Disusun Oleh :
JURUSAN TARBIYAH
2018
i
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah Subhanahu Wata’ala yang telah melimpahkan rahmah, hidayah
serta inayah-Nya sehingga kita masih tetap dalam keadaan sehat wal afiat dan dapat
menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Masuknya Islam ke tanah Jawa” dengan
lancar dan tanpa kendala yang berarti. Penyusunan makalah ini bertujuan untuk
memenuhi tugas mata kuliah Islam dan Budaya Lokal yang diampu oleh Ibu Anisa
Listiana, M. Ag
Diluar itu semua, penulis memohon maaf yang sebesar besarnya atas segala
kekurangan dan kekeliruan di dalam penulisan makalah ini. Jika masih ada kesalahan
dalam tanda baca, tata bahasa maupun isinya, maka harapan besar penulis semoga
pembaca berkenan memakluminya dan memberikan kritik dan saran positif kepada
penulis.
Demikianlah yang dapat penulis sampaikan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi pembaca
Penulis
ii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan................................................................................. 17
B. Saran ........................................................................................... 17
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Islam adalah agama rahmatal lil alamin yang di turunkan Allah SWT lewat
perantara Nabi Muhammad SAW untuk disebarkan ke seluruh umat manusia di
muka bumi. Agama Islam pertama kali masuk dan menyebar di kawasan Jazirah
Arab oleh Nabi Muhammad SAW. Islam disebarkan dengan lemah lembut dan
penuh kasih sayang, tidak melalui jalur kekerasan. Oleh karenanya agama Islam
mudah diterima dan masuk ke berbagai wilayah dan dapat mengislamkan
penduduknya.
Karena ajaran Islam yang mudah diterima, maka tak heran bila ajaran Islam
berkembang dengan pesat hingga sampai ke berbagai benua seperti, benua Asia,
benua Eropa, benua Afrika, dan lain-lain. Dalam proses yang panjang akhirnya
Islam dapat masuk ke wilayah Nusantara, dimana dulunya sebelum kedatangan
Islam, wilayah Nusantara banyak yang beragama Hindu dan Buddha. Dalam hal ini
peran tokoh-tokoh agama, ulama’, dan para kyai sangatlah berjasa dalam
penyebaran agama Islam di Nusantara. Hingga akhirnya Islam dapat tersebar ke
seluruh pelosok wilayah Nusantara, termasuk di tanah Jawa.
B. Rumusan Masalah
1
4. Apa saja bentuk-bentuk akulturasi budaya di Jawa?
C. Tujuan Penulisan
2
BAB II
PEMBAHASAN
Menurut sumber Tiongkok pada abad ke-7 M (sekitar tahun 674-675 M),
telah datang utusan dari raja Arab ke tanah Jawa untuk menziarahi kerajaan
Kalingga di Jawa Timur. Namun setelah diketahui bahwa di Jawa orang-orang telah
sebegitu rupa teguhnya memeluk agama Hindu, maka usaha untuk menyiarkan
agama Islam itu tidak diteruskan (Umar Hasyim, 1979 : 12).
Selain itu, sebuah sumber dari Cina dari tokoh bernama Ma Huan, seorang
muslim Cina yang mengunjungi daerah pesisir Jawa pada 1413-1415 menjelaskan
bahwa di Jawa telah terdapat komunitas muslim yang berasal dari barat dan muslim
dari Cina. Batu-batu tersebut memuat kutipan-kutipan dari Al Quran (Ricklefs,
2005: 30).
Keunikan dari batu-batu nisan yang ditemukan di kawasan itu adalah semua
angka tahunnya menggunakan tahun çaka India, bukannya tahun hijriyah, serta
menggunakan angka-angka Jawa kuno, bukannya angka-angka Arab. Tarikh çaka
dipakai oleh istana-istana Jawa dari zaman kuno sampai 1633 M. Digunakannya
angka tahun ini dan angka-angka tahun Jawa kuno pada batu nisan tersebut
1
Qomari, “Wali dalam Pandangan Jawa”. Gelar. Vol. 05 No. 1 (2007): 116.
