerja. Mayoritas APD yang tidak digunakan
Berdasarkan hasil yang diperoleh dari pekerja adalah sarung tangan, masker, ear
cheklist B-ZOP tersebut, digunakan untuk plug, kacamata, dan trimbelt. Kelima APD
melihat siapa saja pekerja yang melanggar tersebut yang mayoritas tidak digunakan
peraturan terkait perilaku penggunaan APD pekerja adalah sarung tangan.
dan perilaku aman saat bekerja. Pekerja Hal ini berdasarkan data primer
yang diketahui melakukan pelanggaran yang diperoleh saat melakukan survei
berdasarkan hasil patrol dengan cheklist menggunakan checklist B-ZOP yang sudah
B-ZOP, akan mendapatkan teguran disediakan oleh perusahaan. Berdasarkan
berupa Berita Acara Pelanggaran (BAP). hasil survei menyatakan sebesar 30,8%
Hal ini ditujukan kepada kepala section pekerja tidak menggunakan sarung tangan,
yang diketahui pekerjanya melakukan 23,1% pekerja tidak menggunakan masker,
pelanggaran. 15,4% pekerja tidak menggunakan kacamata,

Tabel 2. Hasil Observasi Painting Plastik


Presentase Berisiko Perilaku Pekerja (%)
Proses
Posisi Tubuh APD Alat Kerja Area Kerja Berkendara
Loading Part 0 27,2 NA 0 Not Applicable
Wiping 0 0 0 0 0
Air Blow 0 0 0 0 0
Spray Booth 0 14 0 0 Not Applicable
Mixing 0 0 NA 0 Not Applicable
Seeting Jig 0 17,64 0 0 Not Applicable
Touch Up 0 22,2 0 0 Not Applicable
Unloading 0 0 NA 0 Not Applicable
Sanding 0 28,57 NA 0 Not Applicable
Delivery 0 0 NA 0 Not Applicable
Penggunaan Forklif 0 0 NA 0 0
10 Jurnal Promkes, Vol. 6, No. 1 Juli 2018: 1–11

dan 15,4% pekerja tidak menggunakan perbedaan antara peraturan yang ada di
trimbelt. lapangan dan peraturan yang ada di kantor.
Berdasarkan standart setiap pekerja Selain itu kesadaran pekerja masih kurang
wajib menggunakan APD baik untuk terkait penggunaan Alat Pelindung Diri.
pekerjaan yang membahayakan ataupun Hal ini tidak hanya terjadi pada seksi
tidak. Hal ini bertujuan untuk melindungi Painting Plastic melainkan juga pada seksi
pekerja dari kecelakaan kerja dan Machining Crank Shaft. Berdasarkan hasil
penyakit yang timbul akibat bekerja. observasi di seksi Machining Crank Shaft
Namun tidak semua pekerja memiliki mayoritas pekerja belum menggunakan Alat
kesadaran akan pentingnya penggunaan Pelindung Diri dikarenakan ketidaksesuaian
APD saat mereka bekerja. Mayoritas antara peraturan yang ada di area kerja
pekerja masih beranggapan jika belum dengan peraturan yang dibuat oleh pihak
mengalami kecelakaan atau sakit karena manajemen Enviromental Health System.
bekerja, kesadaran mereka akan kepatuhan Peraturan yang di area kerja dibuat oleh
penggunaan APD masih kurang. teknisi yang ada di seksi masing-masing
Dalam hal ini perusahaan sudah produksi. Pada seksi Machining Crank shaft
menyediakan APD yang dibutuhkan kesadaran pekerja terhadap penggunaan Alat
untuk melindungi pekerjanya. Namun Pelindung Diri cukup baik. Bagi pekerja
masih juga ditemukan pekerja yang tidak yang tidak menggunakan Alat Pelindung
patuh menggunakan APD. Tindakan yang Diri secara lengkap dikarenakan oleh
dilakukan perusahaan adalah dengan perbedaan peraturan antara Enviromental
menerapkan program BBS yang bertujuan Health System dengan peraturan di area
dapat meningkatkan kesadaran pekerja kerja.
untuk menggunakan APD dan memberi efek
jera pada pekerja yang tidak patuh.
DAFTAR PUSTAKA
Kesehatan merupakan suatu hal
yang tidak dapat diukur berdasarkan segi Arifin B.A, dkk. 2013. Faktor Yang
fisik, mental dan social tetapi juga dilihat Berhubungan dengan Kepatuhan Pekerja
berdasarkan keaktifan/produktivitas pekerja dalam Pemakaian Alat Pelindung Diri
dalam bekerja dan bisa menghasilkan suatu (APD) di Bagian Coal Yard PT X Unit
hal dalam segi ekonomi (Notoatmodjo, 3 & 4 Kabupaten Jepara Tahun 2012.
2010). Semarang. Ejournal Undip.
Cooper, Donal R. dan Emory, William. 1999.
Metode Penelitian Bisnis Alih Bahasa
SIMPULAN
Widyono Soecipto dan Uka Wikarya, Jilid
Upaya K3 oleh PT X cukup baik 11, Jakarta: Erlangga.
dengan adanya berbagai macam program. Cooper, D. 2009. Behavioral Safety A
Promosi kesehatan di tempat kerja pada PT. Framework for Succes. Indiana. BSMS
X ini cukup baik, meskipun di beberapa Inc.
poin masih belum maksimal. Kesadaran Departemen Kesehatan. Undang-Undang
pekerja terhadap penggunaan Alat Kesehatan RI pasal 23 tentang Kesehatan
Pelindung Diri pada PT. X masih kurang. Kerja. Jakarta 1992.
Hal ini dikarenakan peraturan dan sanksi DuPont Company. 2005. DuPonts’s Untold
yang diberikan kepada pekerja yang tidak Safety Failures.
menggunakan Alat Pelindung Diri masih Geller. E. Scott. 2001. The Psychology of
belum ditegaskan atau diterapkan dengan Safety Handbook. Boca Ratun. Lewish
baik. Publisher.
Berdasarkan Observasi di Painting Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Plastik terdapat proses kerja yang belum Indonesia. 1970. Undang-Undang Nomor
menggunakan Alat Pelindung Diri sesuai 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan
dengan matriks atau peraturan yang dibuat Kerja. Jakarta. Republik Indonesia.
oleh departemen Enviromental Health Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI NoKep
System. Hal ini dikarenakan terdapat 463/Men/1993.
Siti Aifatus Solekhah, Faktor Perilaku Kepatuhan Penggunaan APD… 11

Maulana. D.J Heri. 2009. Promosi Kesehatan. Riyadina, Woro. 2007. Kecelakaan Kerja
Jakarta. Kedokteran EGC. Cetakan I. dan Cedera yang Dialami oleh Pekerja
Notoatmodjo, Soekidjo. 2005. Promosi Industry di Kawasan Industry Pulo
Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta. Gadung Jakarta. Jakarta. Makara
PT Rineka Cipta. Kesehatan11 (1): 25–31.
Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Retnani, D,N, dkk. 2013. Analisis Pengaruh
Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Activator dan Consequence terhadap
Nugraheni, E. 2011. Penerapam Keselamatan Safe Behavior pada Tenaga Kerja di
dan Kesehatan Kerja dengan Standar Wise PT. Pupuk Kalimantan Timur Tahun
Safety Danone di PT. Sari Husada Unit 2013. Surabaya: Universitas Airlangga.
1 Yogyakarta. Surakarta. Perpustakaan Sari. 2012. Hubungan Karkteristik Tenaga
uns. Kerja dengan Kecelakaan Kerja. Skripsi.
Ogden J. 1996. Health Psychology a tectbook. Surabaya: FKM Universitas Airlangga.
Open University Press, Buckingham. Syakhuri, N.A. 2017. Implementasi Job
great Britain. Safety Observation (JSO) pada Seksi
Piri, dkk. 2012. Pengaruh Kesehatan, Welding dan Seksi Machining di PT ABC.
Pelatihan dan Penggunaan Alat Pelindung Surakarta. UNS.
Diri terhadap Kecelakaan Kerja pada Undang-Undang. 1970. Keselamatn dan
Pekerja Kontruksi di Kota Termohon. Kesehatan Kerja. Jakarta: Republik
Jurnal Ilmiah Media Engineering 2 (4): Indonesia.
219–31.

Anda mungkin juga menyukai