3
menunjukkan bahwa makam-makam itu merupakan tempat dimakamkannya
orang-orang muslim Jawa, bukan muslim non Jawa (Ricklefs, 2005: 30).2
Menurut versi babad tanah Jawa proses Islamisasi sudah dimulai pada masa
kekuasaan Prabu Btawijaya dengan patihnya Gajah Mada. Pada masa itu penganut
Islam sudah banyak dan sudah ada pengaruhnya terhadap pemerintahan Majapahit.
2
Tsabit Azinar Ahmad, “Peran Wanita dalam Islamisasi Jawa pada Abad XV”. Paramita. Vol.
21 No. 1 (2011): 02-03.
3
Qomari, “Wali dalam Pandangan Jawa”, 117.
4
Hancurnya jaringan perdagangan Malaka juga membuat wilayah-
wilayah pesisir Jawa semakin terlibat dalam perdagangan jarak jauh pada abad
ke-16. Para pedagang Muslim yang menjadi elite sosial terkemuka,
berkontribusi dalam proses transformasi pusat perdagangan di wilayah-wilayah
itu menjadi kerajaan Islam.4
2. Pendidikan
4
Jajat Burhanudin, Islam dalam Arus Sejarah Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2017), 26.
5
Tsabit Azinar Ahmad, “Peran Wanita dalam Islamisasi Jawa pada Abad XV”, 04.
5
di Surabaya, dan Sunan Giri di Giri. Keluaran pesantren Giri ini banyak yang
diundang ke Maluku untuk mengajarkan agama Islam.6
3. Perkawinan
6
Latifa Annum Dalimunthe, “Kajian Proses Islamisasi Di Indonesia (Studi Pustaka)”. Studi
Agama dan Masyarakat.Vol. 12 No. 01, Juni (2016): 122.
7
Edi Kurniawan Farid, “Wacana Perkembangan Pendidikan Islam di Indonesia: Pendekatan
Historis dan Sosiologis” . Dirosat. Vol. 2 No. 2 (2017): 190.
8
Donny Khoirul Aziz, ”Akulturasi Islam dan Budaya Jawa”. Fikrah. Vol. I No. 2 (2013): 264.
6
terbentuklah pertalian kekerabatan yang lebih besar antara keluarga pihak
lakilaki dan perempuan (Poesponegoro dan Notosusanto, 1984:189).Terjadinya
perkawinan antara orang Islam dari pihak pria dan penduduk pribumi
memberikan konsekuensi bahwa sebagai seorang wanita, maka penduduk
pribumi itu telah masuk dalam agama Islam, karena proses perkawinan harus
dilakukan secara Islam.9
4. Tasawuf
5. Dakwah
9
Tsabit Azinar Ahmad, “Peran Wanita dalam Islamisasi Jawa pada Abad XV”, 06.
10
Donny Khoirul Aziz, ”Akulturasi Islam dan Budaya Jawa”, 263.
7
nilai Islam ke dalam masyarakat Jawa tanpa mereka harus tercerabut dari basis
kebudayaannya.11
6. Kesenian
11
Donny Khoirul Aziz, ”Akulturasi Islam dan Budaya Jawa”, 266.
12
Qomari, “Wali dalam Pandangan Jawa”, 124.
13
Muchammad Ismail, “Strategi Kebudayaan: Penyebaran Islam di Jawa”. Ibda’. Vol. 11 No. 1
(2013): 55.
8
mengucapkan kalimat syahadat. Sebagian besar cerita wayang masih dipetik
dari cerita Mahabharata dan Ramayana, tetapi di dalam cerita itu disisipkan
ajaran dan nama-nama pahlawan Islam. Kesenian-kesenian lain juga dijadikan
alat islamisasi, seperti sastra (hikayat, babad, dan sebagainya) seni bangunan,
dan seni ukir. Beberapa ukiran pada mesjid kuno seperti di Mantingan, Sendang
Duwur, menunjukkan pola yang diambil dari dunia tumbuh-tumbuhan dan
hewan yang diberi corak tertentu dan mengingatkan kepada pola-pola ukiran
yang telah dikenal pada candi Prambanan dan beberapa candi lainya.14
14
Latifa Annum Dalimunthe, “Kajian Proses Islamisasi Di Indonesia (Studi Pustaka)”, 122.
15
Donny Khoirul Aziz, ”Akulturasi Islam dan Budaya Jawa”, 263.
9
beberapa versi mengenai garis keturunan ini) (Sofwan, 2004). Raden Rahmat
menikah dengan Dewi Condrowati (Nyai Ageng Manila), putri dari Arya Teja,
seorang adipati di Tuban; pernikahan ini melahirkan beberapa keturunan yang
kelak dua di antaranya menjadi Sunan Bonang dan Sunan Drajad.16
Tokoh Walisongo yang ketiga adalah Sunan Giri. Kebesaran Sunan Giri
terlihat antara lain sebagai anggota dewan walisongo dan namanya tersebut
dalam versi Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur. Setiap versi berbeda
nama Wali yang termasuk dalam kelompok Walisongo. Ada seorang Wali yang
termasuk dalam versi tertentu dalam versi yang lain. Hanya Wali yang besar
saja yang disebut dalam ketiga versi, dan Sunan Giri termasuk dalam kelompok
ini. Namun Sunan Giri tidak bisa dilepaskan dari proses kerajaan Islam pertama
di Jawa, Demak. Ia adalah Wali yang secara aktif ikut merencanakan berdirinya
negara tersebut, serta terlibat dalam penyerangan ke Majapahit sebagai
penasehat militer. Nama lain/gelar Sunan Giri yang sering disebut adalah Joko
Samudro, yaitu nama yang diberikan ibu angkatnya, Nyai Gede pinatih. Nama
lainya adalah Raden Paku, nama yang diberikan Sunan Ampel atas permintaan
ayah Sunan Giri yaitu Maulana Ishak sewaktu meninggalkan Jawa. Sedangkan
Sunan Kalijaga menamainya Prabu Satmata.17
Dakwah Sunan Bonang menjadi salah satu yang khas dari gaya
penyebaran agama yang ditiru para kiai hingga saat ini, yaitu dengan hiburan.
Dalam sisi keturunan, Sunan Bonang adalah putra dari Sunan Ampel, cucu dari
Maulana Malik Ibrahim. Seperti sebutannya, Raden Makdum Ibrahim
16
Sayfa Aulia Achidsti, “Strategi Penyebaran Tradisi Islam pada Masyarakat Jawa”. Ibda’. Vol.
10 No. 2 (2012): 201.
17
Dewi Evi Anita, “Walisongo: Mengislamkan Tanah Jawa”. Wahana Akademika. Vol. 1 No.
02 (2014): 256.
10
menggunakan media kesenian musik untuk mengumpulkan orang-orang
mendekati pondokannya, mendengarkan pagelaran musik (bonang) yang
sedikit-sedikit diberikan dakwah Islam di situ, pemberian nilai-nilai, dan
pemahaman ulang tentang makna kehidupan sesuai dengan konsep yang
dibawa Raden Makdum. Sunan Bonang menyebarkan Islam di daerah Tuban,
Pati, Madura, dan Bawean, walaupun tidak menutup kemungkinan bahwa
daerah yang terislamkan selain itu juga oleh sebab peranan Sunan Bonang. Para
penyebar Islam pada saat itu tidak jarang untuk selama beberapa saat
mengembara sekaligus menyebarkan Islam di setiap daerah yang dilaluinya.18
Sunan Gunung Jati adalah salah satu Wali yang terkenal menyebarkan
Islam di pulau Jawa. Nama lain dari Sunan Gunung Jati adalah Syarif
Hidayatullah. Beliau menjalankan agama dan dakwah Islamiah di daerah
Cirebon. Ilmu agama yang dipelajarinya adalah ilmu syariat, ilmu hakekat, ilmu
tarekat dan ilmu makrifat. Sunan Gunung Jati diangkat oleh Sultan Demak
menjadi penguasa Cirebon. Disanalah beliau menyebarkan agama Islam.19
18
Sayfa Aulia Achidsti, “Strategi Penyebaran Tradisi Islam pada Masyarakat Jawa”, 201-202.
19
Dewi Evi Anita, “Walisongo: Mengislamkan Tanah Jawa”, 258-259.
11
Anggota Walisembilan lainnya adalah Sunan Drajat. Sunan Drajat
adalah Syarifuddin Hasyim, putra Sunan Ampel. Sunan Drajat adalah seorang
Waliyullah yang memiliki sifat sosial. Di dalam menjalankan agama dan
dakwah Islamiah, beliau tidak segan-segan membantu rakyat yang sengsara,
anak-anak yatim piatu, orang sakit dan membantu fakir dan miskin.
Demikian halnya dengan Sunan Kudus, nama lain / gelar Sunan Kudus
yang disebut adalah Ja’afar Shadiq, Raden Undung atau Raden Untung dan
Raden Amor Haji. Sunan Kudus terkenal sebagai ulama besar yang mengusai
ilmu ushul hadist, ilmu tasfir al-Qur’an, ilmu sastra, matiq dan yang terutama
sekali adalah ilmu fiqih. Karena itu di antara para Walisongo, beliau diberikan
julukan Waliyul Ilmi, yang artinya Wali yang menjadi segudang ilmu.20
Begitu halnya dengan Sunan Muria. Sunan Muria dikenal dengan Raden
Prawoto. Nama lainnya adalah Raden Said bin Raden Syahid. Sunan Muria
adalah seorang sufi/ahli tasawuf. Beliau mengajarkan santrinya untuk
menyelami tasawuf. Sunan Muria memiliki cermin pribadi yang menempatkan
rasa cinta kepada Allah. Sepanjang hidupnya diperuntukkan memuji
kesebasaran Allah.
20
Dewi Evi Anita, “Walisongo: Mengislamkan Tanah Jawa”, 258.
21
Dewi Evi Anita, “Walisongo: Mengislamkan Tanah Jawa”, 260.
12
D. BENTUK-BENTUK AKULTURASI BUDAYA DI JAWA
1. Batu Nisan
Bentuk makam dari periode awal masuknya Islam menjadi model bagi
model makam pada era berikutnya. Hal ini disebabkan karena pada tradisi
Hindu tidak ada tradisi memakamkan jenazah. Dalam tradisi Hindu jenazah
dibakar dan abunya dibuang kelaut, jika jenazah orang kaya maka akan
disimpan diguci atau bila jenazah raja maka akan disimpan di candi. Akulturasi
budaya dapat dilihat pada bentuk nisan. Pengaruh budaya Jawa dapat dilihat
dari bentuk nisan yang tidak lagi hanya berbentuk lunas (bentuk kapal terbalik)
yang merupakan pengaruh Persia, tetapi sudah memiliki beragam bentuk
teratai, bentuk keris, dan bentuk gunungan pewayangan. Bentuk-bentuk nisan
tersebut merupakan pengaruh dari budaya Jawa.22
2. Gamelan
Ada banyak seni budaya lokal yang mendapatkan banyak pengaruh dari
Islam. Salah satu buktinya adalah gamelan di Jawa yang bunyinya berbeda
dengan gamelan di Bali. Gamelan Jawa terdengar lebih pelan dan lembut. Hal
ini disebabkan oleh pengaruh Islam. Para wali yang menyebarkan Islam di Jawa
mengakomodasi budaya lokal dengan sentuhan-sentuhan Islam. Gamelan di
Bali dipergunakan sebagai iringan untuk persembahan kepada dewa sehingga
irama dan alunannya terdengar lebih cepat. Gamelan Jawa terdengar lebih
lembut dan pelan sehingga pendengarnya dapat bertafakur, berzikir, dan
merenungi kekuasaan Allah Swt.23
3. Bangunan Masjid
22
Donny Khoirul Aziz, ”Akulturasi Islam dan Budaya Jawa”, 266-267.
23
Husni Thoyar, Pendidikan Agama Islam untuk SMP kelas IX, (Jakarta: Pusat Kurikulum dan
Perbukuan Kementerian Pendidikan Nasional, 2011), 172.
13
Masjid Agung Demak –yang disebut sebagai masjid tertua di Jawa, dan
masjid-masjid keraton di Kota Gede (Mataram) memiliki bentuk atap bersusun
seperti kuil-kuil Hindu Asia Selatan. Pola arsitektur ini tidak dikenal di
kawasan dunia Muslim lainnya. Jika merujuk pada gaya arsitektur yang
berkembang di dunia Islam, maka ada beberapa corak yang akan kita temukan,
yaitu: corak Ottoman style (Byzantium), India style, dan Syiro-Egypto style.
Arsitektur bangunan masjid banyak dipengaruhi oleh seni bangunan era
kerajaan Hindu-Budha. Pengaruh tersebut dapat dilihat pada hal-hal sebagai
berikut:
14
dengan pohon beringin kembar. Letak masjid selalu ada di tepi barat
istana. Rangkaian makam dan masjid ini pada dasarnya adalah
kelanjutan dari fungsi candi pada zaman kerajaan Hindu-Nusantara.
4. Upacara Adat
5. Seni
24
Donny Khoirul Aziz, ”Akulturasi Islam dan Budaya Jawa”, 267-268.
25
Husni Thoyar, Pendidikan Agama Islam untuk SMP kelas IX, 174.
15
gambar manusianya disamarkan, tidak seperti manusia utuh supaya tidak
menyalahi peraturan Islam. Cerita Amir Hamzah –bahkan- dipertunjukan
melalui wayang golek dengan tokoh-tokohnya diambilkan dari
pahlawanpahlawan Islam. Wayang menjadi sarana yang efektif untuk
menyebarkan nilai-nilai Islam pada saat itu. Di samping itu, muncul juga
wayang yang dimainkan oleh orang-orang, sehingga drama dan seni tari masih
tetap berkembang dengan disesuaikan dengan nilai-nilai Islam.26
26
Donny Khoirul Aziz, ”Akulturasi Islam dan Budaya Jawa” , 271-272.
16
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Demikianlah makalah ini saya buat. Jikalau ada suatu kesalahan baik dalam
penulisan maupun penyusunan makalah ini, saya sebagai penulis meminta maaf
yang sebesar-besarnya. Dan juga saya sebagai penulis meminta saran dan koreksi
dari pembaca jikalau ada suatu kejanggalan dalam makalah ini. Semoga dengan
hadirnya makalah ini, wawasan keilmuan pembaca akan bertambah dan
pemahaman pembaca tentang masuknya Islam ke tanah Jawa. Amiin.
17
DAFTAR PUSTAKA
Thoyar, Husni. Pendidikan Agama Islam untuk SMP kelas IX. Jakarta: Pusat
Kurikulum dan Perbukuan Kementerian Pendidikan Nasional. 2011.
Burhanudin, Jajat. Islam dalam Arus Sejarah Indonesia. Jakarta: Kencana. 2017.
Aulia Achidsti, Sayfa. “Strategi Penyebaran Tradisi Islam pada Masyarakat Jawa”.
Ibda’. Vol. 10 No. 2 (2012): 199-217.
Azinar Ahmad, Tsabit. “Peran Wanita dalam Islamisasi Jawa pada Abad XV”.
Paramita. Vol. 21 No. 1 (2011): 01-13.
Evi Anita, Dewi. “Walisongo: Mengislamkan Tanah Jawa”. Wahana Akademika. Vol.
1 No. 02 (2014): 243-266.
Khoirul Aziz, Donny. ”Akulturasi Islam dan Budaya Jawa”. Fikrah. Vol. I No. 2
(2013): 253-286.
Qomari. “Wali dalam Pandangan Jawa”. Gelar. Vol. 05 No. 1 (2007): 110-129.
18